Anda di halaman 1dari 4

PELUNCURAN TEKNOLOGI BARU DIBIDANG INFORMASI

Oleh Ari Pernanda, Muhammad Syafar

Saat ini peran pemerintah semakin meningkat, pemerintah yang dulu hanya
berfungsi sebagai redaktur dan pengawal peraturan, namun pemerintah juga
melaksanakan kehendak negara dan melaksanakan kepentingan umum. Dengan
mengubah paradigma pemerintah sebagai penguasa sebagai pelayanan,
pemerintah pada hakekatnya ingin meningkatkan efisiensi pelayanan publik
masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan literasi di era disrupsi. Dengan
perkembangan teknologi yang masif, tidak bisa dipungkiri bahwa semua aspek
kehidupan telah terdigitalisasi, termasuk di bidang administrasi pemerintahan.
Pelayanan publik yang selama ini dilaksanakan secara tradisional hingga kini
menjadi digital. E-Governance hadir untuk menjawab tantangan era disrupsi saat
ini. “e-government berarti bahwa lembaga pemerintah menggunakan teknologi
informasi (seperti jaringan area luas, internet dan teknologi informasi seluler)
yang memiliki kemampuan untuk mengubah hubungan dengan warga negara,
bisnis, dan pemerintah lainnya.”
E-government adalah salah satu yang paling penting. isu pemerintah untuk
pelayanan publik yang transparan dan akuntabel.Tata kelola elektronik (e-
government) tidak hanya mengubah cara layanan publik disediakan, tetapi juga
hubungan mendasar antara warga negara dan administrasi. Penghuni tidak harus
datang ke kantor untuk mengurus kebutuhannya, namun dengan menggunakan
internet sudah cukup menekan biaya yang dikeluarkan oleh penghuni. Dalam
implementasinya, e-government menghadapi tantangan saluran akses digital mana
yang dapat digunakan secara efektif dan efisien oleh publik dan pemerintah.
Keterlibatan lembaga swasta juga menentukan efektivitas e-government, karena
swasta dan lembaga non-komersial lainnya berpartisipasi aktif dalam
pembangunan suprastruktur dan infrastruktur yang diperlukan.
Keuangan adalah faktor kunci dalam perkembangan e-government saat ini.
Dihadapkan pada tantangan, birokrasilah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat, membuat perencanaan dan memprioritaskan pelayanan, serta
mengembangkan program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Termasuk munculnya regulasi organisasi sektor publik. Struktur organisasi yang
panjang ini tidak hanya memperlambat proses kerja, tetapi juga sering menjadi
sumber distorsi informasi, sehingga birokrasi tidak mampu merespon
permasalahan publik secara cepat dan memadai. Untuk mendorong transparansi
dan akuntabilitas administrasi publik, penggunaan sistem informasi mendapat
tempat yang sama dalam penyelenggaraan organisasi pemerintahan. Seperti kita
ketahui, transparansi dan akuntabilitas merupakan tolak ukur bagi otoritas publik
untuk mendapatkan kepercayaan publik. Oleh karena itu, e-government
merupakan salah satu senjata untuk mencapai tujuan tersebut melalui
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.Konsep e-government muncul
dari beberapa faktor utama seperti era globalisasi yang datang lebih cepat dari
yang diharapkan dan isu-isu seperti demokratisasi, hak asasi manusia, keadilan,
transparansi, korupsi, masyarakat sipil, tata kelola perusahaan yang baik,
perdagangan bebas, pasar terbuka, dll. Setiap bangsa menilai apakah yang
bersangkutan tidak mau mengasingkan diri dari masyarakat dunia. Perkembangan
teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) begitu pesat sehingga data,
informasi dan pengetahuan dapat tercipta dengan sangat-sangat cepat dan
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam
hitungan detik. masyarakat dunia tidak lepas dari peningkatan kinerja industri
swasta dalam menjalankan kegiatan ekonomi. E-Government adalah reformasi
atau paradigma manajemen baru yang mengacu pada keterbukaan informasi
publik yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk
menginformasikan tentang kegiatan pemerintah yang sedang berlangsung. Adopsi
e-government di Indonesia masih dalam tahap awal, sehingga banyak instansi
pemerintah yang mengklaim telah mengadopsi e-government sebenarnya hanya
