Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERILAKU

KEKERASAN

Dosen Pengampu : Ns, Iva Milia Hani Rahmawati.,S.Kep.,M.Kep

SEMESTER V

Di Susun oleh :

Isro’ Ummuyasaroh

Reynaldi Afiansya

Riza Sabflihani

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA

Prodi S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan ”.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah.SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis sadar bahwa dalam
penusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
perbaikan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin...

Pangkalan Bun, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian ................................................................................................... 3

B. Rentan Respon Marah .............................................................................. 4

C. Fator Penyebab .......................................................................................... 5

D. Mekanisme Koping .................................................................................... 7

E. Pohon Masalah ........................................................................................... 7

F. Asuhan Keperawatan ................................................................................ 8

G. Jurnal Content Intervensi ................................................................... 13

H. Pemaparan (persamaan/kesenjangan) dari jurnal tersebut............. 13

BAB III................................................................................................................. 15

PENUTUP............................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah perasaan sehat, bahagia, dan mampu
mengatasinya tantangan dalam hidup, mampu menerima orang lain apa adanya,
dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki
kelemahan atau ketidakmampuan, 3 elemen ini akan menyebabkan jiwa
seseorang terganggu dan kesal, bahkan bisa menjadi gangguan jiwa.
Pada awalnya, gangguan jiwa dianggap sebagai fenomena supranatural,
jadi pemrosesan adalah roh supernatural, yaitu dengan memiliki kekuatan
magis. Gangguan jiwa adalah gangguan yang terjadi unsur-unsur jiwa
diwujudkan dalam kesadaran, emosi, persepsi dan intelijen. Banyak orang
berpikir itu pribadi penyakit mental itu memalukan dan memalukan, tidak
bermoral, bahkan tidak percaya.
Secara umum, ada 7 masalah keperawatan, termasuk hambatan konseptual
Diri: harga diri rendah, isolasi sosial: penarikan, gangguan persepsi sensorik:
Halusinasi, perubahan proses berpikir : Waham, risiko perilaku kekerasan,
risiko bunuh diri dan perawatan diri yang tidak memadai.
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul dari suatu respons
kecemasan dipandang sebagai ancaman bagi individu (Stuart dan
Sundeen,1995). Ekspresikan kemarahan secara langsung dan konstruktif
kejadian dapat meringankan individu dan membantu orang lain memahami
perasaan yang nyata sehingga individu tidak akan mengalami kecemasan dan
stres dan merasa bersalah, bahkan merugikan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Dalam hal ini peran keluarga dalam membantu menyelesaikan
masalah tersebut berperan penting, karena keluarga adalah orang terdekat.
Namun peran perawat adalah pelopor dalam promosi kesehatan mental.
Masalah perilaku kekerasan sering muncul pada penderita gangguan jiwa.
Sering terjadi pasien marah, marah, mengganggu, mengancam atau bahkan

1
2

menyakiti orang lain dengan alasan masuk keluarga. Hal tersebut perlu
perawatan khusus untuk membimbing pasien kelola kemarahan maladaptif
agar adaptif dan konstruktif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.
Adapun beberapa definisi lain mengenai perilaku kekerasan yaitu:
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri
sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
(Depkes RI, 2006).
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimensi seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahyakan, secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang
lain (Iyus yosep, 146:2007).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi
oleh seseorang, yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan
baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun
nonverbal bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 2000).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah
yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan.
Perilaku kekerasan dapat disimpulkan yaitu suatu keadaan emosi secara
mendalam dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik pada diri sendiri maupun orang lain dan merusak lingkungan.

3
4

B. Rentan Respon Marah

1. Rentang Respon Adaptif


a. Asertif
Asersif adalah suatu respon marah dimana individu mampu
mengatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain yang akan memberikan
kelegaan pada individu.
b. Frustasi
Frustasi adalah suatu respon yang terjadi akibat individu gagal
mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman, individu tidak dapat
menunda sementara atau menemukan alternative lain.
2. Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah respon yang di berikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaannya suatu tempat. Respon Maladaptif yaitu :
a. Pasif
Pasif adalah perilaku yang ditandai dengan perasan tidak
mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha
mempertahankan hak-haknya, merasa kurang mampu, HDR,
pendiam, malu, dan sulit diajak bicara.
b. Agresif
Agresif adalah suatu bentuk perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol.
c. Perilaku amuk
Perilaku amuk adalah perasaan marah di sertai dengan rasa
permusuhan yang kuat dan hilang kontrol, di mana individu dapat
merusak diri orang lain dan lingkungan (Dalami, 2009).
5

