Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

DUSUN TEGAL REJO RT 01 RW 02 DESA KERTOSARI

KEC. KUTOREJO KAB. MOJOKERTO PROV. JAWA TIMUR

Oleh:

ERNA DWI RAKHMAWATI

202003099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Komunitas Program Profesi Ners STIKes Bina Sehat


PPNI Kabupaten Mojokerto di Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02 Desa Kertosari
Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto yang dilaksanakan pada:

Tanggal :

Hari :

Tempat :

Telah disahkan dan disetujui untuk dilakukan kegiatan sesuai jadwal yang
tertera dalam proposal.

Mojokerto,

Mahasiswa

Erna Dwi Rakhmawati

Mengetahui,

Ketua RT 01 Pembimbing Akademik

Suyadi Umi Azizah, M.Kep.

KEPALA DUSUN

Gusti Hariyanto
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktik
komunitas Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02 Desa Kertosari Kecamatan Kutorejo
Kabupaten Mojokerto tepat pada waktunya. Selesainya penulisan laporan ini
adalah berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Bapak Gusti Hariyanto selaku kepala Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02 Desa
Kertosari atas kesediannya memberi ijin untuk melakukan Kegiatan Praktik
Komunitas di Dusun Tegal Rejo.
2. Dr. M. Sajidin, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti
pendidikan di Program Profesi Ners di Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
3. Eka Nur So’emah, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku Ka. Prodi Profesi Ners Stikes
Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.
4. Umi Azizah, M.Kep., selaku Pembimbing Keperawatan Komunitas Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto.
5. Warga Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02 Desa Kertosari Kecamatan Kutorejo
Kabupaten Mojokerto atas kesediannya menjadi Objek Pengkajian data
Keperawatan Komunitas.
Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan kegiatan praktek
komunitas ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun yang diharapkan akan
menyempurnakan laporan praktik ini.

Mojokerto, Maret 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di

segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan

berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup

warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya

peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah

merupakan hakikat pembangunan kesehatan dengan tujuan agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu

unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat

tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota

masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah

diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan

bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang

kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat

diantaranya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-

Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif
menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif

menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi

kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta

secara aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;

keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan

menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai

salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai

potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus

dicapai, maka mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI

Kabupaten Mojokerto melaksanakan Program Praktek Komunitas di Dusun

tegal Rejo Rt.01 Rw.02 Desa Kertosari Kecamatan Kutorejo Kabupaten

Mojokerto dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa

mempunyai satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga

yang tersebar di Lingkungan Dusun Tegal Rejo. Pendekatan secara kelompok

dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes).

Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat

memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat.Sedangkan

pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik

dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen dusun untuk

mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan


kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat

mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan

tindakan kesehatan bagi anggota keluarga atau masyarakatnya, mampu

memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses Praktik Profesi Ners di komunitas,

mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang

tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang,

melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan

proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02

diperlukan kerja sama antara masyarakat dengan tenaga kesehatan sehingga

perlu diadakan Praktik Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Dusun Tegal

Rejo Rt.01 Rw.02 Desa Kertosari.

Karena adanya wabah COVID-19 ini sebagai upaya untuk mengatasi

masalah-masalah kesehatan yang ada, maka dilakukan pembentukan grup

WA dengan warga Dusun Tegal Rejo Rt.01 Rw.02 yang bertujuan untuk

mencari solusi dari setiap masalah kesehatan yang ada bersama-sama denga

warga dan elemen masyarakat yang ada seperti Kepala Desa, Kepala Dusun,

Bidan desa, RT/RW, Warga desa dan Mahasiswa Profesi Ners. Sehingga

ditetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, kemudian di

implementasikan bersama-sama dengan warga masyarakat. Selain itu, selama

proses praktek di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan

resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan komunitas
dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas

dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian

komunitas. Kegiatan-kegiatan dilakukan bertujuan agar meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan kepedulian masyarakat tentang

kesehatan dan menurunkan angka kesakitan warga masyarakat. Harapan yang

ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status

kesehatannya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan program praktek keperawatan komunitas,

mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian asuhan keperawatan komunitas di

masyarakat

2) Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan komunitas di

masyarakat

3) Menentukan asuhan keperawatan komunitas di masyarakat


4) Merencanakan asuhan keperawatan komunitas di masyarakat
5) Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas di masyarakat
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan komunitas di masyarakat
1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk Mahasiswa

1) Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata

kepada masyarakat.

2) Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan

keperawatan komunitas

3) Meningkatkan kemampuan menganalisa masalah kesehatan

masyarakat

4) Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan

hubungan interpersonal.

1.3.2 Untuk Masyarakat

1) Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif

dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2) Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan

menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian

masalah kesehatan yang di alami masyarakat.

3) Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan

mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

1.3.3 Untuk Pendidikan

1) Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto

2) Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan

model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.


1.3.4 Untuk Tenaga Kesehatan

1) Upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional, berpotensi

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.

2) Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas

sehingga mampu mengembangkannya.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas

2.1.1 Konsep Keperawatan Komunitas

Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (2010) adalah sebagai

suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar

manusia dan keterampilan terorganisasi diterapkan dalam hubungan yang

serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada

tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya

perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu,

keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap

keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,

penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan

dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan

kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan

nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2006), Misalnya di dalam kesehatan

di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak

balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa

binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada


masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat

terasing dan sebagainya (IPKKI, 2017)

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public

health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan

tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh

dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta

masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing

process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,

sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (IPKKI, 2017)

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan

kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan

keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas

menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada

asumsi:

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks

2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen

pelayanan kesehatan

3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil

pendidikan dan penelitian melandasi praktek.

4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas

perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.


Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-

asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:

1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan

2. Meerupakan bidang khusus keperawatan

3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu

sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)

4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.

5. Ruang lingfkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan

promotif.

6. Melibatkan partisipasi masyarakat

7. Bekerja secara team (bekerjasama)

8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku

9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah

10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat

kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik

keperawatan komunitas adalah:

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat

diterima semua orang

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam

hal ini komunitas


3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan

perlu terjalin kerjasama yang baik

4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat

mendukung maupun mengahambat

5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan

6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,

maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan

praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,

keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian

terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)

terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi

keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri

dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur

dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi

terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat

pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitatif

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung

secara berkesinambungan

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam

kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status

kesehatan masyarakat

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan

secara berkesinambungan dan terus menerus

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi

kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.


b. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi

2) Menetapkan masalah kesehatan atau keperawatan dan prioritas

masalah

3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau

keperawatan

4) Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka

hadapi

5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau

keperawatan

6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan

kesehatan atau keperawatan

7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan

9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam

menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya

norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap

masalah kesehatan.
c. Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkanperan serta
masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (IPKKI, 2017)

2.1.3 Strategi dan Sasaran Intervensi Keperawatan Komunitas

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang

mempunyai masalah kesehatan atau perawatan.

a. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena

ketidak mampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka

akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,

mental maupun sosial.

b. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas

kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan


tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan

perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan

berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh

terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada

disekitarnya.

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

Termasuk diantaranya adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan petumbuhannya, seperti:

a. Ibu hamil

b. Bayi baru lahir

c. Balita

d. Anak usia sekolah

e. Usia lanjut

2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS,

penyekit kelamin lainnya.


b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit

diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental

dan lain sebagainya.

3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a. Wanita tuna susila

b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu

d. Dan lain-lain

4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a. Panti wredha

b. Panti asuhan

c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

d. Penitipan balita

d. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan

bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan

kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan

bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama

anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik

permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun

kesehatan khususnya.
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut

(Elizabeth, 2007) :

1. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.

Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar

masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering

mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya

penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak

akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah

kesehatan melalui proses kelompok.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan

menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun

WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk


memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental

dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara

sosial.

3. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman

bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama

sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan

keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di

dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih

cepat.

2.1.4 Ruang Lingkup dan Pusat Kesehatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-

upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan

masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang

ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak

mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

a. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:


1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

7) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu,

Puskesmas maupun kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas

ataupun di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati

anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita

penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

Puskesmas dan rumah sakit.


3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu

bersalin dan nifas.

4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap

kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,

misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui

kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti

penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

e. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu,

keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,

diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh

masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,

atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna

Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya

resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali

kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan


menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal

ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-

batasan yang jeals dan dapat dimengerti.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan

sebagai berikut (IPKKI, 2017).

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan

pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.

Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan

untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan

misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan

rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan

kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi

pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan

keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan

program yang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi

jumlah kejadian kecelakaan kerja

2. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja


4. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pendidikan kesehatan.

5. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan

pertolongan pertama pada kecelakaan (IPKKI, 2017).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang

dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga

dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata

melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang

bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,

berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan

klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan

memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat

mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di

bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain

sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat

ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (IPKKI, 2017).


2.1.5 Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu sebagai

berikut:

1. Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan

posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan

dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan

Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai

wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat

kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti:

a. Kesehatan ibu dan anak

b. KB

c. Imunisasi

d. Peningkatan gizi

e. Penanggulangan diare

f. Sanitasi dasar

g. Penyediaan obat esensial (Agus & Sutarna, 2003)

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal

ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi

masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat

memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun

keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh

karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.


Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu

untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan

status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan

untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang

upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta

kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,

manajemen dan fungsi posyandu (Agus & Sutarna, 2003)

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan

IMR

c. Mempercepat penerimaan NKKBS

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada

penduduk berdasarkan letak geografi

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan

masyarakat.
Menurut Nasru effendi (2000), untuk menjalankan kegiatan

Posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja, yaitu:

1. Meja I

a. Pendaftaran

b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS

(Pasangan Usia Subur)

2. Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil

3. Meja III

Pengisian KMS

4. Meja IV

a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

b. Penyuluhan kesehatan

c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,

Kondom

5. Meja V

a. Pemberian iminisasi

b. Pemeriksaan Kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.


Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

1) Kesehatan ibu dan anak :

a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A

pada bulan Februarii dan Agustus)

c. PMT

d. Imunisasi.

e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau

kesehatan balita melalui pertambahan berat badan

setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui

grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi

sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui

meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.

Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

Menurut Nasrul effendi (2000), untuk meja I sampai

meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V

dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan,

perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan

dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat

puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang kader

kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader


selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader

seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.

Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

2.1.6 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang

bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati

kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari

sebuah teori dan konsep praktik (Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model

Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan

model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan

kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis

pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten

dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Cahyatin, 2009)

Menurut (Sumijatun, 2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien,

lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang

empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual


2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau

pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien

3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang

menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis,

aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,

cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis

pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan

dalam delapan tahapan, yaitu:

1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social

2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung

harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya,

dan lain-lain)

3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang

mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social

dengan masyarakat

4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa

alasan

5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan

diukur
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada

menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam

kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia

tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi

mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu

dalam penyembuhan sakit medisnya

8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis

dan sosial.

2.1.7 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan

Kesehatan Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan

menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam

melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan

tindakan kuratif dan rehabilitatif sehinggadiharapkan masyarakat

mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara

kesehatannya (IPKKI, 2017)

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu

sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan

komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada

model pendekatan totalitas individu dari Neuman (Anderson, 2006)


untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien

dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan

masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.

Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas

sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer

yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

1. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila

individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat

akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut.

Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah

atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan

tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di

rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti

penderita penyakit demam darah dan diare.

Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan

perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan

balita.

2. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan

keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada

keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga

dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi


rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit

menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit

utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan

sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan

anggotanya.

3. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat

dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas

didalam suatu wilayah kerjapuskesmas. Pelayanan ditingkat

masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang

mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,

pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan

memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi

keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer,

sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan

kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang

diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan

komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri

dari tiga tingkat yaitu:

a. Pencegahan Primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada

penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan


primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum

dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum

mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun

kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan

spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik

misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu

memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan Sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk mendeteksi

penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-

kegiatan yang mengurangi faktor resiko

diklasifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya

memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan Tersier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada

seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang

yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi

sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan

fisik pada penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan

kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas

dan pengorganisasian masyarakat (IPKKI, 2017):


1) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan

pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh

lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap

kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada

strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada

paradigma keperawatan secar umum dengan empat

komponen dasar yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan

keperawatan.

2) Pengorganisasian Masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat meliputi

peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan

sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant)

dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action)

(IPKKI, 2017)

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat

dilakukan melalui tahapan berikut:

a) Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah

yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk

berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan

bekerjasama dengan masyarakat.

b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan

penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat

dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

c) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatanpertemuan teratur dengan

kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat

pelayanan keperawatan langsung pada individu,

keluarga dan masyarakat.

d) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan

mengembangkan keterampialan yang mengikuti

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan

pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

e) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya

memandirikan masyarakat.

f) Tahap akhir

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi

dan pemberian umpan balik dan masing-masing

evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok

kesehatan kerja selanjutnya.


2.2 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan

yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan

masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah

kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran

serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya

untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi

serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat

sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan

seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara

kesehatannya(Cahyatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep

kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh

masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Wahyudi,

2010).

Perawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas

dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan

komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang


dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung

melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan

kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi (Elizabeth, 2007). Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses

keperawatan sebagai suatu pendekatan dengan menggunakan pengkajian

model CAP (Community As a Partner).

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu

roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian

komunitas terdiri dari :

1. Inti komunitas (the community core)

2. Subsistem komunitas (the community subsystems)

3. Persepsi (perception)

Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat

yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan

masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan

kesehatannya.

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara

lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan

dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang

menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial

ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.


1. Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara

lain :

a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau

komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan,

jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta

riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara

lain:

1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor

bagi penduduk

2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat

3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan

keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa

nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat

keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,

apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan

masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang

termasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau

memantau gangguan yang terjadi

6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang

terjadi

7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat

secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima

sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau

sebaliknya

9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

a) Jenis data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data

subjektif dan data objektif (IPKKI, 2017).

(1)Data subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah

yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,

dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung

melalui lisan.

(2)Data objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,

pengamatan dan pengukuran.

(3)Sumber data

(a) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari

individu,keluarga, kelompok, masyarakat

berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

(b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat

dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat

kesehatan pasien atau medical record.

b) Cara pengumpulan data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa

Tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca

indra

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada

tubuh individu

c) Pengelolaan data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan

telly

c. Tabulasi data
d. Interpretasi data

2.1.2 Analisa data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan

data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat

diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan.

a. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat

sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

b. Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki

kebutuhan Abraham H Maslow:

1) Keadaan yang mengancam kehidupan

2) Keadaan yang mengancam kesehatan

3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2.1.3 Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang

masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang

mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi

komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan


dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau

penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)

(IPKKI, 2017).

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari

keadaan normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang

dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah

yang terjadi.

Daftar Diagnosa Keperawatan Komunitas:

Rumusan diagnosis
Sasaran Domain Kelas Kode
keperawatan
Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 Gaya hidup monoton
Promosi kesadaran
Kesehatan kesehatan
(NANDA) Kelas 2: 00257 Sindrom kelemahan
Manajemen lansia
kesehatan 00231 Risiko sindrom
kelemahan lansia
00215 Defisiensi kesehatan
komunitas
00188 Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
00078 Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
diri
00162 Kesiapan
meningkatkan
manajemen kesehatan
diri
00080 Ketidakefektifan
manajemen regimen
terapiutik keluarga
Manajemen 10029684 Krisis kesehatan akut
perawatan
(ICNP)

Promosi 10023452 Ketidakmampuan


kesehatan mempertahankan
(ICNP) performa kesehatan
10022234 Penyalahgunaan
alkohol
10022425 Penyalahgunaan obat-
obatan
10028187 Perilaku seksual efektif
10022592 Ketidakmampuan
memanajemen regimen
diet
10022603 Ketidakmampuan
memanajemen regimen
latihan
10000918 Ketidakmampuan
mempertahankan
kesehatan
10022585 Defisit pengetahuan
tentang latihan
10022939 Kurang pengetahun
tentang regimen diet
10029991 Kurang pengetahuan
tentang perilaku
10022140 seksual
Ketidaksiapan
meningkatkan
10001274 keamanan
Masalah perilaku
10032386 seksual
Risiko terjadinya
10032355 penyakit
Risiko cidera
10022247 lingkungan
Penyalahgunaan rokok

Manajemen 10029286 Kurang pengetahuan


perawatan tentang penyakit
jangka
panjang
(ICNP)
Manajemen 10029744 Kekerasan pada anak
risiko 10029825 Kekerasan lansia
(ICNP) 10029856 Keamanan lingkungan
yang efektif
10032289 Risiko kekerasan
10032301 Risiko kekerasan anak
10033489 Risiko pengabaian anak
10032340 Risiko kekerasan lansia
10033489 Risiko pengabaian
lansia
10015122 Risiko jatuh
10033436 Risiko pengabaian
46

2.1.4 Perencanaan/Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi

masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan

intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (IPKKI, 2017).

Diagnosa
NOC NIC
Data Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Perilaku Hidup Bersih Sehat
Observasi: 00188 Perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer
 Banyak Anak-anak sering kesehatan 1632 Perilaku patuh: aktivitas yang 4350 Manajemen Perilaku
mandi disungai cenderung disarankan 4360 Memodifikasi perilaku
 Beberapa keluarga berisiko 1602 Perilaku promkes 5510 Pendidikan Pasien: Pendidikan
diketahui tidak 1606 Partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan
menggunakan air bersih kesehatan 5515 Peningkatan Kesadaran kesehatan
Angket: 1634 Perilaku skrinning kesehatan pribadi
Yang dirasakan dalam 1805 Pengetahuan perilaku kesehatan
melakukan tindakan 1823 Pengetahuan promosi kesehatan
 65% kemampuan 1855 Pengetahuan gaya hidup sehat
penduduk kelurahan
menyebutkan tidak tahu Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
mengenai hal yang harus 1608 Kontrol gejala 4470 Terapi perilaku
dilakukan agar dapat 1625 Perilaku berhenti merokok 4490 Bantuan modifikasi diri
hidup sehat 1902 Kontrol resiko Bantuan pengetahuan merokok
 52% kemampuan 1924 Kontrol resiko proses infeksi
47

penduduk dalam 1906 Kontrol resiko pengetahuan tembakau


mencegah atau merawat 1908 Deteksi resiko
anggota keluarganya 1910 Keamanan lingkungan rumah
untuk menerapkan PHBS
belum benar Prevensi Tersier Prevensi Tersier
 68% masyarakat tidak 1504 Dukungan sosial 8500 Peningkatan sistem dukungan
melakukan cuci tangan 221108 Penggunaan sumber yang ada di 8700 Pengembangan kesehatan
sebelum makan komunitas masyarakat
 42% warga menyatakan
bahwa tidak ada
perbedaan makan dengan
cuci tangan terlebih
dahulu atau tidak
 59% hambatan
pencegahan karena tidak
ada sanksi
 33% dari 800 KK
merokok dalam rumah
 Angka bebas jentik
dirumah tangga 58%,
42% positif jentik
 Penyuluhan belum
dilakukan pada beberapa
sekolah yang dekat
dengan puskesmas
 Masyarakat tidak biasa
berolahraga rutin
2.1.5 Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen

keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam

hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat

(IPKKI, 2017). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan

yang telah direncanakan yang bersifat (Effendy, 1998) yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas

2.1.6 Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan

tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya(IPKKI, 2017).


Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervens

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit


BAB 3

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERWATAN KOMUNITAS DI DUSUN

TEGAL REJORT O1 RW 02 DESA KERTOSARI KEC KUTOREJO

KABUPATEN MOJOKERTO

Kegiatan praktik keperawatan komunitas ini dilakukan pada tanggal

01 Maret – 10 April 2021. Asuhan keperawatan komunitas yang telah

dilaksanakan oleh Mahasiswa Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto di

Dusun Tegal Rejo Desa Kertosari Kutrejo KabupatenMojokerto. Praktik tersebut

dilakukan untuk mengaplikasikan konsep keperawatan dan kesehatan komunitas

dalam tatanan nyata kepada masyarakat sehingga upaya mencetak tenaga perawat

professional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.

Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai modal

pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perumusan masalah,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraiakan ikhtisar asuhan

keperawatan komunitas yang telah kami lakukan.

3.1 Tahap Pengkajian


3.1.1 Data Inti
a. Data Demografi
Dusun : Tegal Rejo RT 01 RW 02
Desa : Kertosari
Kecamatan : Kutorejo
Luas Wilayah Desa Kertosari : ±389,67 H
Jumlah KK Dusun Tegaall Rejo RT 01 RW 02 : 35kk
Agama : Islam
Berdasarkan metode pengkajian Whienshield Survey, data demografi
masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas Wilayah Dusun Tegal Rejo Sebelah Barat :
Desa Wonokoyo
Batas Wilayah Dusun Tegal Rejo Sebelah Timur :
Desa Tambaksari
Batas Wilayah Dusun Tegal Rejo Sebelah Utara :
Persawahan
Batas Wilayah Dusun Tegal Rejo Sebelah Selatan :
Persawahan

b. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Laki-Laki 75 56%

2. Perempuan 60 44%

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 75 penduduk (56%).

c. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Balita (0-5 Tahun) 2 1,5%

2. AUS (6-11 Tahun) 6 4,1%

3. Remaja (12-25 Tahun) 25 19%

4. Dewasa (26-55 Tahun) 96 71%

5. Lansia (56-70 Tahun) 6 4,4%


Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
penduduk berusia 26-55 tahun dengan kategori dewasa sebanyak 96
penduduk (71%).

d. Angka Statistik Vital


Data Masalah Kesehatan Di Dusun Tegal Rejo RT 01 RW 02

a) Karakteristik KIA Berdasarkan Masalah Kesehatan Balita


Dalam 6 Bulan Terakhir

No Masalah Kesehatan Balita Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. ISPA 0 0
2. Diare 2 100%
3. DBD 0 0
4. Kejang Demam 0 0

Jumlah 2 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi pada balita selama 6 bulan terakhir yakni diare dengan angka
kejadian sebesar 2 (100%).
b) Karakteristik Masalah Kesehatan Lansia

No Lansia Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Hipertensi 4 67%
2. Diabetes Mellitus 0 0
3. Asam Urat 2 33%
4. Cholesterol 0 0
5. Stroke 0 0
6. Tidak ada masalah 0 0

Total 6 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi yakni hipertensi sebesar 4 (67%).

c) Karakteristik Remaja Berdasarkan Masalah Kesehatan Remaja


No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Merokok 21 84%
2. Alkohol 3 12%
3. Pergaulan Bebas 1 4%
4. Tidak Ada Masalah 0 0%

Total 25 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi pada remaja yakni remaja merokok sebesar 21 remaja (84%).

e. Nilai dan Kepercayaan


b. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Islam 135 100%

2. Non Islam 0 0

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruh penduduk
memeluk agama Islam sebanyak 135 (100%).

f. Karakteristik Penduduk

a) Fisik
Data yang diperoleh dari kepala dusun dan ketua rt/rw kebanyakan
warga terutama lansia mengeluhkan sering sakit kepala dan pusing,
setelah diperiksa tekanan darah rata-rata diatas 150/90 mmHg.
b) Perilaku
Pola makan dan perilaku hidup sehat di dusunTegal Rejo rt 01 rw 02
kurang baik karena minimnya pengetahuan yang didapat mengenai
pencegahan dari penyakit hipertensi/darah tinggi.

3.1.2 Data Subsistem


1. Lingkungan fisik
NO ELEMEN KOMPONEN YANG DIKAJI

1. Luas rumah di dusun Luas rumah > 7x12 m2, bahan bata merah,
dikerjakan oleh tukang, kepemilikan : milik
sendiri

2. Lingkungan / daerah Kebanyakan terdapat halaman di depan


rumah, rata-rata rumah penduduk
berhimpitan

3. Lingkungan terbuka Terdapat lingkungan terbuka yang lumayan


luas, tidak terdapat rumput, lingkungan
depan rumah bersih

4. Batas Batas dusun di batasi oleh jalan, dan sungai,


persawahan

5. Kebiasaan Biasanya diadakan kerja bakti 1-2 bulan


sekali, untuk membersihkan saluran air

6. Transportasi Kebanyakan penduduk setempat mempunyai


sepeda motor, situasi jalan aspal

7. Pusat pelayanan/tempat Terdapat 1 masjid, 1 mushola dan 1


beribadah posyandu di balai dusun, tempat sekolah ada
SD, tempat mengaji ada TPQ

8. Toko/ warung Terdapat 3 toko kelontong (menjual berbagai


keperluan) dan 3 warung kopi di dalam
dusun

9. Pusat perbelanjaan Jarak ke pasar 4km dusun ini terletak di


dipertengahan kabupaten mojokerto

10. Orang di jalan Paling banyak dijumpai anak kecil dan


remaja di jalan lagi asyik bermain

11. Suku/ etnisitas Bahasa sehari-hari yang dipakai penduduk


yakni bahasa jawa

12. Tempat ibadah Masjid dan mushola

13. Kesehatan Terdapat 9 yang mengalami sakit kronis dan


rata-rata lansia yaitu hipertensi, jarak ke
pelayanan kesehatan terdekat yakni
puskesmas

14. Politik Penduduk aktif mengikuti pemilihan

15. Media Kebanyakan penduduk sudah mempunyai


TV semua dan untuk pengumuman mengenai
warga desa melalui masjid

b. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Cara


Pembuangan Sampah

No Cara Pembuangan Sampah Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Dibakar 19 54%
2. Ditimbun 9 26%
3. Di Sungai 7 20%
4. Disembarang Tempat 0 0%
5. Dikelola TPA 0 0%
Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK
membuang sampah dengan cara dibakar sebesar 19KK (54%).

c. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Jenis Vektor


No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Lalat 5 14%

2. Kecoa 10 29%

3. Nyamuk 4 11%

4. Tikus 13 37%

5. Kucing 3 9%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jumlah vector
terbanyak ialah tikus sebesar 13KK (37%).

d. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pengurasan


Tempat Penampungan Air

Pengurasan Tempat
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Penampungan Air

1. >3 Hari 28 80%

2. <3 Hari 7 20%

3. Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk menguras tempat penampungan air >3 Hari sebanyak 28KK
(80%).
e. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Jenis
Pembuangan Air Limbah

Jenis Pembuangan Air


No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Limbah

1. Got/Selokan 21 60%
2. Bak Penampungan 2 6%
3. Sungai 12 34%
4. Di Buang Sembarangan 0 0%
Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK
membuang air limbah di got/selokan sebesar 21KK (60%).

2. Status Kesehatan
f. Karakteristik Warga Yang Memeriksakan Anggota Keluarganya
Yang Sakit Di Pusat Pelayanan Kesehatan

No Pelayanan Kesehatan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Rumah Sakit 29 21,5%


2. Puskesmas 35 26%
3. Dokter Praktik Umum 19 14%
4. Perawat 15 11,1%
5. Bidan 37 27,4%
6. Dukun 0 0%

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar warga
memeriksakan anggota keluarganya jika sakit paling banyak ke
puskesmas sebesar 35 (26%)
g. Karakteristik KIA berdasarkan Keaktifan Mengikuti Posyandu
Balita

Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Balita

1. Ya 2 100%
2. Tidak 0 0
Jumlah 2 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruhnya balita
aktif mengikuti posyandu balita sebesar 2 balita (100%).

h. Karakteristik KIA Berdasarkan Pemberian Asi Eksklusif

No Ibu Hamil Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Ya 2 100%
2. Tidak 0 0%

Total 0 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruhnya ibu
memberikan asi secara eksklutif sebanyak 2 ibu (100%).
i. Karakteristik Lansia berdasarkan Keaktifan Mengikuti
Posyandu Lansia
Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Lansia

1. Ya 6 100%
2. Tidak 0 0
Jumlah 6 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
lansia aktif mengikuti posyandu lansia sebesar 6 lansia (100%).

3. Ekonomi
j. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Tidak Bekerja 15 11%

2. Swasta 40 30%

3. Wiraswasta 15 11%

4. IRT 9 7%

5. PNS/TNI/POLRI 3 2%

6. Petani 53 39%

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
penduduk berkerja sebagai petani sebanyak 53 (39%).

4. Keamanan Dan Transportasi


a. Jenis keamanan/perlindungan yang ada : terdapat 2 pos ronda/kamling
di dalam dusun, jarak ke kantor polisi cukup jauh akan tetapi dekat
dengan pusat pendidikan polisi pusdik brimob watukosek dan
terkadang warga masyarakat menyampaikan keamanan desa ke tempat
tersebut.
b. Jenis kriminal yang pernah ada : pencurian
c. Jenis transportasi yang dimiliki oleh penduduk yakni kebanyakan
sepeda motor dan beberapa memiliki mobil
5. Politik Dan Pemerintahan
a. Tidak ada aktivitas partai politik di kependudukan dan pengaruh
politik dari partai politik di desa sangat minimun
b. Berbagai pemilu yang diadakan baik dari
desa/kecamatan/kabupaten/propinsi bahkan pemilihan presiden selalu
berjalan dengan tertib
c. Warga desa terlibat pada aktivitas politik pada saat pemilihan umum
baik desa/kecamatan/kabupaten/propinsi/pemilihan presiden yang
harus menyampaikan hak suaranya tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun
d. Pengaruh dari pemerintah setempat seperti pada sektor pertanian
seperti pemberian bibit padi, ikan atau sayuran, perbaikan jalan desa
ataupun usaha UMKM desa seperti program PNPM yaitu program
nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis
pemberdayaan masyarakat dan program keluarga harapan/bansos atau
desa biasanya diadakan musyawarah untuk pengambilan
keputusan/kebijakan desa yang harus berdampak pada kesejahteraan
dan manfaat yang banyak ke masyarakat
6. Komunikasi
k. Informasi Kesehatan Yang Didapat Warga
No Jenis Informasi Kesehatan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. TV 77 57%
2. Internet 38 28,1%
3. Koran/Majalah 14 10,4%
4. Penyuluhan 6 4,4%
5. Tidak Ada 0 0

Total 135 100%


Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
warga mendapat informasi kesehatan dari media TV sebesar 77 (57%)
dan sangat sedikit warga yang mendapat informasi kesehatan melalui
penyuluhan kesehatan sebesar 6 (4,4%).
- Informasi yang didapatkan oleh penduduk kebanyakan melalui
TV dan informasi mengenai lingkungan desa/warga desa
diumumkan melalui masjid/mushola

7. Pendidikan
l. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Tidak Sekolah 12 9%

2. SD 16 12%

3. SMP 6 4,4%

4. SMA 95 70,2%

5. Perguruan Tinggi 6 4,4%

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
penduduk berpendidikan SMA sebanyak 95 (70,2%).

8. Rekreasi dan Kegiatan Warga


m. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Keaktifan Dalam
Berolahraga
No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Ya 74 55%

2. Tidak 61 45%

Jumlah 135 100%

Sumber: Data Primer, 2020


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk aktif dalam kegiatan berolahraga sebanyak74 penduduk
(55%).
n. Karakteristik Remaja Berdasarkan Keaktifan Remaja Dalam
Kegiatan Remaja
No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Ya 21 84%
2. Tidak 4 16%

Total 25 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
remaja aktif dalam kegiatan remaja sebesar 21 remaja (84%).
- Penduduk menghabiskan waktu liburnya dengan memancing yang
terdapat didusun dan ada juga yang senam setiap dusun 2 minggu
sekali
3.1.3 Persepsi
1. Masyarakat menganggap kesehatan sangat penting karena dengan sehat
semua kegiatan bisa dilakukan, lain halnya dengan sakit kita tidak bisa
melakukan kegiatan.
2. Kelemahan : Kelemahan pada dusun ini terletak pada dalam
penanganan kesehatan, hampir semua warga jika sakit akan
mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung/toko, jika penyakit
makin parah baru dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Jarak dari
rumah ke rumah sakit rumayan jauh sehingga masyarakat lebih memilih
puskesmas dengan alasan biaya.
Kekuatan : Kekuatan pada desa ini terletak pada warga yang
mempunyai solidaritas tinggi antar sesama seperti saat kegiatan kerja
bakti baik anak-anak/muda/dewasa ikut terjun bersama dan untuk ibu-
ibu biasanya membuat jajanan yang diberikan kepada yang ikut kerja
bakti sebagai simbol terima kasih.
3.1.4 Tabulasi Hasil Pengumpulan data kesehatan covid-19 di Rt 01 Rw 02
Dusun Tegal Rejo
Tabel 1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemahaman Covid-19 di Rt 01
Rw 02 dusun. Tegal Rejo Ds. Kertosari
No. Pemahaman tentang Covid-19 Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Paham 132 98%

2 Tidak paham 3 2%

Jumlah 135 100%

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk


memahami akan covid-19 yaitu sebanyak 132 (98%) mereka memahami apa
itu covid-19 dan mengetahui bagaiman cara menerapkan protokol kesehatan
namun memang tidak semuanya mematuhi protokol kesehatan tersebut. 3
(2%) orang yang lainnya mengetahui tentang covid-19 namun hanya
sekedar tahu kalau itu virus tetapi kurang memahami dampak dan cara
menerapkan protokol kesehatan.
Tabel 2 Distribusi penduduk berdasarkan terkonfirmasi Covid-19

No. Terkonfirmasi covid-19 Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Pernah 1 1%

2 Tidak pernah 134 99%

Jumlah 135 100%

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa hanya 1 orang yang pernah


terkonfirmasi covid dan melakukan isolasi mandiri dalam pengawasan medis, dan
yang tidak pernah terkonfirmasi covid-19 sebanyak 134 (99%).
Tabel 3 penerapan pencegahan covid-19 dengan mematuhi protokol
kesehatan
No. Pencegahan covid-19 Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Menerapkan 65 48%

2 Tidak menerapkan 70 52%


Jumlah 135 100%

Berdasarakan data diatas penduduk yang tidak menerapkan protokol


kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19 sebanyak 70(52%) dan yang
menerapkan prokol kesehatan hanya sebanyak 65 (48%). Dari wawancara yang
telah dilakukan penduduk yang tidak menerapkan protokol kesehatan berpresepsi
bahwa covid-19 hanya rekayasa petinggi petinggi negara dan tenaga medis, dan
juga berpresepsi bahwa tidak ada bedanya mencuci tangan dengan sabun dan
hanya air saja.

