Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN ” DIRUANG CENDRAWASIH RS


ERNALDI BAHAR PALEMBANG

DISUSUN OLEH:

1. ANOM BUDI WIDJAYA (21117016)

2. APRILIA DWI ANDANI (21117017)

3. ARIO SUGANDA (21117018)

4. ARISTA RERESARI (21117019)

5. AYU YULIA (21117022)

6. DIKI ANUWARI (21117038)

7. DIMAS PRAYOGA (21117039)

PROGRM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari
peranan pihak-pihak yang membantu dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada ibu ayu dekawati,M.Kep. dosen pengampu mata
kuliah KEPERAWATAN JIWA yang membimbing dan membantu dalam
penyelesaian laporan ini, dan juga buat teman-teman dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan untuk kami menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini
dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

PALEMBANG, 23 OKTOBER 2019

PENULIS
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah
atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi
yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah. Hal ini akan memengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi
secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus. Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi dan interjensi. Salah satu gangguan
jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai suatu responterhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada
saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress,dan
merasa bersalah dan bahkan merusa diri sendiri (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi perilaku kekerasan ?


2. Apa penyebab perilaku kekerasan ?
3. Bagaimana proses terjadinya perilaku kekerasan?
4. Bagaimana tanda dan gejala perilaku kekerasan?
5. Apa akibat perilaku kekerasan?
6. Rencana asuhan keperawat ?

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui definisi perilaku kekerasan


2. Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan
3. Untuk mengetahui proses terjadinya perilaku kekerasan
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
5. Untuk mengetahui akibat perilaku kekerasan
6. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan

C. MANFAAT PENELITIAN

Dengan membaca makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca mengetahui


tentang tperilaku kekerasan , manfaat dan tujuan yang sangat berguna bagi kesehatan.
Selain itu juga dimakalah ini dijelaskan pengertian, penyebab, proses terjadinya
perilaku kekerasan serta tanda dan gejala perilaku kekerasan.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINNYA MASALAH

1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (kusumawati, dkk. 2010: 81).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi
perilaku kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012: 31).

2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan


kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah, semua aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).
3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan
budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah,
2012: 31).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 143).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lungkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising

3. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif A gresif PK


Klien mampu Klien gagal Klien Klien Perasaan marah dan
menapai bermusuhan yang
mengungkapka merasa tidak mengekspresikan
tujuan kuat dan hilang
n rasa marah kepuasan saat dapat secara fisik, tapi kontrol disertai amuk,
marah dan
tanpa mengungkap masih terkontrol, merusak lingkungan
tidak dapat
menyalahkan kan
menemukan mendorong
orang lain dan alternatifnya.
memberikan perasaannya, orang lain
kelegaan. tidak dengan ancaman
berdaya dan
menyerah.

Gambar Rentang Respon Marah


a. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).

4. Tanda dan Gejala


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97) a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Jalan mondar mandir

Klien dengan perilaku kekerasan seringmenunjukan adanya (Kartika Sari,


2015: 138) :
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebardebar,
rasa tercekik dan bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya

5. Akibat
Menurut Townsend, perilaku kekerasan dimana
seeorang meakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri
sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat mengalami perilaku kekerasan
pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku (Kartikasari,
2015: hal 140) : Data Subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang merah
b. Mondar mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar banyak keringat
f. Mata merah
g. Tatapan mata tajam
h. Muka merah
6. Pohon Masalah

Resiko Mencederai diri sendiri dan Effect


orang lain

Perilaku Kekerasan Cor Problem

Halusinasi Causa

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Faktor Predisposisi dan Prespitasi

7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai
berikut (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan

8. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Tujuan Umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung jawab
2. Tujuan Khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien mau membalas salam
b) Kien mau berjabat tangan
c) Klien mau menyebutkan nama
d) Klien mau kontak mata
e) Klien mau mengetahui nama perawat
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak

2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama kien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


1) Kriteria Evauasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel/jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya

c. TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat
marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien
saat jengkel/marah yang dialami

d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa


dilakukan 1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang


dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai

e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan
klien
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh
klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam


berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan
secara konstruktif
2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car baru
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain

g. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan 
Fisik : olahragadan menyiram tanaman
• Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak menyakiti
• Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain
2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jiak
ia sedang kesal/jengkel

h. TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol


perilaku kekerasan
1) Kriteria Evaluasi
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang
berperikalu kekerasan
b) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selam ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
c) Jelaskan cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi

i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai


program pengobatan) 1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan


kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
obat tanpa izin dokter
Strategi Pelaksanaan Pada Pasien dan Keluarga Perilaku
Kekerasan

Proses keperawatan : SP 1 Pasien pada pasien


Kondisi klien : Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Membina hubungan saling percaya
2. identifikasi perasaan marah, tanda dan gejalan yang dirasakan
3. perilaku kekerasan kekerasan dilakukan
4. akibat serta cara mengontrol secara fisik
Orientasi :
1. Salam Terapeutik dan perkenalan

“ Assalamualaikum Pak, perkenalkan nama saya ario suganda , panggil saja ario ,
saya perawat yang bertugas diruangan candrawasih ini. Hari ini saya dinas pagi dari
pukul 0.7-14.00. saya yang akan merawat Bapak selama Bapak berada di rumah sakit
ini. Nama Bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi atau Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal dan marah?”
3. Kontrak
A. TOPIK : “Baiklah sekarang kita akan berbingcang-bincang tentang
perasaan marah bapak”
B. WAKTU: “ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 10 menit?”
C. TEMPAT: “ Dimana enaknya kita duudk sambil berbincang-bincang ya
pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :
“ Apa penyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Lalu
apa penyebabnya? Samakah dengan sekarang? O, jadi ada 2 penyebab kemarahan
bapak.”
“ Pada saat penyebab kemarahan itu ada, seperti ketika bapak pulang ke rumah
namun istri belum menyediakan makanan (misalnya ini adalah penyebab kemarahan
pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien)
“ Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahanh terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“ Ada beberapa cara untuk mengontrol emosi, pak. Alah satunya adalah dengan
cara fisik. Dengan cara ini, bapak dapat menyalurkan amarah melalui
kegiatan fisik.”
“ Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“ Begini pak, kalu tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan, bapak berdiri lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan amarah. Ayoo coba lagi, tarik nafas dari hidung, bagus,
tahan dan keluarkan melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali lagi. Bagaimana perasaan
bapak?”
“ Nah , sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin sehinggga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul lagi, bapak sudah terbiasa melakukannya.”

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang amarah bapak?”
“ Iya, ajdi ada 2 penyebab marah …. (sebutkan) dan yang bapak rasakan …
(sebutkan) serta yang bapak lakukan … (sebutkan) serta akibatnya … (sebutkan)”
“ Saat sendirian nanti, coba renungkan lagi penyebab marah bapak yang lalu serta apa
yang bapak lakukan saat marah yang belum kita bahas tadi dan jangan lupa latihan
nafas dalamnya ya pak.”
“ Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan
nafas? Jam berapa saja pak.”
“ Baik, bagaimana kalu 2 jam lagi saya datang dan kita latihan lagi cara yang lain
untuk mengontrol/mencegah marah tempatnya di sini saja ya pak, assalamualaikum.”

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latihan cara fisik kedua : memukul kaus dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Orientasi :
“ Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi.”
“ Bagaimana perasaan bapak saat ini? Adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“ Bapak sekarang kita akan belajar cara kedua dalam mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik.”
“ Baik, sekarng kita akan belajar cara kedua dalam mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik.”
“ Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“ Jika ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, dan mata melotot selain bernafas dalam-dalam, bapak bisa melampiaskannya
dnegan memukul bantal dan kasur.”
“ Sekarang mari kta coba latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar bapak?
Jadi kalau nanti bapak kesal dna ingin marah, langsng pergi ke kamar dan
lampiaskanlah kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal, nah coba pak
lakukan, pukul kasur dan bantalnya. Ya, bagus sekali.”
“ Kekesalan yang bapak rasakan lampiaskan saja ke kasur dan bantal.”
“ Nah, cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Jangan lupa
untuk merapikan kembali tenpat tidurnya ya.”

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“ Coba bapak sebutkan cara-cara yang sudah kita latihan tadi! Bagus!”
“ Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Kam berpaa bapak
mau latihan memukul kasur dan bantal? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik,
jadi jam 05.00 pagi dan jam 15.00 sore. Jadi bapak merasakan keinginan untuk
marah, gunakan kedua cara tadi ya pak.”
“Besok pagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang
baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal


a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan ras amarah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

Orientasi :
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita bertemu
lagi.”
“Bagaimana pak, sudah latihan tarik nafas dalam-dalam dan memukul kasur dan
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagaimana kalau sekarng kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincnag-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja :
“ Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam-dalam atau memukul kasur dan bantal
dan bapak sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya pak :
Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena istri
tidak menyediakan makanan saat bapak pulang kerja. Coba bapak meminta makanan
dengan baik: “bu, saya lapar dan ingin makan.” Nanti bisa dicoba di sini untuk
meminta baju, uang, obat, dan lain-lain. Coba bapak praktikan. Bagus pak.”
Jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya
tidak bisa melakukanya karena sedang ada kerjaan.’ Coba bapak praktekkan. Bagus
sekali pak.”
Jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, bapak dapat mengatakan: ‘Saya
jadi ingin marah karena perkataanmu itu.’ Coba bapak praktekkan. Bagus sekali pak.

Terminasi :
“ Bagaimanaperasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwanya pak?”
Coba bapak masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus annti dicoba ya pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita bertemu disini?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau dimana pak? Disini lagi? Baik sampai nanti
ya pak.”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadwal latihan sholat/berdoa

Orientasi :
“ Assalamualaikum pak, sesuai janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi.”
“ Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”
“ Bagaimana kalu sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yanitu
dengan ibadah?”
“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja :
“ Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?”
“ Nah, kalau bapak sedang marah, coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam-
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat.”
“ Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“ Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim)!”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat
ini?”
“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat? Baik kita masukkan sholat ….. dan ….. (sesuai kesepakatan pasien).
“Coba bapak sebutkan lagi cara beribadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah!”
“Setelah ini coba bapak lakukan sholat sesuai ajdwal yang telah kita buat tadi ya.”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya.”
“Nanti kta akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar ( benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar
dosis obat) disertai dengan penejlasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadwal minum obat secara teratur

Orientasi :
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi.”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam-dalam, memukul kasur
dan bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita cek kegiatannya.”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obta yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja :
(perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
“Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa bapak minum obat ? bagus sekali pak!”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tenang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bias mengisap-isap es batu.”
“Bila mata terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu.”
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini, bapak lihat dulu label dikotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, dan jam berapa
saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“ Jangan pernah berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.”
“ Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya pak.”

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?”
“ Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”
“ Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya.”
“ Baik, besok kita bertemu kembali untuk melihat sejau mana bapak melaksanakan
kegiatan dna sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa.
Wassalamualaikum”

1. KESESUAIN DATA FOCUS PENGKAJIAN

Data focus :

DATA SUBJEKTIF
a. Pasien mengatakan pernah memukul istri dan anknya

b. Pasien mengatakan pernah marah marah kepada anaknya

DATA OBJEKTIF
a. Mata pasien tampak melotot

b. Pasien mengepal tangan dengan erat

c. Rahang mengatup

d. Tatapan mata pasien tajam

2. ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah keperawatan
o
DS Resiko mencederai diri
-Pasien mengatakan sendiri, orang lain, dan
Resiko perilaku
pernah memukul lingkungan.
kekerasan
istri dan anknya
-Pasien mengatakan
pernah marah marah Resiko perilaku
kepada anaknya kekerasan
DO
-Mata pasien
tampak melotot Gangguan konsep
-Pasien mengepal diri : harga diri rendah
tangan dengan erat ( HDR )
-Rahang mengatup
-Tatapan mata
pasien tajam

3. DIAGNOSE MASALAH

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Resiko perilaku kekerasan (RPK)

c. gangguan konsep diri : harga diri rendah ( HDR)

4. PRIORITAS MASALAH

perilaku kekerasan ( RPK)


Diagnose Tujuan Intervensi
Resiko Perilaku a. klien dapat a. bina hubungan
kekerasan membina hubungan saling percaya
saling percaya b. identifikasi, jenis,
b. klien dapat isi, waktu, situasi,
mengatasi RPK dan respon terdapat
c. klien dapat RPK
mengenali RPK c. mampu mengontrol
d. klien dapat perilaku kekerasan
mengetahui tanda dengan cara: tarik
tanda RPK napas dalam, pukul
e. klien dapat bantal, minum obat,
menyebutkan jenis- mengungkapkan dan
jenis RPK mengontrol dengan
cara spiritual

Tgl/waktu Tindakan keperawatan Implementasi Evaluasi


23 oktober a. membina hubungan a. klien mau S:
2019 saling percaya berjabat tangan -Klien
09.00 – b. mengidentifikasi
dan mengatakan
11.00 WIB jenis, isi, waktu,
menyebutkan perasaan lebih
situasi, dan respon
nama dengan nyaman setelah
terdapat RPK
baik setelah
c. mampu mengontol
b. klien
mendiskusikan
perilaku kekerasan
mengatakan
dan tarik napas
dengan cara tarik napas
mukul istri dan
dalam.
dalam, pukul bantal
anaknya karena
Klien
kasur, minum obat,
terganggu saat
mengatakan
mengungkapkan dan
tidur
mempraktekan
mengontrol dengan c. klien mampu
tekhnik napas
cara spiritual mengikuti apa
dalam .
yang telah
-klien
dilatih oleh
mengatakan akan
perawat dengan
memasukan
baik
jadwal harian
O:
-klien melakukan
teknik napas
dalam dengan
baik
A:
Resiko perilaku
kekerasan
P:
Intervensi
pemberian obat

ANALISIS JURNAL

TANDA GEJALA DAN KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU


KEKERASAN DENGAN TERAPI MUSIK DAN RATIONAL EMOTIVE
COGNITIF BEHAVIOR THERAPY

BAHAN DAN METODE :


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experiment with
control group dengan perbandingan satu kelompok intevensi dan satu kelompok
kontrol. Dua kelompok intervensi yang mendapat Terapi Musik dan RECBT tersebut
antara lain: kelompok yang diberikan terapi kombinasi terapi musik dan RECBT, dan
kelompok kontrol yang tidak mendapat terapi musik dan RECBT. Metode
pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan untuk
membandingkan perbedaan penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan serta
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan (relaksasi, mengubah pikiran negatif,
keyakinan irasional, dan perilaku negatif) pada kelompok intervensi yang mendapat
terapi musik dan RECBT dengan kelompok kontrol.

PENATALAKSANAAN :
Pelaksanaan terapi musik dan RECBT adalah sebagai berikut pertemuan pertama:
terapi musik, identifikasi kejadian dan respons terhadap kejadian: perasaan yang
muncul, mengukur perasaan dg menggunakan termometer perasaan, mengidentifikasi
pikiran dan perilaku negatif. Latihan melawan keyakinan irasional terhadap kejadian
yang pertama. Pertemuan kedua: Terapi musik, diskusi dan latihan melawan
keyakinan irasional terhadap kejadian yang kedua. Pertemuan ketiga: Terapi musik,
diskusi dan latihan melawan pikiran negatif yang pertama. Pertemuan keempat:
Terapi Musik, diskusi dan latihan melawan pikiran negatif yang kedua. Pertemuan
kelima: terapi musik, diskusi dan mengubah perilaku negatif yang pertama.
Pertemuan keenam: terapi musik, diskusi dan mengubah perilaku negatif yang kedua.
PEMBAHASAN:
Terapi Musik pada akhirnya akan berdampak pada kondisi relaksasi pada klien,
sedangkan RECBT berdampak pada kognitif,emosi, dan perilaku klien. Terapi musik
adalah metode terapeutik dengan menggunakan musik yang membantu seseorang
dengan gangguan jiwa berat untuk membangun suatu hubungan. Aspek dari
skizofrenia yang berkaitan dengan kehilangan untuk mengembalikan kreativitas,
ekspresi emosi, hubungan sosial dan motivasi mungkin menjadi penting ketika
dihubungkan dengan terapi musik. (Gold, 2009 dalam Mossler, 2013).

PENUTUP

Kesimpulan :

Perilaku kekerasan merupakan suatu ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana
seseorang melakukan tindakan-yindakan yang dapat membayangkan/menciderai diri
sendiri,orang lain, bahkan merusak lingkungan.

Saran :

Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu ”RESIKO GANGGUAN
PERILAKU KEKERASAN ”. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini
dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai