Anda di halaman 1dari 22

GAMBARAN BLUE PRINT APLIKASI E-RESEP

Dosen Pembimbing : NURTI Y.K. GEA,M.Kep.,Sp.Kep.A.

Disusun oleh : Kelompok 5

1. Khoiriyah

2. Cornelia

3. Pusdiana

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEPERAWATAN (S1) DAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKERS MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2022-2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi cukup luas didunia. Hal tersebut merupakan dampak dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Meskipun dengan adanya perkembangan
teknologi muncul beberapa dampak negatif namun kita juga tidak memungkiri
bahwasannya juga memiliki dampak positif. Perkembangan teknologi cukup
membantu manusia dalam menjalankan aktifitas terutama dalam dunia pemerintahan
yang biasa disebut dengan electronic government atau biasa disingkat dengan e-
government.
World Bank (dalam Bhatnagar, 2009), mendefinisikan e-government
sebagai penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintahan yang
memiliki kemampuan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku
bisnis dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain. Sedangkan menurut Bhatnagar
(2009), e-government saat ini telah menjadi suatu jembatan menuju transformasi
kinerja Pemerintah terutama dalam melaksanakan pelayanan publik yang baik bagi
masyarakat. Penelitian-penelitian yang pernah ada menemukan bahwa implementasi
e-government mempunyai manfaat dan dampak yang cukup signifikan dalam banyak
hal. Manfaat tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi, kualitas layanan
publik, transparansi, partisipasi publik, dan pengembangan ekonom. Dengan
penerapan e-government maka akan membantu tercapainya efektivitas dan efisiensi
kinerja pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Berdasarkan fungsi tersebut, maka operasional puskesmas adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang
sedang sakit. Dalam kegiatan operasional tersebut Puskesmas memberikan obat
kepada pasien, dan reaksi obat ini dapat berakibat positif dan negatif bagi pasien.
Dalam pemberian resep pada pasien ini terkadang terjadi kesalahan baik itu kesalahan

2
dalam diagnosis penyakit pasien sehingga salah dalam memberikan obat. Kesalahan
dalam memberikan obat tersebut dapat menimbulkan kejadian reaksi obat merugikan
atau biasa disebut dengan ROM. Menurut lembaga pengawasan obat di Amerika
Serikat, Food Drug Administration,definisi ROM adalah setiap kejadian merugikan
yang berkaitan dengan penggunaan obat pada manusia, berupa setiap kejadian
merugikan yang terjadi pada waktu penggunaan obat dalam praktik profesional.
Pernyebab terjadinya ROM yang paling sering adalah medication error.
Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing (penulisan 
resep), fase transcribing (pembacaan resep), fase dispensing (penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas apotek) dan faseadministration (proses penggunaan
obat) oleh pasien. Mengingat dampak dari terjadinya ROM ini cukup
mengkhawatirkan bahkan bias menyebabkan kematian, maka perlu dilakukan
pencegahan yang bisa dilakukan dengan cara penggunaan resep elektronik.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka


rumusan masalah yang diidentifikasi dalam penulisan makalah ini yaitu bagaimana
penerapan aplikasi resep elektronik dalam peningkatan penyelenggaraan pelayanan
publik

