21/10/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia
tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra
diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang
tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan
yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
5. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif
Keterangan :
a. Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
6. Pohon Masalah
core problem
Resiko Prilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah causa
Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai
berikut:
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkoba
9. Diagnosa keperawatan.
Resiko Perilaku Kekerasan
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tg No. Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
l Dx Keperawatan
Risiko TUM :
Perilaku Klien tidak melakukan tindakan 1. Setelah …x pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Kekerasan. kekerasan. klien menunjukkan tanda- Beri salam setiap berinteraksi.
tanda percaya pada perawat Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 : : perawat, dan tujuan perawat
Klien dapat membina hubungan Wajah cerah, berinteraksi.
saling percaya. tersenyum. Tanyakan dan panggil nama kesukaan
Mau berkenalan. klien, tunjukkan sikap empati, jujur
Ada kontak mata. dan menepati janji setiap kali
Bersedia menceritakan berinteraksi.
perasaan. Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
Buat kontrak interaksi yang jelas.
Dengarkan dengan penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x pertemuan, 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengidentifikasi klien menceritakan marahnya :
penyebab perilaku kekerasan yang penyebab perilaku Motivasi klien untuk menceritakan
dilakukannya. kekerasan yang penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
dilakukannya : Dengarkan tanpa menyela atau
Menceritakan penyebab memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan jengkel atau perasaan klien.
kesal baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya.
TUK 3 : 3. Setelah … x pertemuan, 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat klien menceritakan tanda- perilaku kekerasan yang dialaminya :
mengidentifikasi tanda-tanda tanda saat terjadi perilaku Motivasi klien menceritakan kondisi
perilaku kekerasan. kekerasan : fisik ( tanda-tanda fisik ) saat perilaku
Tanda fisik : mata kekerasan terjadi.
merah, tangan Motivasi klien menceritakan kondisi
mengepal, ekspresi emosinya ( tanda-tanda emosional )
tegang, dll. saat terjadi perilaku kekerasan.
Tanda emosional : Motivasi klien menceritakan kondisi
perasaan marah, hubungan dengan orang lain ( tanda-
jengkel, bicara kasar. tanda sosial ) saat terjadi perilaku
Tanda sosial : kekerasan.
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : 4. Setelah … x pertemuan, 4. Diskusikan dengan klien perilaku
Klien dapat klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
mengidentifikasi jenis perilaku Jenis-jenis ekspresi Motivasi klien menceritakan jenis-
kekerasan yang pernah kemarahan yang jenis tindak kekerasan yang selama ini
dilakukannya. selama ini telah pernah dilakukannya.
dilakukannya. Motivasi klien menceritakan perasaan
Perasaannya saat klien setelah tindak kekerasan tersebut
melakukan kekerasan. terjadi.
Efektifitas cara yang Diskusikan apakah dengan tindak
dipakai dalam kekerasan yang dilakukannya,
menyelesaikan masalah. masalah yang dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif
Klien dapat klien menjelaskan akibat ( kerugian ) cara yang dilakukan pada :
mengidentifikasi akibat perilaku tindak kekerasan yang Diri sendiri.
kekerasan. dilakukannya : Orang lain / lingkungan.
Diri sendiri : luka, Lingkungan.
dijauhi teman, dll.
Orang lain / keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
Lingkungan : barang
atau benda rusak, dll.
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 6. Diskusikan dengan klien :
Klien dapat klien : Apakah klien mau mempelajari cara
mengidentifikasi cara Menjelaskan cara-cara baru mengungkapkan marah yang
konstruktif dalam sehat sehat.
mengungkapkan kemarahan. mengungkapkan marah. Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien.
Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
- Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal / kasur, olah raga.
- Verbal : mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada orang
lain.
- Sosial : latihan asertif dengan orang
lain.
- Spiritual : sembahyang / doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
TUK 7 : 7. Setelah … x pertemuan 7.1 Diskusikan cara yang mungkin
Klien dapat klien memperagakan cara dipilih dan anjurkan klien memilih
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku cara yang mungkin untuk
mengontrol perilaku kekerasan. kekerasan : mengungkapkan kemarahan.
Fisik : nafas dalam, 7.2 Latih klien memperagakan cara yang
pukul bantal / kasur, dipilih :
olah raga. Peragakan cara melaksanakan
Verbal : cara yang dipilih.
mengungkapkan bahwa Jelaskan manfaat cara tersebut.
dirinya sedang kesal Anjurkan klien menirukan
kepada orang lain. peragaan yang sudah dilakukan.
Sosial : latihan asertif Beri penguatan pada klien,
dengan orang lain. perbaiki cara yang masih belum
Spiritual : sempurna.
sembahyang / doa, 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara
zikir, meditasi, dsb yang sudah dilatih saat marah /
sesuai keyakinan jengkel.
agamanya masing-
masing.
TUK 8 : 8. Setelah … x pertemuan 8.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien keluarga : keluarga sebagai pendukung klien
Menjelaskan cara untuk mengatasi perilaku kekerasan.
merawat klien dengan 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku kekerasan. membantu klien mengatasi perilaku
Mengungkapkan rasa kekerasan.
puas dalam merawat 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
klien. akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat klien
( menangani petilaku kekerasan ).
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang..
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9 : 9.1 Setelah … x pertemuan 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat
Klien menggunakan obat sesuai klien menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika
program yang telah ditetapkan. Manfaat minum obat. tidak menggunakan obat.
Kerugian tidak minum 9.2 Jelaskan kepada klien :
obat. Jenis obat ( nama, warna, dan
Nama obat. bentuk obat ).
12. Evaluasi
Selanjutnya setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko perilaku kekerasan serta kemampuan perawat dalam merawat
pasien risiko perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Direja Ade Herman Surya .2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha
Medika:Yogyakarta
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Purba.2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan;USU Press
Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.
Kusumawati & Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta;Salemba Medika