Disusun Oleh :
KHAFIFAH SALSABILA (201804011)
KELOMPOK 2
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Klien RPK” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan ini dibuat dalam rangka
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
beberapa sumber dan literatur sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi.Salah satu gangguan
jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).Kemarahan
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering
menimbulkan suatu tekanan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting,
namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
II.2 Jenis
Jenis-jenis perilaku kekerasan antara lain sebagai berikut :
1. Kekerasan Fisik
Bentuk ini paling mudah dikenali.Terkategori kekerasan sebagai kekerasan jenis ini adalah
menampar, menendang, memukul/meninju, mencekik, dll.Korban kekerasan jenis ini
biasanya tampak secara langsung pada fisik korban.
2. Kekerasan Psikis
Bentuk ini tidak mudah dikenali.Akibat yang dirasakan oleh korban tidak memberikan
bekas yang Nampak jelas bagi oranglain.Akan tetapi berpengaruh pada situasi perasaan, tidak
aman dan nyaman, serta menurunnya harga diri dan martabat korban.
Keterangan :
Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan orang lain dan ketenangan
Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
Pasif : perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai suatu
usaha dalam mempertahankan haknya
Agresif : memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.
Kekerasan : sering juga disebut sebagai gaduh, gelisah, atau amuk.Perilaku kekerasan
ditandai dengan orang lain, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius .klien tidak
mampu mengendalikan diri atau hilang control.
b. Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
1. Faktor predisposisi
A. Faktor Biologis
Faktor Neurologi :Beragam komponen dari sistem saraf seperti, synap, neurotransmitter,
dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi/menghambat rangsangan dan
peran-pesan yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
Faktor genetic :Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi potensi
perilaku agresif.
Faktor biokimia :Peningkatan hormone androgen dan norepinefrin serta penurunan
serotonin dan GABA pada cairan serebospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
Teori dorongan naluri : Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat
B. Faktor Psikologis
Teori Psikoanalisa :Agresifitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya tidak kepercayaan
pada lingkungan.
Imitation, modeling, and information processing theory :Menurut teori ini perilaku
kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang monolelir kekerasan. Adanya
contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media/lingkungan sekitar memungkinkan
individu meniru perilaku tersebut.
Learning Theory :Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah atau sebaliknya.
Existensi Theory :Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruksi maka individu akan
memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif.
C. Faktor Sosial Kultural
Sosial environment theory (teori lingkungan) :Lingkungan sosial akan mempengaruhi
sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara
diam (pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
Sosial learning Theory (teori belajar sosial) :Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung maupun melalui proses sosialisai.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tindak kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi menyalahgunakan obat , alcohol, dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan keluarga.
3. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stress bagi
individu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respon sosial. Respon
perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis, serta analisis kognitif seseorang
tentang situasi stress. Caplan menggambarkan 4 fase dari respon perilaku individu untuk
mengahadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stressatau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan setelah
mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan emosional
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membant untuk berdamai dengan masalah dan gejala sisa
dengan peyesuaian internal.
4. Sumber Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) sumber koping dapat berupa asset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan sosial, dan motivasi.Hubungan
antara individu keluarga kelompok dan masyarakat sangat berperang penting pada saat ini.
Sumber koping lainnya temasuk kesehatan dan energy,dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material, dan
kesejahteraan fisik.
5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannnya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainyaa, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan kibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekansekerjanya berbalik menduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau mmbahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannnya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunkannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.
c. Pathway
Proses terjadinya perilaku kekerasan digambarkan dalam konsep sebagai berikut :
Ancaman terhadap
kebutuhan
Stress
Cemas
Mengungkapkan secara
Merasa kuat Merasa tidak kuat (HDR)
verbal
Muncul Rasa
Marah Pada orang lain Rasa marah teratasi Marah pada diri sendiri
Bermusuhan
Rasa bermusuhan
Agresif/amuk Depresi (Psikosomatik)
menahun
d. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri dendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremahkan, sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikandiri, penyimpanganseksual
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku Kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Gangguan Harga Diri Rendah: Harga Diri Rendah
5. Koping Individu tidak efektif
TUJUAN KH INTERVENSI
TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil nama
Klien tidak salam a. Sebutkan nama perawat
mencederai diri 1.2 Klien mau menjabat b. Jelaskan maksud hubungan
TUK: tangan interaksi
1. Klien dapat 1.3 Klien mau menyebutkan c. Jelaskan akan kontrak yang
membina nama akan dibuat
hubungan saling 1.4 Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman dan sikap empati
percaya 1.5 Klien mau kontak mata e. Lakukan kontak singkat tapi
1.6 Klien mau mengetahui sering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapan perasaaany
menyebab perilaku perasaannya.
kekerasan
2.2Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan penyebab
penyebab perasaan perasaan jengkel/kesel
jengkel/kesel (dari diri
sendiri)
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasika menyebutkan cara dengan klien
n cara sosial untuk bicara (verbal) yang 7.1.2 Beri contoh cara bicara yang
mencegah perilaku baik dalam baik:
kekerasan mencegah perilaku Meminta dengan baik
kekerasan Menolak dengan baik
Meminta Mengungkapkan perasaan
dengan baik dengan baik
Menolak
dengan baik
Mengungkap
kan perasaan
dengan baik
9.2 Klien
9.2.1Diskusikan tentang proses
mendemonstasikan minum obat:
kepatuhan minum Klien meminta kepada perawat
obat sesuai jadwal (jika di RS) kepada keluarga
yang ditetapkan (jika di rumah)
Klien memeriksa obat sesuai
dosisnya
Klien meminum obat pada
waktu yang tepat
9.2.2Susun jadwal minum obat
bersama klien