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah


ini yaitu untuk mengetahui penerapan aplikasi resep elektronik

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. E-Government

Definisi dari Electronic Government yang lebih sering di sebut E-Government


telah banyak dikemukakan ole para banyak ahli. Menurut James S.L Young
(2003:11), “e-government merupakan penggunaan teknologi oleh pemerintah
khususnya penggunaan aplikasi internet berbasis web untuk meningkatkan akses dan
pemberian layanan pemerintah kepada warga negara, mitra bisnis, pegawai atau
karyawan, dan badan pemerintah lainnya”.
E-government menurut Akadun (2009:130) Electronic administration
berkembang dengan mengadopsi electronic business, electronic commerce,
electronic market. Yang lebih dulu meng- aplikasikan teknologi tersebut dalam
institusi bisnis dengan menggunakan jasa internet. Pelaksanaan electronic
government dapat mem- berikan dampak positif bagi penyelenggaraan pemerintahan.
Sedangkan definisi lain e-government menurut World Bank (dalam
Bhatnagar, 2009) yaitu e-government mengacu ppada penggunaan teknologi
informasi oleh instansi pemerintah yang memiliki kemampuan untuk mengubah
hubungan dengan warga negara, bisnis, dan unit lain dari pemerintah. Teknologi
yang digunakan ini dapat melayani sebuah keragaman yang berbeda yaitu pemberian
pelayanan pada warga negara yang lebih baik, meningkatkan interaksi dengan dunia
bisnis dan industry, pemberdayaan masyarakat melalui akses terhadap informasi, atau
manajemen pemerintah yang lebih efisien. Hasil yang didapat yaitu korupsi yang
berkurang, transparansi yang meningka, kenyamanan yang lebih besar, peningkatan
penerimaan negara, dan/atau pengurangan biaya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa e-government
merupakan penggunaan teknologi informasi untuk menunjang tugas-tugas pemerintah

4
guna meningkatkan pelayanan publik yang efektif dan efisien sehingga kepuasaan
masyarakat dapat dicapai.
E-Government memilki banyak manfaat untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi pelayanan publik, menurut Indrajit manfaat e-government (2002:5) antara
lain:
a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara
b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance
c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan
aktivitas sehari-hari
d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan
e. Menciptakan suatu lingkungan masyara- kat baru yang dapat secara cepat dan
tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan
perubahan global dan trend yang ada
f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah
dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.

B. Resep Elektronik

Sistem resep elektronik adalah pemanfaatan sisem elektronik untuk


menfasilitasi dan meningkatkan komunikasi urutan resep atau obat, membantu
pilihan, administrasi dan penyediaan sebuah obat melalui pengetahuan dan
mendukung keputusan serta penyediaan jejak audit yang kuat untuk seluruh obat-

5
obatan yang digunakan. Definisi ini menegaskan bahwa peresepan elektronik adalah
tentang komunikasi, tentu lebih dari hanya sekedar resep tetapi juga mencakup
pasokan dan administrasi serta fungsi lainnya seperti audit
Sistem resep elektronik juga dapat menyediakan berbagai tingkat pendukung
keputusan klinis, untuk membantu pembuatan resep yang didasari informasi lengkap
tentang pasien dan tentang obat-obatan yang digunakan seperti informasi tentang
alergi pasien, atau tentang potensi interaksi obat-obat. Demikian juga selama
pemberian obat, seorang perawat dapat memiliki akses untuk dukungan pembuatan
keputusan, misalnya akses ke pemeriksaan laboratorium atau intruksi tambahan pada
saat pemberian obat.
Peresepan elektronik secara konseptual mudah. Dalam pengaturan rumah
sakit, sistem ini memungkinkan untuk informasi pertukaran obat secara cepat antara
dokter, farmasi dan perawat. Informasi ini kemudian digunakan untuk menyiapkan
dan mendistribusikan obat ke bangsal dan bisa diterima oleh pasien.. Ketika obat
tertentu telah diresepkan, pelaksanaan pemberian obat ini menjadi tugas perawat.
selanjutnya Administrasi pengobatan yang melibatkan proses digital mengakui dan
mendaftarkan bahwa pasien telah diberi obat yang tepat. Meskipun terlihat simple
tetapi dalam pelaksanaannya sangat kompleks. namun demikian diharapkan sistem
resep elektronik ini dapat meningkatkan Patient safety (NHS,2010).

C. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administrasi yand disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.

6
Menurut Sinambela (dalam e-Journal Ilmu Pemerintahan, Volume 1,
Nomor 1, 2013: 68-81) mengungkapkan pelayanan publik diartikan sebagai
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik.
Kemudian, Menurut Moenir (dalam Kurniawan, 2009:10) pelayanan
publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu
dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
2. Standar Pelayanan Publik.

Standar pelayanan publik itu sendiri dirumuskan sebagai tolok ukur yang
dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau
janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk memberi pelayanan
yang berkualitas (LAN, 2009). Rumusan yang sama juga terdapat dalam
Peraturan Menteri PAN (Permenpan) Nomor 20 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Stardar Pelayanan Publik.
Ruang lingkup standar pelayanan publik, sebagaimana dituangkan dalam
buku yang diterbitkan Lembaga Administrasi Negara tahun 2003 meliputi
sekurang-kurangnya:
1. Nama Jenis Pelayanan
2. Visi dan Misi Pelayanan
3. Prosedur Pelayanan
4. Persyaratan Pelayan
5. Waktu Pelayan
6. Biaya atau Tarif Pelayan
7. Mekanisme Pengelolaan Pengaduan Pelayanan.

7
Sedangkan dalam Permenpan Nomor 20 tahun 2006 disebutkan bahwa ruang
lingkup atau kompenten yang harus ada dalam standar pelayanan, yakni:
 Jenis Pelayanan
 Dasar Hukum Pelayanan
 Persyaratan Pelayanan
 Prosedur Pelayanan
 Waktu Penyelesaian Pelayanan
 Biaya Pelayanan
 Produk Pelayanan
 Sarana dan Prasarana Pelayanan
 Mekanisme Pengaduan
Adapun prinsip-prinsip Penyusunan Standar Pelayanan (Permenpan No 20
Tahun 2006), adalah:
a.Konsensus, standar pelayanan merupakan komitmen atau hasil kesepakatan
bersama antara pimpinan dan staf unit pelayanan dengan memperhatikan
sungguh-sungguh.
b. Sederhana, standar pelayanan yang ditetapkan memuat aturan-aturan
yang besifat pokok sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan, baik oleh
petugas pemberi layanan maupun oleh masyarakat.
c.Konkrit, standar pelayanan yang ditetapkan bersifat nyata dan jelas untuk
dilaksanakan.
d. Mudah diukur, standar pelayanan yang ditetapkan dapat diukur
implementasinya, baik yang bersifat teknis maupun non teknis.
e.Terbuka, standar pelayanan yang ditetapkan bersifat terbuka untuk
mendapatkan saran, dan masukan untuk penyempurnaan.
f. Terjangkau, standar pelayanan dapat dilaksanakan secara baik dan benar, baik
oleh petugas pemberi layanan maupun oleh masyarakat yang menerima
layanan.

8
g. Dapat dipertanggungjawabkan, bahwa hal-hal yang diatur dalam
standar pelayanan dapat dipertanggungjawabkan secara nyata kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
h. Mempunyai batas waktu penyampaian, bahwa standar pelayanan dapat
memberikan ketepatan waktu bagi pencapaian hal-hal yang diatur dalam
standar pelayanan.
i. Berkesinambungan, maknanya standar pelayanan yang sudah ditetapkan dapat
terus menerus disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
penigkatan kualitas pelayanan.
Suatu standar pelayanan juga perlu memperhatikan kepuasan pelanggan.
Terdapat 5 dimensi yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kepuasan
pelanggan terhadap kinerja suatu unit pelayanan (Basuki, 2013:126), kelima
dimensi tersebut adalah :
a. Tangibles, terdiri dari penampilan fisik bangunan serta sarana dan prasarana
yang mendukung termasuk tempat pelayanan itu diberikan, penampilan
petugas saat memberikan pelayanan.
b. Reliability (kehandalan), terdiri dari kecakapan dan keakuratan petugas dalam
memberikan pelayanan, dan ketepatan waktu dalam pemberian layanan.
c. Responsiveness, meliputi kemudahan petugas untuk dihubungi, dan
kesediaannya untuk memberikan pertolongan kepada pelanggan.
d. Assurance, terdiri dari pengetahuan, kesopanan dan sikap untuk dapat
dipercaya yang dimiliki petugas sehingga tidak menimbulkan keraguan dan
resiko yang mungkin timbul akibat pelayanan yang diberikan.
e. Emphaty, merupakan kemampuan untuk memahami kebutuhan pelanggan,
meliputi kepedulian dari petugas secara individual terhadap pengguna
layanan.

9
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti diketahui bahwa menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
pelayanan kesehatan merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan daerah.
Dimana daerah dituntut untuk bisa memberikan pelayanan prima kepada
masyarakatnya. Agar dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara prima,
maka dibutuhkan terobosan baru baik dari segi peralatan, sistem dan proses. Salah
satu caranya adalah dengan menerapkan e-goverment di bidang kesehatan seperti
yang dilakukan oleh puskesmas Babakansari, Bandung.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga berperan menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia. Seperti pada umumnya, tugas operasional puksesmas tidak
lain adalah membuat resep untuk pasien. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku (sumber: http://www.inaicta.web.id/inaicta/pemenang-
inaicta-2010/). Dalam sebuah resep tersebut haruslah tercantum mengenai beberapa
point yaitu :
1. Identitas diri, seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat dan berat badan
pasien.
2. Nomor izin dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan asal resep (pada rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainya).
5. Nama obat, bentuk dan kekuataan sediaan obat.
6. Dosis dan jumlah obat.
7. Aturan, cara dan teknik pengguna

10
Pada awalnya pembuatan resep yang terjadi di puskesmas Babakansari,
Bandung dengan menggunakann cara manual yaitu menulis pada kertas. Namun pada
faktanya pegawai puskesmas khususnya para apoteker kesulitan membaca resep yang
berisi perintah tertulis dari dokter. Tulisan steno atau acak-acakan berisi perintah
dokter tersebutlah yang kerapkali sulit dibaca dan hanya segelintir orang saja yang
mampu memahaminya. Padahal jika melihat pada prinsip-prinsip Penyusunan
Standar Pelayanan (Permenpan No 20 Tahun 2006) suatu pelayanan publik harus
menerapkan prinsip keterbukaan yaitu dimana seharusnya standar pelayanan harus
diketahui dan terbuka baik oleh dokter, apoteker dan pasien untuk mendapatkan
saran, masukan, maupun penyempurnaan.
Penulisan resep secara manual juga mengakibatkan pemberian obat kepada
pasien yang ternyata memiliki potensi menyebabkan reaksi merugikan yaitu beurpa
interaksi maupun duplikasi obat. Menurut penggagas resep elektronik, Irma Melyani
Puspitasari mengatakan bahwa interaksi adalah efek samping yang diakibatkan reaksi
kimia dari komponen obat yang berbeda sedangkan duplikasi obat adalah terjadinya
pemberian obat dengan komposisi yang sama diresepkan pada dua jenis obat yang
berbeda. Hal tersebut mengingat juga bahwa seorang dokter merupakan manusia yang
tidak mungkin menghafal semua kompisisi obat satu persatu karena menyadari bahwa
jumlah obat berkisar 5.000 hingga 10.000 item dalam suatu puskesmas.
Sedangkan mengenai pelayanan yang dirasakan oleh para pasien puskesmas
Babakansari, Bandung dengan penulisan resep secara manual cenderung lama dan
kurang efektif serta sering terjadi medication error bahkan lebih jauh dari kesalahan
tersebut adalah munculnya kejadian reaksi obat merugikan (ROM), atau dalam dunia
kedokteran biasa dikenal dengan istilah adverse drug reaction. Sehingga pasien
kurang mendapatkan penanganan yang cepat dan mudah. Selain itu, prosedur
pelayanannya juga terlalu berbelit-belit untuk mendapatkan sebuah obat, dimana
pasien harus membawa kertas resep untuk diserahkan ke bagian apoteker disana juga
diproses secara manual dahulu yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
menunggu keluarnya obat. Jika berpedoman pada standar pelayanan publik itu sendiri

11
puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan seharusnya pelayanan yang diberikan
mampu menjadi tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas
pelayanan sebagai komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan kepada
pelanggan untuk memberi pelayanan yang berkualitas (LAN, 2009).
Berdasarkan pengalaman dan beberapa kesalahan yang terjadi puskesmas
Babakansari, Bandung akhirnya pada tahun 2010 muncul sebuah terobasan baru
dengan mencoba merubah sistem pelayanan yang konvensianal yaitu menyangkut
penulisan resep secara manual dengan menggunakan teknologi dan infomatika.
Penerapan e-government dalam bidang pelayanan kesehatan ini digagas oleh Irma
Melyani Puspitasari berdasarkan proyek tesisnya di Program Studi Teknik Biomedika
Institut Teknologi Bandung. Dari sinilah muncul penggunakan aplikasi resep
elektronik yang dampaknya sangat luar biasa terhadap penyelenggaraan kualitas
pelayanan kesehatan di puskesmas Babakansari, Bandung.
Resep Elektronik (e-prescription) merupakan salah satu wujud dari e-
Government di Indonesia. E-Government dalam hal ini sesuai dengan definisi yang
disebutkan oleh James S.L Young (2003:11), yakni penggunaan teknologi oleh
pemerintah khususnya penggunaan aplikasi internet berbasis web untuk
meningkatkan akses dan pemberian layanan pemerintah kepada warga negara, mitra
bisnis, pegawai atau karyawan, dan badan pemerintah lainnya. Sistem resep
elektronik itu sendiri adalah sistem komputerisasi penulisan resep obat yang dikenal
juga dengan istilah e-prescribing dan e-prescription. Pada sistem ini, dokter
menuliskan dan mengirimkan resep kepada bagian farmasi/apotek menggunakan
media elektronik menggantikan tulisan tangan dan penggunaan media kertas.
Sistem resep elektronik dapat membantu para dokter di puskesmas
Babakansari, Bandung pada saat menulis resep, dengan memberikan informasi obat
juga mendeteksi ROM pada resep untuk mengurangi medication error. Sistem ini
menjadi salah satu pemenang dalam Indonesian ICT award (INAICTA) 2010. Dalam
resep elektronik ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras
yang digunakan adalah komputer dan perangkat lunaknya adalah perangkat lunak

12
resep elektronik dengan modul pendeteksi ROM. Sehingga kemungkinan untuk
terjadi ROM sangat minim.
Hal tersebut sesuai dengan manfaat e-government menurut Indrajit (2002:5)
yakni meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance dan
untuk memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara. Jadi dengan penerapan aplikasi
resep elektronik telah mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada warga
sehingga untuk memperoleh kebutuhan akan obat tidak perlu menunggu terlalu lama.
Selain itu kinerja pegawai puskesmas Babakansari, Bandung juga menjadi efektif dan
efisien karena segala pencacatan sudah tersedia dalam database sehingga tidak perlu
lalu lalang mencari rekam medis.
Diagram sederhana sistem resep elektronik.

Sumber : majalah1000guru.net
Aplikasi sistem resep elektronik ini terdiri dari satu computer yang bertindak
sebagai server (pusat data). Server tersebut  dihubungkan dengan komputer-komputer
lainnya menggunakan hub pada LAN (local area network). Perangkat lunak hanya

13
diinstalasi pada komputer serveraja. Sistem ini dapat digunakan pada 1 komputer, 2
komputer, maupun pada banyak komputer.

Tampilan menu utama perangkat lunak sistem resep elektronik.

Sumber : majalah1000guru.net
Perangkat lunak sistem resep elektronik pendeteksi ROM ini secara sederhana
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mencatat semua data pasien yang dapat dengan mudah dicari kembali.
2. Menulis resep secara elektronik tanpa kertas dan langsung dikirim ke apotek
sehingga pasien bisa langsung pergi ke apotek untuk mengambil obat.
3. Membantu para dokter pada saat menulis resep dengan memberikan informasi
tentang obat-obatan yang akan diresepkan dan mendeteksi apabila ada interaksi
antara obat-obat tersebut dalam resep dengan memberikan peringatan (alert)
sebelum dikirim ke apotek.
4. Mencatat data penggunaan obat.
5. Membuat laporan dengan lebih mudah dan cepat.
Berdasarkan penerapan aplikasi resep elektronik dan manfaat yang dirasakan
tersebut maka jika dianalisa dari prinsip-prinsip Penyusunan Standar Pelayanan
(Permenpan No 20 Tahun 2006) maka dapat dikatakan telah memenuhi beberapa
kriterianya diantaranya seperti, prinsip konsensus yaitu bahwa standar pelayanan

14
merupakan komitmen atau hasil kesepakatan bersama antara pimpinan dan staf unit
pelayanan dengan memperhatikan sungguh-sungguh. Dimana pergantian kebijakan
dari penggunaan aplikasi resep elektronik di puskesmas Babakansari telah dijalankan
sesuai standart baru yang telah disepakati sehingga puskesmas tersebut menjadi
pelopor administrasi nirkertas, transparan, dan akuntabel yang berati juga telah
menerapkan prinsip sederhana, terbuka dan konkrit yaitu bahwa standart pelayanan
yang ditetapkan bersifat nyata dan jelas untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap
transaksi keuangan dari pasien tercatat dan tidak bisa diedit lagi sehingga
membutuhkan kehati-hatian saat memasukkan data.
Resep elektronik juga ditunjang oleh teknologi untuk kecepatan proses
administrasi yang dirancang untuk mendeteksi duplikasi dan komposisi obat yang
merugikan. Sistem jaringannya meliputi bagian pendaftaran, pemeriksaan, dan
pengambilan obat yang berarti adanya prinsip berkesinambungan dalam standar
pelayanan karena selain sudah diterapkan sejak tahun 2010 aplikasi ini juga terus
disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan penigkatan kualitas
pelayanan serta mengurangai kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemberian obat
seperti juga penambahan pemberian peringatan (alert) pada bagian apoteker .
Sedangkan menurut dimensi yang dapat dipergunakan untuk mengukur
tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja suatu unit pelayanan (Basuki,
2013:126), dapat dianalisis bahwa pelayanan kesehatan dengan resep elektronik ini
bersifat Tangibles yaitu penampilan fisik bangunan serta sarana dan prasarana yang
mendukung termasuk tempat pelayanan itu diberikan, penampilan petugas saat
memberikan pelayanan. Hal tersebut terlihat dari adanya penyediaan ruang
pendaftaran dan ruang poli pemeriksaan yang terhubung oleh komputer guna
mendukung penyelenggaraan layanan kesehatan secara elektronik oleh puskesmas
Babakansari, Bandung yang juga sering kali mendapat kunjungan tamu dari luar
negeri
Resep elektronik menjadikan proses administrasi pasien sejak mendaftar
hingga mengambil obat dilakukan melalui hubungan antarkomputer sehingga pasien

15
hanya perlu membawa kartu berobat yang isinya nomor penanda rekam medis yang
sudah disimpan di dalam server komputer. Jadi pelayanan dapat dijalankan secara
efektif dan efisien serta keakuratan lebih terjamin. Hal ini berati pelayanan resep
elektronik bersifat Reliability (kehandalan) yaitu kecakapan dan keakuratan petugas
dalam memberikan pelayanan, dan ketepatan waktu dalam pemberian layanan.
Adanya Responsiveness yaitu kemudahan petugas untuk dihubungi, dan
kesediaannya untuk memberikan pertolongan kepada pelanggan terlihat dalam
petugas puskesmas yang tidak perlu mencari lagi berkas pasien dalam rak arsip.
Setiap dokter yang memeriksa pasien bisa langsung mencantumkan keluhan,
diagnosis, berikut resep untuk pasien ke dalam kolom perangkat lunak Resep
Elektronik. Pasien yang selesai menjalani pemeriksaan tinggal menyebutkan
nomor pasien kepada bagian farmasi untuk mendapat obat tanpa harus membawa
kertas resep. Sehingga pasien juga tidak perlu bingung dan kinerja petugas
puskesmas juga efektif dan efisien. .
 Manfaat E-Resep
Manfaat e-resep selain mengurangi kesalahan pembacaan antara lain:
1. Mengantisipasi kehilangan resep

Kertas resep biasanya ukurannya kecil, sehingga ada kemungkinan resep tersebut
terselip dan hilang. E-resep memungkinkan resep untuk langsung dikirim ke bagian
farmasi dan tersimpan di dalam sistem. Bagian farmasi tidak perlu khawatir resep
hilang karena bisa mengakses data resep kapan saja.

