Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

Pengaruh sosial terhadap perkembangan anak dan bagaimana anak


menanggapi perubahan yang terjadi, saat ini menjadi tantangan bagi rehabilitasi anak
dengan kebutuhan khusus, seiring dengan perkembangan jaman. Isu sosial ini dimulai
dari unit terkecil yaitu adanya perubahan dari struktur keluarga. Di Australia, jumlah
keluarga dengan orang tua tunggal pada 2001 mencakup 29% dari seluruh keluarga di
Australia. Perubahan ini menimbulkan masalah bagi perkembangan dan emosional
anak karena anak akan kehilangan figur seorang ayah / ibu. Peningkatan mobilitas dan
tuntutan sosial ekonomi seringkali membuat pasangan untuk menunda memiliki anak.
Pasangan yang menunda memiliki anak hingga usia yang lebih tua akan
meningkatkan risiko kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan anak yang
dikandung. Bagi pasangan yang memiliki hanya satu anak, anak tersebut akan
kehilangan sosok saudara sekandungnya sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan anak di rumah. 1
Cerebral palsy (CP) adalah sekumpulan sindrom, dengan karakteristik
kelainan gerak dan postur yang disebabkan oleh lesi yang tidak progresif pada otak
yang belum matang (imatur). 2 Jumlah anak penderita CP dilaporkan meningkat 30
tahun terakhir dikarenakan semakin meningkatnya bayi prematur yang bisa
terselamatkan. Namun bayi yang terselamatkan tersebut mengalami masalah
perkembangan saraf dan kerusakan neurologis. Angka kejadian CP bervariasi antara
1-2 anak tiap 1000 kelahiran anak. Sedangkan menurut data Riskesdas 2010,
presentase untuk CP pada anak usia 24-59 bulan yang memiliki kelainan/cacat di
Indonesia sebesar 0,09%. Menurut sumber lain, prevalensi di Indonesia mencapai 1-5
per 1000 kelahiran hidup.3
Pengelolaan cerebral palsy memerlukan koordinasi multidisipliner meliputi
dokter spesialis rehabilitasi medik, anak, mata, THT, bedah ortopedi, gigi,
fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, ortotis, psikolog dan pekerja sosial.
Program rehabilitasi yang diberikan pada anak CP bertujuan untuk mencegah
komplikasi, meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien. Tujuan dari
rehabilitasi tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan keluarga terutama
orang tua. Proses rehabilitasi tidak hanya dilakukan di pusat rehabilitasi medik, home

1
program memiliki peranan yang sangat penting karena sebagian besar perkembangan
anak terjadi di rumah.2,3,4
Home program merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di rumah berupa
tugas atau latihan. Menurut Hinchcliffe (2007), dalam membuat home program, harus
selalu didiskusikan dengan keluarga dan orang tua harus berperan aktif dan terus
mengulanginya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Home program bersifat
individualis bergantung pada kemampuan dan masalah yang dihadapi, dan hanya
tidak mencakup fisioterapi atau okupasi terapi saja namun juga harus mencakup
masalah sosialekonomi dan psikologis yang dihadapi pasien.4

2
BAB II
CEREBRAL PALSY

2.1 Definisi
Cerebral palsy (CP) adalah sekumpulan gejala, dengan karakteristik kelainan
gerak dan postur yang disebabkan oleh lesi yang tidak progresif pada otak yang belum
matang (imatur). Karakteristik yang khas dari sindrom ini adalah adanya perubahan
pada tonus otot dan postur, baik pada saat istirahat maupun dengan aktivitas volunter.
Definisi cerebral palsy menunjukkan bahwa proses patologis yang mendasari di otak
tidak progresif dan terjadi pada awal pembentukan otak. 2

2.2 Epidemiologi
Cerebral palsy adalah salah satu penyebab disabilitas yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Insiden yang dilaporkan bervariasi, tetapi berkisar antara 2
sampai 3 per 1000 kelahiran hidup. Collaborative Perinatal Project mendapatkan
angka prevalensi 5,2 per 1000 kelahiran hidup sampai usia 1 tahun. Penelitian paling
baru di Amerika Serikat sesuai dengan angka prevalensi rata-rata CP di negara-negara
industri, yaitu 2 per 1000 kelahiran hidup.6
Ada harapan bahwa kemajuan di dalam penanganan neonatus dapat
menurunkan insiden CP pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Pada
dekade terakhir, ada kecenderungan peningkatan keberhasilan hidup pada bayi
premature dengan berbagai komplikasi medisnya. Walaupun secara umum keluaran
neonatal membaik, tetapi kemampuan bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500
gram) dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (<1500 gram) memilik resiko
CP yang lebih besar. Selain berat badan lahir kurang dari 2500 gram, beberapa faktor
lain merupakan faktor resiko untuk terjadinya CP (Tabel 1). Usia kehamilan kurang
dari 32 minggu merupakan suatu faktor prediksi yang paling kuat untuk terjadinya
CP. Analisis multivariabel menunjukkan bahwa ibu dengan retardasi mental,
gangguan kejang atau hipertiroidisme, riwayat 2 atau lebih kematian bayi
sebelumnya, saudara kandung dengan defisit motorik, perdarahan pada trimester
ketiga atau peningkatan ekskresi protein urine dan bradikardi janin, korionitis, berat
plasenta rendah, malformasi janin dan serangan kejang neonatal, semuanya
meningkatkan resiko CP.2,4,6

3
Tabel 1. Faktor resiko yang berhubungan dengan CP
Umum
Umur kehamilan < 32 minggu
Berat badan lahir < 2500 gram
Riwayat ibu
Retardasi mental
Gangguan kejang
Hipertiroid
Riwayat ≥ 2 kematian janin sebelumnya
Saudara kandung dengan defisit motorik
Selama kehamilan
Kehamilan kembar
Pertumbuhan janin terganggu
Perdarahan trimester ketiga
Peningkatan ekskresi protein urine
Korionitis
Pelepasan plasenta prematur
Berat plasenta rendah
Faktor janin
Kelainan presentasi janin
Malformasi janin
Bradikardi janin
Serangan kejang neonatal

2.3 Etiologi
Lesi otak yang menyebabkan cerebral palsy dapat terjadi pada periode
prenatal, perinatal dan post natal. Penyebab lesi ini berkaitan dengan mekanisme lesi
otak yang sangat bervariasi. Saat ini, penyebab paling sering berhubungan dengan lesi
otak yang terjadi pada anak yang lahir prematur. Kombinasi dari imaturitas,
vaskularisasi otak yang rapuh dan stres fisik pada prematur bergabung sebagai
predisposisi terjadinya gangguan aliran darah otak pada anak-anak ini. Pembuluh
darah yang paling rentan ditemukan pada daerah perbatasan vaskuler (watershed
zone) di sebelah ventrikel lateralis, pada kapiler dari matriks germinal. 2

4
Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah juga mempunyai insiden infark
hemoragik periventrikuler yang meningkat, yaitu nekrosis hemoragik di lateral sudut
luar ventrikel lateralis. Ini dipikirkan sebagai perdarahan yang berasal dari vena dan
biasanya asimetris. Dengan menyembuhnya perdarahan ini, dapat terjadi nekrosis
yang simetris dari substansia alba yang berada dekat sudut luar ventrikel lateralis
(leukomalasia periventrikel. Leukomalasia periventrikel adalah salah satu faktor
prediksi yang paling kuat untuk CP pada neonatus prematur. Namun, mayoritas anak
yang lahir prematur tidak berkembang menjadi CP, meskipun mereka mungkin
mempunyai abnormalitas neuromotor dan ada gangguan perkembangan pada tahun
pertama kehidupan. Alat penilai perkembangan anak yang paling canggih pun tidak
cukup sensitif untuk mendeteksi defisit yang akan tetap ada setelah anak berumur 1
tahun. Akibatnya, sering keluarga mencurigai adanya masalah motorik, pada usia 2
tahun atau lebih.7
Pada kelahiran cukup bulan yang kemudian berkembang menjadi CP,
penyebab lesi otak sering sulit ditemukan. Lesi perinatal yang paling dikenal dapat
menimbulkan CP adalah karena anoksia berat atau lesi otak iskemik. Ini dapat terjadi
pada gangguan mekanik dari plasenta, tali pusat atau pada proses persalinan itu
sendiri. Asfiksia intra partum harus cukup berat untuk meyebabkan CP dan cenderung
menyebabkan lesi yang luas dan lebih sering menyebabkan disabilitas yang berat.
Penyebab post natal dari CP meliputi semua tipe lesi otak seperti anoksia, iskemia,
infeksi atau trauma.2,6,7
Tabel 2. Etiologi Cerebral Palsy
Prenatal Perinatal Post natal

 Infeksi intrauterin: TORCH,  Anoksia/hipoksia  Trauma kepala


herpes  Perdarahan otak  Meningitis/ensefalitis 6
 Radiasi  Pada Aterm: bulan pertama kehidupan
 Toxemia gravidarum Plasenta previa  Racun: logam berat, CO
 DIC Abrupsio plasenta  Sindroma stroke:
 Perdarahan intrakranial Aspirasi mekonium Anemia sickle cell
 Komplikasi plasenta  Postmaturitas Ruptur AVM
 Toksin:iodine, merkuri  Hiperbilirubinemia Penyakit jantung
 Agen teratogenik  Persalinan sulit/ kongenital
 Malformasi kongenital traumatik  Infeksi
 Infeksi  Penyakit neoplastik
 Hipoxic- ischemic injury
 Kejang  Anoksia
prenatal
 Bradikardi dan hipoksia
 Idiopatik ( paling sering )  Perdarahan intrakranial

4
2.4 Klasifikasi
Cerebral palsy sering ditandai oleh adanya abnormalitas tonus otot dan
bagian-bagian tubuh yang terlibat (Tabel 3). Kelainan yang paling sering terjadi
adalah peningkatan tonus otot atau spastisitas. Gangguan spastik mengenai kurang
lebih 3/4 dari seluruh penderita CP. Spastisitas dapat terjadi secara konsisten atau
tergantung kecepatan atau keduanya. Bila tahanan terhadap gerakan pasif terus
menerus dan konstan walau dengan perubahan kecepatan anggota gerak tubuh,
peningkatan tonus otot ini disebut rigiditas.2

Tabel 3. Klasifikasi tipe-tipe Cerebral Palsy.


Berdasarkan abnormalitas tonus Berdasarkan anggota tubuh yang terlibat
Spastik - Monoplegia: mengenai 1 anggota gerak (jarang)
Diskinetik - Hemiplegia: mengenai 1 sisi daripada tungkai
Athetoid - Triplegia: mengenai 3 anggota gerak, jarang
Choreiform - Diplegia: mengenai ke 4 anggota gerak, lebih berat pada
Balistik tungkai
Ataksia - Quadriplegia: mengenai ke 4 anggota gerak
Hipotonik
Campuran

Tipe diskinetik lebih jarang terjadi. Gerakan atetosis klasik yang melibatkan
kelompok otot besar sering terjadi. Atetosis adalah gerakan yang involunter dan
lambat, dengan postur badan yang menggeliat (writhing posture) paling mudah
dideteksi pada pergerakan kepala dan wajah. Pasien sering mula-mula hipotoni, dan
kemudian berkembang menjadi gerakan involunter selama beberapa tahun pertama
kehidupan. Atetosis sering disebabkan oleh kerusakan basal ganglia karena
hiperbilirubinemia atau anoksia berat. Gerakan involunter pada otot kecil s eperti
chorea juga dapat terlihat. Walau jarang, gerakan balistik, berputar dan tanpa tujuan
juga dapat terjadi. Gangguan ataksia yang menyerupai disfungsi serebelum, yaitu
terhuyung-huyung, gaya jalan dengan basis yang melebar (wide based gait) dan
dismetria sangat jarang terjadi pada CP.2,8
Klasifikasi berdasarkan fungsi mobilitas motorik atau Gross Motor Function
Classification System (GMCSF) adalah:9,10
 GMCSF I : anak dapat mobilisasi di dalam dan di luar ruangan dan naik turun
tangga tanpa dibantu

5
 GMCSF II : anak dapat mobilisasi di dalam dan di luar ruangan, naik turun
tangga dengan berpegangan pada ralling, memiliki keterbatasan pada
permukaan tidak rata atau menanjak
 GMCSF III : mobilisasi di dalam atau di luar ruangan, pada permukaan rata
sekalipun menggunakan alat bantu jalan
 GMCSF IV : mobilisasi di dalam dan luar rumah dengan kursi roda
 GMCSF V : tidak dapat mobilisasi mandiri

Gambar.1 Proporsi topografi dengan fungsi mobilisasi


(The relationship of cerebralpalsy subtype and functional motor impairment: a populationbased
study. Dev Med Child Neurol. 2009;51:872-77)

Klasifikasi berdasarkan kemampuan motorik halus atau The Manual Abilities


Classification System:10
 Tingkat pertama: berhasil memegang objek dengan mudah, tidak mengganggu
kemandirian sehari-hari
 Tingkat kedua: mampu memegang seluruh objek, tapi kualitas dan
kecepatannya menurun, ada aktivitas yang dihindari, namun masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
 Tingkat ketiga: kesulitan dalam memegang objek, perlu bantuan dalam
mempersiapkan aktivitas, aktivitas dapat dilakukan mandiri jika sudah
disiapkan atau difasilitasi
 Tingkat keempat: mempunyai keterbatasan walau situasi telah diadaptasikan,
memerlukan bantuan yang terus menerus
 Tingkat kelima: tidak dapat memegang objek, keterbatasan parah meskipun
aktivitas sederhana.

6
2.5 Diagnosis Cerebral Palsy
Tanda awal cerebral palsy biasanya tanpak pada usia < 3 tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi
dengan cerebral palsy sering mengalami keterlambatan perkembangan, mis.
Tengkurap, duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan. Untuk menetapkan diagnosis
cerebral palsy diperlukan beberapa kali pemeriksaan, harus dipastikan bahwa proses
gangguan otak tersebut tidak progresif. 2,4
Tanda-tanda dini anak dicurigai CP dan perlu dikonsultasikan ke dokter yaitu: 8
1. Kepala belum mengangkat sampai usia 3 bulan
2. Kekakuan pada tangan atau kaki
3. Tubuh terkulai
4. Belum dapat duduk tanpa pegangan sampai usia 8 bulan
5. Hanya menggunakan satu sisi tubuh atau tangan untuk merangkak
6. Terlalu rewel
7. Tidak tersenyum sampai usia 3 bulan
8. Kesulitan makan atau menghisap
9. Terlalu lama tidur dan jarang menangis
10. Keterlambatan perkembangan
Kriteria Levine dapat digunakan dalam membuat diagnosis Cerebral Palsy usia > 1
tahun: 2
1. Kelainan pola gerak dan postur
2. Kelainan pola gerak oral
3. Strabismus
4. Kelainan tonus otot
5. Kelainan evolusi reaksi postural dan tahap perkembangan
6. Kelainan refleks tendon, refleks primitif, dan refleks plantar
Diagnosis Cerebral Palsy ditegakkan jika minimum terdapat 4 abnormalitas dari 6
kriteria di atas. Bila hanya memenuhi satu kriteria belum dapat dikatakan CP, namun
dikatakan kecurigaan CP.

2.6 Manifestasi Klinis


Kesulitan paling menonjol pada cerebral palsy adalah gangguan postur dan
motorik. Manisfestasi dari gangguan motorik atau postur tubuh dapat berupa
spastisitas, rigiditas, ataksia, tromor, atonik/hipotonik, tidak adanya refleks primitif

7
(pada fase awal) atau pada refleks primitif yang menetap (pada fase lanjut),
diskinesia, dimana gejala dapat timbul sendiri atau kombinasi dari gejala-gejala.2
Masalah pada bayi yang mengarah pada CP, antara lain bayi mudah rewel
(iritabel), malas, menghisap dengan lemah dan suka menjulurkan lidah, kontrol kepala
yang buruk, tangis melengking, hipersensitivitas oral, tonic bite, dan gerakan
asimetris atau postur yang tidak lazim. Keterlambatan motorik dapat juga ditunjukkan
dengan aktivitas motorik abnormal yang persisten, seperti bergerak dengan berguling-
guling, merangkak dengan perut (combat crawling), W-sitting, lompat kelinci (bunny
hop), atau mengadopsi posisi tangan tertentu.4,6

Gambar 2. Combat crawl atau merangkak dengan perut 6

Abnormalitas tonus otot sering disertai kelemahan otot, yang dapat


menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan pada sendi. Hal ini meningkatkan
sejumlah pola gerakan. Beberapa pola yang sering didapatkan pada anak CP, seperti
pola menggunting, guarding dari ekstremitas atas, postur ekstensor atau proksimal
fixing. Pola menggunting adalah gerakan adduksi, hiperekstensi lutut dan fleksi
plantar yang simultan dari ekstremitas bawah. Pola fleksi sinergis pada ekstremitas
atas yaitu fleksi jari-jari, pergelangan tangan dan siku, disertai abduksi bahu. Dengan
bertambah kuatnya pola ekstremitas atas ini, tangan anak naik dari pinggang ke posisi
penjaga (guard position) yang rendah, menengah atau tinggi. Beberapa pola gerak
dapat dikenali sebagai komponen refleks primitif yang persisten, seperti asymmetric
tonic neck reflex (ATNR), symmetric tonic neck reflex (STNR), atau tonic labyrinthine
reflex (TLR). Pola-pola gerakan ini dapat dilihat pada anggota tubuh, saat anak
melakukan gerak volunter, dipicu oleh positioning pasif, sebagai respon terhadap
rangsang sensoris, atau merupakan overflow dari anggota tubuh yang tidak terlibat. 3,5

8
Gambar 3. Symmetric Tonic Neck Reflex4

Gambar 4. Pasien dengan Asymmetric Tonic Neck Reflex4

Kesulitan mengontrol struktur pada garis tengah seperti batang badan dan
kepala, secara dramatis mempengaruhi kemampuan anak menjaga keseimbangan
yang baik. Aktivitas motorik yang tidak terkontrol mempengaruhi kemampuan pasien
menjaga keseimbangan dan mengkoordinasi gerakan. Pola koordinasi yang abnormal
atau tidak sesuai mengarah pada keterbatasan dalam memperoleh, merencanakan, dan
melaksanakan gerakan-gerakan tangkas. Bahkan anak dengan keterlibatan minimal
dapat menunjukkan apraxia bila mencoba aktivitas motorik tingkat tinggi. 2,4,6
Kombinasi dari kontrol motorik abnormal dan pengalaman juga berpengaruh
pada gangguan kinestetik. Anak dengan CP sering sensitif terhadap rangsangan yang
normalnya tidak berbahaya. Pengalaman sensoris abnormal dari gangguan kontrol
motorik dapat berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensorik, yang lebih lanjut
berpengaruh terhadap kemampuan anak untuk melakukan aktivitas motorik tingkat
tinggi. Penurunan kemampuan diskriminasi dua titik ditemukan pada ekstremitas atas
pada anak-anak dengan semua tipe CP. Anak dengan CP hemiparese juga ditemukan
hampir semuanya mengalami penurunan stereognosis, dengan penurunan
4,6
proprioseptif pada kurang lebih separuh penderita yang diperiksa.

9
Efek sekunder utama dari gangguan tonus otot, kontrol dan keseimbangan
adalah perubahan pada persendian yang mengarah pada kontraktur dan deformitas.
Kontraktur atau pemendekan pasif yang dapat membatasi gera k sendi dan jaringan
lunak, sering mengenai otot adduktor, hamstring dan fleksor plantar dari ekstremitas
bawah dan otot fleksor dari ekstremitas atas. Ini terlihat dengan adanya spastisitas,
pola menggunting, atau pola fleksi pada ekstremitas atas, salah satu atau bersama-
sama, yang sering didapatkan pada mayoritas anak dengan CP.2,4,6
Deformitas tulang dapat terjadi karena gaya otot abnormal pada CP bekerja
pada rangka yang sedang tumbuh. Perhatian utama adalah pada integritas panggul dan
tulang belakang karena peran utamanya dalam menumpu berat badan. Peningkatan
fleksi panggul, adduksi dan internal rotasi femur bekerja mempengaruhi kaput femur
ke arah posterolateral atas dari asetabulum. Ini menghasilkan coxa valgus, malformasi
kepala femur dan asetabulum yang dangkal, yang menyebabkan panggul mudah
mengalami subluksasi.11
Deformitas spinal tidak terlalu sering terjadi, tapi mempunyai konsekuensi
yang lebih berat. Tarikan otot yang asimetris dan imobilitas dapat menyebabkan
deformitas bermakna pada tulang belakang, antara lain kifosis, skoliosis atau kelainan
rotasi. Deformitas spinal dapat secara bermakna mempengaruhi kenyamanan, tonus,
alignment duduk dan berdiri, serta keseimbangan. Bila parah, fungsi respirasi dapat
terganggu oleh pembatasan mekanik dada dan penurunan efisiensi kekuatan otot
respirasi yang ada. Ini dapat memberi dampak yang bermakna pada ketahanan tubuh,
kesehatan dan umur panjang. Spondilolistesis dan spondilolisis tidak meningkat pada
CP. Kelainan tulang pada kaki dapat terjadi dalam berbagai pola. Yang paling sering
adalah deformitas hindfoot dengan tumit valgus atau varus. Hiperpronasi sering
terjadi bersama calcaneovalgus atau cavus. 11,12
Defisit lain yang berhubungan cerebral palsy adalah:2,4
1. Gangguan kognitif. Secara keseluruhan angka insiden gangguan kognitif pada
anak cerebral palsy berkisar antara 50%. Mikrosefal, kejang dan disfungsi
neuromuskular yang berat dihubungkan dengan meningkatnya resiko defisit
intelektual. Jenis CP quadriplegi spastik, dan atonik mempunyai angka
kejadian tertinggi retardasi mental, pada CP hemiplegi spastik dan diplegi
mempunyai angka kejadian lebih rendah.

10
2. Kejang. Insiden terjadinya kejang pada anak CP sekitar 50%. Kejang
kebanyakan terjadi pada CP quadriplegi spastik (50%) dan jarang pada diplegi
dan diskinetik (25%-33%). Grand mal dengan kejang tonik klonik merupakan
jenis yang sering ditemui.
3. Gangguan Oromotor. Sejumlah besar anak-anak dengan CP mempunyai
abnormalitas fungsi oromotor. Ini sering menyebabkan kelainan pada
kemampuan makan anak. Bibir yang tidak dapat menutup rapat, daya hisap
rendah dan keterlambatan antara menghisap dan propulsi menyebabkan
persiapan bolus tidak adekuat. Pada anak dengan CP yang lebih berat, ini juga
dapat mengganggu mekanisme menelan dari faring. Abnormalitas kekuatan,
tonus dan koordinasi dapat cukup berat sehingga menyebabkan kesulitan
proteksi jalan nafas sehingga meningkatkan risiko aspirasi. Mayoritas pasien
sering tidak memiliki mekanisme batuk yang efektif saat terjadi aspirasi.
Gangguan fungsi menelan sering timbul hanya pada tekstur makanan tertentu
yang ditelan, seperti yang dideteksi pada video fluoroskopi. Kesulitan makan
ini dapat berakibat keadaan kurang gizi atau malnutrisi. Sampai 1/3 dari pasien
CP hemiplegia dan diplegia dan lebih dari 2/3 pasien CP kuadriplegia didapati
mengalami kurang gizi.
4. Penglihatan Strabismus paling sering dijumpai (75%). Beberapa bayi terjadi
strabismus, tetapi akan membaik setelah anak menjadi lebih besar. Anak usia
> 6 tahun dengan strabismus perlu ke dokter mata sebab kelainan akan
menyebabkan anak melihat dengan satu mata. Sebagian kecil perlu operasi
dan lainnya ditolong dengan menggunakan kaca mata.
5. Pendengaran. Problem gangguan pendengaran ini umumnya dijumpai pada
penderita CP athetoid yang disebabkan oleh encefalopati bilirubin/ikterus,
ditemukan 10-15%, mereka kesulitan belajar bicara, oleh karena itu perlu
konsul ke dokter THT, mungkin diperlukan memakai alat bantu dengar.
Penyebab lain disebabkan oleh infeksi intrauterin, terutama rubella,
cytomegalovirus, toxoplasmosis dan syphilis, termasuk hipoksia perinatal,
meningitis, ensefalitis, dan obat ototoksik.
6. Gangguan bahasa. Gangguan perkembangan bahasa verbal dan komunikasi
tertulis dapat terjadi pada anak CP. Setelah umur satu setengah sampai dua
tahun, kerusakan hemisfer dominan dapat mengakibatkan afasia. Meskipun

11
kebanyakan anak menunjukkan pemulihan afasia secara signifikan sebelum 8 -
10 tahun, tetapi anak CP jarang menunjukkan perbaikan tersebut. Defek
wicara akibat palsi pseudobulbar dan paralisis spastik supranuklear atau
inkoordinasi diskinetik dari otot yang diinervasi oleh saraf cranial.
Kebanyakan jenis atetoid dan 50% spastik bilateral mempunyai masalah
disartri.
7. Gangguan respirasi. Gangguan respirasi dapat terjadi pada anak CP.
Penurunan kapasitas vital dan kapasitas aerobik terlihat pada jenis spastik dan
atetoid. Gangguan paru restriktif berhubungan dengan keadaan skoliosis.
8. Masalah gastrointestinal. Merupakan gejala yang sering ditemui. Refluk
gastroesofageal sering memerlukan pengelolaan medis. Konstipasi disebabkan
oleh imobilisasi dan diet serta asupan cairan yang abnormal.
9. Bowel dan Bladder dysfunction. Pengelolaan yang biasa dihubungkan dengan
disfungsi kontrol neuromotor sentral dan status perkembangan kognitif anak.
10. Kepribadian dan tingkah laku. CP mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Sebab kesulitan gerak dan komunikasi dapat menyebabkan frustasi atau marah
ketika mengerjakan sesuatu, berhenti dan tidak mau mencoba lagi. Penting
untuk sabar dan memberi semangat dan mencoba untuk mengerti keadaan
anak.

Gambar 4. Komorbid Palsi serebral


(Hanna SE, Rosenbaum PL, Bartlett DJ, et al. Stability and declinein gross motor function among children and youth with
cerebralpalsy aged 2 to 21 years. Dev Med Child Neurol. 2009;51:295-302)

12
2.7 Prognosis Fungsional
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, fungsi neuromotor anak dapat
menunjukkan evolusi ke arah normal. Besarnya abnormalitas tonus dan gerakan yang
mengarah pada CP dapat berubah selama tahun-tahun ini. Beberapa keterampilan,
seperti kemampuan duduk sendiri, bermanfaat dalam menentukan prognosis motorik.
Anak-anak yang akan mencapai ambulasi mandiri, akan mencapai keterampilan -
keterampilan ini pada usia 2-7 tahun, jarang lebih lambat lagi. Tujuh puluh lima
persen anak dengan CP spastik umumnya dapat ambulasi, sekitar 85% dengan
diplegia, dan 70% dengan kuadriplegia. Kebanyakan anak CP dengan hemiplegia atau
ataksia dapat ambulasi sendiri, mayoritas pada usia 3 tahun. Sayangnya, mereka
dengan CP tipe hipotonik jarang bisa berjalan. 13
Anak yang dapat duduk sendiri sebelum umur 2 tahun biasanya dapat jalan
sendiri, dengan atau tanpa alat bantu. Mereka yang tidak dapat duduk sendiri sampai
usia 4 tahun jarang bisa berjalan. Bagaimanapun juga, jika refleks primitif (ATNR,
STNR,TLR, Moro, positive supporting reflex, atau extensor posturing) masih timbul,
prognosis untuk ambulasi mandiri tidak menggembirakan. Obligatory reflexes timbul
secara konsisten bila tubuh anak diletakkan pada posisi tertentu secara pasif atau
dengan gerakan volunter. Kebanyakan anak-anak yang dapat ambulasi memiliki
kurang dari 3 refleks-refleks ini pada usia 18 bulan. Prognosis untuk ambulasi dapat
menggunakan kriteria dari Bleck: terdapat 7 tanda yaitu 1. Asymetrical Tonic Neck
Reflex (ATNR) skor 1 poin jika ada, 2. Symetrical Tonic Neck Reflex (STNR) skor 1
poin jika ada, 3. Reflex Moro skor 1 poin jika ada, 4. Neck Righting Reflex, skor 1
poin jika ada, 5. Extensor thrust, skor 1 poin jika ada, 6. Foot placement reaction, skor
1 poin jika tidak ada, 7. Parachute reaction, skor 1 poin jika tidak ada. Jika skor total
adalah 2 atau lebih maka prognosis berjalan adalah buruk sedangkan jika skor total
adalah 1 maka prognosis berjalan meragukan dan jika skor total adalah 0 maka
prognosis berjalan adalah baik.2,13

13
Tabel 4. Prognosis berbagai tipe Palsi Serebral
Tipe Subtipe Temuan Pemeriksaan Prognosis
Fisik

Diplegi: 30%-40% palsi Ekstremitas: Spastisitas 30 % gangguan kognisi;


serebral pada ekstremitas bawa 80%-90% mandiri dalam
(pada ekstremitas atas ambulasi dan perawatan;
Berhubungan dengan dapat terjadi namun lebih Kontrol sfingter baik
lahir preterm sebanyak ringan.
50 %
Mata : resiko strabismus

Kognisi dan
komunikasi: impairmen
belajar dan komunikasi
dapat terjadi

Spastik Hemiplegi: 20%-30% Ekstremitas: Spastisitas >60% kecerdasan normal,


palsi serebral unilateral dan gerakan mandiri dalam perawatan
fungsional yang asimetris diri dan kontrol sfingter
Berhubungan dengan (contoh : merangkak)
stroke malformasi
vascular Mata: visual field cut

Kognisi dan komunikasi


impairmen kognitif dan
komunikasi sedang
sampai berat

Quadriplegi: 10%-15% Seluruh ekstremitas Sampai dengan 50%


palsi serebral terpengaruh memerlukan bantuan
ambulasi; 25% bantuan
Berhubungan dengan
minimal, 25% impairmen
asfiksia berat pada
berat, 50% epilepsi,
seluruh bayi, IVH dan
retardasi mental, ketulian,
PVL
dan impairmen visual berat;
Perawatan diri dan
komunikasi terbatas

Monoplegi/triplegi Monoplegi: satu tungkai Jarang

Triplegi : tiga tungkai

14
Diskinetik: kerusakan Athetoid: terdiri dari 30% - 78% memiliki
pada ganglia basal dan chorea dan atetosis kecerdasan normal; Masalah
thalamus berbicara seperti disartia
Distonik: bayi dengan
postur tubuh dan leher

Non yang kaku

spastik Ataksik: kerusakan Masalah pada gerakan Kesulitas oral motor


(menelan, “ngeces”, pola
neuron pada serebelum volunter, keseimbangan
berbicara abnormal);
dan presepsi mendalam Tremor dan kontrol kepala
dan koordinasi yang buruk;
Gait tidak stabil

Spastisitas adalah masalah utama pada sedikitnya 70% anak dengan CP.
Aspek-aspek lain sindrom upper motor neuron dapat menimbulkan disabilitas yang
lebih berat. Kontrol motorik yang selektif, paresis dan retensi dari refleks primitif
dapat sangat membatasi potensial motorik. Dengan bertumbuhnya anak, spastisitas
mempengaruhi panjang otot, juga terjadi penyimpangan alignment. Kerugian
biomekanik dari sistem skeletal anak yang terganggu lebih jauh mengganggu
kekuatan dan fungsi sebagai "lever arm disease".13
Dampak motorik fungsional yang paling menonjol dari kontrol neuromotor
yang abnormal ini adalah penurunan kemandirian dan mobilitas. Salah satu tanda CP
adalah keterlambatan motorik, walau pada area lain perkembangannya normal.
Peningkatan tonus otot yang muncul pada gerak dalam skala kecil sekalipun dan
selama mempertahankan postur sangat meningkatkan energi yang dikeluarkan untuk
aktivitas motorik. Kemampuan untuk berkembang melalui milestone motorik sangat
terhambat. Anak yang dapat ambulasi mempunyai gaya jalan yang tidak sempurna,
termasuk panjang langkah yang lebih pendek, berkurangnya lingkup gerak sendi pada
daerah panggul dan lutut, lebih banyak energi yang diperlukan dan penurunan
kecepatan bila dibandingkan sebayanya. Mereka juga mengalami gangguan
koordinasi yang akan makin terlihat dengan aktivitas motorik yang lebih rumit.4
Abnormalitas yang mempengaruhi kontrol motorik yang adekuat untuk bicara,
seperti disfungsi oromotor dan pernafasan yang tidak adekuat, mengarah pada disartri
dan dapat mengganggu kemampuan komunikasi. Masalah pengolahan bahasa dengan
penerimaan dan ekspresi dapat terjadi, dan berhubungan dengan gangguan kognitif.

15
Kesulitan mengendalikan sekresi oral dapat menyebabkan drooling yang bermakna.
Semua kontrol otot yang tidak efisien ini berperan dalam penurunan ketahanan.
Meskipun ketahanan sulit diukur dengan metode konvensional karena hambatan dari
adanya gangguan yang bervariasi pada CP. Kontraktur dan deformitas tulang atau
sendi dapat sangat membatasi fungsi seorang anak. 6,13

2.8 Tatalaksana CP
Manajemen terapi anak CP menekankan pendekatan tujuan fungsional atau
orientasi tujuan. Dua tujuan utama rehabilitasi, menurut Molnar, adalah untuk
menurunkan komplikasi CP dan untuk memperbaiki perolehan keterampilan-
keterampilan baru. Rothery menambahkan pendidikan orang tua dan care giver,
mengurangi deformitas skeletal dan memperbaiki mobilitas. Anak-anak tidak
seharusnya dinilai hanya dari segi kekurangan potensialnya. Rekomendasi manajemen
dimulai dengan penilaian dari kekuatan dan kelemahan anak dan keluarga. Semua
masalah yang berhubungan seharusnya diidentifikasi dengan benar. 2,13
Dari evaluasi pertama, keluarga dan anak harus didorong untuk menjadi
peserta aktif dalam proses penentuan prioritas dan tujuan dalam konteks impairment.
Peran dokter adalah untuk memberi gambaran yang akurat tentang terapi d an
intervensi yang tersedia untuk anak dan keluarga dan dampak pada kondisi dan fungsi
anak.4

2.8.1 Intervensi Dini


Kong menyatakan terapi fisik yang dimulai sejak awal dapat menurunkan
dampak lesi otak pada perkembangan CP. Identifikasi dini bayi dengan keterlambatan
perkembangan dapat mempercepat intervensi yang diberikan sehingga menghasilkan
keluarana yang lebih baik. The Education of the Handicapped Act of Amendments of
1986, Public Law (PL) 99-457, atau IDEA (Individuals with Disabilities Education
Act) mengharuskan intervensi dini pada bayi dan toddler (0-3 tahun) yang
menunjukkan keterlambatan perkembangan. Salah satu program IDEA adalah
meningkatkan peran dari keluarga untuk mencapai tujuan intervensi dini. Rasionalitas
intervensi dini berhubungan erat dengan konsep yang menekankan pentingnya tahun-
tahun pertama untuk perkembangan anak normal dan bahwa faktor lingkungan
berperan dalam proses perkembangan. Karakteristik orang tua, seperti responsivitas
pada masa inisisasi anak, kuantitas dan kualitas interaksi verbal dan keberadaan

16
jaringan sosial pendukung dan sensitivitas ibu, semuanya ditemukan berhubungan
dengan perkembangan fungsi anak yang sedang atau akan terjadi. 8
Ada dua model utama untuk pemberian intervensi dini perkembangan: model
pelayanan terapi langsung dan model konsultasi. Pada model langsung, pemberian
pelayanan dapat terjadi sebagai bagian terapi interdisipliner, multidisipliner atau
transdisipliner pada program yang center-based atau home-based. Dahulu, fisioterapis
dan okupasional terapis merupakan provider untuk intervensi terapi pada anak CP.
Banyak anak juga ditangani oleh ahli bina wicara untuk kesulitan makan dan masalah
oromotor. Pekerja sosial, perawat dan ahli tumbuh kembang membuat tim intrevensi
dini khusus. Haynes menyarankan untuk mengintegrasikan penilaian data dari seluruh
anggota tim dan mengembangkan strategi integral untuk mencapai tujuan yang telah
disetujui dalam IFSP. Karena kurangnya jumlah fisioterapis anak, okupasi terapis,
dan ahli bina wicara, pendekatan home based menjadi penting dalam menyediakan
kelanjutan program yang berkesinambungan. 5

2.8.2 Pengelolaan Medis dan Bedah

2.8.2.1 Pengelolaan Medis


Medikasi untuk mengurangi spastisitas digunakan pada anak-anak, dimana
obat yang paling sering digunakan adalah baclofen (Lioresal) dan dantrolen
(Dantrium). Respon terhadap obat tidak dapat diprediksi, dan adanya efek samping
sering membuat obat ini tidak dapat dipakai jangka panjang. Penelitian telah
memperlihatkan penurunan spastisitas yang bermakna secara klinis setelah pemberian
obat (tabel 5).
Penilaian kembali spastisitas pada anak CP yang sedang tumbuh setiap 6
bulan sekali memungkinkan pencegahan pada waktu yang tepat. Kontraktur
berkembang setelah beberapa waktu dan merupakan interaksi kompleks dari
spastisitas, pertumbuhan, defisit kontrol motorik, dan kelemahan kronis. Sebagai
tambahan penanganan spastisitas, blok pada motor point yang baru-baru ini
dikembangkan berupa injeksi botox dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada
spastisitas. Prosedur ini digunakan untuk memperbaiki lingkup gerak sendi pada anak
kecil yang harus menunda pembedahan ortopedi. Indikasi Botox adalah jika terdapat
nyeri dan spasme yang berat serta jika sudah terjadi deformitas sendi yang progresif. 13

17
Tabel 5. Perbandingan antara Baclofen, Dantrolen dan Diazepam

Profil Baclofen Dantrolen Diazepam

Tempat kerja reseptor GABA "B" di medula spinalis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal Tempat benzodiazepin di formasio retikuler batang
otak dan medula spinalis

Cara kerja menurunkan pengeluaran excitatory menurunkan pengeluaran kalsium dari meningkatkan pengikatan GABA, inhibisi presinap
neurotransmitter dari terminal aferen retikulum sarkoplasma oleh GABA

Dosis maksimum: 20 mg 4x/hari (dosis yang maksimum: 12 mg/kg/hari (sampai 400mg/ maksimal: 40 mg 4x/hari, dosis awal 2 mg 2x/hari,
lebih besar mungkin dapat ditoleransi hari), dosis awal 0,5 mg/kg 2x/hari, ditingkatkan 2 mg setiap 2-3 hari
dan sebagai terapi), dosis awal 5 mg ditingkatkan 0,5 mg/kg setiap 5-7 hari
2x/hari, ditingkatkan 5 mg/ dosis setiap 3
hari

Waktu paruh 3 - 4 hari 7 - 8 hari 8+ hari

Efek samping kelemahan, kelelahan, bingung, depresi, kelemahan, terutama bila kekuatan lemah, mengantuk, kelelahan, retensi urine, konstipasi,
yang sering gangguan gastrointestinal kelelahan, mengantuk, diare gangguan memori dan ingatan
terjadi

Hati-hati dapat menurunkan ambang kejang, dapat depresi fungsi paru, hepatotoksisitas dapat terjadi toleransi dan ketergantungan,
penghentian tiba-tiba dapat yang reversibel dan ireversibel (1,8%) pada penghentian tiba-tiba dapat menyebabkan kejang,
menyebabkan kejang atau halusinasi, pemakaian jangka panjang (> 2 bulan), dosis efek SSP lebih parah pada MS dan TBI dan sinergis
peningkatan efek samping obat depresi tinggi ( >300 mg/ hari), umur > 30 tahun, tapi dengan depresan SSP lain, dapat meningkatkan
SSP lain tidak dilaporkan pada usia  16 tahun ataksia

Komentar sering direkomendasi sebagai pilihan umum direkomendasikan sebagai pilihan mungkin lebih berguna pada SCI inkomplit daripada
pertama pada MS dan SCI, efikasi pertama pada spastisitas karena kelainan komplit, efek lebih baik pada IV daripada PO,
sebanding pada SCI komplit dan serebral, mungkin berguna pada SCI, efek benzodiazepin lain juga berguna termasuk
inkomplit, berguna untuk spasme fleksor pada jantung atau otot polos sedikit, monitor clorazepate dan ketazolam, indeks keamanan besar,
fungsi hepar sebelum dan selama penggunaan overdosis yang fatal dengan diazepam hampir tidak
pernah terdengar

Singkatan: SSP, sistem saraf pusat; GABA, -aminobutyric acid; IV, intra vena; PO, per oral; MS, multiple sclerosis; SCI, spinal cord injury; TBI, total body involvemen

18
Tabel 6. Perbandingan antara Toksin Botulinum tipe A dengan Fenol

Agen Cara pemberian Efektivitas Keuntungan Kerugian Komplikasi


penghambat

Toksin Botulinum injeksi intra bertahan 12 - 30  mudah cara  efeknya hanya tidak ada komplikasi menonjol
tipe A muskuler minggu pemberiannya sementara yang dilaporkan
 terdifusi ke dalam  bertahan hanya 12 -
otot 30 minggu
 tidak nyeri  disetujui secara
 dapat dimasukkan terbatas
tanpa anestesi
Blok fenol injeksi pada bertahan 4 - 12  penggunaannya  dapat nyeri  disestesia dan hilangnya
motor point otot bulan diterima secara luas  mungkin perlu rasa untuk sementara
yang terlibat  bertahan lebih lama anestesi umum saat  dapat terjadi hematom,
daripada toksin pemberian yang menghilangkan efek
botulinum  perlu keahlian terapi
 efek kumulatif untuk memasukkan  bila terjadi injeksi
sering terjadi intravaskuler dalam jumlah
besar, fenol dapat
menyebabkan efek
sistemik seperti tremor dan
konvusi, juga depresi
aktivitas jantung, tekanan
darah dan pernafasan

19
Gambar 5. Tahapan penatalaksanaan spastisitas
2.8.2.2 Intervensi Pembedahan
Hampir semua anak CP mengalami abnormalitas bentuk atau fungsi fisik.
Keterlibatan ahli ortopedi pada anak dengan CP bergantung pada kompleksitas dan
keparahan gangguan sistem muskuloskeletal. Anak dengan CP harus melakukan
konsultasi ortopedi, pemakaian splint, ortosa, dan terapi rehabilitasi medik. Dokter
spesialis rehabilitasi medik dapat memfasilitasi proses ini dengan bekerja sama
dengan ortopedis dan terapis yang terlibat dengan anak tersebut. Meski penanganan
pembedahan pada anak CP bervariasi, tujuan dasar pembedahan harus menunjukkan
pendekatan fungsional pada masalah alignment. Diskusi berikut membahas pilihan
operasi untuk perbaikan duduk, transfer dan ambulasi. (Tabel 7)2,13
Pada setiap anak, duduk adalah tujuan fungsional yang realistis. Alignment
postur duduk meliputi pelvis yang mendatar dan vertebra yang lurus. Hilangnya gerak
karena dislokasi panggul dapat mengubah pola duduk. Pelvis yang terlalu oblik
mengurangi daerah permukaan duduk dan menyebabkan tekanan berlebihan pada
tonjolan tulang pelvis. Manajemen panggul sangat kompleks. Deteksi dini subluksasi
dapat dilakukan dengan radiografi sekuensial dari pelvis. Pemerikasaan fisik panggul
tidak cukup untuk mendeteksi subluksasi. Bila panggul mengalami subluksasi, ahli
bedah mungkin dapat mengurangi kekuatan otot yang berlebihan dengan
memanjangkan otot iliopsoas dan adduktor di sekitar panggul. Ini adalah prosedur
singkat namun menawarkan berbagai keuntungan. 13

20
Tabel 7. Operasi ortopedi yang sering dilakukan pada cerebral palsy (CP)

Prosedur bedah Tujuan Pertimbangan positioning Terapi


Pemanjangan fleksor panggul  Meningkatkan perluasan lingkup gerak  Menghindari duduk terlalu lama  Mempertahankan panjang otot fleksor
Biasanya iliopsoas sendi  Lebih disukai prone wedge panggul
Kadang-kadang rektus  Mengurangi ketidakseimbangan otot  Berdiri dengan kontrol kaki (gips/  Memperkuat fleksor panggul (perlu
femoris proksimal dan resiko subluksasi panggul AFO) untuk naik tangga, gaya jalan)
Jarang sartorius  Memperbaiki alignment saat menumpu  Pronasi saat malam (dengan atau  Memperkuat ekstensor panggul
dan gaya jalan tanpa splint tubuh)
Pemanjangan adduktor  Meningkatkan abduksi panggul  Abduksi waktu malam, dan pronasi  Mempertahankan panjang adduktor
panggul:  Mengurangi pola menggunting dengan atau tanpa night splint panggul (lutut difleksikan dan
Biasanya berasal dari  Mengurangi keseimbangan otot  Abduction wedge dengan prone diekstensikan)
Bagian proksimal abnormal & risiko subluksasi panggul wedge/ kursi roda  Memperkuat adduktor dan abduktor
Adduktor longus, grasilis  Meningkatkan fungsi penyangga Panggul
Kadang adduktor brevis  Memperbaiki higiene, positioning
Pemanjangan hamstring  Meningkatkan ekstensi lutut  Menghindari duduk terlalu lama  Mempertahankan panjang hamstring
Hamstring medial/ lateral  Memperbaiki alignment berdiri  Lebih disukai prone wedge (mencegah hiperekstensi lutut)
Hampir selalu distal  Mengurangi postur (pertimbangkan soft splint lutut)  Memperkuat hamstring dan kuadrisep
meringkuk(croutch)  Berdiri dengan kontrol kaki (proksimal dan distal), terutama ekstensi
 Meningkatkan stabilitas fase menumpu  Pronasi saat malam dengan soft lutut terminal
pada gaya jalan, memperbaiki splint lutut atau night splint  Monitor kuadrisep yang overaktif,
alignment peningkatan tonus ekstensor 
 Meningkatkan panjang langkah  hiperekstensi lutut
meningkatkan fase mengayun akhir
dan kemampuan heel strike
 Meningkatkan pilihan positioning
Pemanjangan tendon akiles  Meningkatkan LGS dorsofleksi  Awalnya tidak boleh dorsofleksi  Mempertahankan panjang plantarfleksor
5 tipe yang berbeda:  Meningkatkan kontak kaki secara melebihi netral  Memperkuat plantar fleksor dan
Baker, perkutaneus, penuh saat berdiri dan pada gaya jalan  Berdiri hanya dengan dorsofleksi dorsofleksor
sliding, pemanjangan  Meningkatkan kemampuan heel strike netral  Menghindari peregangan berlebihan 
fraksional, vulpius pada gaya jalan  Splint/gips sementara untuk dapat mengarah pada postur meringkuk
 Memungkinkan pemasangan brace mempertahankan LGS
 AFO/ gips/ splint pada malam hari

22
Pembedahan untuk memperbaiki ambulasi tetap merupakan masalah.
Kesulitan memprediksi hasil menyebabkan perlu hati-hati untuk merekomendasikan
operasi ortopedi. Observasi ketat, pemakaian brace dan fisioterapi aktif dapat
mengurangi efek dari tonus dinamik dan kontraktur statik. Kecenderungan pola
menggunting dapat menghambat kemajuan. Miotomi adduktor sebagai kombinasi
pemanjangan hamstring dapat membuat dasar yang lebih baik untuk menyangga dan
membuat postur yang lebih tegak. Baru-baru ini, transfer dan pemanjangan rektus
femoris telah menurunkan masalah gaya jalan dengan lutut kaku (stiff-knee gait)
setelah pelepasan hamstring. Kaki yang dapat dipasang brace atau kaki yang dapat
foot flat atau heel strike lebih disukai untuk menumpu. Operasi ortopedi dapat
mempengaruhi keseimbangan, tetapi proses sentral reaksi keseimbangan tetap sama
setelah operasi. Alat bantu dapat berperan penting untuk ambulasi di rumah dan di
lingkungan. Reverse walker dapat membantu lebih baik dalam membuat postur tegak
dibandingkan walker tradisional.13
Penggunaan analisis pola jalan telah memperbaiki observasi komponen siklus
jalan dan kombinasi efek kontraktur pada dinamika gaya jalan. Analisis gaya jalan
menunjukkan ritme, kecepatan, panjang langkah dan luas gerak sendi panggu l, lutut
dan pergelangan kaki selama fase-fase siklus jalan dan waktu dari aktivitas muskuler.
Beberapa laboratorium gaya jalan juga mengukur gaya yang bekerja pada tiap -tiap
sendi. Analisis gaya jalan memberikan informasi obyektif yang konsisten, yang dapat
membantu pembuatan keputusan ortopedi. Pengeluaran energi pada anak CP yang
spastik dapat mencapai 350% normal. Energi yang dikeluarkan adalah pertimbangan
penting untuk melanjutkan ambulasi komunitas. 13

2.9 Rehabilitasi Medik

2.9.1 Pendekatan Fisioterapi


Ada beberapa pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan dalam penanganan
anak dengan CP (tabel 8). Sejarahnya, pendekatan Crothers merupakan pedoman
dasar untuk melibatkan pasien dalam suatu program yang bermakna. Dia menekankan
perlunya gerakan aktif dan aktivitas stimulasi untuk mencegah kontraktur dan
mendorong partisipasi dari anak dengan gangguan berat. Orang tua dikonseling untuk
mencegah overproteksi. Kemampuan fungsional difasilitasi oleh usaha latihan intensif
di rumah dengan interval sering pada masa anak-anak. Rood, seorang okupasi dan

23
fisioterapis, mengembangkan pendekatan sensorimotor terhadap terapi. Tujuan
keseluruhan dari Rood adalah untuk mengaktifkan gerak dan respon postural pada
level otomatis sementara mengikuti urutan-urutan perkembangan seperti terapi
metode Bobath. Rood memakai stimulasi sensorik spesifik untuk merangsang
gerakan. Pendekatan neurodevelopmental treatment (NDT) telah direkomendasikan
untuk bayi yang menampakkan gejala dini CP. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Bobath di Inggris pada tahun 1940-an. Tujuan utama NDT adalah menormalkan
tonus, menghambat pola refleks primitif abnormal dan untuk memfasilitasi reaksi
otomat dan gerak normal berikutnya. Terapis mencapai tujuan ini dengan
menyediakan "key points of control" di seluruh tubuh. Secara teori, ini memberikan
pada anak suatu umpan balik kinestetik normal. Menurut Bobath, problem motorik
pada CP muncul secara fundamental dari disfungsi sistem saraf pusat (SSP), yang
mempengaruhi perkembangan kontrol postur normal anti gravitasi dan menghalangi
perkembangan motorik normal. Pendekatan NDT ini tertuju pada komponen
sensorimotor, seperti tonus otot, refleks, pola gerak abnormal, kontrol postur, sensasi,
persepsi, dan memori. Dengan menggunakan teknik handling untuk menginhibisi
spastisitas, refleks abnormal, pola gerak abnormal, untuk memfasilitasi tonus otot
normal, respon ekuilibrium, dan pola gerak. Rangkaian perkembangan normal
dianjurkan dalam kerangka tatalaksana NDT. 13
Pada awalnya Bobath menyarankan untuk menempatkan anak pada reflex
inhibiting postur, yang dapat mengurangi spastisitas. Kemudian menggunakan key
point of control dimana terapis menginhibisi pola gerakan abnormal dan memfasilitasi
gerakan yang lebih normal sambil anak bergerak, memfasilitasi automatic righting
reaction dengan asumsi bahwa anak akan menterjemahkannya secara spontan
pengalaman terapi ini ke dalam gerakan volunter fungsional dan diharapkan anak
dapat mengkontrol gerakannya sendiri khususnya keseimbangan.4,13
Integrasi sensorik (diperkenalkan oleh Jean Ayres pada tahun 1970-an)
dipakai untuk meningkatkan perkembangan anak pra-sekolah dan usia sekolah yang
mengalami keterbatasan belajar. Hukum Ayres adalah "gangguan integritas sensorik
berperan dalam gangguan belajar dan perbaikan integrasi sensorik akan membuat
proses belajar akademis lebih mudah." Terapi ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan anak untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi sensoris
yang terkontrol, seperti stimulasi vestibuler, proprioseptif dan taktil. 4

24
Gambar 5. Piramida Pembelajaran

Jarang pemberian pelayanan terapi secara klinis bergantung pada salah satu
sistem. Pendekatan eclectic dengan menggunakan beberapa modalitas dari beberapa
pendekatan terapi sudah umum digunakan. Pendekatan seperti ini memberikan
fleksibilitas dan sesuai kebutuhan masing-masing individu, untuk mencapai tujuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa program penguatan dapat meningkatkan
kekuatan tanpa menimbulkan peningkatan spastisitas. Perbaikan fungsi motorik kasar
dapat terjadi mulai 6-8 minggu setelah program penguatan. Salah satunya adalah
Partial Body Weight Support Treadmill Training (PBWSTT), yaitu mengurangi berat
badan dengan sebuah alat bantu berupa harness, pasien berjalan di atas treadmill
secara repetitif yang bertujuan untuk menstimulasi reflex stepping movement yang
diperlukan dalam proses ambulasi sehingga aktivitas seperti berjalan meningkat.4

25
Tabel 8. Persamaan dan Perbedaan antara Pendekatan Terapi Neuromotor Pada Cerebral Palsy (CP)

Neurodevelopmental Pendekatan Pendekatan Pendekatan Vojta Patterning therapy


treatment sensorimotor Integrasi Sensoris (Doman-Delacato)
(Bobaths) (Rood) (Ayres)

Tujuan terapi 1. menormalkan tonus 1. mengaktifkan respon 1. memperbaiki 1. mencegah CP pada 1. mencapai mobilitas mandiri
2. inhibisi refleks postural (stabilitas) efesiensi proses bayi yang beresiko 2. memperbaiki koordinasi
primitif 2. aktivasi gerakan neural 2. memperbaiki motorik
3. fasilitasi reaksi (mobilitas) setelah 2. organisasi respon tingkah laku 3. mencegah atau memperbaiki
otomat dan pola stabilitas tercapai adaptasi lebih baik motorik pada bayi ganggu-an komunikasi
gerakan normal dengan fixed CP 4. meningkatkan intelegensi
Sistem sensorik utama yang 1. kinestetik 1. taktil 1. vestibuler 1. proprioseptif semua sistem sensorik digunakan
dipakai untuk menimbulkan 2. proprioseptif 2. proprioseptif 2. taktil 2. kinestetik
respon motorik 3. taktil 3. kinestetik 3. kinestetik 3. taktil

Aktivitas terapi yang 1. positioning dan stimulasi sensorik untuk sesuai arahan terapis, tapi trigger zona refleks stimulasi sensoris dan refleks,
ditekankan penanganan untuk mengaktifkan respon motorik anak mengontrol input lokomotif untuk pola gerakan pasif, mendorong
menormalkan input (tapping, brushing, icing) sensoris untuk mencapai mendorong pola gerakan independen
sensoris
respon adaptif yang gerakan (mis. refleks
2. fasilitasi gerak aktif
bertujuan merangkak)

Sasaran populasi klinis  anak CP  anak dengan gangguan  anak dengan  bayi muda dengan anak dengan kerusakan otak
 dewasa paska CVA neuromotor, spt CP gangguan belajar resiko CP neonatal atau didapat
(cerebrovasculer  dewasa paska CVA  anak autis  bayi muda dengan
accident) fixed CP
Penekanan terapi bayi Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Penekanan keterlibatan Ya Tidak Tidak Ya Ya


keluarga selama terapi menangani dan Dianjurkan peran suportif Keluarga melakukan Keluarga dan teman melakukan
positioning untuk AKS terapi di rumah tiap hari terapi beberapa kali sehari
Sumber: Harris SR,Atwater SW, Crowe TK: Accepted and controversial neuromotor therapies for infant at high risk for cerebral palsy. J Perinatol 1988; 8:3-1

26
2.9.2 Okupasional terapi (OT)
Okupasional terapi untuk penderita Cerebral palsy umumnya meliputi: latihan
fungsi tangan: reach, grasp, placement, release dan aktivitas bimanual; latihan
aktivitas hidup sehari-hari (AKS) meliputi: makan dan minum, perawatan kebersihan
diri, berpakaian, serta aktivitas-aktivitas tambahan seperti membuka-menutup pintu,
memegang buku bacaan, menggunakan tilpon dan lain-lain; latihan modifikasi
tingkah laku: penderita cerebral palsytipe spastik mempunyai masalah-masalah
tingkah laku antara lain, kecemasan bila dipisahkan atau ditinggalkan orang tua,
cengeng, emosional, takut. Penderita cerebral palsy tipe atetoid mudah menyesuaikan
diri. Pada tahap awal terapi, orang tua dibenarkan berada di ruangan yang sama.
Secara bertahap dibiarkan sendiri dengan terapis. Biasanya akan terlihat
perkembangan antara 2 minggu – 1 bulan; sosialisasi: penyelenggaraan bermain
secara kelompok antara penderita cerebral palsy didalam ruangan merupakan
langkah maju untuk mencapai interaksi yang baik antar anak sebaya. 13

2.9.3 Terapi wicara


Insidens gangguan wicara pada penderita cerebral palsy dilaporkan berkisar
dari 30-70 %. Pada penderita cerebral palsy problema komunikasi dapat menyangkut
disabilitas membaca dan menulis, disamping gangguan bicara. Ingram mengajukan
klasifikasi untuk gangguan bicara sebagai berikut: Dysphonia; gangguan suara
(voice), Dysrhytmia; gangguan ritme suara, misalnya gagap, Dysarthria; gangguan
artikulasi, Dysphasia; gangguan artikulasi tanpa disfungsi aparatus artikulatori.
Tujuan utama dari terapi wicara adalah memberikan kemampuan kepada
seseorang agar dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya secara wajar
sehingga tidak menimbulkan gangguan di dalam aspek psikososialnya. Tujuan
khusus terapi wicara pada anak cerebral palsy adalah: Melatih anak cerebral palsy
untuk berbahasa pasif dan aktif, sehingga akan terjadi pola perkembangan bahasa
yang normal; Mempersiapkan anak cerebral palsy didalam aspek anatomis fisiologis,
aspek psikologis dan aspek sosiologis sehingga anak cerebral palsy berada dalam
fase siap untuk belajar berbicara; Melatih anak cerebral palsy agar mampu
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan benar juga termasuk kemampuan di dalam
respirasi, phonasi dan resonansi artikulasi.13

27
2.9.4 Ortotik
Pemberian bracing pada penderita cerebral palsy bertujuan untuk mengurangi
beban aksial, menjaga stabilitas, terutama untuk bracing tungkai dan tubuh,
pencegahan dan koreksi deformitas serta memposisikan anggota gerak dalam posisi
yang lebih fungsional. Peresepan orthotis tiap anak palsi cerebral berbeda sesuai
dengan tujuan pemakaian dan target penggunaan ortosis yang harus dikomunikasikan
dengan keluarga mengenai waktu dan lama penggunaan ortosis. Pada saat tidur, sendi-
sendi yang mengalami kelainan cukup berat akan berada dalam posisi deformitas,
misalnya ankle dalam posisi plantar fleksi, hip dalam posisi adduksi. Pemakaian night
splinting disini mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama
tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah. Selain itu dapat diberikan
alat-alat bantu berjalan seperti kruk ketiak, rollators ataupun walker / reverse
walker.11,12

28
BAB III
HOME PROGRAM PADA CEREBRAL PALSY

Kualitas tumbuh kembang anak ditentukan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik
(sosial dan lingkungan). Lingkungan anak terdiri dari: mikro, mini, meso, dan makro.
Lingkungan mini terdiri dari ibu, ayah, kakak-adik, pengasuh, sarana, dll. Dimana
pada ayah dan ibu, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah umur, pendidikan,
pekerjaan /penghasilan, pengetahuan, sikap & perilaku, penyakit, riwayat pernikahan
dan kehamilan, sedangkan untuk kakak/adik serumah faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah jumlah, jarak umur, dan kesehatan (gizi, imunisasi, kelainan
bawaan, gangguan tumbuh kembang), sedangkan untuk pengasuh faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Sarana disini
yang dimaksudkan adalah mainan, sanitasi rumah (air, cahaya, udara,dll). Pengaruh
perubahan sosial dan lingkungan terhadap perkembangan anak dan bagaimana anak
menanggapi perubahan yang terjadi, saat ini menjadi tantangan bagi rehabilitasi anak
dengan kebutuhan khusus.

3.1 Pedoman Perawatan di Rumah


Cerebral Palsy tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang
berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa
hidup semandiri mungkin. Selain terapi di rumah sakit, anak CP juga memerlukan
perawatan khusus di rumah. Perawatan ini mencakup banyak aspek yang diperlukan
anak antara lain perawatan diri (kulit, gigi, makan, cara makan, dll), komunikasi,
penglihatan, pendengaran, perilaku, emosi, dll.1
Prinsip Khusus terapi pada penderita CP antara lain, melatih sesuai
perkembangan anak, terapi tonus abnormal, melatih pola gerakan, menggunakan
stimulus aferen menggunakan gerakan aktif, fasilitasi dan mencegah deformitas.
Tujuan rehabilitasi penderita CP adalah untuk memperbaiki fungsi, kemampuan
bicara, AKS, maupun mobilisasi. Mobilisasi pada anak dimulai dari proses, miring,
tengkurap, merangkak, duduk, dan sterusnya. Untuk mendapatkan mobilisasi yang
baik maka perlu didukung kontrol postur yang optimal terutama pada daerah trunk
atau punggung. Salah satu cara untuk membantu kontrol tersebut adalah melalui alat
bantu berupa kursi khusus untuk CP.1,5

29
3.2 Proses Pembelajaran anak di rumah
Bayi dengan palsi serebral terlahir dengan kemampuan yang sama untuk
belajar dan berinteraksi dengan ibunya seperti dengan anak lainnya, namun kecepatan
progresifitas dan potensi masa depannya bergantung pada keparahan handicap dan
masalah-masalah yang menyertai. Bayi dengan palsi serebral memerlukan periode
membutuhkan bantuan yang lebih panjang dalam mengorganisasikan gerakan, dan
input sensorik yang diberikan harus disesuaikan dan ditingkatkan secara lebih hati-
hati serta memperhatikan reaksi anak. Semua program terapi anak palsi serebral
sebaiknya digabungkan dengan kegiatan rutin ibu. Dengan cara ini, akan didapatkan
keuntungan untuk bayi dan ibu. Ibu dapat meningkatkan kemampuan merawat anak
dan anak dapat menjadi sadar akan bagian tubuhnya, terutama saat bayi merasakan
sentuhan di kulit, otot, dan sendi pada posisi yang berbeda-beda dan akhirnya belajar
orientasi dirinya terhadap ruangan. Input sensoris ini sangat penting untuk anak. 14
Bagaimana bayi belajar ? Bayi belajar dengan meraba, melihat, mendengar
dan berkomunikasi. Perabaan adalah salah satu dari sistem yang sudah matur saat bayi
lahir. Perabaan akan memberikan bayi makna dari komunikasi yang paling awal,
melalui sentuhan dari ibu. Pada awalnya respon bayi terhadap respon sensorik ini
adalah berupa refleks. Refleks ini dapat muncul saat ibu merawat bayi, refleks ini
dikenal sebagai reflex primitif, seperti rooting reflex, sucking reflex, dan grasp
reflex.15
Semua bayi berbeda dalam hal stimulasi taktil mana yang disukainya, ibu
dapat mengetahui stimulasi mana yang disukai anak.Saat anak telah mendapat kontrol
secara volunter dan dapat memasukkan jari ke mulutnya, maka kegiatan menghisap
jari merupakan pengalaman sensorik lain yang menyenangkan bagi bayi. Stimulasi
taktil kemudian terus menerus secara bertahap akan meningkat dan bayi akan semakin
sadar akan bagian-bagian tubuhnya. Kematangan visual yang muncul membuat
koordinasi mata dan tangan bayi menjadi lebih baik dengan pendekatan proximal ke
distal. Pada bayi serebral palsi walau kontrol gerakan volunternya minimal, namun
bayi tersebut dapat membangun kesadaran akan bagian tubuhnya melalui pengalaman
sensorik terutama taktil.14
Sistem sensorik kedua yang menjadi matur adalah visual. Pada awal-awal
minggu kelahiran, jarak pandang bayi adalah sekitar 18-21 cm. Kontak visual terbaik
terjadi saat ibu dan bayi bertatapan dengan dekat seperti saat menyusui. Refleks