C. Fator Penyebab
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan,
diantaranya :
1. Faktor psikologis
Phsycoanalytical theory; teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas, dan kedua insting kematian
yang diekspresikan dengan agresivitas.
Frustration-aggresion theory; teori yang dikembangkan oleh
pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.
Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai
riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini mengguanakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh dari pengalaman tersebut :
a. Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu
untuk menyelesaikan secara efektif.
b. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanakkanak, atau seduction parenteral, yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya (trust ) dan harga diri.
c. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
membentuk pola pertahanan atau koping.
2. Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura
(1977) ini mengemukakan bahwa “agresi tidak berbeda dengan
6

respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melaluli observasi


atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai
dengan respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini biasa diinternal
atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
3. Faktor Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis.
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah
system limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
Perangsangan yang diberikan terutama pada nucleus periforniks
hypothalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan
cakarnya, mengangkat ekornya, medesis, bulunya berdiri,
menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak
menerkam tikus atau objek yang ada disekitarnya. Jadi kerusakan
fungsi system limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera
penciuman dan memori).
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif :
serotonin, dopamine, norepinephrine, acetilcolin, dan asam amino
gaba.
Faktor-faktor yang mendukung :
a. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.
b. Sering mengalami kegagalan.
c. Kehidupan yang penuh tindakan agresif.
d. Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).
7

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti :
a. Displacement (pemindahan): pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit
mengancam dirinya.
b. Sublimasi: mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara
yang dapat diterima oleh masyarakat.
c. Proyeksi: pengalihan buah pikiran atau impuls kepada orang lain yang
tidak dapat di toleransi.
d. Represi: pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran dari
kesadaran seseorang.
e. Denial (penyangkalan): menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
tersebut.
f. Reaksi formasi: pengembangan sikap dan perilaku yang ia sadari,
yang bertentangan dengan apa yang ia rasakan atau ingin lakukan.
(Abdul Nasir, 2011).

E. Pohon Masalah
Masalah mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku Kekersan

Gangguan sensori persepsi Halusinasi


8

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan klien dan pola pertahanan klien mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien serta merumuskan diagnosis keperawatan. (Keliat, 2006).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
2) Alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Faktor presipitasi
5) Pengkajian fisik
6) Psikososial

b. Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan
menjadi dua macam yaitu data objektif yang ditemukan secara
nyata (data ini didapat melalui observasi dan periksaan secara
langhsung) dan data subjektif yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarganya (data ini didapat dari wawancara perawat
kepada klien dan keluarga). Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang di
kumpulkan yaitu :
1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan, klien hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan
follow up secara periodik karena tidak ada masalah serta
klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi
masalah.
2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa
upaya preventif dan promotif sebagai program antisipasi
terhadap masalah.
9

3) Ada masalah dengan kemungkinan resiko terjadi masalah


karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah
atau aktual, terjadi masalah disertai data pendukung (Keliat,
2006 : 4).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (Status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah
(Nursalam, 2001).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar bagi pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
menjadi tanggung gugat perawat (Doenges, 2007).
Diagnosa keperawatan ditetapkan melalui tahapan :
a. Analisa data yang ditemukan baik data subjektif maupun data
objektif
b. Tetapkan rumusan diagnosis dalam bentuk rumusan diagnosis
tunggal.
Diagnosis keperawatan dirumuskan dalam bentuk rumusan tunggal.
Rumusannya adalah rumusan “problem”, etiologi dari diagnosa tidak perlu
dicantumkan tetapi cukup dimengerti dan dipahami. Rumusan diagnosa
ditunjang oleh semua data mayor dan satu atau lebih data minor. Adapun
data yang diperoleh sesuai dengan diagnosanya, antara lain :
10

Diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan


Diagnosa
No deskripsi Data Mayor Data Minor
keperawatan
1. Perilaku Kemarahan yang Subjektif : Subjektif :
a. Mengatakan ada
kekerasan diekspresikan a. Mengancam
yang mengejek,
secara berlebihan b. Mengumpat mengancam.
b. Mendengar
dan tidak c. Bicara keras
suara yang
terkendali baik dan kasar. menjelekkan.
c. Merasa orang
secara verbal Objektif :
lain mengancam
maupun tindakan a. Agitasi. dirinya.
Objektif :
dengan b. Meninju
a. menjauh dari
mencederai orang c. Membanting orang lain
b. katatoni
lain dan atau d. Melempar
merusak
lingkungan

Menurut buku Satuan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh RSJ Cimahi


tahun 2007 sesuai dengan Musyawarah Nasional menerangkan bahwa,
diagnosa keperawatan terdiri dari satu komponen yaitu P (problem) saja
(single diagnosis).

(Workshop : Standar Proses Keperawatan Jiwa, 2007).

Dari masalah perilaku kekerasan dapat ditemukan diagnosa


keperawatan sebagai berikut :

a. Perilaku kekerasan.
b. Isolasi sosial.
c. Gangguan persepsi sensori halusinasi.
d. Defisit perawatan diri.

3. Perencanaan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu
klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan
11

berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan (Nursalam,


2001 : 57).
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dapat mencapai tiap tujuan. Rencana tindakan keperawatan disesuaikan
standar asuhan keperawatan jiwa. Dalam membuat suatu perencanaan
harus sesuai dengan keadaan agar mendukung terlaksananya rencana
asuhan keperawatan meliputi tujuan, tindakan keperawatan dan evaluasi,
adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
c. Klien mampu minum obat dengan prinsip 5 benar.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ….x SP I
1. Mengidentifikasi pertemuan, pasien 1. Identifikasi
penyebab dan tanda mampu : penyebab, tanda
perilaku kekerasan 1. Menyebutkan dan gejala serta
2. Menyebutkan jenis penyebab, tanda, akibat perilaku
perilaku kekerasan gejala dan akibat kekerasan
yang pernah dilakukan perilaku 2. Latih cara fisik 1 :
3. Menyebutkan akibat kekerasan. Tarik nafas dalam
dari perilaku kekerasan 2. Memperagakan 3. Masukkan dalam
yang dilakukan cara fisik 1 untuk jadwal harian
4. Menyebutkan cara mengontrol pasien.
mengontrol perilaku perilaku
kekerasan kekerasan.
5. Mengontrol perilaku Setelah ….x SP 2
kekerasannya dengan pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan
cara mampu : yang lalu (SP1)
a. Fisik - Sosial 1. Menyebutkan 2. Latih cara fisik 2 :
/verbal kegiatan yang Pukul kasur /
b. Spiritual sudah dilakukan bantal
12

c. Terapipsikofarmaka 2. Memperagakan 3. Masukkan dalam


(patah obat) cara fisik untuk jadwal harian
mengontrol pasien
perilaku
kekerasan.
Setelah ….x SP 3
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP1
1. Menyebutkan dan 2)
kegiatan yang 2. Latih secara sosial
sudah dilakukan / verbal
2. Memperagakan 3. Menolak dengan
cara sosial / baik
verbal untuk 4. Meminta dengan
mengontrol baik
perilaku 5. Mengungkapkan
kekerasan. dengan baik
6. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.
Setelah ….x SP 4
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu
1. Menyebutkan (SP1,2&3)
kegiatan yang 2. Latih secara
sudah dilakukan spiritual
2. Memperagakan 3. Berdoa
cara spiritual. 4. Sholat
5. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.
13

Setelah ….x SP 5
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu
1. Menyebutkan (SP1,2,3&4)
kegiatan yang 2. Latih patuh obat
sudah dilakukan 3. Minum obat
2. Memperagakan secara teratur
cara patuh obat. dengan prinsip 5
B
4. Susun jadwal
minum obat
secara teratur
5. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.

G. Jurnal Content Intervensi


1. UPAYA MENGONTROL PERILAKU AGRESIF PADA PERILAKU
KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR
THERAPY
2. STIGMATISASI DAN PERILAKU KEKERASAN PADA ORANG
DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI INDONESIA

H. Pemaparan (persamaan/kesenjangan) dari jurnal tersebut


Hubungan antara gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan adalah
penyebab utama stigmatisasi bagi ODGJ. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa akibat stigmatisasi, pasien melakukan kekerasan di keluarga dan
komunitas. ODGJ melakukan kekerasan 2,5 kali lebih banyak dari populasi
umum (Corrigan & Watson, 2005). Seringkali, kekerasan yang dilakukan
ODGJ diarahkan pada orang yang mereka kenal, terutama anggota keluarga
(Wehring & Carpenter, 2011).
14

Intervensi secara umum yang dilakukan pada pasien dengan perilaku


agresif / perilaku kekerasan bervariasi yang berada dalam rentang preventive
strategies, Anticipatory Strategies, dan Containment Strategies (Stuart &
Laraia, 2015). Strategi pencegahan (preventive strategies), meliputi
kesadaran diri, psikoedukasi pada klien, dan latihan asertif. Strategi antisipasi
(Anticipatory Strategies) meliputi komunikasi, perubahan lingkungan,
perilaku dan psikofarmaka. Kemarahan yang dapat mengancam Jurnal
Keperawatan Jiwa Volume 8 No 1 Hal 27 - 32, Februari 2020 FIKKes
Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa
Tengah keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (kegawat
daruratan psikiatri) yang tidak dapat dikontrol dengan terapi psikofarmaka
maka perlu dilakukan strategi penahanan (containment Strategies) yang
meliputi manajemen krisis, pembatasan gerak, dan pengikatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah perasaan sehat, bahagia, dan mampu mengatasinya
tantangan dalam hidup, mampu menerima orang lain apa adanya, dan memiliki
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki kelemahan atau
ketidakmampuan, 3 elemen ini akan menyebabkan jiwa seseorang terganggu
dan kesal, bahkan bisa menjadi gangguan jiwa.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budi Ana Keliat. (1992). Peran serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC

Budi Ana Keliat, dkk (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Dermawan, Deden . (2013). Keperawatan jiwa, konsep dan kerangka kerja


asuhan keperawatan. Yogyakarta Goyen Publishing.

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Corrigan, P.W., & Watson, A.C. (2005). Findings from the national comorbidity
survey on the frequency of violent behavior in individuals with psychiatric
disorders. Psychiatry Research, 136, 153±162.

Wehring, H.J., & Carpenter, W.T (2011). Violence and


schizophrenia.Schizophrenia Bulletin, 37 (5), 877±778.

16

Anda mungkin juga menyukai