Anda di halaman 1dari 18

Tugas : MAKALAH KMB III SISTEM PERSYARAFAN

DOSEN : M. Ridwan S.Kep, Ns

OLEH
KELOMPOK 9

ANITA
ARIS MUNANDAR
ILHAM ZULFICHAR
FIRLY WAHYUNINGTIAS

TAHUN AJARAN 2011-2012

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi
tugas kuliah “ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III “ yang berjudul “ASKEP
PARKINSON“ tepat pada waktunya.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami harapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca
sekalian terkhusus rekan-rekan mahasiswa sekalian. Tak lupa kami juga mohon maaf
bila dalam penyusunan makalah ini ada hal yang kurang berkenan bagi para
pembaca sekalian, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
dalam proses pembelajaran maupun didalam kehidupan kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Limbung, 17 Maret 2011

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I
I. Konsep Dasar Medis
A. Defenisi ................................................................................... 1
B. Etiologi ................................................................................... 1
C. Patofisiologi ............................................................................. 1
D. Manifestasi Klinik ................................................................... 2
E. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................... 3
F. Penatalaksanaan ....................................................................... 3
BAB II

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian ................................................................................. 5
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 6
C. Intervensi Rasional .................................................................. 10
D. Evaluasi ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN PERSYARAFAN “ PARKINSON”

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk tetapi banyak kasus tidak diketahui
penyebabnya. Penyakit ini paling umum terjadi usia 60 tahun dan merupakan
gangguan neurologik paling umum kedua pada lansia.

B. Etiologi
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu
belum jelas benar.Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan
neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti:
a. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon
gejala penyakit Parkinson,
b. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

C. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf
di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan
mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan
mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah
diolah kembali ke korteks otak besar.

1
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter
sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan
sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf
dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung
diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson
merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu
infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit
degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau menghalangi
kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk
mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel
saraf.

D. Manifestasi Klinis
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan
hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi
kaku pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam
memulai,mempertahankan, dan membentuk aktivitas motorik dan pengalaman
lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali
pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. karakteristik tremor dapat
berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan
telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari. Keadaan ini meningkat bila
pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat klien
istirahat.
Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas kaku
dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot,
wajah mengalami sedikit ekspresi di mana saat bicara wajah seperti topeng
(sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)

2
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas,
dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini
dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan,
terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-
hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan
gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan
kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk
mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
f) Obat-obat antidepresan
g) Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus
benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa
menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan
sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada
penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi

3
ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas,
cairan dan beberapa obat.

2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek
baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa
dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh
diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson
merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan
dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya
perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan
fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat
bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,
fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah
keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.

4
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengkajian psikososial.
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh,
kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.

Riwayat Penyakit Saat Ini


Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu
lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun
tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan
membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan
ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan
ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada
saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit
menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat
antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :
 Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
 Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki?
 Apakah Anda mengalami “beku” atau terpaku dan tidak mampu bergerak?
 Apakah air liur Anda berlebihan?
 Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis atau membuat
gerakan wajah atau menguyah?
 Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?

Riwayat Penyakit Dahulu

5
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang
adalah riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan
sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit
pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan DM. Hal ini diperlukan untuk melihat
adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah
tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik
(perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada
lansia.

Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan
dengan keluhan klien.

6
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.

B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan
otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian
obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.

Pemeriksaan fungsi serebri


Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka
pendek dan memori jangka panjang.

7
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan
kontraksi otot- otot bola mata.
Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan
ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara wajah seperti topeng
(sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Sistem Motorik
 Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas
deserebrasi.
 Tonus otot ditemukan meningkat.
 Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya
kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,
klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan
(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

Sistem Sensorik

8
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada
merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia
urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan
otot.
2) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3) Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

9
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas.

Intervensi Rasional

Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur dalam melakukan aktivitas.
fungsi motorik.
Lakukan program latihan yang Meningkatkan koordinasi dan
meningkatkan kekuatan otot. ketangkasan, menurunkan kekakuan otot
dan mencegah kontraktur bila otot tidak
digunakan.

Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan


kecenderungan kepala dan leher tertarik
kedepan dan kebawah.

Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga


 Ajarkan untuk berkosentrasi pada dipelajari untuk mengimbangi gaya
berjalan tegak, memandang lurus berjalan menyeret dan kecenderungan
kedepan, dan menggunakan cara tubuh condong kedepan.
berjalan dengan dasar lebar
(misalnya berjalan dengan kaki
terpisah).
 Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan dengan diiringi musik
marching band atau lagu, karena
hal ini memberikan rangsangan
sensorik.
 Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakan
rangka tulang rusuk dan transpor
oksigen untuk mengisi bagian
paru-paru yang kadar oksigennya
rendah.
 Melakukan periode istirahat yang
sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan
kelelahan.

10
Anjurkan mandi hangat dan masase otot. mandi hangat dan masase membantu
otot-otot rileks saat melakukan aktivitas
pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot
akibat spasme yang mengakibatkan
kekakuan.

Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi


perawatan diri, sesuai toleransi. sesuai kemampuan.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatan kemampuan dalam


latihan fisik klien. mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan


neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.


Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang
membantu.

Intervensi Rasional

Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan Membantu dalam mengantisipasi dan
dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL. merencanakan pertemuan kebutuhan
individual.

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan Menghindari klien dari keadaan cemas dan
klien dan bantu bila perlu. ketergantungan untuk mencegah frustasi
dan harga diri klien rendah.

Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada klien selama aktivitas
aktivitas. kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
perawatan diri.

Rencanakan tindakan untuk mengatasi Klien akan mampu melihat dan memakan
keterbatasan penglihatan seperti makanan, akan mampu melihat keluar
tempatkan makanan dan peralatan masuknya orang keruangan.
dalam suatu tempat, dekatkan tempat
tidur kedinding.
Modifikasi lingkungan. Modifikasi lingkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidakmampuan fungsi.

Gunakan pagar disekeliling tempat tidur. Gunakan pagar disekeliling tempat tidur

11
baik tempat tidur di rumah sakit dan
dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan
pada kaki tempat tidur untuk memberi
bantuan dalam mendorong diri untuk
bangun tanpa bantuan orang lain.

Kaji kemampuan komunikasi untuk buang Ketidakmampuan komunikasi dengan


air kecil, kemampuan menggunakan perawat dapat menimbulkan masalah
urinal, pispot. Antarkan kekamar mandi pengosongan kandung kemih oleh karena
bila kondisi memungkinkan. masalah neurogenik.

Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas Pertolongan utama terhadap fungsi bowel
feses/pencahar. atau buang air besar.

Konsultasi kedokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan


melengkapi kebutuhan khusus.

Diagnosa 3: Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan


volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang


dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan klien untuk Gangguan bicara ditemukan pada banyak


berkomunikasi. klien dengan penyakit Parkinson. Bicara
mereka yang lemah, monoton, dan
terdengar halusmenuntut kesadaran
berupaya untuk bicara dengan lambat,
dengan penekanan perhatian pada apa
yang mereka katakan.

Menentukan cara-cara komunikasi Mempertahankan kontak mata akan


seperti mempertahankan kontak mata, membuat klien tertarik selama komunikasi.
memberikan pertanyaan dengan jawaban Jika klien dapat menggerakan kepala,
ya atau tidak, menggunakan kertas dan mengedipkan mata, atau senag dengan
pensil/bolpoin, gambar, atau papan tulis, isyarat-isyarat sederhana, lebih baik
bahasa isyarat, perjelas arti dari dengan menggunakan pertanyaan
komunikasi yang disampaikan. ya/tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustasi dalam upaya
memenuhi kebutuhan komunikasi.
Keluarga dapat bekerja sama untuk

12
membantu memenuhi kebutuhan klien.

Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang ditangan


terpasang kateter intravena. akan mengurangi kebebasan klien dalam
menulis atau memberi isyarat.

Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan Ketergantungan klien pada ventilator akan
klien dan berikan penjelasan cara membuat klien lebih baik dan rileks,
menggunakannya. Jawab panggilan merasa aman dan mengerti bahwa selama
tersebut dengan segera. Penuhi menggunakan ventilator, perawat akan
kebutuhan klien. Katakan kepada klien memenuhi segala kebutuhannya.
bahwa perawat siap membantu jika
dibutuhkan.
Buatlah catatan dikantor perawat Mengingatkan staf perawat untuk
tentang keadaan klien yang dapat bicara. berespon dengan klien selama
memberikan perawatan.

Buatlah rekaman pembicaraan klien. Rekaman pembicaraan klien dalam pita


kaset secara periodik dibutuhkan dalam
memantau perkembangan klien. Amplifier
kecil membantu bila klien mengalami
kesulitan mendengar.

Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasa akrab dengan klien
dengan klien untuk berbicara dengan dalam berada dekat klien selama
klien, memberikan informasi tentang berbicara. Pengalaman ini dapat
keluarganya, dan keadaan yang sedang membantu atau mempertahankan kontak
terjadi. nyata seperti merasakan kehadiran
anggota keluarga yang dapat mengurangi
perasaan kaku.

Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas
kesehatan untuk mengembangkan metode
komunikasi untuk memenuhi kebutuhan
klien.

13
D. EVALUASI
1) Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas.
2) Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang
membantu.
3) Klien dapat berkomunikasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta:SalembaMedika.2008

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta :EGC

15

Anda mungkin juga menyukai