Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN “D”

DENGAN ASMA DI RUANG RAWAT INAP


UPTD PUSKESMAS NUSA BAKTI
KECAMATAN BELITANG III
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :
HENRIKA MEYLINA SETIA YANTI
NPM : 22.14901.14.14
Dosen Pembimbing :
Ns.Dian Emiliasari,S.Kep.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA
HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022
FORMAT ACUAN ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN AN “D” DENGAN ASMA DIRUANG RAWAT INAP UPTD
PUSKESMAS NUSA BAKTI KECAMATAN BELITANG III
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2022

Nama Mahasiswa: Henrika Meylina Setia Yanti


Semester/Tingkat: 1
Tempat Praktek : UPTD Puskesmas Nusa Bakti
Tanggal Pengkajian :29 November 2022

I. DATA PASIEN
A. DATA UMUM
1. Nama Inisial Pasien : An”D”
2. TTL : -
3. Usia :6 tahun
4. Alamat : Karya Maju
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk RS/PKM : 29 November 2022
7. Nomor Rekam Medis : -
8. Bangsal : Rawat Inap UPTD Puskesmas Nusa Bakti

B. DATA UMUM PENANGGUNG JAWAB PASIEN


1. Nama Orang tua : Tn “B”
2. Umur : 35 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Petani
6. Pendidikan Terakhir : SMA
7. Alamat :Karya Maju
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Prenatal :
a. Faktor nutrisi ibu
Nutrisi pada masa kehamilan dapat berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Nutrisi yang buruk pada kehamilan dapat
menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR), lahir mati, menghambat
perkembangan otak, dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan
menyebabkan BBLR.
Menurut hasil penelitian di Vietnam, anemia (Hemoglobin < 11 g/dL)
pada akhir kehamilan memiliki efek yang buruk secara langsung terhadap
skor Bayley of Motor Infant and Toddler Development Motor Scales pada
usia 6 bulan.Lingkar lengan atas (LILA) ibu hamil berkorelasi positif
dengan berat badan bayi baru lahir.Suplementasi multiple mikronutrien
pada ibu hamil dengan LILA <225 cm meningkatkan kemampuan
kognitif anak pada usia enam tahun.
b. Faktor penyakit metabolik/hormonal ibu
Salah satu penyakit metabolik adalah diabetes melitus (DM). Anak
dari ibu dengan DM akan mengalami hambatan dalam perkembangan
otak.Skor Intelligence Quotione (IQ) anak menggunakan tes Wechsler
Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R) berkorelasi negatif
dengan metabolisme glukosa ibu hamil pada trisemester kedua dan ketiga.
Kadar glukosa ibu yang terganggu dapat mempengaruhi memori bayi dan
kemudian mempengaruhi kemampuan kognitif bayi.
Defisit perhatian dapat dijumpai pada anak dari ibu dengan DM
meskipun tidak terdapat penurunan skor IQ. Kadar glukosa lingkungan
yang terganggu berpengaruh pada defisit perkembangan psikomotor pada
bayi dari ibu dengan DM. Bayi dari ibu dengan DM cenderung memiliki
perkembangan bahasa dan bicara yang lambat.
c. Faktor bahan kimia, radiasi, mekanik
Konsumsi bahan kimia tertentu pada masa kehamilan dapat
menimbulkan efek yang buruk terhadap janin dan kehidupannya
selanjutnya. Beberapa obatobatan seperti thalidomide, dapat menyebabkan
kelainan kongenital. Konsumsi alkohol pada masa kehamilan dapat
menyebabkan anomali kongenital, penurunan skor IQ,retardasi
psikomotor, dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH).
Tembakau merupakan zat yang umum dikonsumsi selama masa
kehamilan. Persentase ibu hamil yang merokok sampai dengan 25%.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat melintasi plasenta. Efek
langsung nikotin memprediksi defisit pada pertumbuhan dan
perkembangan neurologis yang memiliki efek jangka panjang terhadap
fungsi otak, kognisi, dan tingkah laku. Bayi dari ibu yang merokok lebih
iritabel dan memiliki tonus otot yang kurang baik dibanding bayi dari ibu
yang tidak merokok. Kemampuan bahasa bayi dari ibu hamil yang
merokok juga lebih buruk.Paparan radium dan sinar Rontgen dapat
menyebabkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, retardasi mendal,
dan spina bifida. Posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
d. Faktor penyakit infeksi
Infeksi yang sering menyebabkan kelainan kongenital adalah
toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks. Infeksi
Toxoplasma gondii menyebabkan chorioretinitis. Bayi dari ibu dengan
toxoplasmosis laten mengalami keterlambatan perkembangan motorik.
Infeksi rubella dapat menyebabkan sindroma infeksi rubella yang terdiri
dari gangguan pendengaran, kelainan mata dan jantung, dan disabilitas
sepanjang hayat lainnya seperti autisme, DM, dan disfungsi tiroid. Rubella
merupakan faktor risiko bagi keterlambatan perkembangan anak. Infeksi
cytomegalovirus (CMV) dan virus herpes mempengaruhi fungsi kognitif
dan menyebabkan perkembangan yang terlambat. Anak yang terinfeksi
Human Influenzae Virus (HIV) pada masa kehamilan memiliki skor
mororik dan kognitif rata-rata 1 sampai 2 standar deviasi (SD) lebih
rendah dibandingkan anak yang tidak terinfeksi HIV.
e. Faktor gangguan imunitas
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah ibu
dan janin sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin. Antibodi masuk ke peredaran darah janin yang menyebabkan
hemolisis. Hemolisis menyebabkan hiperbilirubinemia dan Kern ikterus
yang kemudian menyebabkan kerusakan jaringan otak.
f. Faktor stress/psikologis
Ibu hamil dapat mengalami tekanan psikologis. Kehamilan yang tidak
diinginkan, depresi prenatal, dan dukungan sosial berhubungan dengan
BBLR.26, 47 Kecemasan ibu pada masa kehamilan berasosiasi dengan
lebih buruknya kognisi secara keseluruhan. Gejala depresif yang membaik
selama prepartum dan postpartum berasosiasi dengan kemampuan motorik
halus yang lebih baik.
g. Hipertensi kehamilan/Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah ibu (sistolik ≥140
mmHg atau diastolik ≥110 mmHg) pada usia kehamilan ≥20 minggu.
Preeklamsia dapat menyebabkan masalah pada plasenta.50 Bayi lahir
preterm.

2. Intra natal :
3. Post natal :
a. Faktor kelainan genetik/kongenital
Beberapa kelainan genetik seperti sindroma down, fragile-X
syndrome, sindroma Angelman, dan sindroma lainnya dapat menyebabkan
gangguan perkembangan.Sindroma Down banyak ditemukan di Indonesia.
Anak dengan sindroma Down dapat mengalami retardasi mental,
gangguan perkembangan bahasa dan bicara, serta gangguan motorik.
Dibandingkan anak dengan retardasi mental lainnya anak dengan sindroma
Down memiliki kemampuan sosialisasi yang lebih baik.
b. Kelainan neurologis
Salah satu kelainan neural adalah cerebral palsy (CP). CP
didefinisikan sebagai kelaianan postur dan gerakan motorik yang persisten
tetapi tidak progresif. CP berasosiasi dengan keterbatasan aktivitas
fungsional, kognisi, dan masalah komunikasi, epilepsi, dan masalah
muskuloskeletal. Anak dengan CP akan mengalami hambatan
perkembangan motorik, dan dapat mengalami retardasi mental.
c. Nutrisi
Nutrisi merupakan faktor yang penting bagi tumbuh kembang anak.41
Kebutuhan nutrisi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mikronutrien, dan air.
d. Air susu ibu (ASI)
mengandung asam amino Omega-3 dan Omega-6 yang beperan
penting dalam perkembangan otak dan perkembangan motorik. World
Health Organization (WHO) pada tahun 2002 merekomendasikan
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan. Pemberian ASI
eksklusif selama >6 bulan memiliki skor IQ 3,8 poin lebih tinggi dari pada
anak yang tidak mendapat ASI (95% CI, 2.11–5.45). Anak yang
mendapatkan ASI eksklusif 4-6 bulan memiliki skor IQ 2.6 points (95%
CI, 0.87–4.27) lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
ASI.
e. Status gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.Status gizi dapat
ditentukan menggunakan anamnesis, pengukuran antopometri, dan
pengukuran biokimia. Prinsip penentuan status gizi secara antopometri
adalah dengan mengukur proporsi berat badan (BB) terhadap tinggi badan
(TB). Grafik acuan untuk penentuan status gizi adalah Center of Disease
Control 2000 dan WHO 2006. Presentil BB menurut umur dan TB
menurut umur juga dapat digunakan untuk skrining malnutrisi. Presentil
BB menurut umur digunakan dalam pemantauan pertumbuhan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Lingkar kepala jarang
digunakan sebagai pemantauan pertumbuhan kecuali pada anak yang
malnutrisi kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Solihin et al. dan
Zulaikhah menunjukkan status gizi berpengaruh terhadap perkembangan.
F. Infeksi kronis
Anak yang menderita sakit kronis seperti HIV, hepatitis B, dapat
terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya. Anak dapat
mengalami stres yang berkepanjangan akibat infeksi kronik.41 Anak yang
terinfeksi HIV pada kehidupan awalnya memiliki skor rata-rata motorik
dan kognisi 1 sampai 2 SD lebih rendah dibanding anak yang tidak
mengalami infeksi kronis.
g. Emosi/stress (psikososial)
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang tertekan akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya.26
Kekerasan fisik, emosional, dan seksual pada anak dapat mengaktifkan
glukokortikoid, neuroardenergik dan sistem oksitosin-vasopresin sebagai
respon pertahanan dapat menyebabkan kerusakan otak. Penelantaran anak
dapat menyebabkan hilangnya ikatan anak dengan orang tua.
h. Sosial ekonomi.
Sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Kemiskinan selalu berkaitan dengan
ketidakmampuan membeli makanan, sanitasi yang buruk, dan
ketidaktahuan yang dapat menghambat tumbuh kembang anak.26 Sosial
ekonomi dapat diukur menggunakan skor Bistok Saing.
i. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga yang damai dan kasih sayang dalam keluarga
penting untuk tumbuh kembang anak. Beberapa faktor yang mempunyai
dampak negatif terhadap pola interaksi keluarga adalah perkawinan yang
tidak harmonis, penyakit menahun salah satu anggota keluarga, dan
adanya gangguan jiwa dari salah satu anggota keluarga. Selain faktor-
faktor di atas, anak juga memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
agar perkembangannya optimal.
Kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisis biomedis (ASUH) yang berupa pangan, perawatan
kesehatan dasar, hiegiene, sanitasi, kesegaran jasmani, rekreasi, dan
sebagainya.
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) yang berupa ikatan erat, mesra,
dan selaras antara ibu dan anak.
3) Kebutuhan akan stimulus mental (ASAH) merupakan cikal bakal proses
pembelajaran (pendidikan dan pelatihan)

III. GENOGRAM KETERAGAN :


Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :

IV. RIWAYAT SOSIAL


a. Yang mengasuh: Hubungan dengan pengasuh baik
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan teman sebaya:Baik
d. Pembawaan secara umum:Baik, anaknya bisa diajak bersosialisasi

V. FISIOLOGIS
A Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Batuk tidak efektif Ya Dispnea ya
Tidak mampu batuk Sulit bicara
Sputum berlebih Ya Ortopnea
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi Ya Gelisah Ya
Kering
Mekonium di jalan napas Sianosis
Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah Ya
b Gangguan Penyapihan Ventilator
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Frekuensi napas meningkat Lelah
Penggunaan otot bantu napas Kuatir mesin rusak
Napas megap-megap (gasping) Fokus meningkat pada
Pernapasan
Upaya napas dan batuan ventilator Gelisah
tidak sinkron
Napas dangkal Auskultasi suara inspirasi
Menurun
Agitasi Warna kulit abnormal (mis.
pucat, sianosis)
Nilai gas darah arteri abnormal Napas paradoks abdominal
Diaforesis
Ekspresi wajah takut
Tekanan darah meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Kesadaran menurun
c Gangguan Pertukaran Gas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Ya Pusing
PCO2 meningkat/menurun Pengelihatan kabur
PO2 menurun Sianosis
Takikardia Diaforesis
pH arteri meningkat/menurun Gelisah
Bunyi napas tambahan Napas cuping hidung
Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/iregular,
dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
d Gangguan Ventilasi Spontan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Gelisah
Penggunaan otot bantu napas Takikardia
Meningkat
Volume tidal menurun
PCO2 meningkat
PO2 menurun
SaO2 menurun
e Pola Napas Tidak Efektif
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor

Dispnea Ortopnea

Penggunaan otot bantu pernapasan Ya Pernapasan pursed-lip

Fase ekspirasi memanjang Pernapasan cuping hidung

Pola napas abnormal (mis. Diameter thoraks anterior-


takipnea, bradipnea, posterior meningkat
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- Ventilasi semenit menurun
stokes)
Kapasitas vital menurun

Tekanan ekspirasi menurun

Tekanan inspirasi menurun

Ekskursi dada berubah

f Risiko Aspirasi

Faktor Risiko

Penurunan tingkat kesadaran


Penurunan refleks muntah dan/atau batuk
Gangguan menelan
Disfagia
Kerusakan mobilitas fisik
Peningkatan residu lambung
Peningkatan tekanan intrgastrik
Penurunan motilitas gastrointestinal
Sfingter esofagus bawah inkompeten
Perlambatan pengosongan lambung
Terpasang selang nasogastrik
Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube
Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah
Efek agen farmakologis
Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan bernapas
Pengobatan sekarang :
No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Paracetam 3x1 untuk mengatasi demam dan
ol meringankan nyeri. Namun, ada
beberapa hal yang perlu kamu
pahami sebelum dan selama
mengonsumsi obat ini agar kamu
terhindar dari efek samping atau
misinformasi yang berujung pada
kefatalan.

2. Cefadroxil 2x500 adalah obat antibiotik untuk mengata


mg si infeksi bakteri di tenggorokan,
tonsil, kulit, atau saluran kemih.
Selain itu, obat ini juga bisa
digunakan dalam pencegahan infeksi
jantung (endokarditis) sebelum
dilakukan operasi gigi atau tindakan
medis tertentu di saluran pernapasan.
3. Prednison 2x1 obat untuk membantu meredakan
peradangan pada beberapa kondisi,
seperti alergi, penyakit autoimun,
radang sendi, atau dermatitis kontak.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet
dan hanya boleh dibeli dengan resep
dokter. Prednison merupakan obat
golongan kortikosteroid.
4. Ambroxol 3x1 adalah obat yang dikenal
mampu mengencerkan dahak. Obat
ini juga umumnya diresepkan oleh
dokter untuk mengatasi batuk
berdahak, maupun gangguan
pernapasan lain akibat produksi
dahak yang berlebihan, seperti pada
penyakit bronkiektasis.
5. CTM 2X1 adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi gejala alergi atau
rhinitis alergi. Obat ini dapat
meredakan mata merah dan berair,
hidung meler, bersin, serta gatal di
kulit, hidung, mata, dan tenggorokan
akibat alergi. CTM tersedia dalam
bentuk tablet.
6. Salbutamo 3X1 untuk meredakan gejala asma dan
l gangguan pernapasan lainnya, seperti
bronkitis dan chronic obstructive
pulmonary disease. Obat ini
digunakan untuk mengatasi keluhan
yang terjadi, seperti batuk, sesak
napas, mengi, hingga sesak dada

Riwayat Imunisasi (pada anak) :


Jenis Imunisasi Ke-1 Ke-2 Ke-3
BCG Usia 1 bulan
Hepatitis B Bayi berusia
kurang dari 24
jam diberikan
hepatitis B
(HB-0)
DPT Usia 2 bulan
Polio Usia 1 bulan Usia 2 Usia 3
bulan bulan
Campak
Imunisasi lain yang pernah
dijalani

Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST)


a. Kemandirian dan bergaul : anak sudah menjadi lebih tidak bergantung
pada orang tuanya karena lingkaran pertemanannya semakin luas

b. Motorik Halus : Sudah bisa memberi tahu berapa usianya, mampu


menghitung dan memahami konsep angka.

c. Kognitif dan bahasa : bisa menghitung dan mengerti konsep angka, tahu
tentang waktu, misalnya mengatakan jam berapa, sudah bisa membaca
buku untuk anak seusianya, mampu menjelaskan hobi atau hal yang
Mereka sukai, seperti film atau kegiatan favorit.

d. Motorik Kasar : anak sudah bisa berjalan, merangkak atau berlari

Format Analisa Data, Diangnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,


Implementasi dan Evaluasi Dengan 3S (SDKI,SIKI,SLKI)
ANALISA DATA

Nama Klien : An “D” No.Med Reg : -


Ruang : 1 Hari/Waktu : Selasa, 29 November 2022
Jenis Kelamin :Laki-Laki Shift :Pagi

No Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom) Penyebab Faktor Masalah


Mayor Minor (Etiologi) risiko (Problem)
Subjektif Objektif Subjektif Objektif

1. Pasien Pasien tampak Pasien Pasien Hambatan Depresi Pola napas


mengatakan sesak mengatakan tampak upaya napas pusat tidak
batuk sesak susah tidur gelisah, pernapasan efektif
napas pucat

2 Pasien Pasien tampak Pasien Pasien Hipersekresi Spasme Bersihan


memgatakan sesak, Mengi mengatakan tampak jalan napas jalan napas jalan napas
batuk susah tidur gelisah tidak
berdahak efektif

DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI)


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan (b.d) hambatan upaya napas
dibuktikan dengan (d.d) sesak napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan (b.d) Hipersekresi
jalan napas dibuktikan dengan batuk tidak efektif
RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN Nama Px :AN “D” Ruangan :Perawatan UPTD


KEPERAWATAN Tgl Lahir : - Puskesmas Nusa Bakti
Laki-laki

TGL/ DIAGNOSIS (SDKI) TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (SIKI) NAMA


JAM HASIL (SLKI) /TTD
29 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Observasi :
November berhubungan dengan (b.d) selama 2x24 jam maka pola a.Monitor pola nafas
2022 hambatan upaya napas napas membaik, dengan b. Monitor sputum
dibuktikan dengan (d.d) Kriteria hasil : Terapeutik
batuk berdahak 1. Pola napas membaik a. Posisikan semi fowler
2. Mampu mengeluarkan atau fowler
sputum b. Berikan minum hangat
3. Frekuensi pernapasan c. Berikan oksigen, jika
dalam rentang normal perlu
Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator ,ekspektor
an,mukolitik, jika perlu

29 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Observasi :


November tidak efektif selama 2x24 jam maka a. Monitor pola napas
2022 berhubungan dengan bersihan jalan nafas membaik, b. Monitor tanda-tanda
(b.d) Hipersekresi jalan dengan Kriteria hasil : vital
napas dibuktikan dengan 1. Mampu melakukan batuk Terapeutik :
sesak napas, batuk tidak efektif a.Posisikan semi fowler
efektif, mengi, gelisah 2. Produksi sputum menurun b. Berikan 0ksigen
3. Mengi Edukasi :
4. Gelisah a. Anjurkan minum air
hangat
Kolaborasi :
a.Pemberian ekspektoran
CATATAN PERKEMBANGAN

LABEL TGL DAN IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/TTD


DIAGNOSIS JAM
0005 29 November a. Memonitor pola nafas Dalam waktu Hendrika
2022 b. Memonitor sputum 2x24 jam pola Meylina Setia
c. Memposisikan pasien semi fowler atau nafas kembali Yanti
fowler efektif
d. Memerikan minum hangat
e. Memberikan oksigen, jika perlu
f. Mengajarkan teknik batuk efektif
g. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator ,ekspektoran,mukolitik,
jika perlu

0001 29 November a. Memonitor pola napas Dalam waktu Hendrika


b. Memonitor tanda-tanda vital 2x24 Bersihan
2022 Meylina Setia
c. Memposisikan pasien semi jalan nafas
fowler/senyaman mungkin kembali efektif Yanti
d. Memberikan oksigen sesuai
kebutuhan
a. Menganjurkan pasien minum air
hangat
b. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian ekspektoran (OBH sirup
3x2 sendok )

LABEL TGL DAN IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/TTD


DIAGNOSIS JAM
0005 30 November a. Memposisikan pasien semi Dalam waktu Hendrika
2022 fowler/senyaman mungkin 2x24 jam pola Meylina
b. Memberikan minum hangat nafas kembali Setia Yanti
c. Mengajarkan teknik batuk efektif efektif

0001 30 November a. Memonitor tanda-tanda vital Dalam waktu Hendrika


2022 b. Memposisikan pasien semi 2x24 Bersihan Meylina Setia
fowler/senyaman mungkin jalan nafas Yanti
c. Memberikan oksigen sesuai kembali efektif
kebutuhan
d. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian ekspektoran (OBH sirup
3x2 sendok )

EVALUASI

LABEL TGL DAN EVALUASI NAMA DAN


DIAGN JAM TTD
OSIS
0005 29 S :Pasien mengatakan batuk Hendrika
November berdahak berkurang Meylina
2022 O :Pasien sudah membaik Setia Yanti
TD = -mmHg
T= 36,7 x/m
N=87 x/m
RR = 22 x/m
A :Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dilanjutkan
0001 29 S :Pasien mengatakan sesaknya Hendrika
November berkurang Meylina
2022 O :Pasien lebih tenang Setia Yanti
TD = -mmHg
T= 36,7 x/m
N=8 7x/m
RR = 23 x/m
A :Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dilanjutkan
LABEL TGL DAN EVALUASI NAMA DAN
DIAGN JAM TTD
OSIS
0005 30 S :Pasien mengatakan tidak ada Hendrika
November keluhan Meylina
2022 O :Pasien sudah membaik Setia Yanti
TD = -mmHg
T= 36,2 x/m
N=84 x/m
RR = 23 x/m
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan , pasien
pulang
0001 30 S :Pasien mengatakan tidak ada Hendrika
November keluhan Meylina
2022 O :Pasien lebih tenang Setia Yanti
TD = - mmHg
T= 36,2 x/m
N=85 x/m
RR = 23 x/m
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan, pasien
pulang

Anda mungkin juga menyukai