pada tahap prospek online. Tantangan utama terletak pada kemampuan dan
kesiapan manajemen operator dan manajemen sumber daya manusia (SDM),
bukan teknologi yang mendukung e-government. Jika dibiarkan tidak
terselesaikan, hal itu dapat menyebabkan terciptanya kesenjangan
digital.Ketertarikan dengan e-government sebagai alat yang membuat pelayanan
publik menjadi efisien dan efektif menimbulkan beberapa masalah. Masalah
terbesar adalah resistensi dan kebimbangan untuk bereaksi terhadap inovasi baru
untuk mendobrak cara lama. Hal ini tercermin dari sikap masyarakat dan pejabat
yang bermusuhan dan menjijikkan terhadap sistem pemerintahan elektronik ini.
Kurangnya kesadaran dan apresiasi terhadap manfaat e-government dan
keengganan berbagi informasi untuk terintegrasi antar lembaga publik di tingkat
nasional. Benturan kepentingan juga tidak terhindarkan dalam hal administrasi
elektronik ini jika terjadi antara negara bagian dan kotamadya. Alokasi dana untuk
pembangunan infrastruktur e-government dalam APBN/APBD belum menjadi
prioritas. Mengingat wilayah Indonesia secara geografis terbagi menjadi beberapa
pulau, hal ini menimbulkan disparitas digital yang menyebabkan persebaran
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tidak merata. Hal ini karena
tenaga ahli di daerah terpencil masih sedikit dan pelayanan publik belum memiliki
standar yang seragam. Beberapa aspek harus diperhatikan dalam pelayanan publik
elektronik ini, seperti fakta bahwa pemerintah menggunakan TIK untuk
menyediakan informasi dasar. Fase ini ditandai dengan situs web lembaga yang
digunakan untuk mengkomunikasikan informasi administrasi seperti program
pemerintah dan persyaratan perizinan. Selanjutnya interaktif, yaitu fase dimana e-
governance dapat menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Di sini
masyarakat dapat menyampaikan pengaduan, informasi dan tanggapan secara
online. Kemudian tahap transaksi, i. H. fase dimana e-government memungkinkan
layanan publik dan layanan transaksi (pembayaran) secara online. Transformasi e-
government memungkinkan hubungan dua arah yang lebih saling
menguntungkan, layanan yang lebih berpusat pada warga, dan administrasi yang
responsif yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan publik.Kenyataannya,
implementasi e-government masih dipandang sebagai proyek yang “meledak-
ledak” atau bahkan sekadar proyek yang diikuti sebagai model fashion yang
trendi. Artinya, sebagian besar pelaku e-government, baik pemerintah maupun
non-pemerintah, masih merasa “aman” dan “nyaman” dengan memiliki website
dan tidak lagi mementingkan optimalisasi penggunaan e-government. Di sisi lain,
ada tuduhan aneh yang memberi kesan bahwa e-government hanyalah "proyek
penjualan" untuk "vendor" TIK dan pemasok perangkat keras dan perangkat
lunak.Secara administratif, e-governance yang diterapkan oleh pemerintah kota,
meskipun mengikuti pedoman Kementerian Komunikasi dan Informatika, ternyata
masih berorientasi pada kehadiran online, dua fase lainnya, yaitu transaksi dan
transformasi, belum diterapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan rehabilitasi
secara ekstensif melalui pelatihan, kursus dan workshop bagi penyelenggara
venue daerah. Resosialisasi implementasi e-government tidak hanya mengatur
aspek back office atau manajemen saja, tetapi juga bagian front office, sehingga
kontennya dapat diakses dan digunakan secara publik.Pakar telematika ITB Budi
Raharjo pernah menjelaskan bahwa teknologi informasi merupakan bidang baru.
Secara umum, pemerintah jarang memiliki staf yang kredibel di bidang ini. SDM
yang dapat Anda percayai bersedia mempelajari bidang baru, biasanya di
lingkungan perusahaan atau industri. pemerintah yang begitu membatasi
seringkali menjual solusi yang cacat atau mahal untuk disalahgunakan oleh
oknum perusahaan di lapangan. Masalahnya adalah mengamankan sumber daya
manusia dengan standar kualifikasi domain TIK lebih sulit daripada masalah
teknis untuk beberapa otoritas: hanya ada 3-5 orang dengan keterampilan TIK di
domain dan beberapa tidak.

