Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN KASUS RESIKO PRILAKU KEKERASAN

Disusun oleh :
Henrika Meylina S
22.14901.14.14

Dosen pengampu :

Ns. Mujahidin, S.Kep, M.Kes

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. MASALAH KEPERAWATAN : PERILAKU KEKERASAN

II. PROSES TERJADINYA

MASALAH A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (kusumawati dan hartono,
2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (stuart dan sundeen, 2010).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dalam harnawati,
2012).
Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (stuart dan
sundeen, 2010).
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara
fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 2013).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-barang (Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik (Ketner et al…2014).

B. Tanda dan gejala


1. Fisik
Mata melotot/pendangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, ketus
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

C. Rentang respons

Respons Adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar : rentang respons perilaku kekerasan
Sumber : Keliat 2012
Keterangan :
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenagan
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Tabel : perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/kekerasan


PASIF ASERTIF AGRESIF
ISI Negatif dan Postif dan Menyombongka
PEMBICARAAN merendahkan menawarkan diri, n diri,
diri, contohnya merendahkan
contohnya perkataan : “saya orang lain,
perkataan : dapat…..” “saya contohnya
“dapatkah akan …..” perkataan :
saya?” “kamu
“dapatkah selalu””kamu
kamu?” tidak pernah…”
TEKANAN Cepat, Sedang Keras dan
SUARA lambat, ngotot
mengeluh
POSISI BADAN Menundukka Tegap dan santai Kaku, condong
n kepala ke depan
JARAK Menjaga Mempertahankan Siap dengan
jarak dengan jarak yang jarak akan
sikap nyaman menyerang
acuh/mengab orang lain
aikan
PENAMPILAN Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam,
dapat tenag posisi
menyerang
KONTAK Sedikit/sama Mempertahankan Mata melotot
MATA sekali tidak kontak mata dan
sesuai dengan dipertahankan
hubungan
Sumber :Keliat (2012) dalam Fitria (2010)
D. Faktor predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil yang tidak
menyenangkan
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasa.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predsiposisi biologic

2. Faktor sosial budaya

Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif


sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura
bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor ini dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi.Budaya juga dapat membantu
mendefenisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.

Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku


kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam measyarakat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kekerasa.
3. Faktor biologis

Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris


ringan pada hipotalamus (system limbic) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal
(untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman
dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatsi, danhendak
menyerang objek yang ada disekitarnya.

Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:

a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis mempunyai


implikasi dan memfasiliats dan menghambat implus agresif. System limbic
sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons
agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan
bahwa berbagai neurotransmitter (epinerprin, neropineprin, dopamine,
asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan
menghambat implus agresif. Peningkatan hormone androgen dan nerofienrprin
serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal
merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku
agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki
oleh penghuni penjara tindak criminal (narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai gangguan
serebral, tumor otak (khsususnya pada limbic dan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

E. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa fakor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkunga.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3. Ketidaksipan seoarng ibu dalam merawat anaknya danketidakmampuannya dalam
menempatkan diri sebagai orang dewasa
4. Pelaku mungkin mempunyiai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan obat dan
alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

F. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang konstruktif dan
mengeksplorasikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial dan
reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :
1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang menyebabkan tekanan
darah menmingkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual sekresi HCL
meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran juga meningkat, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan
dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.

G. Pohon masalah

GPS : Halusinasi

Regimen terapeutik
Harga diri rendah
inefektif
kronis Isolasi sosial : menarik
diri

Koping keluarga tidak Berduka disfungsinoal


efektif

Gambar 8.2. Pohon masalah perilaku kekerasan


Sumber : Fitria (2009)
H. Masalah keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif

I. Data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Perilaku kekerasan Subjektif :
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata
kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalhkan dan menuntut
 Klien meremehkan
Objektif
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan maslah perilaku kekerasan antara lain


sebagai berikut :
1. Ketidakmanpuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba/alcohol

J. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan

K. Rencana asuhan keperawatan


Tujuan Asuhan Intervensi
Pasien mampu : Setelah …….x pertemuan, SP 1
 Mengidentifikasi pasien mampu :  Identifikasi penyebab,
penyebabdantanda  Menyebutkan penyebab tanda dan gejala serta
perilaku kekerasan tanda, gejala, dan akibat akibat perilaku
 Menyebutkan jenis perilaku kekerasan kekerasan
perilaku kekerasan yang  Latih cara fisik 1 : tarik
pernah dilakukan nafas dalam
 Menyebutkan akibat dari  Masukkan dalam jadwal
perilaku kekerasan yang harian pasien
dilakukan Setelah ……..x pertemuan, SP 2
 Menyebutkancara pasien mampu :  Evaluasi kegiatan yang
mengontrol perilaku  Menyebutkan kegiatan lalau (SP1)
kekerasan yang sudah dilakukan  Latih fisik 2 : pukul
 Mengontrolperilaku  Memperagakan cara fisik kasur/bantal
kekerasannyadengan untuk mengontrol  Masukkan dalam jadwal
cara : perilaku kekerasan harian pasien
Fisik Setelah……x pertemuan SP3
- Sosial/verbal pasien mampu :  Evaluasi kegiatan yang
- Spiritual  Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1dan 2)
-
- Terapi yang sudah dilakukan  Latih secara
 Memperagakan cara sosial/verbal
sosial/verbal untuk  Menolak dengan baik
- Psikofarmaka (obat mengontrol perilaku  Meminta dengan baik
kekerasan  Mengungkapkan
dengan baik
 Masukkan dalam jadwal
harian pasien
Setelah ……x pertemuan SP 4
pasien mampu :  Evaluasi kegiatan yang
 Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1, 2, dan 3)
yang sudah dilakukan  Latih secara spiritual
 Memperagakan cara  Berdoa
spiritual  Sholat
 Masukkan dalam
jadwal harian pasien
Setelah ….x pertemuan, SP 5
pasien mampu :  Evaluasi kegiatan yang
 Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1, 2, 3 dan 4 )
yang sudah dilakukan  Latih patuh obat :
 Memperagakan cara  Minum obat secara
patuh obat prinsip 5 B
 Susun jadwal minum
obat secara teratur
 Masukkan dalam
jadwal hariam pasien
Keluarga mampu : Setelah…….x pertemuan, SP 1
Merawat pasien di rumah keluarga mampu  Identifikasi masalah
menkjelaskan penyebab, yang dirasakan
tanda dan gejala, akibat keluarga dalam
serta mampu merawat pasien
memperagakan cara  Jelaskan tentangg
merawat perilaku kekerasan :
Penyebab
- Akibat
- Cara merawat
-
 Latih cara merawat
 RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah…..x pertemuan SP 2
keluarga mampu  Evaluasi kegiatan yang
menyebutkan kegiatan lalu (SP 1)
yang sudah dilakukan dan  Latih (stimulus) 2 cara
mampu merawat serta lain untuk merawat
dapat membuat RTL pasien
 Latih Langsung ke
pasien
 RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah…..x pertemuan SP 3
keluarga mampu  Evaluasi SP 1 dan SP
menyebutkan kegiatan 2
yang sudah dilakukan dan  Latih langsung ke
mampu merawat serta pasien
dapat membuat RTL  RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
Setelah …….x pertemuan SP 4
keluarga mampu  Evaluasi SP 1, 2, 3,
melaksanakan follow up  Latih langsung ke
dan rujukan serta mampu pasien
menyebutkan kegiatan  - RTL keluarga

yang sudah dilakukan - Follow up


Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

1. Anna, Budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(besic couse).


Jakarta :EGC
2. Purba, J M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Masalah Psikososial
dan Ganguan Jiwa. Medan : Usu Press.
3. Stuart dan Sundeen, 2005. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
4. Yosep, Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa Bandung : Refika Aditama.
5. Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehtan Jiwa. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai