Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH :

Moh. Ikram, S. Kep

NIM 2020032052

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021

LAPORAN PENDAHULUAN
“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis.
Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain.
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-
barang.
Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik.

B. Manifestasi Klinis
1. Fisik
Mata melotot/pendangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

C. Rentang Respon

Respons Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar : rentang respons perilaku kekerasan
Sumber : Keliat 1991
Keterangan :
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenagan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.
Tabel : perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/kekerasan
PASIF ASERTIF AGRESIF
ISI Negatif dan Postif dan Menyombongkan
PEMBICARAAN merendahkan menawarkan diri,
diri, contohnya diri, merendahkan
perkataan : contohnya orang lain,
“dapatkah saya?” perkataan : contohnya
“dapatkah “saya perkataan :
kamu?” dapat…..” “kamu
“saya akan selalu””kamu
…..” tidak pernah…”
TEKANAN Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
SUARA mengeluh
POSISI BADAN Menundukkan Tegap dan Kaku, condong
kepala santai ke depan
JARAK Menjaga jarak Mempertahan Siap dengan jarak
dengan sikap kan jarak yang akan menyerang
acuh/mengabaika nyaman orang lain
n
PENAMPILAN Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam,
tenang posisi menyerang
KONTAK MATA Sedikit/sama Mempertahan Mata melotot dan
sekali tidak kan kontak dipertahankan
mata sesuai
dengan
hubungan
Sumber :Keliat (1999) dalam Fitria (2009)
D. Faktor Predisposisi
1. Faktor Psikologis
a. Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil
yang tidak menyenangkan
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri perilaku tindak kekerasa.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predsiposisi biologi
2. Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang
lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi.Budaya juga dapat membantu mendefenisikan ekspresi marah yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam measyarakat
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasa.
3. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (system limbic) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi
dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indera penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatsi, danhendak menyerang objek yang ada
disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis
mempunyai implikasi dan memfasiliats dan menghambat implus agresif.
System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respons agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinerprin, neropineprin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat implus agresif. Peningkatan hormone
androgen dan nerofienrprin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan
7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak criminal (narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khsususnya pada limbic dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.

E. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa fakor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkunga.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan
antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3. Ketidaksipan seoarng ibu dalam merawat anaknya danketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa.
4. Pelaku mungkin mempunyiai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan obat
dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

F. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang konstruktif dan
mengeksplorasikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :

1. Menyerang atau menghindar


Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual sekresi HCL
meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran juga meningkat, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis
dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.

G. Pohon Masalah
GPS : Halusinasi
Perilaku kekerasan

Regimen
terapeutik
inefektif Harga diri Isolasi sosial :
rendah kronis menarik diri

Koping
Berduka
keluarga tidak
disfungsinoal
efektif

Gambar 8.2. Pohon masalah perilaku kekerasan


Sumber : Fitria (2009)

H. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif

I. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Resiko perilaku Subjektif :
kekerasan  Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalhkan dan menuntut
 Klien meremehkan
Objektif
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan maslah perilaku kekerasan antara


lain sebagai berikut :
1. Ketidakmanpuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba/alkohol

J. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan

K. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Asuhan Intervensi
Pasien mampu : Setelah …….x SP 1
 Mengidentifikasi pertemuan, pasien  Identifikasi penyebab,
penyebab dan tanda mampu : tanda dan gejala serta
perilaku kekerasan  Menyebutkan akibat perilaku
 Menyebutkan jenis penyebab tanda, kekerasan
perilaku kekerasan gejala, dan akibat  Latih cara fisik 1 : tarik
yang pernah perilaku kekerasan nafas dalam
dilakukan  Masukkan dalam jadwal
 Menyebutkan akibat harian pasien
dari perilaku
Setelah ……..x SP 2
kekerasan yang
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang
dilakukan
mampu : lalau (SP1)
 Menyebutkan cara
 Menyebutkan  Latih fisik 2 : pukul
mengontrol perilaku
kegiatan yang kasur/bantal
kekerasan
sudah dilakukan  Masukkan dalam jadwal
 Mengontrol perilaku
 Memperagakan cara harian pasien
kekerasannya
fisik untuk
dengan cara :
mengontrol
- Fisik
perilaku kekerasan
- Sosial/verbal Setelah ……x SP 3
- Spiritual pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang
- Terapi mampu : lalu (SP 1dan 2)
- Psikofarmaka  Menyebutkan  Latih secara
(obat kegiatan yang sudah sosial/verbal
dilakukan  Menolak dengan baik
 Memperagakan cara  Meminta dengan baik
sosial/verbal untuk  Mengungkapkan dengan
mengontrol perilaku baik
kekerasan  Masukkan dalam jadwal
harian pasien
Setelah ……x SP 4
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP 1, 2, dan 3)
 Menyebutkan  Latih secara spiritual
kegiatan yang sudah  Berdoa
dilakukan  Sholat
 Memperagakan cara  Masukkan dalam
spiritual jadwal harian pasien
Setelah ….x SP 5
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP 1, 2, 3 dan 4 )
 Menyebutkan  Latih patuh obat :
kegiatan yang  Minum obat secara
sudah dilakukan prinsip 5 B
 Memperagakan  Susun jadwal minum
cara patuh obat obat secara teratur
 Masukkan dalam
jadwal hariam pasien
Keluarga mampu : Setelah…….x SP 1
Merawat pasien di pertemuan, keluarga  Identifikasi masalah
rumah mampu menkjelaskan yang dirasakan
penyebab, tanda dan keluarga dalam
gejala, akibat serta merawat pasien
mampu  Jelaskan tentangg
memperagakan cara perilaku kekerasan :
merawat - Penyebab
- Akibat
- Cara merawat
 Latih cara merawat
 RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah …..x SP 2
pertemuan keluarga  Evaluasi kegiatan yang
mampu menyebutkan lalu (SP 1)
kegiatan yang sudah  Latih (stimulus) 2 cara
dilakukan dan mampu lain untuk merawat
merawat serta dapat pasien
membuat RTL  Latih Langsung ke
pasien
 RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah…..x SP 3
pertemuan keluarga  Evaluasi SP 1 dan SP
mampu menyebutkan 2
kegiatan yang sudah  Latih langsung ke
dilakukan dan mampu pasien
merawat serta dapat  RTL keluarga/jadwal
membuat RTL keluarga untuk
merawat pasien
Setelah …….x SP 4
pertemuan keluarga  Evaluasi SP 1, 2, 3,
mampu  Latih langsung ke
melaksanakan follow pasien
up dan rujukan serta  RTL keluarga
mampu menyebutkan - Follow up
kegiatan yang sudah - Rujukan
dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2012. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa
Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 2013. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta
Marimas, F, W. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP

Anda mungkin juga menyukai