2. Mempercepat penyiapan obat

E-resep yang langsung diterima oleh bagian farmasi setelah dokter klik simpan
melalui sistem, apoteker dapat segera menyiapkan obat tanpa harus menunggu pasien
datang ke bagian farmasi membawa kertas resep.

3. Apoteker tidak perlu kesulitan memverifikasi resep 

Terkadang apoteker mengalami kesulitan dalam membaca tulisan tangan dokter yang
menyebabkan mereka harus kembali menghubungi dokter untuk mengonfirmasi obat
yang dituliskan dokter. Akibatnya, waktu penyiapan obat menjadi lebih lama. E-resep

16
memungkinkan informasi obat tertulis dan terbaca dengan jelas tanpa harus
diverifikasi ulang.

4. Menjamin keamanan dan keselamatan pasien

Pasien terhindar dari kesalahan pemberian obat, dosis, dan bentuk sediaan yang
berpotensi membahayakan pasien. Oleh karena itu, e-resep juga dapat meningkatkan
kepercayaan pasien.

5. Memberikan kemudahan akses histori pengobatan pasien

Apoteker juga membutuhkan data terkait obat-obat apa saja yang pernah diminum
atau sedang diminum oleh pasien untuk kepentingan pertimbangan risiko terapi obat
yang diterima pasien. Apoteker dapat mengakses histori pengobatan pasien dengan
mudah melalui sistem dengan klik histori resep pasien terkait.

 Rancangan antar muka aplikasi


1. enkripsi resep ( tanda tangan digital)

Berikut tampilan antar muka e-resep yang sudah ditambahkan menu untuk menambahkan digital
signature. Terdapat 5 bagian pada e-resr yaitu : pharmacy (informasi menegenai apotek yang
dirujuk oleh dokter ), patient , medication , pescription( aturan obat yang diberikan), note to
pharmacisit.

2. kirim resep

17
Jika dokter kirim resep tanpa tanda tangan akan menimbulkan warning seperti
ini

Jika dokter telah menambahkan tanda tangan tinggal klik submit to


pharmacist.

3. terima resep

18
Dipihak apoteker resep elektronik akan diterima dengan adanya notifikasi
dokter pengirim resep:

4.deskripsi resep
Dipihak apoteker , sistem aplikasi e-resep akan melakukan pencatian kunci
pablik dokter yang mengirimkan resep. Tersedi dua menu utama yaitu
deskripsi dan verifikasi. Menu deskripsi untuk melihat informasi resep yang
dikirim oleh dokter dengan mengklik “decrypt”dan “show result” untuk
menampilkan resep asli. Jika mengklik show result akan terlihat resep asli
yang yang dikirim oleh dokter:

19
5.Otentifikasi resep dan verifikasi
Otentifikasi resep dilakukan dengan menggunkan menu verifikasi. Apoteker
memilih nama dokter serta tanggal dokter mengirimkan resep, kemudian
mengklik menu “check” kemudian sistem akan melakukan pengecekan
dengan memeriksa kesaman resep digest seperti yang elah dijelaskan
sebelumnya.jika verifikasi berhasil , maka sistem akan menghasilkan output
seperti berikut:

20
Dengan caraseperti diaras, jika dokter yang bersangkutan membantah telah
mengirim resep pada tanaggal tertentu, maka dapat dibuktikan bahwa dokter
tersebut telah berbohong jika terjadi proses pemalsuan resep , maka akan
dihasilkan output seperti berikut:

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aplikasi resep elektronik adalah aplikasi dimana penulisan resep obat


menggunakan sistem komputerisasi sehingga memudahkan pasien, dokter dan
apoteker. Penulisan resep tidak lagi menggunakan cara manual dan terjadinya ROM
akibat medication error dapat diminimalisir.

B. Saran
Berdasarkan uraian dalam penulisan makalah ini diharapkan penyedia
layanan kesehatan baik itu dari pemeritah ataupun pihak puskesmas dan rumah sakit
mampu memenuhi tuntutan jaman dan kebutuhan masyarakat terutama di bidang
pelayanan kesehatan. Mengingat saat ini pelayanan kesehatan di Indonesia cenderung
berbelit-belit. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan
mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan publik.

22

Anda mungkin juga menyukai