Anda di halaman 1dari 6

ISSN 1978-6204

GAMBARAN KONDISI PERUMAHAN DI DESA SUKOSARI


KECAMATAN BARADATU KABUPATEN WAY KANAN
Rina Diana Sari1)

Abstrak

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Konstruksi rumah dan lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko terhadap berbagai jenis penyakit. Penelitian
bertujuan mendapatkan gambaran kondisi kesehatan perumahan di Desa Sukosari Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan. Variabel yang diteliti adalah langit-langit, dinding lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan pencahayaan.
Jenis penelitian adalah deskriptif, untuk mendapatkan gambaran kondisi kesehatan perumahan.
Populasi penelitian adalah seluruh rumah yang berjumlah 297 rumah. Sampel sebanyak 75 rumah,
dipilih secara acak dengan teknik systematic random sampling. Keseluruhan data dibandingkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999, tentang persyaratan
kesehatan perumahan.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa secara umum kondisi kesehatan perumahan masih kurang
baik. Sebanyak 80% rumah tinggal belum dilengkapi langit-langit, dinding rumah masih semi
permanen (17,3%), dan lantai tanah (14,7%). Mayoritas rumah tinggal telah memiliki jendela kamar
tidur (85,3%) dan jendela pada ruang keluarga (88,0%). Sehingga penerangan pada 72,0% rumah telah
memenuhi syarat kesehatan (50-100 lux). Namun hanya 29,3% rumah yang memiliki ventilasi
memenuhi syarat kesehatan, dan sebagian besar (72,0%) tidak memiliki lubang asap dapur.
Perlu peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat serta kaitannya dengan penyakit.
Metode penyuluhan secara langsung dan penggunaan media menjadi pilihan dalam proses perubahan
perilaku masyarakat. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak dalam upaya meningkatkan cakupan rumah
sehat, dan penurunan angka penyakit.

Kata Kunci : Rumah Sehat, Komponen Rumah


1)
Alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

PENDAHULUAN Rumah adalah sebagai tempat untuk melepas


Di berbagai negara berkembang termasuk lelah, beristirahat setelah penat, melaksanakan
Indonesia, upaya kesehatan lingkungan kewajiban sehari-hari, tempat untuk bergaul
merupakan salah satu upaya dalam program dengan keluarga dan membina rasa
kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga
dari badan, jiwa, dan sosial yang yang ada, tempat untuk meletakkan atau
memungkinkan hidup produktif secara sosial menyimpan barang-barang berharga yang
dan ekonomi (Adnani, 2011). dimiliki, yang terutama masih ditemui pada
Kesehatan lingkungan merupakan suatu masyarakat pedesaan, lambang status sosial
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat
sehingga berpengaruh positif terhadap ini (Riviwanto, dkk, 2011). Rumah sehat
terwujudnya status kesehatan masyarakat yang sebagai tempat tinggal yang memenuhi
optimal. Menurut WHO, kesehatan lingkungan ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang
adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya wajib dipenuhi dalam rangka melindungi
pada usaha pengendalian semua faktor yang ada penghuni rumah dari bahaya atau gangguan
pada lingkungan fisik manusia yang kesehatan sehingga memungkinkan penghuni
diperkirakan menimbulkan atau akan memperoleh derajat kesehatan yang optimal
menimbulkan hal-hal yang merugikan (Adnani, 2011).
perkembangan fisiknya, kesehatannya maupun Konstruksi rumah dan lingkungan yang
kelangsungan hidupnya (Adnani, 2011). tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 35


ISSN 1978-6204

faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit. 829/Menkes/SK/VII/1999, tentang persyaratan


Kondisi sanitasi perumahan yang tidak kesehatan perumahan.
memenuhi syarat dapat menjadi penyebab
penyakit, seperti infeksi saluran pernafasan akut HASIL
dan TB Paru (Entjang, 2000). Unsur-unsur Hasil penelitian mendapatkan (Tabel 1)
rumah yang perlu diperhatikan untuk memenuhi bahwa dari 75 rumah yang dinilai, sebanyak 60
rumah sehat antara lain bahan bangunan, rumah (80,0%) tidak memiliki langit-langit, 10
ventilasi, pencahayaan, luas bangunan rumah, rumah (13,3%) memiliki langit-langit yang
penyediaan air bersih, pembuangan tinja, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan 5 rumah (6,7%) memiliki langit-langi yang
dan fasilitas dapur (Adnani, 2011). bersih, mudah dibersihkan, dan tidak rawan
Kabupaten Way Kanan memiliki luas kecelakaan.
392.163 Ha, dengan jumlah penduduk sekitar Berdasarkan dinding rumah, tidak
423.195 jiwa. Salah satu wilayah dengan ditemukan rumah yang menggunakan dinding
kepadatan tertinggi adalah Kecamatan non permanen. Sebanyak 13 rumah (17,3%)
Baradatu. Luas wilayah kerja Puskesmas memiliki dinding semi permanen, dan 62 rumah
Baradatu sekitar 17.255 Ha, dengan jumlah (82,7%) dinding permanen, terbuat dari
penduduk 39.007 jiwa yang terdistribusi dalam pasangan bata diplester dan kedap air.
22 desa (Profil Badan Pusat Statistik Kabupaten Rumah yang lantainya dari tanah sebanyak
Way Kanan tahun 2014). 11 rumah (14,7%), lantai tidak kedap air dan
Berdasarkan data Puskesmas Baradatu tahun tidak mudah dibersihkan sebanyak 13 rumah
2014, Desa Sukosari merupakan desa dengan (17,3%), dan rumah dengan lantai kedap air dan
cakupan rumah sehat yang terendah. Dari total mudah dibersihkan sebanyak 51 rumah
297 rumah, hanya 30,30% yang memenuhi (68,0%).
syarat rumah sehat. Penelitian bertujuan Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa
mengetahui gambaran kondisi kesehatan sebanyak 64 rumah (85,3%) telah memilki
perumahan, melalui penilaian komponen rumah jendela pada kamar tidur, namun terdapat 11
sehat, meliputi langit-langit, dinding, lantai, rumah (14,7%) yang memilki. Pada komponen
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, penilaian jendela ruang keluarga, sebanyak 66
ventilasi, lubang asap dapur, dan pencahayaan. rumah (88,0%) telah memilki jendela ruang
keluarga, namun masih terdapat 9 rumah
METODE (12,00%) yang tidak memiliki jendela ruang
Penelitian ini bersifat deskriptif untuk keluarga.
mengambarkan tentang kondisi perumahan di Berdasarkan penilaian komponen ventilasi,
Desa Sukosari Kecamatan Baradatu Kabupaten penelitian mendapatkan sebanyak 12 rumah
Way Kanan. Populasi penelitian adalah seluruh (16,0%) tidak ada ventilasi, 41 rumah (54,7%)
rumah, sebanyak 297 rumah. Jumlah sampel telah memiliki ventilasi namun luasnya <10%
pada penelitian ini sebanyak 75 rumah, dipilih dari luas lantai). Hanya sebanyak 22 rumah
dengan teknik systematic random sampling. (29,3%) yang memiliki ventilasi memenuhi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni syarat kesehatan (minimal 10% luas lantai).
2015. Variabel yang diteliti adalah komponen Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa jumlah
rumah sehat, meliputi langit-langit, dinding, rumah yang tidak ada lubang asap dapur
lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang sebanyak 54 rumah (72,0%). Rumah yang
keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, dan memiliki lubang asap dapur tetapi luasnya
pencahayaan. kurang dari 10% dari luas dapur sebanyak 19
Data dikumpulkan dengan observasi dan rumah (25,3%), dan rumah yang memiliki
wawancara menggunakan kuesioner dan lubang asap dapur dengan luas lebih dari 10%
checklist. Pengukuran juga dilakukan untuk luas dapur sebanyak 2 (dua) rumah (2,67%).
mendapatkan penilaian yang tepat pada variabel Hasil pengukuran pencahayaan dalam rumah
luas jendela, luas lubang asp dapur dan mendapatkan bahwa sebanyak 21 rumah
pencahayaan dalam rumah. Data yang (28,0%) masuk dalam kategori gelap (< 50 lux),
dikumpulkan selanjutnya dibandingkan dengan dan 37 rumah (72,0%) masuk dalam kategori
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor terang (50-100 lux).

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 36


ISSN 1978-6204

Tabel 1. Hasil Survei Rumah


No Persentas
Komponen Penilaian Jumlah
e (%)
1 Langit-langit
Tidak ada 60 80,0
Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan kecelakaan 10 13,3
Ada, bersih, mudah dibersihkan, dan tidak rawan kecelakaan 5 6,7
2 Dinding
Non permanen 0 0,0
Semi Permanen 13 17,3
Permanen 62 82,7
3 Lantai
Tanah 11 14,7
Tidak kedap air dan tidak mudah dibersihkan 13 17,3
Kedap air dan mudah dibersihkan 51 68,0
4 Jendela kamar tidur
Ada 64 85,3
Tidak ada 11 14,7
5 Jendela ruang keluarga
Ada 66 88,0
Tidak ada 9 12,0
6 Ventilasi
Tidak ada 12 16,0
Ada, luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai 41 54,7
Ada, luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai 22 29,3
7 Lubang asap dapur
Tidak ada 54 72,0
Ada, lubang ventilasi dapur <10% dari luas lantai dapur 19 25,3
Ada, lubang ventilasi dapur >10% dari luas lantai dapur 2 2,7
8 Pencahayaan
Tidak terang, silau, dan pencahayaan alami < 50-100 lux 21 28,0
Terang, tidak silau, dan pencahayaan alami 50-100 lux 54 72,0

PEMBAHASAN Rumah yang tidak memiliki langit-langit


1. Langit-langit dapat mengakibatkan masuknya debu atau
Berdasarkan survey yang telah dilaksanakan kotoran ke dalam ruangan, sehingga kandungan
di Desa Sukosari Kecamatan Baradatu partikel di udara dalam ruangan menjadi tinggi
Kabupaten Way Kanan, diketahui sebanyak 60 (Entjang, 2000). Apabila terhirup oleh penghuni
rumah (80,0%) tidak memiliki langit-langit, 10 rumah dapat berakibat pada infeksi saluran
rumah (13,3%) memiliki langit-langit yang pernafasan.
kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan. Langit-langit juga berfungsi untuk menjaga
Hanya 5 rumah (6,7%) yang memiliki langit- suhu dan kelembaban dalam rumah (Keman,
langi bersih, mudah dibersihkan, dan tidak 2005). Energi panas matahari yang diserap oleh
rawan kecelakaan. atap akan ditahan oleh langit-langit. Sehingga,
Langit-langit berfungsi untuk menahan dan pada siang hari suhu udara dalam rumah tidak
menyerap panas terik matahari. Selain berfungsi terasa panas. Pada malam hari, panas yang
sebagai penutup bagian dalam konstruksi atap, tertahan akan meningkatkan suhu udara dalam
langit-langit juga berfungsi sebagai penahan rumah, sehingga tidak terasa dingin. Sebaiknya
debu dan kotoran agar tidak masuk ke dalam rumah yang belum memiliki langit-langit agar
rumah. Persyaratan langit-langit yang baik dapat memasang langit-langit agar kualitas
adalah dapat menahan debu dan kotoran lain udara dalam rumah menjadi baik.
yang jatuh dari atap, harus menutup rata
kerangka atap, mudah dibersihkan, tidak rawan 2. Dinding
kecelakaan, berwarna terang, dan batas tinggi Hasil penelitian mendapatkan bahwa
langit-langit dari lantai 2,75 m (Adnani, 2011). mayoritas (82,7%) dinding rumah telah
memenuhi persyaratan kesehatan, terbuat dari

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 37


ISSN 1978-6204

pasangan bata diplester dan kedap air. Namun 4. Jendela kamar tidur dan ruang keluarga.
masih terdapat 17,3% yang belum memenuhi Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa
syarat kesehatan. sebanyak 64 rumah (85,3%) telah memilki
Dinding rumah kedap air yang berfungsi jendela pada kamar tidur, namun terdapat 11
untuk mendukung atau menyangga atap, rumah (14,7%) yang memilki. Pada komponen
menahan angin dan air hujan, melindungi dari penilaian jendela ruang keluarga, sebanyak 66
panas dan debu dari luar serta menjaga rumah (88,0%) telah memilki jendela ruang
kerahasiaan (privacy) penghuninya. Dinding keluarga, namun masih terdapat 9 rumah
yang baik terbuat dari yang tahan api, seperti (12,00%) yang tidak memiliki jendela ruang
dinding dari batu atau bata (Riviwanto, dkk, keluarga.
2011). Jendela berperan sebagai tempat masuknya
Jenis dinding rumah yang tidak permanen sinar matahari ke dalam rumah, sekaligus
dapat meningkatkan kelembaban udara dalam sebagai lubang pertukaran udara (lubang
rumah (Keman, 2005). Tingginya kelembaban ventilasi yang tidak tetap). Dengan adanya
dalam rumah dapat meningkatkan pertumbuhan jendela sebagai lubang ventilasi dan lubang
mikroorganisme, sehingga berisiko terhadap masuknya sinar matahari ini maka di dalam
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan. ruangan tidak akan terasa pengap, lembap dan
Kelembaban dalam rumah yang tinggi juga gelap asalkan jendela selalu terbuka (Sukini
merupakan lingkungan yang disukai vektor dkk, 1989).
sebagai tempat bersarang dan berbiak. Rumah yang tidak masuk sinar matahari
Sebaiknya lubang-lubang yang terdapat pada akan berdampak pada timbulnya
dinding rumah yang terbuat dari anyaman ketidaknyamanan dan dapat berkaitan dengan
bambu dan papan dapat ditutup dengan kertas, infeksi penyaki, seperti saluran pernafasan.
terpal atau plastik untuk mengurangi masuknya Tidak masuknya sinar matahari ke dalam rumah
debu dari luar rumah. menyebabkan suhu ruangan menjadi rendah dan
kelembaban menjadi tinggi. Kondisi ini akan
3. Lantai meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme,
Berdasarkan hasil survey yang telah serta lingkungan yang sesuai untuk
dilaksanakan, ditemukan sebanyak 14,7% perkembangbiakan vektor.
rumah yang lantainya dari tanah, rumah dengan Sebaiknya dilakukan perbaikan pada rumah
lantai tidak kedap air dan tidak mudah yang belum memiliki jendela dengan
dibersihkan (17,3%), dan rumah dengan lantai pemasangan atau pembuatan jendel.
kedap air dan mudah dibersihkan (68,0%). Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui
Lantai yang memenuhi persyaratan penyuluhan harus dilakukan agar memahami
kesehatan akan mengurangi gangguan penyakit pentingnya rumah sehat.
terhadap penghuninya. Lantai perlu dilapisi
dengan bahan yang kedap air (seperti disemen, 5. Ventilasi
dipasang tegel, terraso dan lain-lain) untuk Berdasarkan penilaian komponen ventilasi,
menghindari terjadinya kecelakaan (Riviwanto, penelitian mendapatkan sebanyak 12 rumah
dkk, 2011). (16,0%) tidak ada ventilasi, 41 rumah (54,7%)
Lantai dari tanah menyebabkan kelembaban telah memiliki ventilasi namun luasnya <10%
dalam rumah menjadi tinggi akibat penguapan dari luas lantai). Hanya sebanyak 22 rumah
dari dalam tanah. Kelembaban ruangan yang (29,3%) yang memiliki ventilasi memenuhi
tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan syarat kesehatan (minimal 10% luas lantai).
jumlah mikroba dalam rumah, sehingga Ventilasi berfungsi sebagai tempat sirkulasi
meningkatkan risiko penyakit. Lantai tanah udara dari dan ke dalam rumah. Selain itu,
juga akan meningkatkan partikel di udara dalam ventilasi juga berfungsi untuk membebaskan
rumah, sehingga meningkatkan risiko penyakit. udara ruangan dari bakteri-bakteri, karena
Untuk meningkatkan status kesehatan selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus.
masyarakat, sebaiknya dilakukan perbaikan Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar
lantai rumah melalui program lantainisasi. ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban
Diperlukan keterlibatan Pemerintah Daerah dan (humudity) yang optimum. (Notoatmodjo,
semua pihak dalam upaya perbaikan. 2007).
Luas ventilasi yang memenuhi syarat dapat
membuat pergantian udara di dalam ruangan