Kesimpulan
Saat ini peran pemerintah yang dulu hanya berfungsi sebagai redaktur dan
pengawal peraturan. E-Government ini manjadikan reformasi atau paradigma
manajemen baru yang mengacu pada keterbukaan informasi publik. Pelayanan
publik yang selama ini dilaksanakan secara tradisional hingga kini menjadi digital.
Masyarakat dunia tidak lepas dari peningkatan kinerja industri swasta dalam
menjalankan kegiatan ekonomi. e-government ini lah salah satu senjata untuk
mencapai tujuan tersebut melalui pemanfaatan information system and
communication. Kontekstual e-government muncul dari beberapa faktor utama.
Faktor tersebut terdiri dari demokratisasi, hak asasi manusia, keadilan,
transparansi, korupsi, masyarakat sipil, tata kelola perusahaan yang baik,
perdagangan bebas, pasar terbuka, era globalisasi yang dating lebih awal dari
perkiraan, dll. Setiap bangsa menilai apakah yang bersangkutan tidak mau
mengasingkan diri dari masyarakat dunia. Perkembangan information system
begitu pesat. Hal ini mengakibatkan pengetahuan, yg berisi data dan informasi
dapat tersebar dengan sangat cepat ke semua kalangan di belahan dunia dalam
hitungan second. Adopsi e-government di negara kita masih dalam masa
perkembangan, oleh karena itu banyak instansi pemerintahan yang mengklaim
telah mengadopsi e-government sebenarnya hanya pada tahap prospek online.
Rintangan awal terletak pada keahlian dan perencanaan operator manajemen
sumber daya manusia (SDM), bukan teknologi yang mendukung e-government.
Jika dibiarkan tidak terselesaikan, hal itu dapat menyebabkan terciptanya
kesenjangan digital.
DAFTAR PUSTAKA

Depkominfo, 2004. Kondisi Situs Web Pemerintah Daerah. Sumber :


http://www.depkominfo.go.id Diakses 20 Januari 2015
Rdewia, Dampak Otonomi Daerah Terhadap Pelayanan Publik, Diakses dari
http://education-lili.blogspot.com/2012/03/dampak-otonomi-
daerahterhadap.html, pada tanggal 28 Desember 2012.
Sosiawan, E. A. 2008. Evaluasi Implementasi E-Government pada Situs Web
Pemerintah Daerah di Indonesia : Perpektif Content dan Manajemen. http:/
/edw.dosen.upnyk.ac.id.
Utomo, S. D. 2008. Penanganan Pengaduan Masyarakat Mengenai Pelayanan
Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis dan Birokrasi. 15
(3).
Wikipedia, Pelayanan Publik, Diakses dari http:// id. wikipedia. org/ wiki/
Pelayanan_publik, pada tanggal 28 Desember 2012.
Yosa, Pelayanan Publik, Good Governance dan Asas-asas Umum Pemerintahan
Yang Baik, Diakses dari http://itjen-depdagri.go.id/article-23-
pelayananpublik-good-governance-amp-aaupb-dalam-diskresi.html, pada
tanggal 24 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai