Anda di halaman 1dari 11

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi

terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan

marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku kekerasan atau

agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang

secara fisik maupun psikologis (Riyadi & Purwanto, 2009). Perilaku kekerasan

menurut Kusumawati dan Hartono (2011) adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya

sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan aduh, gelisah yang tidak

terkontrol.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang

yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Yusuf et al., 2015).

Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri

atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri (Nurhalimah. 2016).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku

kekerasanadalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri,

orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan

karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun

psikologis.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling

maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai

respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan

sebagai ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan

yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang

kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,

atau lingkungan (Keliat, 1991).

B. Etiologi

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah

terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai

kepercayaan maupun keyakinan berbagai pengalaman yang dialami setiap

orang merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi mungkin tidak

terjadi perilaku kekerasan (Direja, 2011).

a. Faktor biologis

Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku

kekerasan yaitu sebagai berikut:

1) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis

mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls

agresif.

2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,


noreineprin, dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan dalam

memfasilitasi dan menghambat impuls negatif).

3) Pengaruh genetik menurut riset Murakami (2007) dalam gen manuasia

terdapat doman (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika

terstimulasi oleh faktor eksternal.

4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan

sistem serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi

terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Faktor psikologis menurut Direja (2011)

1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai tujuan mengalami

hambatan akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilaku

kekerasan.

2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak

menyenangkan.

3) Rasa frustasi

4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.

5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya

kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego

dan dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan

dapat memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta

memberi arti dalam kehidupan.


6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang

dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku

kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran

eksternal dibanding anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.

c. Faktor sosio kultural

1) Social environment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap

perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di

terima.

2) Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetus perilaku kekerasan sering kali berkaitan

dengan :

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas

seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,

perkelahian masal, dan lain-lain.

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan

menempatkan diri sebagai seorang yang dewasa.

d. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi

rasa frustasi.

e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

keluarga.

3. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme koping

klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme

koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme

koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti

displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.

a. Displacement

Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu

seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.

b. Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.

c. Depresi

Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran


yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.

d. Reaksi formasi

Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan

apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

C. Rentang Respon

Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah. Perilaku

agresif dan perilaku kekerasan sering di pandang sebagai rentang di mana agresif

verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang

menimbulkan emosi, perasaan frustasi, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi

perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang

perilaku agresif atau melukai karena menggunakan koping yang tidak baik.

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif:

Keterangan:

1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan

orang lain dan memberikan kenyamanan

2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif

3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

4. Agresif : perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang

kuat serta hilangnya kontrol

5. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan

Karakteristik Pasif Asertif Amuk


Nada bicara - Negative - Positif - Berlebihan
- Menghina diri - Menghargai diri - Menghina orang
- Dapatkah saya sendiri lain
lakukan? - Saya dapat/akan - Anda selalu/tidak
- Dapatkah dia lakukan pernah
lakukan?
Nada suara - Diam - Diatur - Tinggi
- Lemah - Menuntut
- Bergerak
Sikap tubuh - Melorot - Tegak - Tegang
- Menundukkan - Relaks - Bersandar kepala
kepala
Personal space - Orang lain dapat - Menjaga jarak - Memiliki
masuk pada yang teritorial orang
territorial menyenangkan lain
peribadinya - Mempertahankan
hak
tempat/teritorial
Gerakan - Minimal - - Mengancam,
- Lemah Memperlihatkan ekspansi gerakan
- Resah gerakan yang
sesuai
Kontak mata - Sedikit/tidak ada - Sekali-sekali - Melotot
(intermiten) sesuai
dengan kebutuhan
interaksi
D. Diagnosa

Keperawatan Pohon
Risiko mencederai diri
Masalah sendiri,orang lain, dan
lingkungan.

Perilaku kekerasan.

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah.

No Data yang Ditemukan Data yang Perlu Dikaji


1 Wajah memerah dan tegang Ungkapan berupa ancaman
2 Pandangan tajam Ungkapan kaa-kata kasar
3 Mengatupkan rahang dengan Ungkapan ingin memukul atau
kuat melukai
4 Mengepalkan tangan
5 Bicara kasar
6 Suara tinggi, menjerit atau
berteriak
7 Mondar mandir
8 Melempar atau memukul
benda atau orang lain

Diagnosa keperawatan :
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.


D. Tindakan Keperawatan

Diagnosa Pertemuan Intervensi (Pada Pasien)


1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK
yang dilakukan, akibat PK
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat,
verbal, spiritual
1
3. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
2
cara, kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat
RESIKO
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri
PERILAKU
pujian
KEKERASAN
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3
3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak
dengan benar)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat dan verbal
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat &
verbal. Beri pujian
4 2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat, verbal dan spiritual
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat &
verbal & spiritual. Beri pujian
5 s.d 12
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri
3. Nilai apakah PK terkontrol
Diagnosa Pertemuan Intervensi (Pada Pasien)
5. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK
yang dilakukan, akibat PK
6. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat,
verbal, spiritual
1
7. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
8. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik
4. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
5. Latih cara mengontrol PK dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
2
cara, kontinuitas minum obat)
6. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat
RESIKO 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri
PERILAKU pujian
KEKERASAN 5. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3
3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak
dengan benar)
6. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat dan verbal
4. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat &
verbal. Beri pujian
4 5. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
6. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat, verbal dan spiritual
4. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat &
verbal & spiritual. Beri pujian
5 s.d 12
5. Nilai kemampuan yang telah mandiri
6. Nilai apakah PK terkontrol

Diagnosa Pertemuan Intervensi (Pada Keluarga)


1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
RESIKO
proses terjadinya PK (gunakan booklet)
PERILAKU 1
3. Jelaskan cara merawat PK
KEKERASAN
4. Latih satu cara merawat PK dengan
melakukan kegiatan fisik: tarik nafas dalam dan
pukul kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
2 3. Latih cara memberikan/membimbing minum
obat
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik dan memberikan
obat. Beri pujian
2. Latih cara membimbing: cara bicara yang
3
baik
3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat,
latihan bicara yang baik & kegiatan spiritual.
Beri pujian
4
2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat,
cara bicara yang baik & kegiatan spiritual dan
5 s.d 12 follow up. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

Anda mungkin juga menyukai