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 38


ISSN 1978-6204

menjadi lancar, sehingga udara ruangan tetap Pencahayaan alami diperoleh dari masuknya
segar. Udara segar diperlukan untuk menjaga sinar matahari ke dalam ruangan melalui
temperatur dan kelembaban udara dalam jendela, celah-celah dan bagian-bagian
ruangan. Kondisi ruangan yang lembap, sangat bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
(Keman, 2005). Ventilasi berkaitan dengan maupun tembok pagar yang tinggi. Selain
penularan penyakit, pertukaran udara dapat sebagai sumber penerangan alami, sinar
memecah konsentrasi kuman di udara. Ventilasi matahari juga berguna untuk meningkatkan
dinyatakan memenuhi syarat kesehatan jika suhu udara, mengurangi kelembaban, serta
luasnya minimal 10% dari luas lantai” (Sukini, bersifat garmesida atau mampu membunuh
1989). mikroorganisme (Keman, 2005). Beberapa
Setiap rumah mutlak harus memiliki mikroorganisme yang dapat mati akibat
ventilasi pada setiap ruangan, agar udara di terpapar sinar ultra violet dari matahari antara
dalam rumah tidak pengap. Ventilasi harus lain penyebab penyakit TBC, influenza,
berukuran paling sedikit 10% dari luas lantai. penyakit mata.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk
mengatasi luas ventilasi yang tidak memenuhi penerangan alami sangat ditentukan oleh letak
syarat antara lain, menambah lubang angin dan dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah
lubang-lubang pada dinding. Selain itu, cahaya matahari pada pagi secara optimal,
hendaknya membiasakan membuka jendela sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke
setiap pagi dan siang hari agar cahaya matahari timur. Luas jendela yang baik minimal 10-20%
dan udara dapat masuk ke dalam ruangan. luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20%
dapat menimbulkan kesilauan dan panas,
6. Lubang asap dapur sebaliknya kalau terlalu kecil dapat
Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa jumlah menimbulkan suasana gelap dan pengap (Sukini
rumah yang tidak ada lubang asap dapur dkk, 1898). Sebaiknya untuk memperoleh
sebanyak 72,0%, rumah yang memiliki lubang pencahayaan yang masih kurang dapat
asap dapur tetapi luasnya kurang dari 10% dari dilakukan dengan membiasakan untuk
luas dapur sebanyak 25,3%, dan rumah dengan membuka jendela pada pagi dan siang hari dan
lubang asap dapur memenuhi syarat kesehatan dapat memasang genting kaca pada atap rumah.
sebanyak 2,67%.
Dapur harus menempati ruangan tersendiri KESIMPULAN
karena asap hasil pembakaran (memasak Secara umum, kondisi kesehatan perumahan
dengan bahan bakar minyak) dapat berdampak masih kurang baik. Hasil penelitian
terhadap kesehatan. Ruang dapur harus mendapatkan 80% rumah tinggal belum
memiliki ventilasi dengan luas yang cukup, dilengkapi langit-langit. Sebanyak 17,3%
agar asap dari dapur mengalir keluar (Sukini dinding rumah masih semi permanen, dan
dkk, 1989). Lubang asap dapur yang tidak 14,7% masih ditemukan dengan lantai tanah.
memenuhi persyaratan menyebabkan gangguan Mayoritas rumah tinggal telah memiliki jendela
terhadap pernafasan, membuat lingkungan kamar tidur (85,3%) dan jendela pada ruang
rumah menjadi kotor, dan berbau (Depkes RI, keluarga (88,0%). Sehingga penerangan pada
2000). 72,0% rumah telah memenuhi syarat kesehatan
Sebaiknya setiap rumah memiliki lubang (50-100 lux). Namun hanya 29,3% rumah yang
asap dapur yang memenuhi syarat yaitu memiliki ventilasi memenuhi syarat kesehatan,
minimal 10% dari luas lantai dapur. Pada saat dan sebagian besar (72,0%) tidak memiliki
memasak, sebaiknya jendela dan pintu ke arah lubang asap dapur.
luar dalam posisi terbuka, sehingga asap
pembakar dapat keluar dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA
Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan
7. Pencahayaan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasil pengukuran pencahayaan dalam rumah 138 halaman.
mendapatkan sebanyak 21 rumah (28,0%)
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
masuk dalam kategori gelap (< 50 lux), dan 37
Sosial RI. 2000. Modul Pelatihan Kualitas
rumah (72,0%) masuk dalam kategori terang
Lingkungan di Perumahan Bagi Kader
(50-100 lux).

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 39


ISSN 1978-6204

Dasa Wisma. Jakarta: Direktorat Jendral . 2005. Metodelogi Penelitian


PPM & PL. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Puskesmas Baradatu , 2014. Profil Puskesmas
Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Baradatu, Way Kanan.
Bakti. Riviwanto, Muchsin, dkk. 2011. Penyehatan
Keman, Soedjaji. 2005. Kesehatan Perumahan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen
dan Lingkungan Permukiman Jurnal Publishing. 210 halaman.
Kesehatan Lingkungan, FKM Unair. Sukini, Elisabeth, dkk. 1989. Pengawasan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Indonesia Nomor Jakarta: DepKes RI Pusat Pendidikan
829/Menkes/SK/VII/1999, Tentang Tenaga Kesehatan Proyek Pengembangan
Persyaratan Kesehatan Perumahan. Pendidikan Tenaga Kerja Sanitasi Pusat.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan 210 halaman
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
.

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 1 Juni 2019 40

Anda mungkin juga menyukai