Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Purnomo S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
LUTHFIANA NUR LAILI
A1R21031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................5
A. Definisi..............................................................................................................................5
B. Faktor Presdisposisi dan Presipitasi..............................................................................5
C. Proses terjadinya masalah..............................................................................................6
D. Rentang Respon...............................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis............................................................................................................7
F. Penatalaksanaan...............................................................................................................8
G. Asuhan Keperawatan......................................................................................................8
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN............................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak
yang di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, RPK, dan perilaku aneh atau katatonik
(Pardede, & Laia. 2020). Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan
hilanngya dengan nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang
terganggu maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya
terbesar untuk penangan penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat,
dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya
penyakit skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020). Skizofrenia merupakan suatu gangguan
jiwa berat yang bersifat berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia
(WHO, 2019). Prevalensi penderita skizofrenia pada tahun 2017 berjumlah lebih dari 450
juta orang diseluruh dunia (WHO, 2018). Di Indonesia, prevelensi penderita skizofrenia
mencapai 0,3 sampai 1% dan biasanya mulai tampak pada usia 18 sampai 45 tahun. Jika
jumlah penduduk yang ada di Indonesia mencapai 200 jiwa maka dapat diperkirakan sekitar
2 juta orang menderita skizofrenia (Sutejo, 2017).

Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku
sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana
perubahan perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien
skizofrenia sering dikaitkan dengan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri maupun
orang lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik, emosional,
seksual, dan verbal yang disebut sebagai risiko perilaku kekerasan ( Pardede, Simanjuntak &
Laia, 2020 )

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang dihadapi
oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan
perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah,
intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan
bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan
mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah,
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa,
2020). Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai
atau membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga masalah yang terjadi
pada pasien parilaku kekerasan akan melibatkan keluarga (Suryeti 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perilaku kekerasan ?
2. Bagaimana Faktor Presdisposisi dan Presipitasi dari perilaku kekerasan ?
3. Bagaimana Proses terjadinya masalah dari perilaku kekerasan ?
4. Bagaimana Rentang Respon dari perilaku kekerasan ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari perilaku kekerasan ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari perilaku kekerasan ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari perilaku kekerasan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa definisi dari perilaku kekerasan ?
2. Mengetahui Faktor Presdisposisi dan Presipitasi dari perilaku kekerasan ?
3. Mengetahui Proses terjadinya masalah dari perilaku kekerasan ?
4. Mengetahui Rentang Respon dari perilaku kekerasan ?
5. Mengetahui Manifestasi Klinis dari perilaku kekerasan ?
6. Mengetahui Penatalaksanaan dari perilaku kekerasan ?
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan dari perilaku kekerasan ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Perilaku kekerasan atau agresif adalah bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut risiko perilaku
kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu, perilaku kekerasan secara verbal dan secara fisik.
(Munith Abdul, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk Tindakan yang bertujuan untuk melukai
dirinya dan seseorang secara fisik, verbal, maupun psikologi (Malfasari et al, 2020). Perilaku
kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungannya, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol, (Dermawaan,
2018). Pada pasien dengan perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara
fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maldaptif. Marah merupakan emosi yang memiliki
ciri-ciri aktivitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau
melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan
terjadi perilaku agresif (Santa, Tuasikal & Embuai, 2020). Perilaku kekerasan berfluktuasi
dan tingkat rendah (memperlihatkan permusuhan) samapi tinggi dan membahayakan
(melukai) (Struart & laraia, 2009).
B. Faktor Presdisposisi dan Presipitasi
Menurut Struat dan Laria (2001); Damayanti & Iskandar (2012) faktor risiko perilaku
kekerasan yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena adanya kegiatan di system saraf otonom yang
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Gejalanya
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan oto
(rahang terkatip, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat). Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Askep intelektual
Pengalaman individu Sebagian besar didapatkan melalui pproses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai salah satu pengalaman.
Contohnya Ketika ia mengamati bagaimana respon ibu saat marah
d. Aspek sosial
Aspek sosial meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya, dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Pasien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat menyebabkan
mengasingkan individu sendiri dan menjauhkan diri dari orang lain.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungannya. Hal yang bertengangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral (tidak peduli)
dan rasa tidak berdosa.
2. Faktor presipitasi
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton speak bola, geng sekolah, perkenalan massal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkonsummsi sesutau dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik
d. Adanya Riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunan obat dan alcohol
dan tidak mampu mengontrol emosinya saat menghadapi rasa frustasi
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga
f. Stressor, adanya stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari
situasi stress individu itu mencangkup kognitif, afektif, fisiologi, perilaku dan
respon sosial. Stressor mengansumsikan maksa, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dan inteprestasi yang unik dan makna yang diberikan
kepada orang yang berisiko
g. Sumber koping daoat berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan,
Teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi. Hubungan antara individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.
Sumber koping lainya termasuk Kesehatan dan energi, dukungan spiritual,
keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber
daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
C. Proses terjadinya masalah
Stress, cemas, harga diri rendah dan bermasalah dapat menimbulkan marah. Respon
terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal marah
dapat berupa perilaku konstruktif maupun dekstruktif. Perilaku konstruktif dengan kata-kata
yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati oranglain. Selain akan memberikan
rasa lega, menurunkan ketegangan dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa marah
yang diekspresikan secara dekstruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang
justru menjadikan masalah berkepanjangan dapat menimbulkan amuk yang ditujukan pada
diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan
marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri
dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Hal tersebut dapat menimbulkan
kemarahan yang dekstuktif (Yosep, 2011).
D. Rentang Respon
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi. Kemampuan dan keterampilan, Teknik
defensive, dukungan sosial dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sangat berperan penting oada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk
Kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan
masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik (Aprini &
Prasetya, 2018).

Keterangan :
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
3. Pasif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol
4. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
E. Manifestasi Klinis
Menurut Muhith (2015), tanda dan gejala perilaku kekerasan seperti :
1. Secara fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang menutup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku
2. Verbal : mengecap, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada kasar,
kasar dan ketus
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau merusak lingkungan amuk
atau agresif
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keraguraguan, tidak
bermoral dan kreatifitas terhambat
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya meliputi terapi farmakologi, ECT dan non farmakologi :
a. Terapi farmakologi lenih mengarah pada pengobatan antipsikotik
b. Terapi non farmakologi lebih pada pendekatan terapi modalitas
1) Psikoterapi : cara pengobatan masalah emosional pasien yang
dilakukan oleh seorang terlatih dalam hubungan professional dengan
maksud menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala yang ada
dengan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif
2) Psikoanalisis psikoterapi ; terapi yang dikembangkan dengan
menciptakan kondisi yang memungkinkan klien menceritakan tentang
masalah pribadinya.
3) Psikoterapi individu terapi yang menekankan pada perubahan individu
dengan mengkaji perasaan, sikap, cara berfikir dan perilakunya
4) Terapi modifikasi perilaku
5) Terapi okupasi : terapi dengan seni pengarahan partisipasi dalam
melaksanakan tugas tertentu
6) Terapi lingkungan
7) Terapi somatic : terapi yang diberikan dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan Tindakan dalam bentuk perilaku fisik seperti ECT dan
terapu Aktifitas kelompok (TAK).
G. Asuhan Keperawatan
1. Identitas klien
Nama : Tn. L
Alamat : Jl. Patimura No.19
Tanggal pengkajian : 27 September 2022
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Infoment : Status pasien dan komunikasi dengan pasien

2. Keluhan Utama
Keluhan klien masuk ke Yayasan pemenang jiwa yaitu klien suka marah-marah di
rumah dan suka berbicara sendiri.
3. Faktor predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa selama 2 tahun yang lalu. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dalam keluarga hanya pasien yang
mengalami gangguan jiwa

4. Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klien tidak memiliki keluhan, dan saat
dilakukan TTV, didapati hasil :
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 86x/menit
 Suhu : 36℃
 RR : 24x/menit
 TB : 162 cm
 BB : 68 kg

5. Psikonsosial
 Genogram

Penjelasan : klien tinggal di Yayasan pemenang jiwa sudah 2 tahun dengan


alas an keluarga membawa klien karena sering marah-marah dirumah

6. Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
b) Identitas
Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara, klien hanya lulusan SMP ynag saat ini tidak
memiliki pekerjaan
c) Peran
d) Klien berperan sebagai anak dikeluarga, klien tinggal Bersama keluarganya
e) Ideal diri
Klien merasa malu karena klien dirawat di Yayasan Pemenang Jiwa dan ingin
cepat pulang ke rumah
f) Harga diri
Klien merasa tidak berarti lagi di keluarga karenga tidak menikah, sehingga
keluarga mengasingkan, klien mengatakan merasa bosan berada di Yayasan
Pemenang Jiwa. Masalah keperawatan harga diri rendah

7. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti
Klien mengatakan bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
baginya terutama ibunya, pasien juga mengatakan menyesal telah berperilaku
tidak baik pada keluarganya dirumah.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan sulit berinteraksi dan bersoisalisasi diluar lingkungan
Yayasan karena diawasi sangat ketat. Tetapi untuk berinteraksi di dalam
Yayasan pasien mengatakan tidak memiliki hambatan.

8. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan yakin dengan agama yang
dianutnya
b) Kegiatan ibadah : selama dirawat di Yayasan pemenang jiwa klien selalu
mengikuti kegiatan ibadah terjadwal setiap harinya.

9. Status mental
a) Penampilan
Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umunya
b) Pembicaraan
Klien berbicara lambat dan pandangan kebawah
c) Aktivitas motoric
Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari
d) Alam perasaan
Klien tidak mampu mengekspresikan perasaan sesuai kondisi pada saat emosi.
Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan
e) Afek klien merespon saat dipanggil tetapi pandangan kebawah, masalah
keperawatan risiko perilaku kekerasan
f) Interaksi selama wawancara
Selama diwawancara pasien bersifat koperatif
g) Proses piker
Klien mampu berbicaara sesuai topik pembicaraan dan dapat merespon umpan
balik dan dapat mengulang hal penting yang disampaikan perawat
h) Tingkat kesadaran
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali waktu, orang
dan tempat
i) Memori
Klien mampu mengingat kejadian-kejadian saat melakukan pemukulan kepada
ibunya. Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan
j) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu menjawab pertanyaan berupa hitungan sederhana
k) Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan tempat yang bersih dan kotor. Daya Tarik diri pasien
mengatakan sadar dirinya mengalami gangguan jiwa, namun pasien
menggikarinya. Masalah keperawatan : harga diri rendah

10. Kebutuhan persiapan pulang


1) Makan, minum, BAB/BAK
Klien dapat mengambil makan dan minum dan dapat kekamar mandi untuk
BAB/BAK sendiri
2) Mandi, berpakaian/berhias
Klien mengatakan mampu untuk mandi dan berpakaian sendiri
3) Istirahat dan tidur
Tidur siang pukul 13.00 wib s/d 16.30 wib, tidur malam pukul 22.00 wib s/d
05.00 wib, kegiatan sebelum/sesudah : beribadah sesuai jadwal dan mengikuti
jalan santai

11. Mekanisme koping


Klien mengatakan jika pada saat klien emosi selalu marah-marah dan ingin memukul.
Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan

12. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan dukungan
psikososial dan lingkungan di Yayasan Pemenang Jiwa sangat baik

13. Pengetahuan kurang tentang


Klien mengatakan jika sedang emosi dia selalu marah-marah dan ingin memukul
sesuatu, namun pasien tidak tau tentang gangguan jiwa yang dialaminya dan hanya
mengatahui bahwa ada obat yang harus terus dikonsumsi Ketika pengawas di
Yayasan sudah memerintahkannya. Masalah keperawatan : risiko perilaku kekerasan

14. Aspek medis


 Diagnosa :
1) Risiko perilaku kekerasan
2) Halusinasi pendengaran
3) Harga diri rendah
 Terapi medik : pemberian/minum obat kepada pasien secara teratur :
risperidone (RSP) tablet 2mg 2x1

15. Analisa data


No Identifikasi Data Diagnosa Keperawatan
.
1. Ds : Risiko perilaku kekerasan
Klien mengatakan bahwa dia tidak tau
alasanya kenapa keluarganya membawa
dia ke Yayasan, namun pasien sadar
bahwa keluarganya takut kalua dia marah-
marah di rumah

Do :
Klien tampak menandang orang lain
dengan tatapan seperti bermusuhan dan
mengepalkan tanganya

2. Ds : Halusinasi pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar
suara bisikan yang menyuruhnya untuk
marah

Do :
Klien tampak senyum-senyum dan
berbicara sendiri

3. Ds : Harga diri rendah


Klien merasa minder dengan orang lain
yang memiliki pasangan

Do :
Klien tampak sering menunduk

16. Daftar Masalah Keperawatan


a) Risiko perilaku kekerasan
b) Halusinasi pendengaran
c) Harga diri rendah

17. Pohon Masalah

18. Diagnosa Prioritas


Risiko perilaku kekerasan

19. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kperawatan SLKI SIKI


.
1. Risiko perilaku Kontrol Diri Pencegahan perilaku kekerasan
kekerasan (D.0146) (L.09076) (I.14544)
Setelah dilakukan Observasi :
DS : perawatan, diharapkan 1. monitor adanya benda yang
Pasien mengatakan ekspektasi meningkat, berpotensi membahayakan
bahwa dia suka marah- dengan kriteria hasil : (mis. Benda tajam, dll.)
marah dan bawaanya 1. verbalisasi ancaman 2. monitor keamanan barang
ingin memukul orang kepada orang lain yang dibawa oleh pengunjung
lain menurun 3. monitor selama penggunaan
2. perilaku menyerang barang yang dapat
DO : menurun membahayakan (mis. Pisau
Klien tampak 3. perilaku merusak cukur)
memandang orang lain lingungan sekitar Terapeutik :
dengan tatapan seperti menurun 4. pertahankan lingkungan
bermusuhan dan 4. perilaku bebas dari bahaya secara rutin
mengepalkan tangannya agresif/amuk menurun 5. libatkan keluarga dalam
5. suara keras perawatan
menurun Edukasi :
6. bicara ketus 6. anjurkan pengunjung dan
menurun keluarga untuk menudukung
7. alam perasaan keselamatan pasien
depresi menurun 7. latih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
8. latih mengurangi kemarahan
secara verbal dan nonverbal
(mis. Relaksasi, bercerita)

2. Halusinasi/ Gangguan Persepsi Sensori Manajemen halusinasi


persepsi sensori (D.0085) (09083) (I.09288)
Setelah dilakuka Observasi :
DS : perawatan, diharapkan 1. monitor perilaku yang
Klien mengatakan sering ekspektasi membaik, mengindikasikan halusinasi
mendengar bisik-bisikan dengan kriteria hasil : 2. monitor dan sesuaikan
yang menyuruhnya untuk 1. verbalisasi tingkat aktivitas dan stimulus
marah-marah mendengar bisikan lingkungan
menurun 3. monitor isi halusinasi (mis.
DO : 2. perilaku halusinasi Kekerasan atau
Pasien tampak senyum- menurun membahayakan diri)
senyum dan berbicara 3. menarik diri Terapeutik ;
sendiri menurun 4. Pertahankan lingkungan
4. melamun menurun yang aman
5. respon sesuai 5. lakukan Tindakan
stimulus membaik keselamatan Ketika tidak dapat
Konsentrasi membaik mengontrol perilaku (mis.
Limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik,
seklusi)
Edukasi :
6. anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
7. anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk membri
dukungN Sn umpan balik
korektif terhadap halusinasi
8. anjurkan melakukan
distraksi (mis. Medengarkan
music, melakukan aktivitas dan
Teknik relaksasi)
9. ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi :
10. kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu.

3. Harga diri rendah (D. Harga Diri (L.09069) Promosi koping (I. 09312)
0086) Setelah dilakukan Observasi :
perawatan, diharapkan 1. identifikasi kegiatan jangka
DS : ekspektasi meningkat, pendek dan Panjang sesuai
Pasien merasa minder dengan kriteria hasil : tujuan
dengan orang lain yang 1. penilaian diri positif 2. identifikasi kemampuan
memiliki pasangan meningkat yang dimiliki
2. penerimaan 3. identifikasi dampak situasi
DO : penilaian positif terhadap peran dan hubungan
Pasien tampak sering terhadap diri sendiri 4. identifikasi kebutuhan dan
menunduk meningkat. keinginan terhadap dukungan
3. konsentrasi sosial
meningkat Terapeutik :
4. kontak mata 5. diskusikan perubahan peran
meningkat yang dialami
5. percaya diri 6. gunakan pendekatan yang
berbicara meningkat tenang dan meyakinkan
6. perasaan malu 7. motivasi untuk menentukan
menurun harapan yang realistis
7. perasaan tidak 8. hindari mengambil
mampu melakukan keputusan saat pasien berada
apapun menurun dibawah tekanan
Edukasi :
9. anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
10. anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
11. latih penggunaan Teknik
relaksasi
12. latih mengembangkan
penilaian objektif

20. Implementasi dan evaluasi keperawatan


Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa, 28 1. Data S : klien mengatakan semnagat
septembe Tanda dan gejala : mudah ,marah, dalam mengikuti intruksi dari
r 2022, tatapan sinis, mudah tersinggung, perawat
pukul suka menyendiri dan merasa tidak
10.00 wib dihargai O:
 Klien mampu melakukan
2. Diagnosa keperawatan Tarik nafas dalam
 Risiko perilaku dengan mandiri
kekerasan  Klien mampu melakukan
 Halusinasi pukul Kasur dan bantal
 Harga diri rendah secara mandiri

3. Tindakan keperawatan A : Risiko perilaku kekerasan


 Mengidentikasi penyebab (+)
risiko perilaku kekerasan
yaitu jika kemauan klien P:
tidak dituruti  Tarik nafas dalam
 Mengidentifikasi tanda dan 1x/hari
gejala risiko perilaku Pukul Kasur bantal 1x/hari
kekerasan yaitu pasien
marah, mengamuk tanpa
alas an yang jelas, merusak
barang-barang dan
cenderung melukasi
oranglain
 Menyebutkan cara
mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan Latihan
fisik
a) Tarik nafas dalam
b) Pukul Kasur bantal
 Membantu klien Tarik nafas
dalam dan pukul kasur
bantal
 Mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
minum obat secara teratur

Kamis, 1. Data S : Klien merasa Bahagia dan


30 Tanda dan gejala : mudah marah, semangat mengikuti setelah
septembe tatapan sinis, mudah tersinggung, intruksi oleh perawat
r 2022, suka menyendiri dan merasa tidak
pukul dihargai O:
11.00 wib  Klien mampu melakukan
2. Diagnosa keperawatan Teknik relaksasi nafas
 Risiko perilaku dalam
kekerasan  Klien mampu pukul
Kasur/bantal secara
3. Tindakan keperawatan mandiri
 Mengevaluasi kamamouan  Klien mampu
klien untuk Tarik nafas mengontrol dengan cara
dalam dan pukul Kasur minum obat secara
bantal teratur
 Memberikan informasi
penggunaan obat secara A. Risiko perilaku kekerasan (-)
teratur
 Komunikasi secara verbal : P : intervensi dihentikan
asertif/bicara baik-baik

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. L dan disimpulkan
bahwa pasien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan terapi yang
diajarkan oleh perawat. Dimana klien dapat melakukan Teknik relaksasi nafas dalam,
memukul bantak untuk mengontrol amarahnya, klien juga minum obat secara teratur,
berbicara baik-baik serta klien dapat melakukan kegiatan spiritual sesuai ajaran agama
yang dianut

B. SARAN
Diharapkan pada pihak keluarga pasien untuk sering mengunjungi pasien
selama perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjumh maka pasien
merasa berari dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat yang dikonsumsi serta membawa pasien control secara rutin
kepelayanan Kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yasa, I. (2020). Gambaran asuhan keperawatan pemberian terapi aktivitas kelompok


stimulasi persepsi sesi III: menggunakan rasa marah secara verbal untuk mengatasi
risiko perilaku kekerasan pada pasien skizoferenia di UPTD Rsj Dinkes provinsi bali
tahun 2020 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/id/eprint/5031
2. Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan Keluarga
Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jambi Tahun 2017. Jurnal Psikologi Jambi, 2(2), 39-46. https://www.online-
journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4795
3. Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan Perilaku
Kesehatan.
https://www.academia.edu/37678637/asuhan_keperawatan_perilaku_kekerasan
4. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy
Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/ view/1005

Anda mungkin juga menyukai