30
primitive seperti asymetrical tonic neck reaction juga dapat meningkatkan lapangan
pandang bayi. Saat leher mulai stabil maka bayi dapat memfiksasi penglihatannya
pada sebuah objek yang diam dan penglihatan hitam putih muncul lebih dahulu
dibandingkan penglihatan warna. Saat bayi mulai dapat menggenggam dan
menggerakan benda terutama dengan gerakan menghentak secara vertical atau
horizontal, maka bayi mulai mempelajari objek yang bergerak. Setelah itu bayi akan
mengembangkan komunikasi non verbal seperti tersenyum sebagai respon setelah
memperhatikan mimik wajah orangtuanya. Komunikasi non verbal ini merupakan
dasar yang penting dari hubungan dua arah ibu dan bayi. 15
Pada awalnya bayi akan merepetisi suara yang dia dengar dan kemudian
secara bertahap bbelajar untuk memulai dan berhenti berkomunikasi. Bicara
membutuhkan koordinasi yang kompleks dari auditori, visual, dan vokal. Koordinasi
visual sehingga bayi menatap lawan bicara saat berbicara dicapai saat bayi berumur 2
tahun. Komunikasi awal tidak hanya penting untuk perkembangan sosial anak namun
bicara juga merupakan alat yang penting untuk mengorganisasikan dan merangsang
gerakan, yang sering digunakan anak untuk belajar kemampuan baru. Pada bayi
dengan serebral palsi, seringkali hal ini terlewati karena kesulitan bayi dalam
memahami ataupun karena kurangnya stimulus dan anggapan dari orang tua bahwa
anaknya tidak akan bisa dan mengerti ataupun mereka merasa frustasi setelah melihat
perkembangan anaknya yang minim dan lambat. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bicara dan mendengarkan adalah komponen yang penting dalam
pembentukan kemampuan motorik sehingga penting bagi orang tua untuk merangsang
komunikasi anak sesuai dengan perkembangannya. 14,15

3.3 Masalah yang Dihadapi Orang Tua

3.3.1 Masalah Penerimaan


Tidak ada yang menginginkan anak dengan handicap, orang tua biasanya akan
mengalami stress. Reaksi pertama orang tua adalah marah, bersalah, dan menyesal
yang berujung pada kesedihan dalam jangka yang lama. Jika stress tersebut tidak
dapat ditoleransi oleh orang tua makan akan muncul rasa penolkan. Sehingga penting
untuk menghindari sikap saling menyalahkan diantara ayah dan ibu terhadap apa yang
dialami oleh anak. Bagaimana stress ini diatasi dan kapan bisa teratasi menjadi

31
penting untuk masa depan anak dengan serebral palsi. Perasaan yang harus
ditonjolkan adalah rasa cinta seperti pada anak yang normal dan ini adalah anak yang
mereka inginkan walaupun membutuhkan usaha yang ekstra. Jika hal ini dicapai
secepatnya maka perburukan handicap yang dihadapi anak dapat dicegah. Suasana
yang gembiira juga menjadi penting dalam proses belajar anak dan pembangunan rasa
percaya diri anak. 1

3.3.2 Perasaan Malu dan Isolasi Sosial


Masalah lain yang dihadapi orang tua pasien adalah saat memberitahukan
kondisi anaknya pada teman, saudara, dan tetangga. Orang tua akan berusaha
menutupi keadaan anak, namun seperti dokter yang berkata jujur pada orang tua
sebaiknya orang tua juga berkata yang jujur. Pemberitahuan dapat dilakukan dengan
perkataan yang lebih halus seperti anak saya mempunyai tangan dan kaki yang lemah
atau mengalami keterlambatan perkembangan, Dengan memberitahukan kondisi anak
tersebut maka akan menimnbulkan simpati dan perhatian dari kerabat, teman, atau
tetangga, sedangkan dengan berbohong justru akan membuat suatu jarak dalam
hubungan, dan seiring waktu perasaan malu akan terus meningkat bahkan dapat
berujung pada isolasi diri.1,16

3.3.3 Interaksi dan Hubungan Sosial


Bagaimana anak dengan palsi serebral berinteraksi dalam hubungan sosial
menjadi salah satu masalah besar yang akan dihadapi anak. Anak dengan palsi
serebral akan menjadi dewasa dan penerimaan sosial akan menjadi salah satu penentu
kebahagiannya. Namun, orang tua seringkali bertanya bagaimana jika anak saya tidak
cukup pintar untuk bersikap yang baik dan sewajarnya. Perilaku yang sewajarnya saat
bersosialisasi hanya membutuhkan sedikit kecerdasan untuk mempelajarinya dan
dapat dicapai dengan latihan yang konsisten1,16
Interaksi sosial pertama seorang anak adalah dengan keluarga, yang membuat
hubungan ini adalah yang terpenting. Pengalaman sang anak dan pola asuh orang tua
akan mempengaruhi sikap saat berhuungan dengan orang lain. Anak dengan palsi
serebral membutuhkan cinta dan kasih sayang namun juga bukan cinta dan kasih
sayang yang berlebihan. Pada awalnya, anak membutuhkan banyak kontak fisik,
stimulasi vokal dan visual serta perawatan tubuh secara total. Tetapi lama kelamaan
dengan keadaan yang bahagia dan stimulasi yang baik, anak akan mulai mengenali

32
dirinya sendiri. Pehaman dan kepercayaan diri yang baik akan membuat
perkembangan sosial yang lebih baik.16
Berikut adalah beberapa prinsip pendidikan anak yang baik: proses
pembelajaran diberikan saat anak senang, tertarik, dan responsif; durasi latihan yang
diberikan jangan terlalu lama, namun diulang-ulang; selalu berikan tidak hanya
kesabaran tetapi juga waktu, anak dengan serebral palsy membutuhkan waktu yang
lebih banyak untuk belajar; bayi sensitif terhadap mood orang tua, sehingga lakukan
stimulasi dalam keadaan relaks; gunakan prinsip peragakan, tunggu, amati, berikan
pujian, tunggu, amati, peragakan kembali, dan seterusnya; selalu berikan waktu untuk
anak berespon; selalu berpikir positif dan jangan menghukum anak namun tetap jaga
batasan aturan yang berlaku; ajari cara berkomunikasi yang lebih sederhana; dan terus
berusaha walau kemajuan sangat kecil dan sangat lambat. 16

3.4 Tipikal Kejadian Harian di Rumah pada Bayi dengan Palsi Serebral
Semua program serebral palsi, tidak dapat dihindari akan membutuhkan waktu
dan usaha yang ekstra, terutama pada ibu. Oleh karena itu pengaturan waktu menjadi
penting, sehingga urusan keluarga dan juga penanganan bayi dengan palsi serebral,
keduanya dapat terlaksana dengan baik. Pengaturan waktu ini dapat dilakukan
bersama dengan terapis sehingga beban di ibu dapat berkurang. 1
Memulai hari di pagi hari dikatakan sebagai waktu yang paling berat, karena
ibu akan dibebani berbgai kegiatan muali dari kepentingan pribadinya, kepentingan
keluarga dan juga anak serebral palsi yang memiliki kebutuhan khusus. Bayi dengan
palsi serebral berbeda dengan bayi kebanyakan, mereka tidak dapat bermain sen diri
akibat imaturitas motorik sehingga mereka menjadi lebih mudah bosan dan frustasi
sehingga memerlukan lebih banyak perhatian. Pagi hari menjadi periode dimana bayi
dengan pasi serebral menjadi lebih reseptif, sehingga penting bagi orang tua pada
periode ini untuk memberikan kesempatan pada bayi untuk melihat, beraksi, dan
berksplorasi. Pemberian mainan pun harus disesuaikan dengan kemampuan
fungsional dan minat anak sehingga dapat menstimulasi dan melatih kemampuan
anak. Selain itu kesempatan lain yang baik untuk memberikan stimulasi pada anak
adalah saat mengganti popok. Kegiatan mengganti popok adalah kegiatan yang terus
diulang-ulang dan bayi saat itu menjadi aktif dan responsif untuk mendapat intervensi,

33
Orang tua dapat menggunakan kesempatan ini untuk memberikan stimulasi sekaligus
melakukan kegiatan rutinnya.1,16

3.5 Pentingnya Komunikasi antara Orang Tua dan Tenaga Profesional


Program intervensi apapun pada pasien palsi serebral dapat berhasil hanya jika
terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan tenaga profesional. Dengan
komunikasi yang baik dapat diketahui apa kebutuhan dan prioritas yang dirasakan
oleh anak dan orang tuanya. Apa yang dimaksud dengan komunikasi disini?
Komunikasi mempunyai dua bagian yaitu berbicara dan menderngarkan, yang
kemudian dilanjutkan dengan proses memahami. Proses memahami adalah bagian
yang penting dalam menjalin hubungan antara orang tua dengan tenaga professional.
Memahami didapat setelah melewati proses berbicara dan mendengarkan yang
berulang-ulang dan akhirnya tercipta suatu kesamaan ide. 5,16
Pada program terapi anak palsi serebral diperlukan kontribusi dari orang tua
dan tenaga professional, jika hal ini tidak terjadi denga baik, program tersebut tidak
akan berkesinambungan dan memberikan hasil yang mkasimal. Kapan saja saat yang
paling penting untuk menjalin komunikasi yang baik ? Yang pertama adalah saat
penilaian awal, yang kedua saat diagnosis, kemudian saat perancangan program dan
yang terakhir saat penerapan terapi ntergrasi pada aktivitas sehari-hari. Dengan
perkembangan tekhnologi, penggunaan rekaman video akan sangat membantu dalam
penilaian perkembangan maupun penentu keberhasilan program yang diberikan. Hasil
rekama tersebut dinilai dan didiskusikan bersama antara orang tua dengan tenaga
professional sehingga komunikasi dapat terus terjaga. 1,5,16
Saat penetuan keputusan diagnosis, reaksi orang tua terhadap keputusan
ter4sebut sangat beraneka ragam dan melalui berbagai fase. Banyak orang tua yang
menanggapinya dengan banyak bertanya dan berusaha mencari pendapat kedua,
pertanyaan yang paling sering ditanyakn adalah diagnosa, kemungkinan sembuh, dan
bagaimana tatalaksananya. Namun ada juga orang tua yang hanya terdiam dalam
menghadapi keputusan inti.dalam hal ini konfrensi dua arah antara keluarga, terapis,
dopkter spesialis, dan care giver menjadi penting. Semua pertanyaan saat konferensi
harus dicatat dengan baik dan didiskusikan bersama karena jawaban yang diberikan
akan memberikan dampak yang besar pada seluruh keluarga dan program yang

34
diberikan. Selain itu, komunikasi antara tenaga professional jugalah penting karema
pendekatan terapi disini bersifat tim dan bukanlah individual. 1,5,16
Jika orangtua mengembangkan lingkungan yang menarik maka bayi dapat
belajar sendiri lingkungannya. Orangtua adalah guru utama anak dimulai pada masa
bayi, terhadap contoh perilaku orangtua dan keterlibatan dalam bermain adalah
penting untuk perkembangan anak. Lima peran orangtua adalah 5P, penyediaan
lingkungan pembelajaran, sikap orangtua dapat diramalkan (predictability), bermain
dengan proses ping-pong, membiarkan dan mendorong bayi secara persisten untuk
tetap tertarik dan didalam aktivitas, jangan menjadi professor (selalu berbicara, tidak
memberi kesempatan pada bayi). 17

3.6 Penelitian-penelitiaan mengenai Efektivitas Home Program pada anak


Cerebral Palsy
Berdasarkan penelitian dari Novak dkk, yang mengikutsertakan 36 anak
dengan palsi serebral (rata-rata usia 7,7 tahun; laki-laki 69%; GMFCS Level I
47%,Level II 14%, Level III 16%, Level IV 7%, Level V 16%; spastik 85%;
diskinesia 14%; ataxia 3%) dan membandingkan antara kelompok yang mendapatkan
program terapi okupasi di rumah selama 8 minggu dengan kelompok kontrol yang
tidak mendapatkan program terapi okupasi di rumah, menunjukkan hasil bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal fungsional anak dan kepuasan orang tua
anak pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.18
Anak dengan cerebral palsy membutuhkan dukungan jangka panjang dari
keluarga, dokter dan tenaga kesehatan yang berhubungan. Dokter rehabilitasi medik
sering kali memberikan program okupasi terapi pada anak dengan palsi serebral,
sehingga anak dengan palsi serebral menjadi kelompok diagnostik terbesar pada terapi
okupasi pediatrik. Terapi okupasi secara individual langsung dengan terapis tidak
selalu dapat dipenuhi, tersedia, dan terjangkau secara biaya. Sehingga program
okupasi terapi di rumah menjadi salah satu strategi dalam mengatasi masalah ini.
Program okupasi terapi di rumah adalah terapi multimodalitas dengan sasaran
gangguan fungsi tubuh, aktivitas dan juga partisipasi yang dilakukan secara bersama-
sama antara terapis dan keluarga, berdasarkan diagnosis dan instruksi program yang
diberikan oleh dokter. Biasanya program ini dimulai dengan penilaian fungsi dan
observasi anak di klinik dan di rumah yang dapat memberikan informasi bagi dokter,

35
kemudian berdasarkan masalah dan informasi yang didapat dokter akan membuat
program intervensi yang bersifat individual dan disesuaikan dengan tujuan dari
keluarga. Berikut adalah penelitian lainnya:18

36
3.7 Hal-hal Khusus yang Harus Diperhatikan untuk Anak Palsi Serebral
3.7.1 Pemberian Makan
Beberapa anak palsi serebral dengan masalah neurologi menunjukkan kontrol
oromotor yang buruk. Hal tersebut dapat mengakibatkan batuk, mata berair atau
merah, pola pernapasan ireguler, pernapasan cuping hidung, anak menjauh dari puting
dan menjadi malas makan. Tehnik sederhana yang dapat membantu pemberian makan
anak palsi serebral adalah penyesuaian posisi. Posisi yang terbaik dalam pemberian
makan pada anak palsi serebral adalah setengah tegak, menghadap ke arah pemberi
makan, atau dalam posisi menyamping. Pemberian makan juga lebih baik dilakukan
dengan porsi kecil tapi sering dibandingkan pemberian porsi besar sekaligus, untuk
menghindari terjadinya refluks gastro-esophageal. Selain itu pemberi makan juga
harus memperhatikan tanda-tanda ketidaknyamanan dari wajah anak. 1,4,5

37
Teknik kedua adalah tehnik jaw support, yaitu dengan menempatkan jari di
bawah dagu anak, hal tersebut akan membantu pergerakkan lidah yang lebih efektif
dan menutup seluruh bibir pada dot. Teknik ke tiga, dilakukan dengan cara membuat
konsistensi makanan lebih padat, sehingga makanan bergerak lebih lambat dalam
mulut dan memberi kesempatan anak mengunyah dan mencegah batuk. Teknik ke
empat, yaitu pemberian makan melalui cangkir. Beberapa anak yang mengalami
kesulitan dalam mengisap dapat diberikan makanan melalui cangkir. Teknik lain
adalah dengan memberikan suplementasi tambahan pada anak atau selang makanan
terutama pada anak yang mengalami kesulitan makan, hal ini akan membantu
pertumbuhan yang optimal.1,4,5