3. Masalah-masalah yang ditemukan


- Hipertensi pada lansia umur 56-70 thn
- Resiko penularan covid-19
- Kebiasaan merokok pada usia remaja

ANALISA DATA

No. Data Masalah


1. DS : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
 Dari hasil wawancara 5 dari 6 Dengan meningkatnya penyakit Hipertensi
pada Lansia di dusun Tegal Rejo RT 01 RW 02
lansia mengatakan memiliki
penyakit Hipertensi (Darah
Tinggi).
 Mayoritas Lansia mengeluhkan
sakit kepala bagian belakang
serta pusing.
DO :
 Hasil angket menunjukkan 83%
atau 5 dari 6 Lansia mempunyai
riwayat penyakit Hipertensi
(Darah Tinggi)
Dari hasil Pemeriksaan tekanan
darah pada Lansia, rata – rata
memiliki tekanan darah diatas
150/90 mmHg. Kebiasaan makan-
makanan
2. DS : Perilaku kesehatan cenderung beresiko
 1 orang yang pernah meningkatnya masalah terhadap
penularan covid-19 pada masyarakat
terkonfirmasi covid dan
melakukan isolasi mandiri
dalam pengawasan medis
 Dari wawancara yang telah
dilakukan penduduk yang
tidak menerapkan protokol
kesehatan berpresepsi bahwa
covid-19 hanya rekayasa
petinggi petinggi negara dan
tenaga medis,
 Dari hasil wawancara 30dari
135warga tidak melakukan cuci
tangan sebelum makan dan
warga mengatakan tidak ada
perbedaan makan dengan cuci
tangan terlebih dahulu atau
tidak

DO :
 Mayoritas warga Dusun Tegal
Rejo memiliki kebiasaan cuci
tangan yang salah yaitu hanya
dengan menggunakan air saja

3. DS : Perilaku kesehatan cenderung beresiko


 Dari hasil wawancara dari 21 meningkatnya masalah kesehatan remaja dan
kebiasaan hidup tidak sehat (merokok) di
dari 25 remaja mengatakan dusun Tegal Rejo RT 01 RW 02
sebagian remaja laki -laki
memiliki kebiasaan merokok
DO :
 Berdasarkan tabel tabulasi
amgket didapatkan hasil 21 dari
25remaja (84%) remaja di
Dusun Tegal Rejo memiliki
kebiasaan merokok
berdasarkan observasi terhadap
remaja laki-laki yang
berkumpul pada malam hari
(nongkrong) sebagian merokok
No Dx. Keperawatan A B C D E F G H I J K Jumlah Urutan
1. Ketidakefektifan 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 42 1
pemeliharaan kesehatan
Dengan meningkatnya
penyakit Hipertensi pada
Lansia di dusun Tegal Rejo
RT 01 RW 02

2. Perilaku kesehatan 5 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 37 2
cenderung beresiko
meningkatnya masalah
terhadap penularan
covid-19 pada
masyarakat

3. Perilaku kesehatan 5 5 2 1 2 4 3 3 3 3 3 34 3
cenderung beresiko
meningkatnya masalah
kesehatan remaja dan
kebiasaan hidup tidak
sehat (merokok) di Dusun
Tegal Rejo RT 01 RW 02

SKORING
Keterangan:
A: Tingkat resiko terjadi
B: Tingkat resiko permasalahan
C: Potensial untuk ditangani dengan pelayanan kesehatan
D: Minat masyarakat
E: Kemungkinan kasus teratasi
F: Hubungan dengan program pemerintah
G: Ruang
H: Waktu
I: Fasilitas Kesehatan
J: Biaya
K: Sumber daya/tenaga

Keterangan Nilai:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Cukup tinggi
5. Sangat cukup tinggi
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatanDengan meningkatnya penyakit

Hipertensi pada Lansia di dusun Tegal Rejo RT 01 RW 02

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko meningkatnya masalah terhadap

penularan covid-19 pada masyarakat.

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko meningkatnya masalah kesehatan remaja dan

kebiasaan hidup tidak sehat (merokok) di dusun Tegal Rejo RT 01 RW 02.


RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN & NOC NIC

KRITERIA HASIL
(NANDA/INCP)

Domain 1: Tujuan: 1. Peningkatan pengetahuan Prevensi Primer


kelompok lansia tentang
Pendidikan Masyarakat: Penyuluhan
Promosi Kesehatan Meningkatnya pencegahan hipertensi:
kesehatan tentang hipertensi
efektifitas - min 70% memahami larangan
Kelas 2: Prevensi Sekunder
pemeliharaan makanan bagi penderita HT Cek TD setiap 2 minggu
Manajemen Kesehatan
Konseling kebutuhan nutrisi bagi
kesehatan pada lansia - min 70% memahami
Ketidakefektifan penderita HT (larangan makan-
Kriteria Hasil: pentingnya cek TD makanan)
pemeliharaan kesehatan
Manajemen stress
(00099) 1. Klp lansia mampu 2. Peningkatan
Pengobatan hipertensi
meningkatkan keterampilan/perilaku klp lansia
pengetahuan dalam pencegahan hipertensi: Prevensi Tersier
tentang - min 70% menerapkan dengan Dukungan sosial: bimbingan dan
pencegahan
hipertensi tidak makan-makanan yang motivasi keluarga untuk memberi
Klp lansia dukungan pada anggota keluarga
mampu menyebabkan HT bertambah parah dengan hipertensi.
meningkatkan
perilaku
pencegahan - min 70% klp lansia
hipertensi
melakukan cek TD minimal setiap 2

minggu sekali

Domain 1: Tujuan: 1. Pengetahuan warga meningkat Prevensi Primer


tentang pencegahan dan
Pendidikan Masyarakat: Penyuluhan
Promosi Kesehatan Perilaku beresiko penularan covid-19 :
kesehatan tentang penularan covid-19
berkurang terhadap - min 70% memahami
Kelas 2: Prevensi Sekunder
penularan covid-19 pentingnya physical distancing (jaga Menjaga jarak minimal 1 meter dengan
Manajemen Kesehatan
pada masyarakat jarak), memakai masker jika keluar orang, memakai masker apabila
Perilaku berpergian keluar rumah, mencuci
rumah
Kriteria Hasil: tangan setelah melakukan kegiatan
kesehatan cenderung
- min 70% memahami dimanapun
beresiko (00188) 1. Mampu Manajemen stress
meningkatkan pentingnya cuci tangan menggunakan
pengetahuan Pengobatan ke fasilitas kesehatan bila
tentang sabun dan air mengalir mengalami tanda dan gejala
pencegahan
penularan virus 2. Peningkatan Prevensi Tersier
corona keterampilan/perilaku
Dukungan sosial: bimbingan dan
Mampu masyarakat tentang penularan
meningkatkan virus corona: motivasi tenaga kesehatan untuk
perilaku hidup
bersih dan sehat - min 70% menerapkan memberi dukungan pada masyarakat
supaya memutus mata rantai penularan
physical distancing (jaga jarak) dan
virus corona
memakai masker jika keluar rumah

- min 70% melakukan cuci

tangan dengan sabun dan air mengalir

sehabis melakukan kegiatan diluar dll

Domain 1: Tujuan: 3. Peningkatan pengetahuan Prevensi Primer


kelompok remaja tentang
Remaja karang 1. Kaji pengetauan remaja karang
Promosi Kesehatan bahaya merokok, nongkrong
taruna masalah malam terhadap pergaulan taruna tentang kesehatan khususnya
bebas dan gaya hidupnya
Kelas 2: perilaku kesehatan bahaya rokok, nongkrong malam
cenderung beresiko - min 70% memahami bahaya terhadap tubuh, pergaulan bebas dan
Manajemen Kesehatan
akan teratasi dengan yang timbul akibat merokok, gaya hidupnya, keluarga maupun
Kriteria hasil :
Perilaku 1. Klien mampu nongkrong malam, pergaulan bebas lingkungan sosialnya.
mengenali situasi 2.Identifikasi faktor internal
kesehatan cenderung dan gaya hidupnya
atau kondisi maupun eksternal yang mungkin
beresiko (00188)
kesehatannya secara 4. Peningkatan meningkatkan atau menurunkan
nyata keterampilan/perilaku klp perilakunya.
remaja dalam menurunkan
2.Mampu perilakunya Prevensi Sekunder
menyesuaikan diri - min 70% menerapkan dengan 1. Tegaskan kepada para remaja
untuk mengubah karangtaruna dengan segera terkait efek
tidak nongkrong malam hari,
status kesehatannya positif untuk jangka panjang terhadap
menjadi lebih baik mengurangi merokok secara bertahap berperilaku sehat
dengan mulai 2. Ajarkan strategi yang mungkin dapat
- min 70% klp remaja mulai
membiasakan untuk menurunkan konsumsi rokok digunakan untuk melawan kebiasan
tidak terpengaruh setiap harinya atau perilaku yang tidak sehat (seperti
temannya nobar film yang memotivasi)
3.Membuat Prevensi Tersier

keputusan terkait 4. Kolaborasi dengan keluarga untuk

kesehatannya dengan mendukung perubahan perilaku

memutuskan dan
meniatkan untuk positif

berperilaku sehat

Plan of Action (POA)


No Masalah Tujuan Kegiatan Tempat Waktu Dana PJ
kes

1. Ketidakefektifan Tujuan: Meningkatnya efektifitas 1. Memberikan penyuluhan Di rumah Rabu 18 Maret - -


pemeliharaan pemeliharaan kesehatan pada kesehatan tentang hipertensi masing 2021
kesehatan lansia 2. Memberikan konseling masing Pukul 16.00
Dengan Kriteria Hasil: kebutuhan nutrisi bagi penderita (melalui
meningkatnya 1. Klp lansia mampu hipertensi (larangan makanan) group
penyakit meningkatkan pengetahuan 3. Mengajarkan menejemen whatsup)
Hipertensi pada tentang pencegahan hipertensi stres
Lansia di dusun
Klp lansia mampu meningkatkan 4. Memberikan dukungan sosial
Tegal Rejo RT 01
RW 02
perilaku pencegahan hipertensi dan memotivasi keluarga
2. Perilaku Tujuan: Perilaku beresiko berkurang 1. Memberikan penyuluhan Di rumah Kamis 19 - -
kesehatan terhadap penularan covid-19 pada kesehatan tentang penularan covid masing- maret 2021
cenderung beresiko masyarakat 19 masing pukul 16.00
meningkatnya Kriteria Hasil: 2. Memberikan penjelasan (melalui
masalah 1. Mampu meningkatkan pentingnya melakukan protokol group
terhadap pengetahuan tentang pencegahan kesehatan whatsup)
penularan covid- penularan virus corona 3. Memberikan konseling apa
19 pada Mampu meningkatkan perilaku yang harus dilakukan ketika
masyarakat hidup bersih dan sehat mengalami tanda dan gejala
4. Memberikan dukungan
kepada keluarga
3. Perilaku Tujuan: 1. memberikan penyuluhan Di rumah Kamis 19 - -
kesehatan mengenai bahaya merokok bagi masing- Maret 2021
cenderung beresiko Remaja karang taruna masalah
kesehatan masing pukul 19.00
meningkatnya
masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko 2. Mengajarkan pada remaja (melalui
kesehatan remaja mengenai strategi dalam group
dan kebiasaan akan teratasi dengan Kriteria hasil : mengurangi merokok whatsapp)
hidup tidak sehat 1. Klien mampu mengenali
(merokok) di
Dusun Tegal Rejo situasi atau kondisi kesehatannya
RT 01 RW 02
secara nyata
2.Mampu menyesuaikan diri
untuk mengubah status kesehatannya
menjadi lebih baik dengan mulai
membiasakan untuk tidak terpengaruh
temannya
3.Membuat keputusan terkait
kesehatannya dengan memutuskan dan
meniatkan untuk berperilaku sehat
DAFTAR PUSTAKA

Agus, & Sutarna. (2003). Buku Pedoman Kepemilikan Komunitas. PSIK FK


Unpad.
Anderson. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cahyatin. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas : Pengantar dan Teori. Salemba
Medika.
Effendy. (1998). Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Elizabeth. (2007). Buku Ajar Keperawatn Komunitas Teori dan Praktik. EGC.
IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan; Individu, Keluarga, Kelompok
dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di
Puskesmas dan Masyarakat. UI-Press.
Sumijatun. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. EGC.
Wahyudi. (2010). Keperawatan Gerontik. EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai