Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

OLEH:

I GUSTI AYU NGURAH WIDYANINGSIH

NIM: 239013086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO
PRILAKU KEKERASAN

1. Kasus (masalah utama)


Risiko Prilaku Kekerasan ,Perilaku kekerasan merupakan gejala positif dari skizofrenia.
Menurut Yosep (2010) Perilaku kekerasan dapat ditandai dengan adanya tanda dan gejala
sebagai berikut:
a. Fisik Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir.
b. Verbal Bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras, Ketus
c. Perilaku Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Factor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1) Faktor Biologis
a) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri) Teori ini
menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)Pengalaman marah
adalah akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistimlimbik berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah
2) Factor Psikologis
a) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi) Menurut
teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Behavior Theory (Teori Perilaku) Kemarahan adalah proses
belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang
mendukung.
c) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi) Bertingkah laku adalah
kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan
memenuhi melalui berprilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
a) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk merespon asertif atau agresif.
b) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Perilaku kekerasan
dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi
b. Factor Prepitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,kehilangan,
kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang
terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin, 2015)
c. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi koping pasien yang dapat membantu pasien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstrukstif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi, respresi, denial dan
reaksi formasi (Dermawan &Rusdi 2013).
Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada pasien
marah untuk melindungi diri antara lain :
 Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia yang artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
 Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, namun berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
 Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke dalam alam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu di
tekannya dan pada akhirnya ia mampu melupakannya.
 Reaksi Formasi .Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap juga perilaku yang berlawanan dan juga
menggunakannya sebagai rintangan. Misalkan seseorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
 Displancement. Yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya telah membangkitkan emosi tersebut. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
d. Rentang Respon

Respon maladaktif
Respon
adaktif

asertif Frustasi pasif agresif


Prilaku
kekerasan

Gambar 1 Rentang Respon Marah


Sumber : (Stuart 2016)

Keterangan :

Menurut Yususf (2015) rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal
(adaptif) sampai dengan tidak normal (maladaptif).

 Asertif : Pasien dapat mengungkapkan kemarahan yang diungkapkan tanpa


menyakiti orang lain
 Frustasi : Pasien mengalami kegagalan mencapai
tujuan, tidak realitas/terhambat
 Pasif : Respons lanjutan dari pasien yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan
 Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Perilaku kekerasan/amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol
(amuk).
e. Fase – fase Prilaku Kekerasan

Fase Definisi Tanda dan gejala


Pemicu Peristiwa terjadi atau Gelisah, ansietas,
keadaan iritabilitas,
di lingkungan berjalan mondar-mandir,
memunculkan otot
respons klien, yang sering tegang, pernapasan
kali cepat, berkeringat, suara
dalam bentuk kemarahan keras, marah.
atau permusuhan.
Eskalasi Respon klien Wajah pucat atau
memperlihatkan kemerahan,
peningkatan perilaku berteriak, bersumpah,
yang agitasi,
mengindikasikan mengancam, menuntut,
pergerakaan menuju mengepalkan tangan,
kehilangan kembali. gestualir
mengancam,
menunjukkan sikap
bermusuhan, kehilangan
kemampuan untuk
menyelesaikan masalah
atau berpikir jernih.
Krisis Periode krisis emosional Kehilangan kendali fisik
dan dan
fisik ketika klien emosional, melemparkan
kehilangan kendali. bendabenda,
menggigit, mencakar,
menjerit, memekik, tidak
mampu
berkomunikasi dengan
jelas.
Merendahkan suara,
ketegangan
oto berkurang,
komunikasi lebih jelas
dan lebih rasional,
relaksasi fisik.
Pascakrisis Klien berusaha Menyesal, meminta
memperbaiki maaf, menangis, perilaku
hubungan dengan orang menarik diri.
lain
dan kembali ke tingkat
fungsi
sebelum insiden agresi
dan kembali seperti
semula.

f. Klasifikasi jenis dan sifat masalah


1) Irritable aggression Merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan
marah. Agresi ini dipicu oleh oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit
pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi dengan
intensitas emosional yang tinggi (directed against an available target)
2) Instrumental aggression Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya untuk mencapai tujuan politik
tertentu dilakukan tindak kekerasan secara sengaja dan terencana
3) Mass aggression Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai
akibat kehilangan individualitas dari masing-masing individu. Pada saat
orang berkumpul terdapat kecenderungan berkurangnya individualitas,
bila ada ada seseorang yang mempelopori tindak kekerasan maka secara
otomatis semua akan ikut melakukan kekerasan yang dapat semakin
meninggi karena saling membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak
kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi instrumental (sebagai
provokator) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak
terkendali (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015)
3. Pohon masalah

Risiko Prilaku kekerasan :


Amuk

Gangguan konsep diri : HDR

Gangguan konsep diri : HDR

4. Diagnosa Keperawatan
1) Mekanisme koping tidak efektif
2) Gangguan konsep diri (HDR)
3) Resiko perilaku kekerasan

5. Rencana Tindakan Keperawatan


N Diagn Perencanaan
o ose
kepera
watan
Tujuan Kriteria Tindakan keperawatan
Evaluasi
1 Perila 1. Pasien dapat Membina 1. Pasien 2. Sapa Pasien dengan
ku hubungan mengungkapkan ramah secara
kekera saling percaya keadaannya saat ini komunikasi
san (BHSP). 2. Pasien mampu terapeutik.
2. Membantu menjawab salam 3. Memperkenalkan
Pasien untuk 3. Pasien mau diri secara sopan
menemukan apa membalas jabat 4. Tanyakan nama
penyebab perilaku tangan lengkap dan nama
kekerasan. 4. Pasien mampu panggilan yang
3. Membantu Pasien untuk menyelesaikan disukai Pasien.
mengenali tanda dan masalah tanpa 5. Berikan perhatian
gejala perilaku melakukan tindakan pada Pasien dan
kekerasan kekerasan. perhatikan
4. Mengidentifikasi 5. Pasien mampu kebutuhan dasar
perilaku kekerasan yang menyebutkan tanda Pasien
dilakukan Pasien saat dan gejala saat 6. Bantu Pasien
marah. marah. mengidentifikasi
5. Mengidentifikasi 6. Pasien mampu kebutuhan yang
tentang akibat dari mengetahui tindakan belum terpenuhi.
melakukan perilaku yang dilakukan 7. Minta Pasien untuk
kekerasan. sangat merugikan mempraktekkan
6. Membantu menyebutkan dirinya dan orang lain 8. Minta Pasien untuk
cara mengendalikan 7. Pasien dapat menyebutkan akibat
perilaku kekerasan Perilaku Kekerasan
Pasien saat marah menghindari perilaku yang dialaminya.
timbul. Kekerasan 9. Minta Pasien untuk
7. Mengajarkan pasien 8. Pasien dapat menyebutkan cara
untuk melakukan latihan mengontrol perilaku mengendalikan
fisik yaitu tarik nafas kekerasan. Perilaku kekerasan
dalam 9. Pasien mampu saat marah timbul
menirukan 10. Minta Pasien untuk
menggunakan cara mempraktekan
fisik untuk latihan Tarik nafas
mengontrol Perilaku dalam.
Kekerasan

1. Mengajarkan 1. Minta Pasien untuk


2 Pasien 1. Pasien mampu dapat melakukan cara fisik
melakukan cara melakukan latihan dan membantu
fisik ke 2 yaitu cara fisik ke 2 untuk Pasien untuk
pukul kasur dan mengendalikan membuat jadwal
bantal dan Perilaku Kekerasan. tersebut.
memasukkan
dalam jadwal.

1. Membantu 1. Minta Pasien untuk


3 Pasien 1. Pasien mampu mempraktekan cara
mengendalikan mengendalikan atau mengendalikan
perilaku mengontrol Perilaku Perilaku Kekerasan
kekerasan Kekerasan dengan dengan cara verbal
secara verbal cara verbal. serta membantu
dab menjadwalkannya
memasukkan
dalam jadwal

1. Membantu 1. Minta Pasien untuk


Pasien untuk 1. Pasien mampu mempraktekan cara
4 Mengendalikan Pasien Mengendalikan fisik dengan cara
mampu mengendalikan Perilaku kekerasan spriritual dan
atau mengontrol menjadwalkannya
Perilaku Kekerasan demngan cara
dengan cara verbal. spiritual.
- Pasien mampu
mengendalikan
Perilaku kekerasan
- Minta Pasien untuk
mempraktekan cara
mengendalikan Perilaku
Kekerasan dengan cara
verbal serta membantu
menjadwalkannya.
- Minta Pasien untuk
mempraktekan cara fisik
- Pasien dapat
mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan cara
fisik yaitu dengan pukul
kasur atau bantal Pasien
mampu mengontrol
Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan
secara spiritual
dan memasukkan
dalam jadwal

1. Membantu
Pasien latihan 1. Minta Pasien untuk
5 mengendalikan 1. Pasien dapat membuat jadwal
perilaku melaksanakan minum dengan teratur
kekerasan obat dengan cara minum obat.
dengan obat dan teratur dan
memasukan dalam mengetahui
jadwal penggunaan obat
tersebut.

SP 1 Keluarga :
1. Menyebutkan 1. Minta keluarga
6 Pengertian perilaku 1. Keluarga mampu untuk menyebutkan
kekerasan dan proses menyebutkan tentang pengertian dan
terjadinya masalah pengertian serta proses terjadinya
perilaku kekerasan. proses terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku Kekerasan
Minta keluarga
Keluarga mampu untuk
merawat Pasien menyebutkan cara
dengan perilaku
kekerasan.

SP 2 Keluarga

1. Menyebutkan cara
merawat Pasien perilaku
kekerasan 1. merawat Pasien
1 Keluarga mampu dengan
merawat Pasien Perilaku Kekerasan.
dengan Perilaku
Kekerasan.
Sp 3 keluarga

1. Membuat jadwal
aktifitas dan minum obat 1. Keluarga mampu 1. Minta keluarga
Pasien dirumah membuat jadwal untuk
aktivitas maupun mempraktekkan cara
jadwal minum obat merawat Pasien
dengan teratur dengan Perilaku
Kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, A. 2021. Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien Skizofrenia dengan Masalah Isolasi
Sosial Menarik Diri. Diakses tanggal 30 September 2021 jam 08.00 dari
http://eprints.umpo.ac.id/6732/
Dermawan, R, & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Damayanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Direja, SNAH. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fadly, M., & Hargiana, G. 2018. Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Isolasi Sosial
Pasca Pasung. Faletehan Health Journal, 5(2), 90-98.

Anda mungkin juga menyukai