Anda di halaman 1dari 20

Nama : Ni Made Ayu Komang Dewi

Nim : 1910913420009

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


CEREBRAL PALSY”
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang
kekal dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak di
lahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap
dan pergerakan , disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,
gangguan ganglia basalis dan serebellum dan kelainan mental.
Cerebral palsy pada dasarnya adalah gangguan terhadap pergerakan
dan postur tubuh. Hal ini di istilahkan sebagai “payung” yang mencakup
gangguan pengontrolan gerakan akibat adanya lesi atau kelainan terhadap
perkembangan otak di awal tahap kehidupan dengan latar belakang penyakit
yang tidak progresif. Ini dapat di tetapkan sebagai static encephalopathy
yang dimana, meskipun kelainan atau kerusakan lesi primer tetap, namun
tampakan pola klinis mungkin dapat berubah seiring berjalannya waktu
karna pertumbuhan dan perkembangan plastisitas dan pematangan sistem
sararf pusat.
Pada anak-anak, hubungan antara lesi pada sistem saraf pusat dan
gangguan fungsi dapat berubah. Abnormalitas pada tonus motorik atau
gerakan yang terjadi pada beberapa minggu atau beberapa bulan pertama
kelahiran, secara teratur akan meningkat selama tahun pertama kehidupan.
Namun setelah anak berusia lebih dari satu tahun, tonus motorik
menjadi berkurang, dimana kondisi ini terus berlanjut hingga akhirnya ia
didiagnosa menderita Cerebral Palsy, ( Kuban, 1994). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Collaborative Perinatal Project menunjukkan hingga
mereka berusia 7 tahun, hampir dua pertiga dari anak-anak yang mengalami
diplegia spastik dan setengah dari anak-anak yang mengalami Cerebral

1
Palsy pada ulang tahun pertama mereka, tampak tumbuh normal atau tidak
menunjukkan tanda-tanda Cerebral Palsy. Padahal dibalik itu semua, secara
relatif tanda- tanda motorik nonspesifik, seperti hipotonia, yang telah ada
pada minggu – minggu atau bulan – bulan pertama kehidupan, berkembang
menjadi spastisitas dan abnormalitas ekstrapiramidal, hingga mereka
melalui usia satu atau dua tahun. Anggapan bahwa nyelinasi akson – akson
dan pematangan neuron dalam ganglia basalia, terjadi sebelum spastisitas,
distonia dan athetosis, dapat dibuktikan. Beberapa ahli menganjurkan bahwa
diagnosiis definitif Cerebral Palsy sebaiknya ditunda sampai anak berusia
dua tahun. Jika dokter melakukan diagnosis sebelum akhir tahun pertama,
maka selanjutnya diagnosa ini harus diberitahukan pada keluarga penderita
sebagai suatu diagnosis yang bersifat sementara.( Kuban, 1994) Cerebral
Palsy dapat diklasifikasikan berdasar keterlibatan alat gerak atau ekstrimitas
(monoplegia, hemiplegia, diplegia, dan quadriplegia), dan karakteristik
disfungsi neurologik ( spastik, hipotonik, distonik, athetonik, atau
campuran).
2. Etiologi Cerebral Palsy
Suatu definisi mengatakan bahwa penyebab Cerebral Palsy berbeda-
beda tergantung pada suatu klasifikasi yang luas yang meliputi antara lain :
terminologi tentang anak-anak yang secara neorulogik sakit sejak
dilahirkan, anak-anak yang dilahirkan kurang bulan dengan berat badan
lahir rendah dan anak-anak yang berat badan lahirnya sangat rendah, yang
beresiko Cerebral Palsy dan terminologi tentang anak-anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat dan mereka yang beresiko mengalami Cerebral Palsy
setelah masa kanak-kanak. ( Swaiman, 1998). Cerebral Palsy dapat
disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih
dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam suatu keluarga, maka
kemungkinan besar disebabkan faktor genetik.( Soetjiningsih, 1995). Walau
terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada masa
pranatal, peribatal, dan postnatal.
a. Pra Natal ( Sebelum lahir)

2
Masalah bisa terjadi pada saat pembuahan bergabung dan sebelum
bayi dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang tidak normal yang
berhubungan langsung dengan kerusakan jaringan syaraf.

Adapun faktor-faktor lainnya yaitu :


1) Ibu menderita penyakit/infeksi
Hal ini merupakan bawaan lahir, gangguan pada bayi mungkin
muncul di awal kehamilan yaitu masa-masa penentu bagi
pertumbuhan dan pembentukan janin. Misalnya seorang ibu terserang
flu rubella, toksoplasma, atau sitomegola yaitu virus yang bisa
terjadidi usia kehamilan tri semester ketiga. Penyebab lain, ibu
menderita penyakit berat seperti tifus, kolera, sifilis, malaria kronis,
TBC dan penyakit yang lainnya yang dapat mempengaruhi janin.
Infeksi-infeksi ini menggangu perkembangan jaringan otak sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan otak pada anak.

2) Radiasi sewaktu masih dalam kandungan

3) Perilaku ibu/ Toksik kehamilan


Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum minuman
keras, begitu juga dengan ibu yang mengalami depresi dan tekanan
darah tinggi. Semua ini bisa merusak janin baik fisik maupun mental.
b. Intranatal ( Saat Lahir)
1) Terkena infeksi jalan lahir
Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena terjadi
gangguan pada proses persalinan, jalan lahir kotor dan banyak kuman. Jika
ibu mempunyai infeksi TORCH, misal bayi bisa terkena infeksi jalan lahir
tersebut.
2) Hipoksis Iskemik Ensefalopati/HIE
Saat lahir, bayi dalam keadaan tidak sadar, bahkan tidak menangis dan justru
mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak. Akibatnya jaringan
otak rusak.
3) Kelahiran yang sulit

3
Pemakaian alat bantu seperti vakum saat persalinan tidak bermasalah, yang
bisa mengganggu bayi adalah lamanya di jalan lahir karena berbagai
penyebab, kepala bayi lebih besar dari pinggul ibu atau ada lilitan tali pusat
sehingga tertarik tak mau kelur atau ibu tidak kuat menahannya.
4) Asfiksia
Bayi lahir tidak bernafas, bisa karena paru-paru penuh cairan atau karena
ibu mendapatkan anestesi ( obat bius) terlalu banyak.
5) Bayi lahir premature
Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena lahir belum
waktunya atau kurang dari 32 minggu. Kemungkinan jaringan organ tubuh
dan jaringan otaknya belum sempurna.
6) Berat Lahir Rendah
Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir cukup bulan
tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa terjadi karena ibu
kekurangan gizi pada saat hamil.
7) Perdarahan otak
Perdarahan di bagian otak dapat menyebabkan penyumbatan sehingga anak
menderita hidrocepalus atau microcepalus. Perdarahan juga dapat menekan
jaringan otak sehingga terjadi kelumpuhan.
8) Bayi kuning
Merupakan keadaan bayi yang mengalami kuning yang berbahaya, misalnya
karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu ibu yang
bergolongan darah O sedangkan bayinya A atau B. Selain itu bayi yang
mengalami hiperbilirubinemia atau kuning yang tinggi, lebih dari 20 mg/dl
hingga bilirubin besarnya melekat di jaringan otak terganggu.Oleh sebab itu
bayi kuning harus segera mendapatkan penanganan yang tepat pada
minggu-minggu pertama kejadian.
c. Posnatal ( Sudah Lahir)
Biasanya paling rentan terjadi di usia-usia 0-3 tahun. Terdapat penyebab-
penyebab antara lain :
1) Infeksi pada selaput otak atau pada jaringan otak

4
Umumnya bayi usia muda sangat rentan dengan penyakit, misalnya
tenginggitis dan ensepalitis pada usia setahun pertama. Ada kemungkinan
penyakit tersebut menyerang selaput otak bayi sehingga menimbulkan
gangguan pada perkembangan otaknya. Bila infeksi terjadi di bawah tiga
tahun umumnya akan mengakibatkan cerebral palsy, sebab pada waktu itu
otak sedang dalam perkembangan menuju sempurna. Jadi anak yang terkena
infeksi meningitis radang selaput otak di usia 5 tahun dan menjadi lumpuh,
ia tidak di sebut cerebral palsy melainkan komplikasi meningitis.
2) Kejang
Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu tubuhnya tinggi
kemudian timbul kejang. Kejang dapat pula karena infeksi yang dialami
anak. Kemungkinan lain anak juga bisa menderita epilepsi.
3) Karena trauma/ benturan
Bayi yang sering mengalami jatuh dan menimbulkan luka di kepala, apalagi
di bagian dalam kepala atau perdarahan di otak dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otaknya. Kerusakan tergantung dari hebat atau tidaknya
benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otaknya rusak. Memang tidak
bisa dilihat secara pasti seberapa besar kerusakan otak yang terjadi.
3. Klasifikasi Cerebral Palsy
Berdasarkan gejala dan tanda neurologis ( Swaiman, 1998; Gilroy, 1979;
Rosenbaum, 2003) :
a. Spastik
1) Monoplegia
Pada monoplegia, hamnya satu ekstrimitas saja yang mengalami spastik.
Umumnya hal ini terjadi pada lengan/ ekstrimitas atas.
2) Diplegia
Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini
disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kostikospinal bilateral
atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistem-sistem lain
normal.
3) Triplegia

5
Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstrimitas. Umumnya
menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah
satu sisi tubuh.
4) Hemiplegia

Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya


menyerang ekstrimitas atas/ lengan atau menyerang lengan pada salah
satu sisi tubuh.
5) Quadriplegia
Spastis yang tidak hanya menyerang ekstrimitas atas, tetapi juga
ekstrimitas bawah dan juga terjadi keterbatasan ( paucity) pada tungkai.
b. Ataksia
Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan
dengannya. Pada Cerebral Palsy tipe ini terjadi abnormalitas bentuk postur
tubuh dan/ atau disertai dengan abnormalitas gerakan. Otak mengalami
kehilangan koordinasi muskular sehingga gerakan-gerakan yang dihasilkan
mengalami kekuatan, irama, dan akurasi yang abnormal.
c. Athetosis atau Koreothetosis
Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang
ditampakkan adalah gerakan-gerakan yang involunter dengan ayunan yang
melebar. Athetosis terbagi menjadi :
1) Distonik
Kondisi ini sangat jarang, sehingga penderita uyang mengalami distonik
dapat mengalami misdiagnosis. Gerakan distonia tidak seperti yang
ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan
lengan sebelah proksimal. Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulang-
ulang, terutama pada leher dan kepala.
2) Diskinetik
Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan-gerakan involunter,
tidak terkontrol, berulang-ulang dan kadangkala melakukan gerakan
stereotype.
3) Atonik

6
Anak-anak penderita cerebral Palsy tipe atonik mengalami hipotonisitas
dan kelemahan pada kaki. Walaupunmengalami hipotonik namun lengan
dapat menghasilkan gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi
normal.
4) Campuran

Cerebral Palsy campuran menujukkan manifestasi spastik dan


ekstrapiramidal, seringkali ditemukan adanya komponen ataksia.

Berdasarkan perkiraan tingkat keparahan dan kemampuan penderita untuk


melakukan aktifitas normal ( Swaiman, 1998; Rosenbaum, 2003) :
a. Level I ( ringan )
Anak dapat berjalan tanpa pembatasan/ tanpa alat bantu, tidak memerlukan
pengawasan orangtua, cara berjalan cukup stabil, dapat bersekolah biasa,
aktifitas kehidupan sehari-hari 100% dapat dilakukan sendiri.
b. Level 2 ( sedang)
Anak berjalan dengan atau tanpa alat bantu, alat untuk ambulasi ialah
brace,tripod atau tongkat ketiak. Kaki/tungkai masih dapat berfungsi
sebagai pengontrol gaya berat badan. Sebagian besar kehidupan sehari-hari
dapat dilakukan sendiri dan dapat bersekolah.
c. Level 3 ( berat)
Mampu untuk makan dan minum sendiri, dapat duduk, merangkak atau
mengesot, dapat bergaul dengan teman-teman sebayanya dan aktif.
Pengertian kejiwaan dan rasa keindahan masih ada, aktifitas kehidupan
sehari-hari perlu bantuan, tetapi masih dapat bersekolah. Alat ambulasi yang
paling tepat ialah kursi roda.
d. Level 4 ( sangat berat)
Tidak ada kemampuan menggerakkan tangan atau kaki, kebutuhan hidup
yang penting ( makan dan minum) tergantung pada orang lain. Tidak dapat
berkomunikasi, tidak dapat ambulasi, kontak kejiwaan dan rasa keindahan
tidak ada.

7
4. Patofisiologi Cerebral palsy
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan
degenerasi lamiar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran suci dan berat
otak rendah. Cerebral Palsy digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan
postur tubuh yang disebabkan oleh cacat non progresive atau luka otak pada
saat anak-anak. Suatu presentasi cerebral palsy dapat diakibatkan dengan suatu
dasar kelaian ( struktural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-
luka/ kerugian setelah melahirkan dalam kaitan dengan ketidakcukupan
vaskuler, toksin atau infeksi). Dalam beberapa kasus manifestasi atau etiologi
dapat berhubungan dengan daerah anatomi. Misal cerebral palsy yang
berhubungan dengan kelahiran prematur yang disebabkan oleh infark hipoksia
atau perdarahan dengan leukomalasia di daerah yang berdekatan dengan
ventrikel lateral dalam antetoid jenis cerebral palsy yang disebabkan oleh
kenikterus dan kelainan genetik metabolisme seterpti gangguan mitokondria.
Hemiplegia cerebral palsy seringdikaitkan dengan serangan vokal sekunder ke
intra uterin atau trombo emboli perinatal biasanya akibat trombosis ibu atau
gangguan pembekuan herediter ( Wilson, 2007).
5. Manifestasi Klinik cerebral Palsy
Gejala Cerebral palsy tampak sebagai spektrum yang menggambarkan
variasi beratnya penyakit. Seseorang dengan cerebral palsy dapat
menampakkan gejala kesulitan dalam hal motorik halus, misalnya menulis atau
menggunakan gunting, masalah keseimbangan dan berjalan, atau mengenai
gerakan involunter, misalnya tidak dapat mengontrol gerakan menulis atau
selalu mengeluarkan liur.
Berikut gejal-gejala lain dari cerebral palsy :
a. Gangguan pada otot yaitu kaku/ terlalu lemah
b. Kurangnya koordinasi otak ( ataksia)
c. Getaran atau gerakan tidak sadar
d. Gelambat
e. Lebih menyukai menggunakan sisi tubuh sepertti menyeret kaki atau gaya
berjalan jongkok
f. Kesulitan berjalan seperti berjalan kaki atau gaya berjalan jongkok

8
g. Kesulitan menelan atau kesulitan menghisap makanan
h. Penundaan dalam perkembangan bicara atau kesulitan bicara

Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang mengalami
gangguan cerebral palsy yaitu : Suharso (2006 :16)

a. Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut, dan lidah yang


akan menyebabkan anak tampak selalu berliur.

b. Kesulitan makan dan menelan yang dipicu oleh masalah motorik pada
mulut, dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat.
c. Inkontenensia urine.
Gejala dapat berbeda pada setiap penderita, dan dapat berubah pada
seorang penderita. Sebagian cerebral palsy sering juga menderita penyakit lain,
termasuk kejang atau gangguan mental.

Penderita Cerebral Palsy derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat


berjalan dan membutuhkan perawaan intensif dalam jangka panjang,
sedangkan Cerebral Palsy derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung
dalam gerakan dan membutuhkan bantuan yang tidak khusus. Cerebral Palsy
bukan penyakit menular atau bersifat herediter. Hingga saat ini, Cerebral Palsy
tidak dapat dipulihkan, walau penelitian ilmiah berlanjut untuk menemukan
terapi yang lebih baik dan metode pencegahannya.

6. Pemeriksaan Diagnostik Cerebral Palsy


a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
Cerebral Palsy ditegakkan
b. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy CSS normal.
c. Pemeriksaan EEG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang atau tidak
d. Foto rontgen kepala
e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan

9
f. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental
7. Penatalaksanaan Cerebral palsy

a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptomatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan suatu tim antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi,
occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orangtua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan
posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat
dianjurkan untuk sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk
dilakukan pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan
tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan
koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Tidak ada obat untuk Cerebral palsy tetapi pelatihan otot awal dan latihan
khusus dapat bermanfaat dimulai sebelum anak mengembangkan kebisaan
yang salah dan pola otot yang salah. Pencegahan komplikasi dan mebantu
individu untuk menjalankan kehidupan sepenuhnya, hanya dibatasi oleh
gangguan otot dan gangguan sensori ( Wilson 2007)
e. Keperawatan
Masalah bergantung dari kerusakan otak yang terjadi. Pada umumnya
dijumpai adanya gangguan pergerakan sampai retardasi mental, dan
seberapa besar gangguan yang terjadi bergantung pada berat ringannya
asfiksia yang terjadi pada otak. Dewasa ini gangguan dari pertumbuhan atau
perkembangan janin di rumah-rumah bersalin yang telah maju sudah dapat

10
dideteksi sejak dini bila kehamilan dianggap beresiko. Juga ramalan
mengenai ramalan bayi dapat diduga bila mengetahui keadaan pada saat
perinatal ( lihat penyebab ). Selain itu setelah diketahui dari patologi
anatomi Palsy Cerebral bahwa gejala ini dapat dilihat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir. Sebenarnya beratnya gejala sisa mungkin dapat
dikurangi jika dilakukan tindakan lebih dini. Disinilah peranan perawat
dapat ikut mencegah kelainan tersebut.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :


1) Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi yang baru lahir yang beresiko
( baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/
kelahirannya). Jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak
biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan
penanganan yang semestinya.
2) Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar
dipesankan pada orangtua atau ibunya jika melihat sikap bayi yang tidak
normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
8. Komplikasi Cerebral palsy

a. Kontraktur yaitu sendi yang tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek
b. Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena
kelumpuhan hemiplegia
c. Dekubitus yaitu adanya suatu luka yang menjadi borork akubat mengalami
kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur
d. Deformitas ( perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur
e. Gangguan mental.
Anak Cerebral palsy tidak semua terganggu kecerdasannya, bahkan ada
yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang
bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar.

11
B. Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien dengan Cerebral Palsy
1. Pengkajian
a. Kaji riwayat kehamilan ibu
b. Kaji riwayat persalinan
c. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
d. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang
terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur
tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, dan kurangnya
tonus otot.
e. Monitor respon bermain anak
f. Kaji fungsi intelektual
g. Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan ( hilangnya
keseimbangan )
h. Otot kaku dan refleks yang berlebihan ( spasticas)
i. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai masalah
tambahan, termasuk yang berikut : kejang, masalah dengan penglihatan,
pendengaran, dalam bersuara, terdapat kesulitan belajar dan gangguan
perilaku, keterlambatan mental, masalah yang berhubungan dengan
masalah pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan buang air
kecil, serta terdapat abnormalitas bentuk tulang seperti scoliosis.
j. Kesulitan mengunyah, menelan, mengisap, dan menghisap serta kesulitan
berbicara
k. Badan gemetar
l. Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulis atau menekan tombol
m. Riwayat penyakit dahulu : kelahiran prematur atau ada trauma lahir
n. Riwayat penyakit sekarang : adanya kelemahan otot, hipotonia
menghisap, melempar, gangguan bicara /suara, visual dan mendengar.

12
2. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sistem
saraf pusat
b. Hambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan makanan
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perkembangan terhambat

13
3. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

1. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan


verbal berhubungan keperawatan selama kunjungan
dengan gangguan sistem 3x24 jam, diharapakan keluarga secara
saraf pusat pasien mampu teratur untuk
menunjukkan memberi stimulasi
komunikasi, dengan pada komunikasi
kriteria hasil: 2. Bicara perlahan,
1. Anak mampu jelas dan tenang,
bertukar pesan secara menghadap
akurat dengan orang kearah pasien
lain 3. Gunakan kartu
2. Menggunakan bahasa baca, bahasa
tertulis, berbicara, tubuh, dan
nonverbal gambar untuk
3. Menggunakan bahasa memfasilitasi
isyarat. komunikasidua
arah yang optimal
4. Bantu keluarga
mendapatkan alat
elektronik
(microphone)
5. Beritahu ahli
terapi wicara
dengan lebih dini.
2. Hambatan tumbuh Setelah dilakukan asuhan 1. kaji tingkat
kembang berhubungan keperawatan selama tumbuh
dengan gangguan 3x24 jam, diharapakan kembang anak
neuromuskular anak akan menunjukkan 2. ajarkan untuk

14
tingkat pertumbuhan dan intervensi awal
perkembangan sesuai dengan terapi
dengan usia, dengan rekreasi dan
kriteria hasil: aktivitas
sekolah
1. melakukan
3. berikan aktivitas
ketrampilan sesuai
yang sesuai,
dengan usia
menarik, dan
2. mampu melakukan
dapat dilakukan
ADL secara mandiri
oleh anak.
3. menunjukkan
4. Rencanakan
peningkatan dalam
bersama anak
berespon
aktivitas dan
sasaran yang
memberikan
kesempatan
untuk
keberhasilan
5. Berikan
pendkes
stimulasi
tumbuh
kembang anak
pada keluarga.
3. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kolaborasi
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan dengan ahli gizi
berhubungan dengan selama 2x24 jam nutrisi untuk menetukan
ketidakmampuan untuk teratasi dengan : jumlah kalori dan
menelan makanan 1. Asupan cairan IV nutrisi yang
2. Asupan nutrisi dibutuhkan pasien
parenteral 2. Monitor adanya
penurunan berat

15
badan dan gula
darah
3. Monitor
lingkungan
selama makan
4. Monitor intake
dan output cairan
5. Kolaborasi
dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen
makanan seperti
NGT sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan
6. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik, papila
lidah dan cavitas
oral.
4. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan sebanyak
berhubungan dengan keperawatan selama mungkin
perkembangan terhambat 3x24 jam, diharapakan kebebasan
pasien mampu bergerak dan
menunjukkan tingkat dorong aktivitas
mobilitas, dengan kriteria normal
hasil: 2. Ajarkan dan bantu
pasien dalam
1. Melakukan
proses
perpindahan
perpindahan yang
2. Ambulasi : berjalan
aman
3. Melakukan aktifitas
3. Ubah posisi

16
sehari-hari secara ditempat tidur bila
mandiri 4. Ajarkan dan
4. Menyangga berat dukung pasien
badan dalam latihan
ROM aktit / pasif
untuk
mempertahankan
atau
meningkatkan
kekuatan atau
ketahanan otot
5. Kaji kebutuhan
pasien akan
pendidikan
kesehatan.

17
BAB III

RUMUSAN MASALAH

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi, Jakarta : EGC

Hasan R, H A. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

Institute of Physiology and Pathophysiology, Johannes Gutenberg- University,


Mainz, Germany. 2007. Handbook of Clinical Neurology ; Pain and
hyperalgesia : definitions and theories.

Jan MMS. Cerebral Palsy: Comperhensive Review and Update.Ann Saudi Med
2006;26(2):123-132.

J Stephen Huff, MD ; Chief Editor ; Rick Kulkarni, MD, Medscape reference,


Disease, drugs, and Procedure, Trigeminal Neuralgia in Emergency
Medicine,

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu Kesehatan anak, Jakarta : bagian ilmu kesehatan
anak fakultas kedokteran universitas Indonesia Putz R dan Pabst R. 1997,
sobata, Jakarta : EGC

Mumenthaler M, Heinrich M, and Ethan T. Fundamentals Of Neurology An


Illustrated Guide. New York : Thiemes ; 2006

Munkur N, C S. Cerebral Palsy-Definition, Classification, Etiology and Early


Diagnosis.Indian Journal Pediatric,Volume 72

Nanda NOCNIC 2018. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Wilkoinson, M Judith . 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, Jakarta

Munkur N, C S. Cerebral Palsy-Definition, Classification, Etiology and Early


Diagnosis.Indian Journal Pediatric,Volume 72

Anda mungkin juga menyukai