Gambar 6. Perbedaan struktur anatomis mulut dan faring pada anak dan neonatus

Gambar 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan makan

38
Gambar 8. Teknik Pemberian Makan (a) Teknik Menyamping; (b) Teknik jaw support4

Gambar 9. Posisi anak dan arah pemberian makan yang salah dan yang benar1

3.7.2 Perawatan gigi dan mulut


1. Sikat/bersihkan gigi 2 kali per hari
Cara membersihkan gigi:19
a) Gunakan kapas lidi atau sikat gigi
b) Bersihkan kotoran yang mudah dibersihkan
c) Celupkan kapas lidid / sikat pada cairan pembersih dicampur air dengan
perbandingan 1:2-5 (air matang)
d) Oleskan pada gigi
e) Celupkan kapas lidi yang lain pada air matang, lalu oleskan pada gigi sampai
bersih.
2. Perhatikan gigi yang patah, infeksi, dan gusi yang berdarah
3. Beri makanan yang mengandung kalsium tinggi (susu, ikan, dll)
4. Bersihkan mulut setiap habis makan
5. Hindari makanan manis setelah sikat gigi
6. Massage/pijat oromotor atau area skitar mulut 1 kali per hari bila mulut sering
terbuka dan keluar air liur. Cara pijat oromotor sebagai berikut:

39
a) Pipi: letakkan jari telunjuk pada dasar hidung. Tekan dan gerakkan jari ke arah
telinga lalu turun menuju ujung bibir (C pattern). Ulangi pada sisi sebelahnya.
Frekuensi 4 kali tiap pipi, selama 2 menit
b) Bibir atas: letakkan jari telunjuk pada sudut bibir atas. Tekan dan gerakkan jari
secara sirkuler menuju garis tengah dan sudut lainnya. Ulangi dengan arah
sebaliknya. Frekuensi 4 kali selama 1 menit
c) Bibir bawah: letakkan jari telunjuk pada sudut bibir bawah, Tekan dan
gerakkan jari secara sirkuler kea rah garis tengah dan sudut lainnya. Ulangi
dengan arah sebaliknya. Frekuensi 4 kali selama 1 menit
d) Bibir atas dan bawah: letakkan jari telunjuk pada pusat bibir. Berikan tekanan
sambil stretching ke bawah menuju garis tengah. Ulangi pada bibir bawah
dengan arah stretching ke atas menuju garis tengah. Frekuensi 2 kali tiap bibir,
selama 1 menit.
e) Gusi atas: letakkan jari pada pusat gusi dengan tekanan lembut, perlahan
gerakkan kea rah belakang mulut. Kembali kea rah pusat. Ulangi pada sisi
lain. Frekuensi 2 kali, selama 1 menit.
f) Gusi bawah: letakkan jari pada pusat gusi dengan tekanan lembut, perlahan
gerakkan kea rah belakang mulut. Kembali kea rah pusat. Ulani pada sisi lain.
Frekuensi 2 kali, selama 1 menit.
g) Pipi bagian dalam: letakkan jari pada bagian dalam sudut bibir. Berikan
tekanan dan gerakkan ke arah geraham lalu kembali ke sudut bibir. Ulangi
pada sisi lainnya. Frekuensi 2 kali tiap pipi, selama 1 menit.
h) Sisi lateral lidah: letakkan jari pada daerah geraham antara blade lidah dan
gusi bagian dalam. Gerakkan jari kea rah garis tengah, dorong lidah kea rah
sebaliknya. Selanjutnya ssegera mungkin gerakkan jari ke segala arah menuju
pipi dan menariknya. Frekuensi 2 kali tiap sisi, selama 1 menit.
i) Midblade lidah: letakkan jari telunjuk pada pusat mulut. Berikan sedikit
tekanan pada langit-langit keras (hard palate) selama 3 detik. Gerakkan jari ke
bawah menuju pusat blade lidah. Tekan lidah ke bawah dengan
tekananlembut, sesegera mungkin gerakkan jari menempel pada pusat langit-
langit keras (palatum durum). Frekuensi 4 kali selama 1 menit.

40
Gambar 10. Gerakan stimulasi oromotor4

Gambar 11. Contoh alat-alat bantu feeding

3.7.3 Teknik Mengangkat dan Menggendong


Aktifitas mengangkat dan menggendong pada anak normal merupakan hal
yang dinamis, anak secara otomatis memegang pembawa dan dapat menjaga
keseimbangannya sendiri. Hal ini berbeda dalam mengangkat dan membawa anak
palsi serebral, perlu memperhatikan tonus otot respon terhadap perpindahan tersebut.
Anak palsi serebral yang memiliki tonus otot tinggi yang akan menjadi kaku dan sulit
untuk dipindahkan, sama sulitnya dengan anak yang tonus ototnya menurun (floppy)
akan kesulitan dalam menggenggam dan mengontrol keseimbangannya sendiri. 4,5

41
Anak dengan palsi serebral memiliki keterbatasan dalam mempertahankan
postur dan mengkoordinasikan gerakan. Akibat adany apostur yang abnormal,
gerakan yang terjadi diawali dari postur asimetris yang tidak stabil sehingga
mengganggu kesegarisan antara kepala, leher, dan batang tubuh sehingga pembagian
beban tubuh menjadi tidak rata. Sehingga penting bagi orang tua untuk mengetahui
bagaimana postur yang baik dan menghindari aktivitas yang tidak diinginkan
sehingga dapat memfasilitasi perkembangan reaksi postural otomatis yang normal dan
gerakan volunter yang terarah. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai “key
points of control” yang biasa terletak proksimal. Titik ini merupakan bagian dari
tubuh dimana gerakan normal maupun abnormal berasal contoh kepala, leher dan
tulang belakang. Bagaimana menerapakan “key points of control” sangat bergantung
pada penilaian postur dan pola pergerakan serta kemampuan fungsional sesuai usia.
Jika masalah yang paling mendasar adalah spastsitas, maka pendekatan ini
dimaksudkan untuk menekan reaksi abnormal sehingga dapat memfasilitasi anak
untuk membentuk postur dan pola pergerakanyang normal. Jika masalah yang
mendasari adalah tonus yang menurun maka pendekatan “key points of control”
dimaksudkan untuk meberikan stabilisasi (fiksasi) sehingga anak dapat
mempertahankan posturnya melawan gravitasi dan memfasilitasi anak untuk
meningkatkan kualitas gerakannya.1,4
Ketika menggendong anak dengan predominan ekstensi, hal yang harus
dilakukan adalah memegang tubuh anak dan mendekatkannya ke tubuh pembawa.
Panggul dan lutut dalam posisi fleksi, bahu kedepan, dan tangan dalam posisi di garis
tengah tubuh. Posisi ini membuat pembawa dapat mengontrol postur yang baik untuk
anak dan dirinya. Cara lain adalah dengan membawa anak pada posisi wajah tidak
menghadap pembawa, ini akan memungkinkan anak untuk melihat lingkungan dan
dapat mengontrol kepala dan tulang belakang. 1,4
Anak yang predominan fleksi menunjukkan posisi kepala ekstensi, dagu maju
ke depan, lengan atas dalam posisi fleksi di samping bahu, satu atau kedua tangan
dalam posisi menggenggam, dan panggul dan kaki dalam keadaan ekstensi sebagian.
Gambar berikut akan menunjukkan cara menggendong anak dalam posisi tersebut dan
cara membawa anak dengan spastisitas.(gambar 9).4,5

42
Gambar 12. Contoh tekhnik-tekhnik mengangkat anak yang benar

(a) (b)

Gambar 12. Teknik menggendong (a) Anak dengan predominan spastisitas (b) Anak dengan predominan fleksi

Gambar 13. Tekhnik menggendong anak dengan predominan ekstensi

43
3.7.4 Toilet Training
Tanda-tanda bahwa anak sudah siap untuk toilet training adalah: 4,5,19
 Anak dapat duduk pada posisi yang stabil secara mandiri atau dengan bantuan
selama beberapa menit
 Anak secara alami sudah berhenti defekasi di malam hari
 Feses anak sudah padat dan berbentuk namun tidak konstipasi
 Anak mampu setidaknya selama 1 jam dengan popok yang kering
 Anak dapat mengenali sensasi basah dari popok
 Anak dapat mengerti instruksi sederhana
 Anak dapat berkomunikasi akan kebutuhannya baik dengan kata, suara,
gerakan tubuh, mata, atau gambar simbolik
 Anak mengerti apa dan manfaat toilet
Jika dirasa anak sudah sanggup untuk memulai toilet training, maka hal yang
harus dilakukan adalah:19
 Pilih periode waktu rutin yang akan digunakan anak untuk toilet training
 Membuat catatan selama 1 minggu, yang mencatat kapan popok anak basah
atau kotor. Hal ini akan membantu untuk mengetahui kapan saat yang tepat
untuk menggunakan toilet
 Pilih jenis toilet yang cocok untuk anak dan dipastikan agar selalu tersedia
kapanpun. Sangat penting agar tempat duduk di toilet nyaman dan anak
merasa aman dan terlindungi ketika menggunakannya
 Melepaskan popok agar anak dapat merasakan sensasi ketika buang air kecil
ataupun besar

Hal yang harus diperhatikan pada anak palsi serebral adalah cara
mendudukkan anak di toilet (gambar 11).Orang tua atau pengasuh dapat duduk
bersama anak untuk membantu anak merasa nyaman, dengan kedua panggul anak
dalam posisi fleksi dan kedua paha terbuka sebagian.Toilet perlu cukup luas untuk
membantu mobilitas anak menuju toilet, untuk anak dan orang dewasa di dalamnya
serta dibutuhkan juga alat bantu untuk pegangan tangan di sekitar dinding toilet.
Toilet portabel dapat juga digunakan untuk keadaan darurat atau malam
hari.Pemilihan celana sebaiknya yang mudah dibuka dan selalu menyediakan tissue
basah untuk membersihkan diri. 4,5,19

44
Gambar 14. Posisi mendudukkan anak untuk toilet training

3.7.5 Tidur
Anak dengan serebral palsi biasanya mengalami kesulitan tidur pada malam
hari dikarenakan energi yang dikeluarkan saat siang hari relatif lebih sedikit. Oleh
karena itu posisi anak saat tidur menjadi penting. Orang tua harus bagaimana
menyusun ranjang, matras, dan perlengkapan tidur lainnya. Posisi kasur juga penting,
kebanyakan anak dengan serebral palsi memiliki kecenderungan untuk tidur dengan
posisi terlentang kemudian mereka akan memiringkan badannya ke salah satu sisi
tertentu. Posisi ini akan membentuk deformitas tulang belakang dan postur yang
asimetris.1

1 2
1
Gambar 15. Pengaturan posisi kasur pada anak cerebral palsy
Pada gambar di atas, sebagai contoh pada anak yang memiliki kecenderungan
untuk miring ke arah kanan, gambar pertama menunjukkan posisi yang salah dalam
pengaturan posisi kasur, sedangkan gambar kedua menunjukkan posisi pengaturan
kasur yang benar, dikarenakan stimulasi berada di sisi kiri pasien sehingga anak
terstimulasi untuk miring ke sisi yang lain.1
Posisi saat tidur berbeda untuk anak dengan spastisitas dan anak dengan tonus
otot yang lemah. Pada anak dengan spastisitas sebaiknya diposisikan senetral mungkin
dan simetris karena seringkali anak membentuk postur yang asimetris dengan
punggung menekan kasur. Gambar di bawah menunjukkan posisi yang baik dengan

45
menggunakan positioning roll dan head support. Sedangkan pada anak dengan tonus
yang rendah, anak cenderung membentuk psotur yang asimetris dengan kepala miring
ke salah satu sisi, tangan terekstensikan, bahu rotasi eksterna, dan panggul dalam
posisi rotasi eksterna dan abduksi. Untuk mempertahankan posisi simetris, maka
diperlukan penahan untuk menjaga stabilitas dari bahu dan panggul seperti
ditunjukkan pada gambar. Namun, bantuan ini hanya diberikan sementara waktu untuk
memberikan kesempatan pada anak untuk belajar mengatur posisi dan bergerak sendiri
pada malam hari.1,4

Gambar 16. Posisi tidur yang baik untuk menjaga kesimetrisan1

Gambar 17. Posisi yang baik pada anak dengan spastisitas yang berat1

3.7.6 Mandi dan Dressing


Saat mandi merupakan kegiatan rutin setiap hari yang seringkali disukai oleh
anak sehingga saat ini merupakan saat yang baik untuk memberikan stimulus pada
anak. Namun, memandikan anak dengan palsi serebral dan mengajari anak untuk
mandi seringkali menimbulkan banyak masalah terutama saat anak ber tumbuh dewasa
dan semakin berat. Pada anak dengan serebral palsi yang berat, masalah semakin berat
karena anak tidak dapat duduk atau menggunakan tangannya. Posisi anak saat akan
masuk dan keluar dari tempat mandi adalah penting. Pada anak dengan
kecenderungan ekstensi pada punggung dan anggota geraknya atau pada bayi dengan
tonus yang rendah dan kesulitan dalam mempertahankan kontrol leher dan punggung,
maka posisi anak yang baik saat akan memasukan dan mengeluarkan anak dari tempat
mandi adalah dalam posisi fleksi seperti pada gambar. Pada anak yang sulit

46
diposisikan fleksi, maka posisi dapat dilakukan seperti pada gambar. Bentuk tempat
mandi yang baik untuk anak adalah yang memiliki sedikit cekungan yang mendukung
punggung bayi. Dudukan tempat mandi harus kuat dan stabil serta dapat diatur
ketinggiannya seperti pada gambar. Jika kontrol leher bayi masih kurang baik maka
dapat ditambahkan bantalan pada ujung tempat mandi. Pada anak yang sudah lebih
besar maka tempat mandi pertama bayi sudah tidak cukup namun bayi belum dapat
dimandikan pada bath tube dewasa, maka dapat dilakukan modifikasi dengan
menggunakan dua ban atau keranjang cucian seperti pada gambar. Keduanya akan
memberikan kestabilan yang baik pada anak saat mandi. 1,4,19
Saat mandi adalah kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar melalui
bermain. Ibu dapat meningkatkan komunikasi dengan anak karena saat memandikan
ibu dan anak dapat saling berhadapan dan menatap dalam waktu yang lama. Ajarkan
anak untuk menatap mata ibu saat dipanggil. Pada anak yang lebih besar dapat
diberikan mainan yang mengapung di air, biarkan anak untuk meraih dan meremas
mainannya. Kegiatan bermain ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak. Saat mengeringkan kulit anak kita dapat memberikan stimulasi sensorik pada
anak dengan mengelapnya bergantian antara kain yang halus dengan handuk yang
kasar, sehingga anak dapat belajar membedakan permukaan halus dan kasar.Banyak
hal lain yang dapat dimanfaatkan untuk anak belajar saat mandi seperti percikan air,
meremas spons sehingga anak belajar mengenai perbedaan kering dan basah, saat
memandikan anak juga dapat belajar mengenai anggota tubuhnya seperti saat
mengusap rambut kita beritahu pada anak ini adalah rambut dan seterusnya serta
masih banyak berbagai aktivitas lainnya yang dapat dijadikan sarana untuk anak
belajar.1,16

47
Gambar 18. Tekhnik-tekhnik dressing pada anak Cerebral Palsy1

3.8 Prinsip Umum Pemberian Stimulasi pada Bayi


3.8.1 Waktu
Intervensi yang dilakukan sejak dini dan berlangsung lebih lama akan
memberikan manfaat lebih besar dibanding dengan intervensi yang terlambat atau
dalam waktu yang lebih singkat. Intervensi yang dilakukan sejak masa neonatal
menunjukkan manfaat terbesar pada kemampuan kognitif dan pra akademik.
Intervensi yang dilakukan setiap hari dan dimonitor setiap bulan selama 3 tahun
menunjukkan hasil yang nyata untuk perkembangan intelektual dan perilaku pada
umur 36 bulan. Pengaruh intervensi lebih bermakna pada umur 48 bulan.
Dibandingkan tanpa intervensi, pada kelompok intervensi memperlihatkan
peningkatan kemampuan kognitif sedangkan kelompok kontrol menunjukan
perburukan. Pada umur 8 tahun anak yang telah mendapatkan intervensi berkelanjutan
sejak bayi (selama 8 tahun) menunjukkan kemampuan terbaik dibanding kelompok
lain dalam hal membaca dan matematika, melebihi kemampuan anak yang mendapat
latihan sejak TK (selama 5 tahun) atau kelompok yang dilatih hanya di sekolah dasar
saja.1,5,17

3.8.2 Jenis Stimulasi


Tidak semua jenis stimulasi mempunyai efektifitas yang sama, bahkan bayi -
bayi yang mendapat stimulasi yang sama menunjukkan hasil yang berbeda. Berbagai
parameter stimulasi perlu dipertimbangkan, termasuk jumlah, tipe, saat, pola, kualitas
stimulasi, disamping berbagai faktor risiko yang ada pada bayi. Umumnya untuk bayi
dianjurkan pendekatan rangsangan multimodal yang meliputi rangsang taktil (pijat,
fleksi ekstensi, posisi), vestibular kinestetik (menggoyang, mengayun), pendengaran

48
(menyanyi, musik, rekaman susra ibu, irama jantung ibu), dan visual (gerakan, warna,
bentuk). Tetapi konon stimulasi multimodal lebih banyak menimbulkan stres pada
bayi daripada stimulasi cara tunggal. Sebelum umur 3 tahun stimulasi diarahkan untuk
mencapai semua aspek perkembangan (penglihatan, pendengaran, kognitif, sosial-
kemandirian, gerak halus, kasar). Sesudah umur 3 tahun stimulasi diarahkan lebih
spesifik untuk kesiapan akademik: menggambar, mengenal bentuk, huruf, angka,
menulis, membaca, berhitung, disamping emosi-sosial dan kemandirian.1,5,17

3.8.3 Intensitas
Program yang lebih intensif akan memberikan hasil yang lebih besar. Anak
dan orangtua yang lebih aktif dan teratur mengikuti program menunjukkan kemajuan
yang lebih besar. Secara individual isyarat perilaku bayi dapat digunakan sebagai
penentu intensitas yang cocok untuk bayi Tanda ketegangan atau perilaku yang
menghindar menunjukan stimulasi harus dihentikan. Stimulasi yang berlebihan akan
memperburuk ketidakstabilan sistem saraf otonom yang dapat menimbulkan hipoksia,
apneu dan bradikardi pada bayi prematur. Intervensi yang dilakukan setiap hari dan
dimonitor setiap bulan selama 3 tahun menunjukkan hasil yang nyata untuk
perkembangan intelektual dan perilaku pada umur 36 bulan. Bayi berat lahir rendah
yang berperan aktif dalam intervensi kemungkinan untuk menjadi retardasi mental
lebih kecil 9 kali dibandingkan dengan yang tidak aktif melakukan intervensi. Infant
Health and Developmental Program melaporkan bahwa tingkat perkembangan
intelektual berkaitan erat dengan tingkat partisipasi, tetapi tidak berkaitan dengan
berat lahir atau pendidikan orangtua. Bayi yang diketahui sejak dini mempunyai
kecacatan, tindakan intervensi 1 – 3 ½ hari perminggu tidak menunjukkan manfaat.
Intervensi yang sama pada anak dengan risiko tinggi sosial ekonomi juga tidak
menunjukkan hasil yang bermakna Jadi intensitas harus lebih banyak untuk
mendapatkan efek positif yang terukur. 1,5,17

3.8.4. Perbedaan Individual


Hasil stimulasi pada beberapa individu dengan metoda yang sama dapat
menghasilkan kemajuan yang berbeda, tergantung pada faktor risiko sebelum
intervensi dan derajat kecocokan antara program dengan cara belajar anak. Bayi
dengan risiko biologis lebih besar akan mendapatkan kemajuan yang lebih sedikit
walaupun kemajuannya bermakna. Anak dengan kemampuan yang relatif lebih tinggi

49
mendapatkan manfaat lebih banyak melalui instruksi langsung, sedangkan anak yang
kemampuannya relative lebih rendah mendapatkan kemajuan melalui instruksi tidak
langsung.17

3.8.5 Keterpaduan
Stimulasi lebih baik jika diberikan oleh orangtua dengan memanfaatkan
anggota keluarga, faktor-faktor lingkungan sosio-ekonomi, dan melibatkan tim
interdisiplin termasuk dokter, perawat, psikologi, terapi okupasi dan fisik, dan pekerja
sosial. Keterpaduan yang menggabungkan cara langsung dan tidak langsung
mempunyai pengaruh yang kuat, terutama bila tersedia sarana untuk hidup sehat dan
layanan sosial untuk keluarga (transportasi, bantuan kebutuhan yang mendesak dan
dukungan untuk orangtua). Stimulasi di rumah selama 1 tahun pada bayi berat lahir
rendah dan keluarganya menunjukkan bahwa intervensi yang berfokus pada orang tua
menunjukkan hasil yang besar. Penelitian Resnick dkk, melaporkan hasil yang sama
setelah intervensi perkembangan yang dimulai sejak mereka di rumah sakit, kemudian
dilanjutkan di rumah sampai umur 2 tahun. Intervensi terutama difokuskan pada
orangtua untuk memperkuat kualitas interaksi orangtua dan bayi. Kelompok
eksperimental menunjukkan angka lebih tinggi ketimbang kontrol dengan skala
Bayley Mental dan Motor pada umur 12 dan 24 bulan. Kunjungan rumah seminggu 3
kali akan menghasilkan kemajuan yang bermakna. Orangtua dan anggota keluarga
lain di rumah merupakan factor yang penting untuk memberikan pembelajaran sejak
dini. Pendapat lain menyimpulkan bahwa intervensi langsung pada bayi untuk
meningkatkan pengalaman pembelajaran sehari-hari menunjukkan hasil yang lebih
banyak dan lebih lama dibandingkan cara tidak langsung. Cara langsung lebih banyak
meningkatkan kemampuan intelegensia anak terutama yang mempunyai factor faktor
risiko yang serius: ekonomi, biologis, atau kedua faktor tersebut.1,17

3.8.6 Perlu dukungan yang berkelanjutan


Pengaruh positif akan berkurang jika tidak ada dukungan yang adekuat untuk
mempertahankan sikap dan perilaku tersebut. Dampak jangka panjang stimulasi dini
pada nilai IQ semakin lama akan berkurang. Beberapa faktor yang terkait antara lain
anak dengan riwayat risiko tinggi tidak mampu mempertahankan manfaat efektivitas
intervensi dini, karena harus melanjutkan perkembangan dalam kecepatan yang umum
di sekolah. Lingkungan sekolah yang buruk, kesehatan yang suboptimal, lingkungan

50
rumah yang kacau dan berbagai faktor lain mempengaruhi perkembangan anak pada
usia selanjutnya. Bagi anak yang telah mendapatkan intervensi berkelanjutan selama 8
tahun menunjukkan kemampuan terbaik disbanding kelompok lain dalam hal
membaca dan matematik, melebihi kemampuan anak yang mendapat latihan selama 5
tahun dan kelompok yang dilatih hanya di sekolah dasar saja. Pada kelompok
intervensi yang dimulai sejak TK sampai umur 8 tahun tidak menunjukan peningkatan
IQ.17
Tabel 9. Contoh stimulasi yang dapat diberikan

3.9 Stimulasi di Rumah


Stimulasi di rumah pada prinsipnya melanjutkan latihan yang telah didapat
selama di rumah sakit. Pada keadaan ini bayi dan ibu lebih baik, dan ibu setiap saat
dapat berinteraksi dengan bayi, sehingga stimulasi di rumah lebih berkembang dan
bervariasi dibanding di rumah sakit. Peralihan perawatan dari rumah sakit ke rumah
tinggal walaupun menggembirakan, sering disertai ketakutan dan keragu-raguan.
Keluarga sering tidak siap mengantisipasi masalah akibat adanya bayi itu, sehingga
ibu merasa letih, tidak mampu menyelesaikan berbagai tugas rumah tangga, merasa

51
gagal menjadi orangtua yang sempurna. Orangtua harus belajar untuk mengatur
prioritas, dan harus saling membantu.1,17,19

3.9.1 Stimulasi penglihatan


Rangsang visual sebaiknya terdiri dari warna yang mencolok, kontras gelap
dan terang (garis-garis, lingkaran-lingkaran sepusat, bentuk geometrik), obyek yang
bergerak dan permukaan di sekitarnya. Wajah manusia adalah obyek yang paling
disukai untuk menarik perhatian, bentuknya, gerakannya dan suaranya. Tatapan wajah
yang sangat dekat dan bersuara memungkinkan stimulasi visual, auditori dan taktil
secara bermakna. Perubahan posisi yang sering (dari telentang ke tengkurap, dari
tempat tidur ke gendongan, dari kursi ke ayunan) memungkinkan bayi mendapatkan
berbagai stimulasi penglihatan dan pemandangan yang berbeda. 1,20,21

3.9.2 Stimulasi pendengaran


Untuk merangsang pendengaran: bersuara (menirukan suara bayi, berbicara,
bernyanyi) adalah sangat penting. Banyaknya dan tipe bahasa yang digunakan di
rumah selama periode bayi merupakan faktor penting dalam perkembangan
kecerdasan anak. Pemaparan terhadap berbagai musik, membacakan dongeng untuk
bayi akan membantu rangsang pendengaran, tetapi jangan terlalu ramai dan
mengganggu. Bayi yang dihujani dengan berbagai suara (suara TV, radio, teriakan,
kegaduhan yang konstan) kelak sulit untuk membedakan dengan menggunakan
pendengaran dan perhatian. 1,20,21

3.9.3 Stimulasi taktil (perabaan, sentuhan)


Rangsang raba (taktil) adalah rangsang sensori yang paling penting untuk
perkembangan yang sehat. Sensasi sentuhan adalah yang paling berkembang pada
saat lahir, dan telah berfungsi sejak sebelum lahir, jauh sebelum fungsi sensasi lainnya
berkembang. Memegang, menimang, mengurut, menepuk, menggoncang dan gerakan
adalah sangat penting, termasuk memijat dan memandikan. Mainan yang mempunyai
permukaan yang bervariasi (lembut, licin, fleksibel dan kaku) juga memungkinkan
pengalaman perabaan yang beragam. 17,20,21

3.9.4 Koordinasi visual dan gerak


Koordinasi mata dan tangan dapat diperkuat dengan mainan, penempatan
mainan di luar jangkauan anak yang masih memungkinkan bayi menggeser tubuhnya

52
untuk meraihnya, menyediakan obyek yang dapat dipukulkan, ditumpahkan dan
dimasukkan kembali (dumped and filled).20,21

3.10 Stimulasi Berdasarkan Kelompok Umur Maturitas17,20,21

Umur 0 – 3 bulan
Berikan rasa nyaman, aman, tunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan cara:
memeluk menggendong, menyelimuti, memberikan ASI, menghibur, membersihkan
badan, mengganti popok basah. Rangsanglah penglihatan, perkembangan sosial dan
kognitif bayi dengan cara: menatap mata bayi dari jarak sekitar 20 cm, mengajak
tersenyum, membalas senyuman, menggantung mainan yang bisa bergerak,
menggerakkan mainan berwarna warni ke kanan-kiri, ke depan-belakang.
Rangsanglah pendengaran, perkembangan berbahasa, sosial dan kognitif bayi dengan:
mengajak berbicara, menirukan ocehan bayi, menggerakan mainan yang berbunyi,
memperdengarkan musik dll. Rangsanglah perkembangan gerak kasar dan
keseimbangan dengan melatih bayi mengangkat kepala, dada, miring, tengkurap.
Rangsanglah perkembangan gerak halus, perabaan dan perkembangan kognitif
dengan memberikan mainan yang dapat diraih, diraba, dipegang, digenggam, diremas.

Gambar 19. Contoh-contoh stimulasi usia maturitas 0-3 bulan

53
Umur 3 – 6 bulan
Lanjutkan perangsangan dengan yang lebih kompleks, seperti: bermain cilukba, bayi
melihat bayangan dirinya di cermin, meraih mainan. Rangsanglah pendengaran,
perkembangan berbahasa dan kognitif dengan mencari sumber suara, mengulang –
ulang beberapa kata. Rangsanglah gerak kasar dan keseimbangan dengan melatih
tengkurap, berguling, telentang, posisi duduk. Rangsanglah gerak halus dan
koordinasi dengan memegang menggunakan 2 tangan, meraup benda kecil, meraih
benda-benda yang agak jauh, memasukan biskuit ke mulut dll.

Gambar 20. Contoh-contoh stimulasi usia maturitas 3-6 bulan

Umur 6 – 9 bulan
Rangsanglah pendengaran, perkembangan berbahasa, emosi dan kognitif dengan
memanggil namanya, memanggil mama-papa, mengulang-ulang beberapa kata.
Rangsanglah gerak kasar, keseimbangan dan kemandirian dengan latihan duduk, dan
merangkak. Rangsanglah gerak halus, koordinasi visual, kognitif dan kemandirian
dengan bersalaman, bertepuk tangan, melambaikan tangan, menunjuk ke benda-benda
yang agak jauh.

54
Gambar 21. Contoh-contoh stimulasi usia maturitas 6-9 bulan

Umur 9 – 12 bulan
Rangsanglah penglihatan, pendengaran, perkembangan berbahasa, kognitif dan
komunikasi dengan menyebutkan nama-nama orang di dalam keluarga, mengulang
kata-kata yang sering digunakan pada bayi. Rangsanglah perkembangan gerak halus,
koordinasi, kognitif dan kemandirian dan sosial dengan memasukkan benda kedalam
tempat dan mengeluarkannya lagi, minum dari gelas, menggelindingkan bola ke orang
lain. Rangsanglah gerak kasar dengan berdiri berpegangan

55
Gambar 22 . Contoh-contoh stimulasi usia maturitas 9-12 bulan

Umur 12 bulan – 18 bulan


Rangsanglah gerak halus, koordinasi visual dan kognitif dengan: mencoret-coret,
menyusun kubus, balok, memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari
wadahnya. Rangsanglah gerak halus, kemandirian dan kognitif dengan bermain
menggunakan boneka, alat-alat rumah tangga, sendok garpu, belajar melepas celana
dan baju. Rangsanglah gerak kasar, keseimbangan dan kognitif dengan berdiri tanpa
berpegangan, memanjat kursi, berjalan dengan pegangan, menendang bola .
Rangsanglah perkembangan berbahasa dan kognitif dengan nama-nama benda,
perintah sederhana.

Gambar 23. Contoh-contoh stimulasi usia maturitas 12-18 bulan

56
Umur 18 bulan – 24 bulan
Rangsanglah perkembangan berbahasa, penglihatan, kognitif dan sosial dengan
bertanya, menyebutkan nama gambar, bagian-bagian tubuh anak, binatang, benda-
benda di sekitar rumah, kegiatan sehari-hari. Rangsanglah kemampuan gerak halus,
kemandirian, dan kognitif dengan berlatih mencuci tangan, menyikat gigi, memakai
celana, baju, menggambar garis. Rangsanglah gerak kasar, koordinasi, sosial dan
kognitif dengan bermain melempar bola, melompat.

Umur 2 – 3 tahun
Rangsanglah perkembangan berbahasa dan kognitif dengan menyebutkan warna, kata
sifat yang sering digunakan (besar-kecil, panas-dingin, banyak-sedikit, tinggi-rendah,
enak-tidak enak), kegunaan benda sehari-hari, menghitung benda-benda. Rangsanglah
perkembangan gerak halus, kemandirian dan sosial dengan memakai baju sendiri,
menyikat gigi, bermain kartu, menyebutkan nama teman, menggambar garis dan
lingkaran, menggambar manusia. Rangsanglah gerak kasar dan keseimbangan dengan
berdiri satu kaki. Bilamana terjadi keterlambatan perkembangan, maka dilakukan
intervensi yang spesifik sesuai dengan jenis keterlambatannya. Setelah umur 3 tahun
umumnya intervensi diarahkan untuk perkembangan kesiapan sekolah, antara lain
kesiapan untuk menulis, mengenal bentuk huruf dan angka, berhitung sederhana,
mengerti perintah-perintah sederhana, kemandirian dan sosial.

3.11 Pijat bayi22


Pijat bayi adalah salah satu seni perawatan kesehatan bayi dengan
menggunakan tekhnik terapi sentuh untuk mencapai manfaat kesehatan. Manf aat dari
pijat bayi adalah meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki peredaran darah dan
pernapasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, mengurangi stress dan
ketegangan, memberikan stimulasi taktil dan propioseptif, membuat tidur lelap, dan
meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi. Pemijatan dapat dilakukan
pada bayi usia 0-12 bulan. Untuk bayi yang berusia di bawah 7 bulan, pemijatan dapat
dilakukan setiap hari. Waktu pemijatannya sebaiknya dilakukan 2 kali sehari yaitu
pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru dan malam hari,
sebelum tidur.

57
Persiapan sebelum memijat meliputi: mencuci tangan dan dalam keadaan
hangat, hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi, bayi tidak berada
dalam keadaan lapar, namun jangan lakukan pemijatan langsung setelah makan,
baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih, ibu/ayah duduk dalam posisi
nyaman dan tenang, siapkan handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby
oil/lotion), sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai wajah
dan kepala bayi sambil mengajak bicara.
Selama melakukan pemijatan, dianjurkan untuk selalu melakukan hal-hal
berikut: memandang mata bayi selama pemijatan berlangsung, bernyanyilah atau
putarkan lagu-lagu yang tenang/lembut, untuk membantu menciptakan suasana tenang
selama pemijatan berlangsung, awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan
ringan, kemudian secara bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan yang
dilakukan, sebelum melakukan pemijatan, lumurkan lotion yang lembut, sebaiknya
pemijatan dimulai dari kaki bayi, umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada
daerah kaki. Dengan demilian, akan memberi kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Oleh karena itu, urutan pemijatan
dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian
punggung, tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi anda, mandikan bayi
segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa lebih segar dan bersih setelah
terlumuri minyak bayi. Namun, apabila pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi
cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi.

3.11.1 Tekhnik Pijatan Bayi22


1.Kaki
a. Perahan cara India
 Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul soft ball
 Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu

58
b. Peras & putar
 Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara bersamaan
 Peras & putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari pangkal paha ke arah
mata kaki

c. Telapak kaki
Urutlah telapak kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai dari
tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki

d. Tarikan lembut jari


Pijatlah jari-jarinya satu persatu dengan gerakan memutar menjauhi telapak
kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang lembut pada tiap ujung jari

59
e. Gerakan peregangan
 Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari
batas jari-jari ke arah tumit, kemudian ulangi lagi dari perbatasan jari ke arah
tumit
 Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki pada daerah
pangkal kaki ke arah tumit

f. Titik tekanan
Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan telapak
kaki dari arah tumit ke jari-jari

g. Punggung kaki
Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah punggung
kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara bergantian

h. Peras & putar pergelangan kaki

60
Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari & jari -jari
lainnya di pergelangan kaki bayi

i. Perahan cara swedia


 Peganglah pergelangan kaki bayi
 Gerakkan tangan anda secara bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal
paha

j. Gerakan menggulung
 Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda
 Buatlah gerakan menggulung dari pangkal paha menuju pergelangan kaki

k. Gerakan akhir
 Setelah gerakan a sampai dengan k dilakukan pada kaki kanan & kiri rapatkan
kedua kaki bayi

61
 Letakkan kedua tangan anda secara bersamaan pada pantat & pangkal paha
 Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan
kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian kaki

2. Perut
a. Mengayuh sepeda
Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda,
dari atas ke bawah perut, bergantian dengan tangan kanan & kiri

b. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat


 Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu tangan
 Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari -
jari kaki

62
c. Ibu jari kesamping
 Letakkan kedua ibu jari di samping kanan & kiri pusar perut
 Gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi perut kanan & kiri

d. Bulan-matahari
 Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut
sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian kembali ke
daerah kanan bawah (seolah membentuk gambar matahari {M}) beberapa kali
 Gunakan tangan kanan untuk mambuat gerakan setengah lingkaran mulai dari
bagian bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah membentuk
gambar bulan {B})
 Lakukan kedua gerakan ini secara bersama-sama. Tangan kiri selalu membuat
bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan
setengah lingkaran (bulan)

e. Gerakan I Love You


 ”I”, pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan membentuk huruf ”I”
 ”LOVE”, pijatlah perut bayi membentuk huruf ”L” terbalik, mulai dari kanan
atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah

63
 ”YOU”, pijatlah perut bayi membentuk huruf ”U” terbalik, mulai dari kanan
bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri, ke bawah, & berakhir di
perut kiri bawah

f. Gelembung atau jari-jari berjalan


 Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan
 Gerakkan jari-jari anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri guna
mengeluarkan gelembung-gelembung udara

3. Dada
a. Jantung besar
 Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan meletakkan ujung -
ujung jari kedua telapak tangan anda di tengah dada/ulu hati
 Buat gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas
tulang selangka, lalu ke bawah membentuk bentuk jantung dan kembali ke ulu
hati

64
b. Kupu-kupu
 Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu dimulai dengan tangan
kanan membuat gerakan memijat menyilang dari tengah dada/ulu hati kea rah
bahu kanan, & kembali ke ulu hati
 Gerakkan tangan kiri anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati

4. Tangan
a. Memijat ketiak
Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.

b. Perahan cara India


 Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti memegang
pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan tangan bayi
 Gerakkan tangan kanan mulai dari bagian pundak kea rah pergelangan tangan,
kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak kearah pergelangan tangan
 Demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan & kiri ke bawah secara
bergantian & berulang-ulang seolah memeras susu sapi

65
c. Peras & putar
Peras & putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke pergelangan
tangan

d. Membuka tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah
jari-jari

e. Putar jari-jari
 Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan gerakan
memutar
 Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari

66
f. Punggung tangan
 Letakkan tangan bayi di antara kedua tangan anda
 Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari-jari dengan
lembut

g. Peras & putar pergelangan tangan


Peraslah sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk

h. Perahan cara swedia


 Gerakan tangan kanan & kiri anda secara bergantian mulai dari pergelangan
tangan kanan bayi ke arah pundak
 Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak

67
i. Gerakan menggulung
 Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua telapak tangan
 Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju ke arah
pergelangan tangan/jari-jari

5. Muka
a. Dahi: menyetrika dahi
 Letakkan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi
 Tekankan jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke
samping kanan & kiri seolah menyetrika dahi atau membuka lembaran buku
 Gerakan ke bawah ke daerah peilpis, buatlah lingkaran - lingkaran kecil di
daerah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah pipi di bawah
mata

68
b. Alis: menyetrika alis
 Letakkan kedua ibu jari anda di antara kedua alis mata
 Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata & di atas
kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyetrika alis

c. Hidung: Senyum I
 Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis
 Tekankan ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung
ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping & ke atas seolah membuat
bayi tersenyum

d. Mulut bagian atas : Senyum II


 Letakkan kedua ibu jari anda di atas mulut di bawah sekat hidung
 Gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah ke samping & ke atas ke daerah pipi
seolah membuat bayi tersenyum

e. Mulut bagian bawah : Senyum III


 Letakkan kedua ibu jari anda ditengah dagu

69
 Tekankan kedua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping,
kemudian ke atas kea rah pipi seolah membuat bayi tersenyum

f. Lingkaran kecil di rahang


Dengan jari kedua tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang
bayi

g. Belakang telinga
 Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan lembut pada
daerah belakang telinga kanan & kiri
 Gerakkan ke arah pertengahan dagu di bawah dagu

70
6.Punggung
a. Gerakan maju mundur (kursi goyang)
 Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepala di sebelah kiri &
kaki di sebelah kanan anda
 Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur menggunakan
kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai ke pantat bayi, lalu kembali
lagi ke leher

b. Gerakan menyetrika
 Pegang pantat bayi dengan tangan kanan
 Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai bertemu dengan
tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah menyetrika punggung

c. Gerakan menyetrika & mengangkat


Ulangi gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan kanan memegang
kaki bayi & gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi

71
d. Gerakan melingkar
 Dengan jari-jari kedua tangan anda, buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-
kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di sebelah kanan & kiri tulang
punggung sampai di daerah pantat
 Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran
yang lebih besar di daerah pantat

e. Gerakan menggaruk
 Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan anda pada punggung
bayi
 Buat gerakan menggaruk ke bawah memanjang sampai kepantat bayi

7. Relaksasi & Peregangan Lembut


1) Relaksasi
Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-tepukan halus & melambung-
lambungkan secara lembut

2) Peregangan Lembut
a. Tangan disilangkan
 Pegang kedua pergelangan tangan bayi & silangkan keduanya di dada

72
 Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping.

b. Membentuk diagonal tangan-kaki


 Pertemukan ujung kaki kanan & ujung tangan kiri bayi di atas tubuh bayi
sehingga membentuk garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan &
tangan kiri bayi ke posisi semula
 Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan di atas tubuh bayi.
Selanjutnya, tarik kembali tangan & kaki bayi ke posisi semula.

c. Menyilangkan kaki
 Pegang pergelangan kaki kanan & kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah
silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah
itu, kembalikan posisi kaki pada posisi semula
 Pegang kedua pergelangan kaki bayi & silangkan kedua kakinya ke atas
sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar

73
d. Menekuk kaki
Pegang pergelangan kaki kanan & kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu tekuk
lutut kaki perlahan menuju ke arah perut

e. Menekuk kaki bergantian


Gerakannya sama seperti menekuk kaki, tetapi dengan mempergunakan kaki
secara bergantian

74
BAB IV
KESIMPULAN

Palsi Serebral merupakan kelainan tidak progresif yang sering terjadi pada
anak. Penyebabnya dapat terjadi saat prenatal, perinatal dan postnatal. Manifestasi
klinis dari penyakit ini bermacam-macam, tergantung pada lokasi yang terkena
apakah kelainan terjadi secara luas di korteks dan batang otak, atau hanya terbatas
pada daerah tertentu. Pada cerebral palsy, kelainan gerakan motorik dan postur
merupakan ciri utama, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa sering juga disertai
gangguan bukan motorik, seperti retardasi mental, kejang-kejang, gangguan
psikologik dan lainnya. Manifestasi dari gangguan motorik atau postur tubuh dapat
berupa spastisitas, rigiditas, ataksia, tremor, atonik/hipotonik, tidak adanya refleks
primitif (pada fase awal) atau refleks primitif yang menetap (pada fase lanjut),
diskinesia. Semua impairment diatas akan menimbulkan disabilitas bahkan kecacatan
pada anak dengan CP, yang membuat anak dengan CP dapat dianggap sebagai anak
dengan berkebutuhan khusus.
Pengelolaan cerebral palsy memerlukan koordinasi multidisipliner meliputi
dokter spesialis rehabilitasi medik, anak, mata, THT, bedah ortopedi, gigi, fisioterapis,
terapis okupasi, terapis wicara, ortotis, psikolog dan pekerja sosial. Program
rehabilitasi yang diberikan pada anak CP bertujuan untuk mencegah komplikasi,
meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien. Tujuan dari rehabilitasi tersebut
tdiak akan tercapai tanpa adanya dukungan keluarga terutama orang tua. Proses
rehabilitasi tidak hanya dilakukan di pusat rehabilitasi medik, home program memiliki
peranan yang sangat penting karena sebagian besar perkembangan anak terjadi di
rumah.

75
DAFTAR PUSTAKA

1. Bower E. Finnie’s Handling the Young Child With Cerebral Palsy at Home.
Edisi ke 4. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2009
2. Toledo SD. Trapani K. Feldbruegge E. Cerebral palsy. Dalam: Braddom RL,
Harrast MA, Chan L, Kowalske KJ, Matthews DJ, Ragnarsson KT, dkk, editor.
Physical Medicine and Rehabilitation. Edisi ke 4. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2011.
3. Harahap H, Salimar S. Kejadian Cacat pada Anak Usia 24-59 Bulan dan Faktor-
Faktor yang berkaitan. RISKESDAS 2010. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2015.
Cited: 16 November 2016. Available at http://ejournal.litbangdepkes.go.id.
4. Karunia L. Hamzah Z. Ugahary M. Palsi Serebral. Dalam: Karunia L, Tulaar A,
editor. Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Pada Tumbuh Kembang Anak. Edisi
pertama. Jakarta: PB Perdosri; 2014.
5. Novak I, Cusick A, Lannin N. Occupational Therapy Home Programs for
Cerebral Palsy: Double-Blind, Randomized, Controlled Trial. American
Academy of Pediatrics. 2009. Diunduh dari: www.pediatrics.org/cgi/
doi/10.1542/peds.2009-0288
6. McMahon M. Pruitt D. Vargus J.Cerebral Palsy. Dalam: Alexander M,
Matthews D, editor. Pediatric Rehabilitation Principles and Practice. Edisi ke 4.
New York: Demos Medical; 2010.
7. Styer J, Acevedo. The infant and child with cerebral palsy. Dalam: Tecklin JS,
editor. Pediatric Physical therapy. Edisi ke 4. Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins; 2008.
8. McIntyre S, Morgan C, Walker K, dkk. Cerebral palsy: Don’t delay.
Developmental Disabilities Research Reviews. 2013;17:114-29.
9. Hanna SE, Rosenbaum PL, Bartlett DJ, dkk. Stability and declinein gross motor
function among children and youth with cerebral palsy aged 2 to 21 years. Dev
Med Child Neurol. 2009;51:295-302.
10. Shevell MI, DagenaisL, Hall N. The relationship of cerebral palsy subtype and
functional motor impairment: a population based study. Dev Med Child Neurol.
2009;51:872-77
11. A. Miller, T. Temple and F.Miller. Impact of orthoses on the rate of scoliosis
progression in children with cerebral palsy. J Pediatr Orthop. 1996; 16: 332–35.
12. B. Balaban, E. Yasar, U. Dal, K. Yazicioglu, H. Mohur andT.A. Kalyon. The
effect of hinged ankle foot orthosis on gaitand energy expenditure in spastic
hemiplegic cerebral palsy, Disability and Rehabilitation. 2007; 29(2): 139–44.
13. Diamond M, Armento M. Children with disabilities. Dalam: De Lisa JA, Gans
BM, Walsh NE, editor. Physical medicine & rehabilitation: Principles and
Practice. Edisi ke 4. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2005
14. Miller F, Bachrach SJ. Cerebral Palsy: A Complete Guide for Caregiving. Edisi
ke 2. Baltimore: John Hopkins University Press; 2006.

76
15. McMahon M, Pruitt D, Vargus-Adams J. Cerebral Palsy. Dalam: Alexander MA,
Mathews DJ, editor. Molnar’s Pediatric Rehabilitation. Edisi ke 4. New York:
Demos Medical Publishing; 2010.
16. Novak I, Cusick A. Home programmes in paediatric occupational therapy for
children with cerebral palsy: Where to start? Australian Occupational Therapy
Journal. 2006; 1–14
17. Soedjatmiko. Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi
dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi. Sari Pediatri Volume 8. 2006:
164-173
18. Novak I. Effectiveness of Occupational Therapy for Children with Cerebral
Palsy: A Double Blind Randomised Controlled Trial. University of Western
Sydney. 2009
19. Ellyana Sungkar. Petunjuk Praktis Merawat Anak Palsi Serebral. Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2011
20. Vietze, PM. Parental stimulation of high risk infants in naturalistic settings.
Dalam: Lester BM, Tronick EZ, editor. Stimulation and the preterm infant. Clin
Perinatal 1990; 17:11-30.
21. Hamner TJ, Turner Ph. Parenting in contemporary society. Edisi ke-2. New
Jersey: Prentice Hall, 1990:31-55
22. Roesli, U. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Trubus Agriwidya. 2001.

77

Anda mungkin juga menyukai