KEKERASAN
SEMESTER V
Di Susun oleh :
Isro’ Ummuyasaroh
Reynaldi Afiansya
Riza Sabflihani
Prodi S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan ”.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah.SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis sadar bahwa dalam
penusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
perbaikan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin...
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian ................................................................................................... 3
BAB III................................................................................................................. 15
PENUTUP............................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah perasaan sehat, bahagia, dan mampu
mengatasinya tantangan dalam hidup, mampu menerima orang lain apa adanya,
dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki
kelemahan atau ketidakmampuan, 3 elemen ini akan menyebabkan jiwa
seseorang terganggu dan kesal, bahkan bisa menjadi gangguan jiwa.
Pada awalnya, gangguan jiwa dianggap sebagai fenomena supranatural,
jadi pemrosesan adalah roh supernatural, yaitu dengan memiliki kekuatan
magis. Gangguan jiwa adalah gangguan yang terjadi unsur-unsur jiwa
diwujudkan dalam kesadaran, emosi, persepsi dan intelijen. Banyak orang
berpikir itu pribadi penyakit mental itu memalukan dan memalukan, tidak
bermoral, bahkan tidak percaya.
Secara umum, ada 7 masalah keperawatan, termasuk hambatan konseptual
Diri: harga diri rendah, isolasi sosial: penarikan, gangguan persepsi sensorik:
Halusinasi, perubahan proses berpikir : Waham, risiko perilaku kekerasan,
risiko bunuh diri dan perawatan diri yang tidak memadai.
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul dari suatu respons
kecemasan dipandang sebagai ancaman bagi individu (Stuart dan
Sundeen,1995). Ekspresikan kemarahan secara langsung dan konstruktif
kejadian dapat meringankan individu dan membantu orang lain memahami
perasaan yang nyata sehingga individu tidak akan mengalami kecemasan dan
stres dan merasa bersalah, bahkan merugikan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Dalam hal ini peran keluarga dalam membantu menyelesaikan
masalah tersebut berperan penting, karena keluarga adalah orang terdekat.
Namun peran perawat adalah pelopor dalam promosi kesehatan mental.
Masalah perilaku kekerasan sering muncul pada penderita gangguan jiwa.
Sering terjadi pasien marah, marah, mengganggu, mengancam atau bahkan
1
2
menyakiti orang lain dengan alasan masuk keluarga. Hal tersebut perlu
perawatan khusus untuk membimbing pasien kelola kemarahan maladaptif
agar adaptif dan konstruktif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.
Adapun beberapa definisi lain mengenai perilaku kekerasan yaitu:
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri
sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
(Depkes RI, 2006).
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimensi seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahyakan, secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang
lain (Iyus yosep, 146:2007).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi
oleh seseorang, yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan
baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun
nonverbal bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 2000).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah
yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan.
Perilaku kekerasan dapat disimpulkan yaitu suatu keadaan emosi secara
mendalam dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik pada diri sendiri maupun orang lain dan merusak lingkungan.
3
4
C. Fator Penyebab
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan,
diantaranya :
1. Faktor psikologis
Phsycoanalytical theory; teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas, dan kedua insting kematian
yang diekspresikan dengan agresivitas.
Frustration-aggresion theory; teori yang dikembangkan oleh
pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.
Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai
riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini mengguanakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh dari pengalaman tersebut :
a. Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu
untuk menyelesaikan secara efektif.
b. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanakkanak, atau seduction parenteral, yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya (trust ) dan harga diri.
c. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
membentuk pola pertahanan atau koping.
2. Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura
(1977) ini mengemukakan bahwa “agresi tidak berbeda dengan
6
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti :
a. Displacement (pemindahan): pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit
mengancam dirinya.
b. Sublimasi: mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara
yang dapat diterima oleh masyarakat.
c. Proyeksi: pengalihan buah pikiran atau impuls kepada orang lain yang
tidak dapat di toleransi.
d. Represi: pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran dari
kesadaran seseorang.
e. Denial (penyangkalan): menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
tersebut.
f. Reaksi formasi: pengembangan sikap dan perilaku yang ia sadari,
yang bertentangan dengan apa yang ia rasakan atau ingin lakukan.
(Abdul Nasir, 2011).
E. Pohon Masalah
Masalah mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perilaku Kekersan
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan klien dan pola pertahanan klien mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien serta merumuskan diagnosis keperawatan. (Keliat, 2006).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
2) Alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Faktor presipitasi
5) Pengkajian fisik
6) Psikososial
b. Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan
menjadi dua macam yaitu data objektif yang ditemukan secara
nyata (data ini didapat melalui observasi dan periksaan secara
langhsung) dan data subjektif yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarganya (data ini didapat dari wawancara perawat
kepada klien dan keluarga). Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang di
kumpulkan yaitu :
1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan, klien hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan
follow up secara periodik karena tidak ada masalah serta
klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi
masalah.
2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa
upaya preventif dan promotif sebagai program antisipasi
terhadap masalah.
9
a. Perilaku kekerasan.
b. Isolasi sosial.
c. Gangguan persepsi sensori halusinasi.
d. Defisit perawatan diri.
3. Perencanaan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu
klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan
11
Setelah ….x SP 5
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu
1. Menyebutkan (SP1,2,3&4)
kegiatan yang 2. Latih patuh obat
sudah dilakukan 3. Minum obat
2. Memperagakan secara teratur
cara patuh obat. dengan prinsip 5
B
4. Susun jadwal
minum obat
secara teratur
5. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah perasaan sehat, bahagia, dan mampu mengatasinya
tantangan dalam hidup, mampu menerima orang lain apa adanya, dan memiliki
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki kelemahan atau
ketidakmampuan, 3 elemen ini akan menyebabkan jiwa seseorang terganggu
dan kesal, bahkan bisa menjadi gangguan jiwa.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Budi Ana Keliat. (1992). Peran serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC
Budi Ana Keliat, dkk (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Corrigan, P.W., & Watson, A.C. (2005). Findings from the national comorbidity
survey on the frequency of violent behavior in individuals with psychiatric
disorders. Psychiatry Research, 136, 153±162.
16