Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PSIKIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing: Ns. Kartini Tungka, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok VI

1. Marnice Entjaurau
2. Elyana Majore
3. Jeanet Paat
4. Ivon Sumolang
5. Ni Made Murniasih
6. Marharetha Kahiking
7. Marcelino Tolala
8. Josua Botu
9. Yohana Rampun

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah Psikiatri Ns.
Kartini Tungka, S.Kep.,M.Kep atas bimbingannya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat
menambah wawasan mengenai materi tentang menyusun Asuhan Keperawatan Jiwa
Perilaku Kekerasan. Kami pun menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Penulis

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .....................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................1
BAB II
TEORI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN .................................................................................................................2
B. GEJALA ATAU TANDA MARAH (PERILAKU) ........................................................4
C. PENGKAJIAN .................................................................................................................7
D. DIAGNOSIS ..................................................................................................................10
E. RENCANA PERILAKU KEKERASAN ......................................................................10
F. EVALUASI ....................................................................................................................14
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
1. PENGKAJIAN ...................................................................................................15
2. ANALISA DATA ..............................................................................................23
3. DIAGNOSE KEPERAWATAN ........................................................................23
4. POHON MASALAH .........................................................................................24
5. INTERVENSI KEPERAWATAN .....................................................................24
6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN ................................25
7. FORMAT LAPORAN RESUME ......................................................................27
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................................................30
B. SARAN ..............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa pada umumnya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan
gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu
gangguan jiwa tersebut perilaku kekerasan.
Marah adalah jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu, pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak
mengalami kecemasan, stress dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting,
namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan jiwa pada pasien
perilaku kekerasan
b. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
c. Merumuskan diagnose untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
e. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
f. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

1
BAB II
TEORI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh
diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada
orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang
lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien
yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di
rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang marah yang paling
maladaptive yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman. (Struat & Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan
yang paling maladaptive yang di tandai dengan perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai hilangnya control yang individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan (Keliat, 1991).
RENTANG RESPON MARAH
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realistis/terhambat.
3. Pasif : Respon lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
4. Agresif ; Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
5. Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol

2
Karakteristik Pasif Asertif Amuk
Nada bicara  Negative  Positif  Berlebihan
 Menghina  Menghargai diri  Menghina
sendiri orang lain
 Dapatkah saya  Saya dapat/akan  Anda
lakukan? lakukan selalu/tidak
pernah?
Nada suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Sikap tubuh  Melorot  Tegak  Tegang
 Menundukkan  Relaks  Bersandar
kepala ke depan
Personal  Orang lain dapat  Menjaga jarak  Memiliki
space masuk pada yang teritorial
territorial menyenangkan orang lain
pribadinya
Gerakan  Minimal  Memperlihatkan  Mengancam
 Lemah gerakan yang ekspansi
 Resah sesuai gerakan
Kontak mata  Sedikit/tidak ada  Sekali-sekali  Melotot
(intermiten)
sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

3
B. Gejala atau Tanda Marah (Perilaku)
1) Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
2) Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3) Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4) Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermodal
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5) Social
a. Menarik diri
b. Pengasingan

4
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor

5
PROSES TERJADINYA MARAH

Ancaman atau kebutuhan

Stress

Cemas

Marah

mengungkapkan secara
Merasa kuat Merasa tidak adekuat
vertical

Menantang Menjaga keutuhan Menantang orang lain

Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah

Marah berkepajangan Ketegangan menurun Marah tidak terungkap

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

6
Marah pada orang lain/lingkungan
Marah pada diri sendiri

Depresi psikomotorik Agresif/mengamuk

PROSES TERJADINYA AMUK


Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptive yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya control, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah,
putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara interal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara
yaitu:
1) Mengungkapkan secara verbal
2) Menekan
3) Menantang
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menantang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
C. Pengkajian Keperawatan
1. Factor Predisposisi
a. Psikoanalisa
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis

7
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresif timbul sebagai hasil dari peningkatan
frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut:
1) System limbik merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan
ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual.
Selain itu, mengatur system informasi dan memori.
2) Lobus temporal, organ yang berfungsi sebagai penyimpanan memori dan
melakukan interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal, organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis,
serta pengelolaan emosi dan alas an berpikir.
4) Neurotransmitter, beberapa neurotransmitter yang berdampak pada
agresivitas adalah serotinim (5-HT), depamin, norepineprin, acetylcholine
dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespon positif terhadap
frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan
percaya diri (self esteem) individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobervasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar social merupakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil
belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal yakni sebagai
berikut:
a) Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan

8
b) Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
e. Social kultural
1) Norma, merupakan control masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
akan menimbulkan sanksi. Kadang control social yang sangat ketat
(strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan
individu memilih cara yang maladaptive lainnya.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat. Faktor social yang dapat menyebabkan
timbulnya agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptive antara
lain sebagai berikut:
a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup
b) Status dalam perkawinan
c) Hasil dari orang tua tunggal (single parent)
d) Pengangguran
e) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan
struktur keluarga dalam social kultural.
2. Factor Prespitasi
Semua factor ancaman antara lain sebagai berikut:
1) Internal
a) Kelemahan
b) Rasa percaya menurun
c) Takut sakit
d) Hilang control
2) Eksternal
a) Penganiayaan fisik
b) Kehilangan orang yang dicintai
c) Kritik

9
D. Diagnosis
Pohon masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
E. Rencana perilaku kekerasan
Resiko perilaku kekerasan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

10
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku
e. Pasien dapat menyebukan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
social dan dengan terapi psiofarmaka.
2. Tindakan bina hubungan salimg percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
1) Diskusikan Bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu
2) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social
6) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
7) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
8) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara: verbal, terhadap orang lain, terhadap diri sendiri,
terhadap lingkungan.
9) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
10) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik napas dalam
b) Obat
c) Social/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien
e) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu
latihan napas dalam dan pukul/bantal, secara social/verbal, secara
spriritual dan patuh minum obat.

11
f) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
3. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Diskusikan Bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan Bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain.

4. Latih Keluarga Merawat Pasien Dengan Perilaku Kekerasan


a. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
b. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
d. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
1. Strategi Penahanan
a. Kesadaran diri
b. Pendidikan pasien
c. Latihan asertif
2. Strategi Preventif
a. Komunikasi
b. Perubahan lingkungan
c. Perilaku
d. Psikofarmakologi
7. Strategi Antisipasi Strategi Penahanan
a. Manajemen krisis

12
b. Pengasingan
c. Pengendalian/pengekangan
8. Manajemen Krisis
a. Identifikasi pemimpin tim krisis
b. Susun atau kumpulkan tim kriris
c. Beritahu petugas keamanan yang diperlukan
d. Pindahkan semua pasien dari area tersebut
e. Siapkan atau dapatkan alat pengekang (restrains)
f. Susun strategi dan beritahu anggota lain
g. Tugas penanganan pasien secara fisik
h. Jelaskan semua tindakan pada pasien, “kami harus mengontrol Tono, karena
perilaku Tono berbahaya pada Tono dan orang lain. Jika Tono sudah dapat
mengontrol perilakunya, kami akan lepaskan”.
i. Ikat/kekang pasien sesuai instruksi pemimpin (posisi yang nyaman)
j. Berikan obat psikofamaka sesuai instruksi
k. Jaga tetap kalem dan konsisten
l. Evaluasi tindakan dengan tim
m. Jelaskan kejadian pada pasien lain dan staf seperlunya
n. Secara bertahap integrasikan pasien pada lingkungan.
9. Pengasingan
Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari orang lain di tempat
yang aman dan cocok untuk tindakan keperawatan. Tujuannya adalah melindungi
pasien, orang lain, dan staf dari bahaya. Hal ini legal jika dilakukan secara
terapeutik dan etis. Prinsip pengasingan antara lain sebagai berikut (Stuart dan
Sundeen, 1995:738).
a. Pembatasan gerak
1) Aman dari mencederai diri
2) Lingkungan aman dari perilaku pasien
b. Isolasi
1) Pasien butuh untuk jauh dari orang lain, contohnya paranoid

13
2) Area terbatas untuk adaptasi, ditingkatkan secara bertahap
c. Pembatasan input sensoris
1) Ruangan yang sepi akan mengurangi stimulus
10. Pengekangan
Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan fisik pasien, serta
melindungi pasien dan orang lain dari cedera. Indikasi antara lain sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan mengontrol perilaku
b. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh obat atau Teknik psikososial
c. Hiperaktif dan agitasi

11. Prosedur Pelaksanaan Pengekangan adalah sebagai berikut:


a. Jelaskan pada pasien alas an pengekangan
b. Lakukan dengan hati-hati dan tidak melukai
c. Ada perawat yang ditugaskan untuk mengontrol tanda vital, sirkulasi, dan
membuka ikatan untuk latihan gerak
d. Penuhi kebutuhan fisik yaitu makan, minum, eliminasi dan perawatan diri.

Selengkapnya baca Stuart dan Sundeen (1995:739) dan pedoman pengikatan.

F. Evaluasi
a. Pada Pasien
1) Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan.
2) Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal yang meliputi: secara fisik, secara social/verbal, secara
spiritual
3) Terapi psikofarmaka.
b. Pada Keluarga
1) Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan

14
2) Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai
pasien
3) Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasan
4) Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan pasien yang harus
dilaporkan pada perawat.

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian
Ruang Rawat: Waraney Tanggal Rawat: 3 Juli 2023
Inisial: R (L) Umur: 27 tahun No. RM: 123xx
I. Identitas Klien
II. Alasan Masuk
Klien Tn R, umur 27 tahun, suku Makassar, anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tinggal
bersama pamannya di Jl. Bojong Nangka Timur. Klien masuk Rumah Sakit Jiwa
dengan keluhan utama mengamuk, sering marah dan memukul orang. Sebelumnya
klien pernah dirawat di RSJ yang sama pada tahun 2012 dengan keluhan yang sama
karena saat di rumah, klien tidak teratur minum obat. Sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, klien sering marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Keadaan
ini semakin memburuk hingga akhirnya sehari sebelum masuk rumah sakit, klien
mengamuk dan memukul tantenya karena keinginannya untuk dibelikan sepeda
motor tidak dipenuhi. Klien mempunyai riwayat menggunakan NAPZA (shabu-
shabu) pada tahun 2005-2006. Klien juga mempunyai pengalaman yang tidak
menyenangkan seperti sering dipukuli pamannya dan orang tuanya bercerai pada

15
saat klien berusia 9 tahun kemudian adiknya meninggal dunia. Pada saat dilakukan
pengkajian, klien tampak tegang, gelisah, rahang terkatup, tangan mengepal dan
tatapan mata tajam. Berbicara dengan keras dan cepat, saat interaksi klien
mengatakan suka memukul orang dirumah, mengatakan dirinya seorang jagoan,
klien malas bergaul dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan karena jarang
dijenguk oleh keluarganya dan sejak orang tuanya bercerai klien kurang mendapat
perhartian oleh keluarga.
III. Factor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
- Ya
2. Pengobatan sebelumnya
- Kurang berhasil

3. Trauma usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya Fisik : tidak pernah
Aniaya seksual : tidak pernah
Penolakan : tidak pernah
Kekerasan dalam keluarga : klien sendiri : tante klien : paman klien
Tindakan criminal : Ya
Jelaskan: klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan,
kekerasan dalam keluarga dan termasuk dalam tindakan criminal ya karena ini klien
perilaku kekerasan. Klien menganiaya tantenya karena permintaannya tidak
dipenuhi.
Masalah Keperawatan: perilaku kekerasan/amuk
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
- Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
- Sering dipukuli pamannya dan orang tuanya bercerai pada saat klien berusia
9 tahun kemudian adiknya meninggal dunia.
IV. Pemeriksaan Fisik

16
1. TTV : TD : 130/80 mmHg N: 88 x/m
SB : 36.5℃ R: 22 x/m
2. Ukur : BB : 75kg TB: 165cm
3. Keluhan Fisik : tidak ada
Masalah keperawatan tidak ada masalah keperawatan

V. Psikososial
1. Genogram:

Ket:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Meninggal

17
Jelaskan: klien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, klien memiliki kakak
laki-laki dan adik perempuan namun adik perempuan klien telah meninggal
dunia.
Masalah keperawatan tidak ada.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
b. Identitas: klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, klien mengetahui identitas dapat
menyebutkan nama, alamat dan tanggal lahirnya.
c. Peran: klien sadar akan salahnya karena belum memenuhi perannya sebagai
keponakan yang baik terhadap tente dan pamannya.
d. Ideal diri: klien mengatakan diri nya seorang jagoan
e. Harga diri: klien malas bergaul dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan
karena jarang dijenguk oleh keluarganya dan sejak orang tuanya bercerai
klien kurang mendapat perhartian oleh keluarga.
Masalah keperawatan: Isolasi social
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti: klien mengatakan tidak ada orang yang berarti dan dekat
dengan klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: sebelum sakit klien rutin
mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal klien
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien malas bergaul
dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan karena jarang dijenguk oleh
keluarganya dan sejak orang tuanya bercerai klien kurang mendapat
perhartian oleh keluarga.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan percaya dengan keyakinan yang
dianut klien.
b. Kegiatan ibadah: klien jarang beribadah tapi selalu berdoa untuk
kesembuhannya.

18
VI. Status Mental
1. Penampilan
- Klien rapi dan bersih, klien mandi 2x sehari menggunakan shampoo dan
sabun dan menggosok giginya.
2. Pembicaraan
- Klien saat diberikan pertanyaan klien menjawab dengan berbicara dengan
keras dan cepat, saat interaksi klien mengatakan suka memukul orang
dirumah, mengatakan dirinya seorang jagoan
Masalah keperawatan: ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
3. Aktivitas Motorik: klien tampak tegang, marah, gelisah, rahang terkatup, tangan
mengepal dan tatapan mata tajam.
Masalah keperawatan: ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
4. Alam perasaan
Marah: karena keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak dipenuhi.

5. Afek
Datar: tapi menjawab semua pertanyaan perawat
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan: klien selalu mempertahankan bahwa dirinya adalah jagoan
7. Persepsi: klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori
8. Isi pikir
Obsesi: klien mengatakan dirinya seorang jagoan
9. Arus pikir
Pengulangan pembicara: klien mengulang kata bahwa dia adalah seorang jagoan
Masalah keperawatan: waham
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan: tingkat kesadaran klien compos mentis, klien mengetahui tempat
waktu saat ini.
11. Memori

19
Penjelasan: klien bisa menceritakan sedikit tentang masa lalunya, tidak ada
gangguan untuk daya ingatan jangka panjang
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Penjelasan: klien mampu menjawab saat diminta berhitung sederhana
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan: klien kurang mampu menilai mana yang lebih diutamakan
dalam mengambil keputusan
Penjelasan: karena pengaruh gangguan mentalnya yang setiap tindakan harus
dengan kekerasan tidak bisa pikir panjang.
14. Data tilik diri
Penjelasan: klien sadar akan penyakitnya dan mengerti saat ini sedang dirawat
di RS.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Makanan : Ya
 Keamanan : Ya
 Perawatan kesehatan : Tidak
 Pakaian : Ya
 Transportasi : Ya
 Tempat Tinggal : Ya
 Uang : Ya
Penjelasan: klien mengatakan jika pulang rumah akan mengontrol emosinya dan
akan minum obat secara teratur sesuai dengan resep dokter.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
 Mandi : mandiri / tidak dibantu
 Kebersihan : mandiri / tidak dibantu
 Makan : mandiri / tidak dibantu

20
 BAB / BAK : mandiri / tidak dibantu
 Ganti pakaian : mandiri / tidak dibantu
Penjelasan: klien mampu melakukan kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
b. Nutrisi
 Apakah anda puas dengan pola makan anda? Ya
 Apakah anda memisahkan diri? Ya, karena klien malas bergaul dengan
orang lain, merasa tidak diperhatikan karena jarang dijenguk oleh
keluarganya
 Frekuensi makan sehari: 3x sehari
 Frekuensi kudapan sehari: 1x
 Nafsu makan: sedikit-sedikit
 Berat badan: meningkat
BB terendah: 70kg BB tertinggi: 75kg
Penjelasan: dirumah sakit napsu makan klien bertambah dari pada dirumah
klien
c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur? Tidak
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur? Ya
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang? Tidak
4) Lama tidur siang: -
5) Apa yang menolong tidur? Tidak ada
6) Tidur malam jam: 22.00 bangun jam: 06.00
7) Apakah ada gangguan tidur? Tidak
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
3. Kemampuan klien dalam:
Mengantisipasi kebutuhan sendiri: Ya
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri: Ya
Mengatur penggunaan obat: Ya

21
Melakukan pemeriksaan kesehatan: Ya
Penjelasan: klien mampu membantu dirinya sendiri
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Klien memiliki system pendukung


Keluarga: tidak
Terapis: ya, perawat
Teman sejawat: tidak
Kelompok social: tidak
Penjelasan: klien tidak terlau punya banyak teman karena tidak suka bergaul
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi? Ya
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif: Maladaptif:
 Bicara dengan orang lain Minum akohol
 Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relokasi Bekerja berlebihan
 Aktivitas kontruksif Mencederai diri
 Olahraga √ Lainnya ……
 Lainnya ……..
Masalah keperawatan tidak ada
IX. Masalah Psikososial & Lingkungan
 Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berteman dengan
sekelompok orang
 Masalah dengan pendidikan: klien mampu berhubungan baik dengan petugas
kesehatan dan dengan lingkungan ruang rawat.
 Masalah dengan pekerjaan: sebelumnya klien belum bekerja ditempat mana pun
 Masalah dengan perumahan: klien tinggal dengan paman dan tantenya
 Masalah dengan ekonomi: klien tidak bekerja namun semua biaya klien
ditanggung oleh pamannya

22
 Masalah dengan pelayanan kesehatan: tidak ada masalah
 Masalah lainnya: klien tidak ada masalah lainnya
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
X. Kurang Pengetahuan Tentang
 Penyakit jiwa: Ya
 Factor presipitasi: Ya
 Koping: Ya
 System pendukung: Ya
 Penyakit fisik: Ya
 Obat-obatan: Ya
Masalah keperawatan: kurang pengetahuan
XI. Aspek Medik
Diagnose Medik:
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Terapi Medik:
Resperidone (RSP) tablet 2 mg 2x1
B. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan

1 DS: Perilaku Kekerasan


Klien mengatakan memukul orang
dirumah (tantenya)
Klien mengatakan bahwa dirinya
seorang jagoan
Klien mengatakan sering mengamuk
dirumah

DO:
Klien tampak gelisah, marah, tatapan

23
mata tajam, rahang terkatup dan tangan
mengepal, berbicara keras dan cepat
2 DS: Isolasi Sosial
Klien mengatakan malas bergaul dengan
orang lain
DO:
Klien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain
Klien menganggap orang lain sebagai
musuhnya

C. Diagnose Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial
D. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan

Isolasi Sosial
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Intervensi
1 DS: Sp 1
Klien mengatakan memukul orang Mengontrol perilaku kekerasan dengan
dirumah (tantenya) cara tarik nafas dalam dan memukul
Klien mengatakan bahwa dirinya Kasur/bantal
seorang jagoan
Klien mengatakan sering mengamuk Sp 2
dirumah Control perilaku kekerasan dengan cara
meminum obat secara teratur
DO:

24
Klien tampak gelisah, marah, tatapan Sp3
mata tajam, rahang terkatup dan Control perilaku kekerasan dengan cara
tangan mengepal, berbicara keras dan berbicara baik-baik
cepat
Sp 4
Spiritual
2 DS: Sp 1
Menjelaskan keuntungan dan kerugian
Klien mengatakan malas bergaul
mempunyai teman
dengan orang lain Sp2
Melatih klien berkenalan dengan 2 orang
DO:
atau lebih
Klien tidak mau berinteraksi dengan Sp3
Melatih bercakap-cakap sambil melakukan
orang lain
kegiatan seharian
Klien menganggap orang lain sebagai Sp4
Melatih berbicara social. Meminta sesuatu
musuhnya
berbelanja dan sebagainya
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/ Implementasi Evaluasi
Tangga
l
Senin, 1. Data: S : klien merasa semangat
10 Juli Tanda dan gejala: memukul orang dalam mengikuti instruksi dari
2023 sering mengamuk perawat.
10.00 gelisah, marah, tatapan mata tajam, rahang
WITA terkatup dan tangan mengepal, berbicara O: klien mampu melakukan
keras dan cepat tarik napas dalam dengan
mandiri.
2. Diagnose keperawatan : klien mampu melakukan
Perilaku kekerasan pukul Kasur dan bantal secara
mandiri
3. Tindakan
Sp 1 Perilaku Kekerasan A: Perilaku kekerasan
 Mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yaitu jika P: Tarik napas dalam 1x/hari
kemauan klien tidak dituruti
 Mengidentifikasi tanda dan gejala
resiko perilaku kekerasan yaitu
pasien marah, mengamuk tanpa
alasan yang jelas, merusak barang-

25
barang dan cenderung melukai
orang lain.
 Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan
fisik: Tarik nafas dalam, pukul
Kasur dan bantal
4. RTL
Sp 2 Perilaku Kekerasan
 Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara minum obat secara teratur
Selasa 1. Data: S : klien merasa bahagia dan
11 Juli Tanda dan gejala: memukul orang bersemangat setelah
2023 sering mengamuk mengikuti yang diajarkan oleh
11. 00 gelisah, marah, tatapan mata tajam, rahang perawat
WITA terkatup dan tangan mengepal, berbicara
keras dan cepat O : klien mampu melakukan
Teknik relaksasi nafas dalam,
2. Diagnose keperawatan Klien mampu pukul
Perilaku kekerasan Kasur/bantal secara mandiri,
Kien mampu mengontrol
3. Tindakan Keperawatan dengan cara minum obat
Sp 2 Perilaku Kekerasan secara teratur
 Mengevaluasi kemampuan klien A : Perilaku Kekerasan (+)
untuk tarik nafas dalam dan pukul
Kasur dan bantal P : latihan tarik nafas dalam
 Memberikan informasi penggunaan dan pukul Kasur bantal
obat secara teratur 1x/hari,
4. RTL Minum obat secara teratur,
Sp 3 perilaku kekerasan Klien mampu melakukan
 Komunikasi secara verbal: komunikasi secara verbal:
asertif/berbicara baik-baik asertif/berbicara baik-baik.

Rabu 1. Data S : klien merasa senangdan


12 Juli Tanda dan gejala: memukul orang bersemangat
2023 sering mengamuk
10.00 gelisah, marah, tatapan mata tajam, rahang O : klien mampu
WITA terkatup dan tangan mengepal, berbicara melaksanakan beribadah
keras dan cepat dengan baik

2. Diagnose Keperawatan A : Perilaku Kekerasan


Perilaku Kekerasan
P: latihan tarik nafas dalam
3. Tindakan Keperawatan dan pukul Kasur dan bantal,
Sp 4 Perilaku Kekerasan Minum obat secara teratur,

26
 Mengevaluasi kemampuan pasien Latihan melakukan
dalam melakukukan Teknik relaksasi komunikasi secara verbal:
nafas dalam, pukul Kasur/bantal, berbicara baik-baik, klien
minum obat secara teratur, dan untuk melaksanakan kegiatan
berbicara baik-baik spiritual.
 Melatih pasien untuk melaksanakan
kegiatan spiritual yang sudah di atur.

4. RTL
Perilaku kekerasan: follow up dan evaluasi
SP 1-4 perilaku kekerasan.

G. FORMAT LAPORAN RESUME

1. Pengkajian (dalam bentuk naratif)


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari pasien Tn R umur 27 tahun
adalah klien memukul orang dirumah (tantenya), klien sering mengamuk dirumah,
gelisah, marah, tatapan mata tajam, rahang terkatup dan tangan mengepal, berbicara
keras dan cepat, menganggap orang lain sebagai musuhnya, klien tidak teratur minum
obat, klien juga mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan seperti sering
dipukuli pamannya klien malas bergaul dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan
karena jarang dijenguk oleh keluarganya dan sejak orang tuanya bercerai klien kurang
mendapat perhartian oleh keluarga.
Didapati sedikit kesuliatan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang
mengunjungi pasien dirumah sakit. Maka setelah dilakukan pendekatan pada pasien
melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan

27
perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut
yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar
klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak menemukan
kesenjangan karena di temukan hal sama seperti diteori bahwasannya perilaku
kekerasan merupakan respon maladaptive dari kemarahan, perilaku kekerasan
merupakan bagian dari rentang marah yang paling maladaptive yaitu amuk. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
(kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman. (Struat &
Sundeen, 1991).
2. Diagnose Keperawatan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan asuhan keperawatan yang
merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan penentuan diagnose keperawatan.
Pada perencanaan mahasiswa hanya menyusun rencana tindakan keperawatan perilaku
kekerasan. Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan sehigga mahasiswa dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin
didukung dengan seringnya bimbingan dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan
secara strategi pertemuan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul saat
pengkajian. Adapun upaya yang digunakan mahasiswa ialah: Perilaku Kekerasan
a. Mengidentifikasi isi perilaku kekerasan
b. Mengidentifikasi waktu terjadi perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi situasi pencetus perilaku kekerasan
d. Mengidentifikasi respon terhadap perilaku kekerasan
e. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal.
f. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat.
g. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan berbicara baik-baik
dengan orang lain dan spiritual.
h. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

28
3. Rencana Keperawatan, yang dapat dilakukan pada Tn R umur 27 tahun meliputi tujuan
umum klien dapat mengontrol perilaku kekerasan terhadap dirinya sendiri. Untuk
tujuan yang pertama klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul Kasur/bantal, tujuan yang kedua klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara meminum obat secara teratur, klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara berbicara baik-baik, tujuan yang keempat klien mampu
latihan melakukan komunikasi secara verbal: berbicara baik-baik, klien untuk
melaksanakan kegiatan spiritual.
4. Implementasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan berikut adalah implementasi pada Tn R
umur 27 tahun dilakukan selama tiga hari. Pada hari pertama perawat memberikan
strategi SP 1 membantu klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul kasur/bantal, dan SP 2 yaitu membantu klien agar mampu
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara meminum obat secara teratur. Pada hari
kedua dilaksanakan strategi SP 3 yaitu bantu klien sehingga klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara berbicara baik-baik. Pada hari ketiga memberikan
strategi SP 4 yaitu klien dapat melaksanakan kegiatan spiritual.
5. Evaluasi
Tinjauan yang dilakukan perawat setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Tn
R umur 27 tahun setelah dilakukan strategi pelaksanaan dari SP 1 sampai SP 4. Tn R
klien menerima bantuan dan mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul kasur/bantal, klien dapat mampu mengontrol perilaku
kekerasan sehingga tahu pentingnya minum obat secara teratur, klien mau di bantu agar
dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara berbicara baik-baik, klien
berkemauan untuk merubah sikap klien dan mengkuti kegiatan spiritual.

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. R umur 27 tahun dan
disimpulkan bahwa pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan terapi yang
diajarkan oleh perawat. Dimana klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
memukul bantal untuk mengontrol amarahnya, klien juga minum obat secara teratur,
berbicara baik-baik serta klien dapat melakukan kegiatan spiritual sesuai ajaran agama
yang dianut.
B. Saran
Diharapkan pada pihak keluarga pasien untuk sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena adanya seringnya keluarga berkunjung, maka pasien merasa berarti
dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus memperhatikan obat yang
dikonsumsi serta membawa pasien control secara teratur kepelayanan kesehatan jiwa
ataupun rumah sakit jiwa.

30
Daftar Pustaka
Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan jiwa: terapi aktivitas kelompok. Ed.2.EGC
Parwati, I. G., Dewi, P, D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan Perilaku
Kesehatan.
https://www.academia.edu/37678637/asuhan_keperawatan_perilaku_kekerasan
https://osf.io>downloadPDFAsuhan-Keperawatan-Jiwa-Pada-Ny-R-Dengan-Gangguan-
Resiko-Perilaku-Kekerasan
https://www.google.com/url?q=https://osf.io/9hqp5/
download&saU&ved=2ahUKEwjBjceSltKCAxUe-
jgGHVMKDSEQFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw1RPVAX4e79w1yv_4C3a14L
https://id.scribd.com/document/406906163/MAKALAH-PERILAKU-KEKERASAN

31

Anda mungkin juga menyukai