Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah singkat ini adalah “Digital Governance Dan Pelayanan
Publik”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen mata kuliah manajemen perusahaan yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan makalah singkat ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah
singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Pandeglang, 28 Oktober 2022


TB Rizki
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada era digital seperti sekarang ini, banyak sekali terjadi perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu
perubahan yang sering kita rasakan yaitu perubahan dalam bidang komunikasi dan
informasi dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi.
Kemajuan dan perkembangan yang terjadi dalam bidang komunikasi dan informasi
saat ini di dukung oleh beberapa kemajuan teknologi yang semakin canggih dan
modern. Kemajuan teknologi tersebut, membuat hal-hal yang dulunya rumit dan
sekarang menjadi lebih efektif dan efeisen akan tetapi dengan adanya kemajuan
teknologi yang semakin canggih dan modern tersebut, juga dapat menciptakan
kesempatan-kesempatan baru dalam bidangnya, seperti mempermudah berhubungan
dengan orang lain dari jarak jauh, memperluas pengetahuan, dan memperoleh
informasi secara cepat dan akurat. kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
seperti sekarang ini, terjadi dikarenakan hampir seluruh lapisan masyarakat tidak
dapat lepas dari media komunikasi.
Sistem kepemerintahan yang baik ialah partisipasi, yang menyatakan semua
institusi governance memiliki suara dalam pembuatan keputusan, hal ini merupakan
landasan legitimasi dalam sistem demokrasi, good governance memiliki kerangka
pemikiran yang sejalan dengan demokrasi dimana pemerintahan dijalankan
sepenuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Pemerintah yang demokratis tentu akan mengutamakan
kepentingan rakyat, sehingga dalam pemerintahan yang demokratis tersebut
penyediaan kebutuhan dan pelayanan publik merupakan hal yang paling diutamakan
dan merupakan ciri utama dari good governance.
Salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah yaitu pelayanan publik.Peraturan perundangan Indonesia telah
memberikan landasan untuk penyelenggaraan pelayanan publik yang berdasarkan
atas Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB). Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme menyebutkan asas-asas tersebut, yaitu Asas Kepastian
Hukum, Transparan, Daya Tanggap, Berkeadilan, Efektif dan Efisien, Tanggung
Jawab, Akuntabilitas dan Tidak Menyalahgunakan Kewenangan. Asas ini dijadikan
sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi, disamping sebagai
norma hukum tidak tertulis bagi tindakan pemerintahan. Meskipun merupakan asas,
tidak semuanya merupakan pemikiran yang umum dan abstrak, dan dalam beberapa
hal muncul sebagai aturan hukum yang konkret atau tertuang secara tersurat dalam
pasal undang-undang serta mempunyai sanksi tertentu. Belum optimalnya pelayanan
publik di daerah, antara lain disebabkan oleh faktor regulasi yang belum jelas dalam
ranah pembagian tugas antara pemerintahan daerah dan pemerintah pusat. Sebagai
dasar hukum otonomi daerah di Indonesia saat ini, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, belum mengatur pembagian yang jelas antara
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota, dalam menangani suatu urusan,
jadi yang terjadi ialah adanya kecenderungan saling klaim antara institusi pemerintah
di atas dengan di bawahnya. Dampak buruk dari tidak jelasnya pembagian tugas itu,
membuat terjadinya tumpang tindih atau terbengkalainya suatu urusan, menyebabkan
pelayanan publik tidak berjalan optimal.
Pemanfaatan atau pengembangan e-government merupakan upaya untuk
mendukung kinerja pemerintah yang berbasis elektonika dalam rangka
penyelenggaraan dan peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat secara efektif
dan efisien. Melalui pengembangan dan penerapan e-government dilakukan penataan
sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan instansi pemerintah khususnya
instansi yang melaksanakan fungsi pelayanan public, dengan berjalannya e-
government ini maka diharapkan seluruh aktivitas organisasi pemerintah dapat
dilaksanakan secara elektronik sehingga mempermudah fungsi kebijakan dan
pelayanan, dalam pelaksanaannya konsep egovernment ini merupakan tanggung
jawab bersama, artinya bukan hanya pemerintah saja tetapi juga peran serta
masyarakat
SPBE, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dalam Peraturan Presiden
Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. tentang
Rencana Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Nasional sebagai salah satu misi
pembangunan nasional sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 - 2025
adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Misi ini dapat dilakukan melalui
pembangunan aparatur negara yang mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan,
pelayanan publik, dan sumber daya manusia (SDM) aparatur. Yang sesuai dengan
pelayanan di desa UU No. 6/2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan bahwa
salah satu tujuan dari pengaturan tentang Desa adalah untuk meningkatkan pelayanan
bagi masyarakat desa. Dengan demikian warga Desa akan semakin dekat dengan
penyelenggara layanan yaitu Pemerintah Desa yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelayanan publik melalui penerapan electronic government?
2. Bagaimana konsep dan perbandingan e government dan e governounce?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Publik Melalui Penerapan Electronic Government


Teknologi merupakan bentuk perkembangan jaman. Seluruh manusia di muka
bumi dipaksa untuk membuka mata pada perubahan teknologi yang sedemikian cepat
dan mempengarhi segala aspek kehidupan. Tak dipungkiri, kemajuan teknologi
mempercepat segalanya, termasuk pelayanan publik. Sudah bukan rahasia umum jika
pelayanan publik di negeri ini dapat dikatakan jauh panggang dari api. Cepat hanya
untuk pihak-pihak tertentu. Keberadaan teknologi diharapkan menjadi jawaban untuk
menyamaratakan kecepatan pelayanan. Pelayanan Negara terhadap warga negaranya
merupakan amanat yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan diperjelas kembali dalam Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik). UU
Pelayanan Publik mengatur prinsip-prinsip pemerintahan yang baik agar fungsi-
fungsi pemerintahan berjalan efektif. Pelayanan publik dilakukan oleh instansi
pemerintahan atau koporasi untuk dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi
manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi
kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan
sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi
publik (Purnamasari).
Di hampir semua negara maju di Amerika dan Eropa, pelayanan publik telah
mengandalkan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya, semua proses layanan
publik dapat diakses oleh seluruh warga negara secara terintegrasi dengan cepat.
Sistem layanan tersebut dikenal dengan sebutan electronic government system (e-
government system). Tujuan besar penerapan e-government system yaitu untuk
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, dimana layanan pemerintahan
bersifat transparan, akuntabel, dan bebas korupsi. Egovernment system pada
hakikatnya merupakan proses pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
sebagai alat untuk membantu jalannya sistem pemerintahan dan pelayanan publik
yang lebih efektif dan efisien, dalam penyelenggaraannya, e-government system
mengacu pada dua hal, yaitu penggunaan teknologi informasi yang memanfaatkan
jaringan internet dan terbangunnya sebuah sistem baru dalam tata kelola
pemerintahan, namun sayangnya, selama ini penafsiran penggunaan teknologi
elektronik hanya sebatas alat manual dengan komputer sebagai sarana pelayanan di
lembaga penyedia layanan publik (Sosiawan 2008). Ada permasalahan kompleks
yang dihadapi dalam penerapan penerapan egovernment system untuk perbaikan tata
kelola pemerintahan. Masalah utamanya ialah resistensi dan kebimbangan saat
menyikapi adanya inovasi baru untuk mendobrak kebiasaan lama. Kumorotomo
(2008) merangkum dalam tiga aspek besar permasalahan dalam penerapan e-
government system, yaitu :
1.Aspek Budaya. Resistensi dan penolakan dari masyarakat dan jajaran aparat
pemerintah terhadap e-government system. Kurangnya kesadaran pada manfaat dan
penghargaan terhadap teknologi yang dipergunakan dalam e-government system,
serta keengganan berbagi data dan informasi, agar terintegrasi secara nasional di
seluruh lembaga penyedia layanan publik.
2.Aspek Kepemimpinan. Terjadi konflik kepentingan di tingkat pemerintah pusat dan
daerah. Peraturan yang belum tersosialisasikan dan penerapannya belum merata,
serta pengalokasian anggaran untuk pembangunan infrastruktur pelayanan publik
yang memanfaatkan e-government system dalam APBN/APBD belum menjadi
prioritas.
3.Aspek Infrastruktur. Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum
meratanya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, mengingat
secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan. Tenaga ahli di
daerah terpencil pun masih sangat jarang, jika tidak mau dikatakan tidak ada,
sertasistem layanan publik di Indonesia tidak memiliki standar yang baku.
(Irwanto&Saputro 2010)
2.2 Konsep Dan Perbandingan E Governance Dan E Government
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya
secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
dalam volume yang lebih besar secara cepat dan akurat. Dengan memanfaatkan koneksi
internet, maka akan muncul sangat banyak pengembangan layanan dari pemerintah kepada
masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat
dapat secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian,
melakukan secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik lainnya

Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik


merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional,
terutama dalam transaksi perdagangan, sehingga pemerintah harus mampu
memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat internasional agar
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat meletakkan bangsa Indonesia pada posisi
yang serba salah. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global
tersebut akan membawa masyarakat ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan
informasi.

Pada dasarnya, setiap pembaruan dan perubahan yang dilakukan pemerintah


dimaksudkan dalam rangka menuju terwujudnya pemerintahan yang demokratis guna
terwujudnya sistem pemerintahan yang lebih baik (Good Governance). Transparansi
yang dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, dimana seluruh proses
pemerintahan dan informasinya dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.

Menyadari betapa pentingnya arti mewujudkan kepemerintahan yang baik, maka


pemerintah dituntut harus mampu meningkatkan kinerja. Sasaran yang menjadi
prioritas adalah mewujudkan pelayanan masyarakat yang efisien dan berkualitas,
sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing.
Oleh karena itu, dalam hal ini diperlukan perhatian pemerintah untuk melakukan
perubahan secara bertahap melalui manajemen perubahan menuju kearah
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (Good Governance).

Salah satu upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik adalah
mempercepat proses kerja serta modernisasi administrasi melalui otomatisasi di
bidang administrasi perkantoran, modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat. Pada hakekatnya tujuan tata kepemerintahan yang baik atau sering
disebut Good Governance adalah tercapainya kondisi pemerintahan yang dapat
menjamin kepentingan/pelayanan publik secara seimbang dengan melibatkan
kerjasama antar semua komponen pelaku (negara, masyarakat madani, lembaga-
lembaga masyarakat, dan pihak swasta).

Model e-Governance :

 G2G (Pemerintah ke Pemerintah) : Pertukaran informasi antara lembaga


atau departemen pemerintah, yaitu dalam batas-batas pemerintah disebut
interaksi G2G.
 G2C (Government to Citizen) : Seperti namanya, itu adalah interaksi antara
pemerintah dan warga negara. Ini melibatkan pembuatan antarmuka, untuk
memungkinkan masyarakat umum mengakses informasi dan layanan, kapan
pun dan di mana pun mereka mau. Mereka juga dapat memberikan umpan
balik sehubungan dengan kebijakan dan aturan.
 G2B (Government to Business) : Penyebaran informasi antara pemerintah
dan bisnis, adalah interaksi G2B. Ini berfokus pada pengurangan red-tapism,
membangun transparansi dan akuntabilitas di lingkungan bisnis.
 G2E (Pemerintah ke Karyawan) : Interaksi antara pemerintah dan karyawan
untuk meningkatkan moral dan kepuasan karyawan, dibuat lebih mudah dan
lebih cepat dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi.
Perbedaan Kunci Antara e-Government dan e-Governance

Poin-poin yang disajikan di bawah ini patut diperhatikan, sejauh menyangkut


perbedaan antara e-Government dan e-Governance:

1. Yang dimaksud dengan e-Government adalah penerapan TIK dalam operasi


pemerintah, sebagai alat untuk membuat pemerintah menjadi lebih baik. e-
Governance, di sisi lain, menyiratkan penggunaan TIK dalam
mentransformasikan dan mendukung fungsi dan struktur sistem.
2. Sementara e-Government adalah sebuah sistem, e-Governance adalah sebuah
fungsi.
3. e-Government adalah protokol komunikasi satu arah. Sebaliknya, e-
Governance adalah protokol komunikasi dua arah.
BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, T. (2006). Hambatan dan Tantangan dalam mewujudkan Good
Governance melalui penerapan e-Government di Indonesia. Prosiding Konferensi
Nasional Sistem Informasi, 194-197.

Nurhadryani, Y. (2009). Memahami konsep e-Governance serta hubungannya dengan


e-Government dan e-Demokrasi. In Seminar Nasional Informatika (pp. 111-117).
Risnandar, R. (2014). Analisis E-government Dalam Peningkatan Pelayanan .
Katalogis, 2(7).

Anda mungkin juga menyukai