Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN


PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

ANIK FATIMATUR RUSDIYAH


1120021012

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti
bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Profesi Ners :
Nama Mahasiswa :
NPM :
Kompetensi :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Ruang :

Surabaya,

NPM.

Mengetahui,

Kepala Ruangan Pembimbing Klinik

NPP. NPP.

Pembimbing Akademik

NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi
lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasaan
dapat dilakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau riwayar perilaku kekerasan (Dermawan dan Rsudi, 2013).

Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Fitria, 2010).

B. Tanda dan Gejala

Fitria (2010) mengungkapkan fakta tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:

1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah


memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus

3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/oranglain, merusak lingkungan,


amuk/agresif.

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang


mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.

7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.

8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan sosial.

C. Rentang Respon

Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptive.

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Pasif Perilaku kekerasan

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif / prilaku
kekerasan.
1. Prilaku asertif merupakan prilaku individu yang mampu menyatakan atau
menggungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang
lain sehingga prilaku ini dapat menimbulkn kelegaan pada individu.
2. Prilaku pasif merupakan prilaku individu yang tidak mampu untuk menggungkapkan
perasaan marah yang sedang di alami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu
ancman nyata.
3. Agresif / Prilaku Kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau
ketakutan (panik).
Stress, cemas. Harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan
yang dapat mengarah pada prilaku kekerasan. Respon rasa marah dapatdiekspresikan secara
eksternal (prilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan prilaku kontruktif, menggunakan kata-kata yang
dapat dimenggerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega,
menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah dapat teratasi. Apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat.
Cara demikian tidak menyelesaikan masalah, bahakan dapat menimbulkan kemarahan
berkepanjangan dan prilaku dekstruktif.
Prilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan maran dilakukan individu seperti
pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga rasa marah tidak
terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan suatu
saat akan menimbulkan perasaan dekstruktif yang ditunjukan kepada diri sendiri.
Table 1. perbandingan prilaku Asertif, Pasif dan Agresif

Asertif Pasif Agresif


Isi pembicaraan Positif Negatif, Menyombongkan
Menawarkan diri merendahkan diri, merendahkan
(,,Saya dapat ,,, diri (,,Dapatkah orang lain, (,,Kamu
,,
Saya akan,, ) saya?,,, ,
selalu,,, ,, Kamu tidak
,
dapatkah pernah,,).
kamu?,,).
Tekanan suara Sedang Cepat, lambat Keras, ngotot
dan menggeluh
Posisi badan Tagap dan santai Menundukan Kaku condong ke
kepala depan
Jarak Mempertahankan Menjaga jarak Siap dengan jarak
jarak yang nyaman. dengan sikap akan menyerang
acuh / orang lain.
mengabaikan
Penampilan Sikap tenang Loyo, tidak Mengancam, posisi
dapat tenang. menyerang
Kontak mata Mempertahankan Sedikit atau Mata melotot dan di
kontak mata sesuai sama sekali pertahankan
dengan hubungan tidak.
yang berlangsung
D. Patofisiologi
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maldaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control, yang individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (keliat, 1991). Amuk adalah respons marah
terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal. Secara
internal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respon marah dapat diungkapkan melalui
tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengertidan diterima tanpa menyakiti orang lainakan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
E. Manifestasi Klinis
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawah ke rumah sakit
adalah prilaku kekerasan di rumah, klien dengan prilaku kekerasan sering menunjukan
adanya tanda dan gejala adalah:
1. Data Obyektif : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat,
sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
2. Data Subyektif : mengeluh perasaan terancam, menggungkapkan perasaan tidak berguna,
menggungkapkan perasaan jengkel, menggungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-
debar, merasa tercekik, dada sesak, dan bingung.
F. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ atau HLP).
2. Obat anti depresi, amitriptyline
3. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
b. Terapi modalitas
c. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
d. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau aktifitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengendalikan.
G. Pohon masalah
Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
(efek)

Perilaku Kekerasan
(CP)

Harga diri rendah (etiologi) Defisit perwatan diri

Gaduh gelisah

Koping keluarga tidak Koping individu tidak


efektif efektif

H. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah.


2. Perilaku kekerasan.
3. Koping individu tidak efektif.
4. Perubahan sensori persepsi. : halusinasi
5. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

I. Rencana Tindakan Keperawatan

1. SP1
a. Pasien
1) Mengidentifikasi penyebab PK
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3) Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4) Mengidentifikasi akibat PK
5) Melatih mengontrol PK dengan cara fisik (relaksasi nafas dalam dan pukul bantal)
6) Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
b. Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala PK dan proses terjadinya PK
3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
2. SP2
a. Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
3. SP3
a. Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
4. SP3
a. Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

April, Tutu. 2012. Sistem Neurobehavior.Jakarta.Salemba Medika


Yusuf, Rizky. 2015. Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta.Salemba Medika
Anna, Budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta.EGC
Kusumawati, Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medika.
Yani, Achir. 2012. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta.EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai