Anda di halaman 1dari 15

1. Bagaimana perkembangan janin yang baik?

 Ruth (Marieb, 2017).


 Delicia (Marieb, 2019)

 Afrah (Cleveland clinic, 2020)


Pada bulan ke-5: kulit bayi ditutupi oleh lapisan keputihan yang disebut vernix carvenosa
yang berfungsi untuk melindungi kulit bayi dari paparan cairan ketuban yang terlalu
lama. Lapisan ini akan terlepas tepat sebelum lahir.
 Allisya (Tortora, 2017).
Periode embrionik

 Mikayla (Fikawati, syafiq, dan karima, 2015)


Pertumbuhan janin pada kehamilan dapat dibedakan dalam minggu atau bulan, biasannya
dibagi menjadi 3 periode
a. Trimester 1 : 0-12 minggu
b. Trimester 2: 12-28 minggu
c. Trimester 3: 28-40 minggu
Atau dapat juga dibagi menjadi periode embrionik (perkembangan embrio), yaitu dari
masa fertilisasi sampai perkembangan minggu ke-8. Selanjutnya ada periode janin
(perkembangan fetus atau janin) atau fetus, yaitu dari minggu ke-9 sampai lahir (Tortora
dan Derrickson, 2017).
 Anissa (Tortora, 2012)

 Amira (Fikawati, et al., 2015)


Bayi yang tumbuh dengan baik saat lahir memiliki beberapa ciri:
1. BB lebih dari 3000 gram
2. Panjang badan lebih dari 48cm
3. Kulit halus, tidak berwarna kuning
4. Organ sempurna
5. Rambut tumbuh dengan baik
2. Bagaimana hubungan kesehatan janin dan status gizi bayi berusia dini terhadap
penyakit tidak menular, kognitif dan pendek?
 Desi (Ariati, et al., 2018)
Hubungan dengan anak pendek:
Tidak terpenuhinya asupan gizi menyebabkan status berat badan kurang yang kronis dan
dapat menyebabkan anak menjadi pendek atau stunting. Pertumbuhan janin yang
terganggu dalam Rahim juga dapat menyebabkan bayi BBLR, sehingga dapat mengarah
pada stunting. Pertumbuhan dan perkembangan yang terganggu akibat status gizi anak
yang buruk menyebabkan meningkatnya risiko gangguan perkembangan kognitif,
produktivitas yang lebih rendah, dan peningkatan risiko penyakit tidak menular pada saat
dewasa.

 M. aulia rizki (Hales dan Barker, 2001; Pemprov Sulawesi Barat, 2016)

Rentang 100 hari pertama merupakan periode yang sensitif, karena akibat yang
ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Diketahui bahwa faktor lingkungan sejak konsepsi sampai usia 2 tahun merupakan penyebab
terpenting ukuran tubuh pendek, gemuk, dan penyakit degerenatif, dan indikator hidup
lainnya (hales, 2001).
Dari teori developmental plasticity bahwa janin bersifat sangat fleksibel dan plastis
terhadap lingkungan, termasuk lingkungan gizi. Perubahan tersebut merupakan interaksi
antara gen dan lingkungan barunya. Lingkungan gizi yang buruk pada masa janin
menyebabkan janin mengalami reaksi penyesuaian diantaranya perlambatan pertumbuhan
dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh pembentuk organ, seperti otak
dan organ lainnya.
Selain lingkungan yang buruk, faktor Ibu juga berperan penting dimana Ibu yang
memiliki berat badan prahamil dan kehamilan rendah akan berisiko mengalami pertumbuhan
janin terhambat atau IUGR dan melahirkan bayi dengan BBLR. Saat bayi dilahirkan,
sebagain besar perubahn tersebut bersifat menetap dan selesai, kecuali beberapa fungsi,
yakni perkembangan otak dan imunitas yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama
kehidupan bayi. Perubahan ini bersifat irreversible atau permanen.
Hasil reaksi penyesuaian ini diekspresikan pada usia selanjutnya dalam bentuk tubuh
pendek serta rendahnya kemampuan kognitif akibat pertumbuahn dan perkembangan otak
yang tidak optimal. Reaksi penyesuaian tersebut akan berakibat pada malnutrisi pada usia
anak yang cenderung meningkatnya risiko PTM (Hales, 2001) (Bappenas, 2013)

 Fellatinnisa (Jurnal FKM UI, 2014).


Gizi mempunyai peran kritis dalam proliferasi sel, sintesis DNA, neurotransmitter dan
metabolisme hormon serta konstituen penting dari sistem enzim dalam otak.
Pada usia dini, perkembangan otak lebih cepat dibanding dengan bagian tubuh yang lain
sehingga perkembangan otak ini menjadi lebih rentan terhadap defisiensi gizi.
Periode terjadinya defisiensi gizi dapat memengaruhi perkembangan otak, misalnya
defisiensi asam folat antara 21 hingga 28 hari sesudah konsepsi dapat menimbulkan kelainan
kongenital yaitu neural tube defect. Karena pertumbuhan otak yang cepat terjadi dalam 2
tahun pertama kehidupan (pada umur 2 tahun otak telah mencapai 80% dari beratnya pada
usia dewasa), periode ini merupakan periode yang sensitif terhadap defisiensi gizi. Bukti
akhir-akhir ini juga menyebutkan bahwa ada hubungan antara asupan makanan (termasuk di
dalamnya nutrien mikro dan keseluruhan diet) dengan perkembangan neurokognitif pada
anakanak. Nutrien mikro (Omega-3 fatty acid, vitamin B12, folic acid, choline, besi, iodine
dan zinc) mempunyai peranan penting dalam perkembangan kognitif anak anak.

3. Apa saja penyebab fungsi kognitif anak menurun, pendek, dan PTM?
 Raihani (Brown, 2016)
Penyebab fungsi kognitif anak menurun:
1. Malnutrisi yang parah menyebabkan BB anak menjadi rendah dan dapat menurunkan
fungsi kognitif anak
2. Kekurangan gizi kronis seperti IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) dan linear
growth retardation, seperti stunting, juga dapat menyebabkan fungsi kognitif anak
menurun.
3. Kurangnya interaksi anak dengan orang tua atau pengasuhnya juga dapat
menyebabkan fungsi kognitif anak menurun. Hal ini dikarenakan, interaksi anak
dengan orang tua atau pengasuhnya dapat merangsang perkembangan otak.

 Delicia (WHO, 2016)


Penyebab anak stunting:
1. Status gizi dan nutrisi ibu yang buruk sebelum, sedang, dan setelah kehamilan.
Contohnya pertumbuhan intrauterine yang terganggu akibat ibu yang kekurangan gizi,
faktor maternal lainnya: postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan, ibu yang masih remaja menyebabkan
berkurangnya suplai nutrisi untuk janin karena berkompetisi dengan kebutuhan ibu
yang masih dalam masa pertumbuhan.
2. Pola makan anak: pemberian ASI yang kurang optimal dan asupan makan anak yang
kurang/ terbatas baik dalam jumlah, kualitas, dan variasi.
3. Penyakit infeksi yang parah terutama jika tidak mendapatkan asupan makanan yang
cukup untuk pemulihan
4. Infeksi subklinikal: terpapar oleh lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang
buruk dapat menyebabkan malabsorbsi dan menurunnya kemampuan usus untuk
berfungsi sebagai penghadang organisme2 penyebab penyakit.
5. Kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai, praktek makan non-responsif,
kurangnya stimulasi anak dan ketersediaan pangan.

 Afrah (Warga Negara, dkk., 2016)


Faktor risiko PTM:
Merokok  dapat memberikan efek berbahaya pada Kesehatan yaitu kanker dan
penyakit kardiovaskular. Papaparan asap rokok pada perokok pasif, seperti ibu hamil dan
anak-anak, dapat menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan
pada masa anak-anak, dan penyakit lain yang diderita oleh perokok aktif.

 Aulia (Guariguata dan jeyasee, 2019)


Faktor Risiko PTM anak:
Pola makan tidak sehat  pola makan yang termasuk konsumsi buah, sayur, kacang-
kacangan yang tidak mencukupi dan/atau konsumsi makanan padat energi adalah salah
satu factor risiko utama untuk berbagai PTM. Malnutrisi dalam Rahim dan pada anak usia
dini telah terbukti meningkatkan kerentanan anak terhadap gizi berlebih di usia kemudian
hari hingga dewasa. Pola makan tidak sehat dikaitkan dengan kelebihan BB dan obesitas.

 Desi (Manggala, et al., 2018))


Penyebab anak pendek:
Pendidikan orang tua yang rendah  orang tua dengan Pendidikan yang tinggi memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan gizi, pertumbuhan, dan perkembangan
anak yang dapat mengarah pada perawatan yang lebih baik untuk anak. Oleh karena itu,
orang tua dengan Pendidikan rendah memiliki pola asuh dan praktik makan yang tidak
sesuai, sehingga meningkatkan risiko stunting.

 Aurelia (Achadi, et al., 2012)


Peningkatan risiko hipertensi dapat dijelaskan oleh status gizi ibu yang menentukan
ukuran dan bentuk plasenta serta ukuran jantung. Bayi dengan ukuran plasenta kecil,
mempunyai pembuluh darah yang sempit, sehingga butuh tekanan pompa yang lebih
besar unutk mencukupi volume aliran darah sampai bayi lahir.
 Allisya
Penurunan kognitif anak:
Infeksi cacing melalui tanah  infeksi cacing melalui tanah mempengaruhi nutrisi dapat
menyebabkan retardasi pertumbuhan, defisiensi vitamin, dan penurunan fungsi kognitif
(CDC, 2013). Menurut Lobato, et al., (2012) mengatakan bahwa anak yang terkena
infeksi cacing melalui tanah dapat mengalami gangguan secara fisik dan gangguan
intelektual akibat malnutrisi yang akan menyebabkan deficit dari kognitif dan kesulitan
dalam belajar.

4. Bagaimanakah status gizi ibu pra-hamil dan pertambahan BB hamil yang baik
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin?
 Mikayla (Pritasari, damaiyanti, dan lestari, 2017).
Status gizi ibu pra hamil baiknya untuk BMInya adalah 18.5 – 25. Ibu hamil sehat dengan
status gizi baik diukur melalui:
a. Lila nya lebih besar atau sama dengan dari 23,5 cm
b. BMI pra hamil = 18.5 – 25
c. Selama hamil, kenaikan BB sesuai dengan usia kehamilan
d. Kadar Hb normal lebih besar dari 11gr/dL
e. Tekanan darah normal untuk sistolik kurang dari 120mmHg dan diastolnya kurang
dari 80mmHg
f. Gula darah urine negative
g. protein urine negative

 Ruth (Arsina Habibah, 2018)


a. Selama kehamilan agar diperhatikan bahwa BB ibu diharapkan bertambah sekitar 9-
12 kg dan karena itu perlu diperlukan makanan tambahan selain makanan sehari-hari
agar gizi terpenuhi. Kenaikan BB ibu hamil yang normal adalah 700 gram – 1400
gram selama triwulan pertama dan 350 gram – 400 gram per minggu selama triwulan
kedua dan ketiga.
b. Menurut WHO, penambahan BB ideal selama kehamilan adalah 1kg pada trimester
pertama, 3kg pada trimester kedua, dan 6kg pada trimester ketiga.
c. Menurut Dini Kasdu (2006) menyatakan bahwa ibu hamil yang pertambahan berat
badannya kurang dari 10 kg, kemungkinan besar melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) atau bayi prematur. BBLR yang disebabkan karena kekurang
energi dan protein akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,
termasuk kecerdasannya. Asupan energi yang kurang dari 50% pada trimenster 2 dan
3 dapat menyebabkan berat janin turun ± 330 gram. Penurunan asupan energi pada
trimester 3 akan menyebabkan berat janin turun ± 120 gram.

 Athiya (Ningrum, et al., 2018)


IMT prahamil ibu dianggap dapat menunjukkan kuliatas gizi dan ketersediaan pada masa
sebelum hamil yang akan memberikan dampak pada Kesehatan ibu dan pertumbuhan
janin. IMT prahamil menyumbang 88% terhadap BB bayi baru lahir dan menjadi factor
yang dapat memprediksi Panjang lahir bayi.
 Desi (CDC.gov, 2019)

 Fellatinnisa: (Fauziyah, 2016)


Penambahan BB per trimester:
Trimester 1: anjurannya adalah 1-2 kg per minggu
Trimester 2 dan 3:

 Afrah (Brown, 2011)


Tabel pertambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan komponen tubuh yang
melahirkan anak seberat 3500 gr:

 Mikayla: (Pritasari, damaiyanti, dan lestari, 2017).


Status gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan dan perkemabngan janin dan bayi
bahkan sampai usianya dewasa, dalam contoh: ibu hamil KEK (kurang energi kronik)
a. gangguan pertumbuhan janin (IUGR)
b. Risiko bayi dengan BBLR
c. Risiko bayi lahir dengan kelainan kongenital, contoh NTD, bibir sumbing, celah
langit-langit, dll.
d. Risiko bayi lahir stunting sehingga meningkatkan risiko terjadinya PTM pada usia
dewasa, seperti DM, hipertensi, dan PJK.
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang dapat berpengaruh pada
kecerdasan anak.

 Aurelia (naey, 1979)


Kenaikan BB kehamilan yang kurang atau berlebih dapat berpotensi mempengaruhi
viabilitas janin pada kehamilan akhir, khususnya lahir mati atau keguguran setelah usia
gestasi 20 minggu.

5. Bagaimana perubahan fisiologis ibu hamil yang normal?


 Anisa (Brown, 2017)
a. Ekspansi Volume Darah
- Volume darah meningkat 20%
- Volume plasma meningkat 50%
- Edema (terjadi pada 60–75% wanita)
b. Hemodilusi
Konsentrasi banyak vitamin dan mineral dalam darah mengurangi
c. Tingkat Lipid Darah
Peningkatan konsentrasi kolesterol, kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol HDL
d. Kadar Glukosa Darah
Peningkatan resistensi insulin (peningkatan kadar glukosa dalam plasma dan insulin)
e. Pembesaran Organ dan Jaringan Ibu
Jantung, tiroid, hati, ginjal, rahim, payudara, jaringan adiposa
 M. aul (Fikawati, et al., 2015)
a. Sistem respirasi  terjadi gesekan diafragma karena dorongan Rahim yang
membesar pada umur kehamilan 32 minggu dan pengingkatan kebutuhan O2.
Kompensasinya adalah ibu hamil bernapas lebih dalam sebanyak 20-25% daripada
sebelum hamil.
b. Sistem pencernaan  Efek radiasi pada otot halus mengakibatkan kerja otot halus
menjadi lambat, sehingga ibu hamil menderita panas lambung. Gerakan kontraksi
usus berkurang dan sering terjadi konstipasi.

 Delicia (Marieb, 2019)


Sistem kardiovaskuler:
- Cairan tubuh total meningkat, volume darah dapat meningkat hingga 40% saat usia
kehamilan 32 minggu untuk mengakomodasi kebutuhan janin. Peningkatan volume
darah juga sebagai safeguards dari pendarahan saat kelahiran.
- Tekanan darah rata-rata menurun saat pertengahan kehamilan tapi Kembali normal
saat trimester ke-3.
- Cardiac output meningkat 35-40% saat berbagai tahap kehamilan yang membantu
volume sirkulasi lebih besar ke seluruh tubuh.
- Uterus menekan pembuluh darah pelvis sehingga terjadi varicose veins dan edema
kaki

 Raihani
Sistem Hormonal  Plasenta mensekresikan sejumlah besar hormone yang dibutuhkan
untuk mendukung perubahan fisiologis kehamilan (Brown, 2016). Pada bulan ke-4,
plasenta akan mensekresikan hormone estrogen dan progesterone. Plasenta juga akan
mensekresikan CRH, HCS, dan relaxin.
- Progesteron  memastikan bahwa myometrium rileks dan serviks tertutup rapat
- HCS (Human Chorionic Somatomammotropin)  membantuk mempersiapkan
kelenjar susu untuk menyusui, meningkatkansintesis protein dan mengatur aspek
metabolisme tertentu pada ibu dan janin.
- CRH (Chorticotropin Releasing Hormone)  Penentu waktu kelahiran
- Relaxin  Meningkatkan fleksibilitas simfisis pubis dan ligament sacroiliac dan
sacrococcygeal serta membantu untuk dilatasi serviks uterus saat persalinan
(Tortora dan Derrickson, 2012).

 Aulia Husna (The open university, 2011)


a. Perubahan sistem kemih selama kehamilan:
Sering buang air kecil adalah hal yang normal, terutama pada bulan-bulan pertama
dan terakhir kehamilan, karena rahim yang tumbuh menekan kandung kemih. Pada
malam hari, kandung kemih mengisi lebih cepat karena cairan (edema) yang
terkumpul di kaki pada siang hari diserap kembali.
b. Perubahan kulit
Perubahan pada hormon wanita, dan peregangan mekanis pada perut dan
payudaranya yang sedang tumbuh, dapat menyebabkan stretch mark pada kulit di
area tersebut selama kehamilan. Perubahan kulit lainnya mungkin termasuk
pigmentasi coklat dan peningkatan keringat.

 Desi (Tortora dan Derrickson, 2012)


a. Uterus mengalami peningkatan dari massa tidak hamil 60–80 g menjadi 900–1200
g saat hamil karena hiperplasia serabut otot di miometrium pada awal kehamilan
dan hipertrofi serabut otot selama trimester kedua dan ketiga
b. Perubahan kulit selama kehamilan yaitu terjadi peningkatkan pigmentasi di sekitar
mata dan tulang pipi dalam pola seperti topeng (chloasma), di areola payudara, dan
di linea alba perut bagian bawah (linea nigra).

 Athiya (NCBI, 2016)


Perubahan pada musculoskeletal:
a. Lordosis pada punggung bawah yang berlebihan, lexi ke depan leher dan Gerakan
ke bawah dari bahu.
b. Kelemahan sendi pada ligament anterior dan longitudinal tulang belakang lumbal.
c. Peleberan dan peningkatan mobilitas sendi, sacroiliac, dan simfisis pubis,

 Ruth (Arsina Habibah, 2018)


Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis sistem kekebalan:
Selama kehamilan, sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh sehingga ibu masih bisa
melindungi diri dan janin dari infeksi dan benda asing yang masuk. Sistem kekebalan
tubuh janin muncul secara dini. Pada minggu ketujuh, limfosit muncul dan pada minggu
kedua belas pengenalan antigen dapat terlihat serta semua jenis imunoglobulin kecuali
IgA mempunyai komponen janin. Janin yang cukup bulan telah menghasilkan sistem
pertahanan yang cukup untuk memerangi bakteri dan virus.

Anda mungkin juga menyukai