Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS SUNRISE MODEL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dalam Keperawatan

Dosen Fasilitator :

Purnomo , S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:

Nama : Fransisco Sandia Prastama

NIM : A1R21019

Prodi : D3 Keperawatan

Tanggal Penugasan 06/12/2021

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

DESEMBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang
berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai,
keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat
praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994).
Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam
memahami budaya klien .
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture
shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat)
mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu
(klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat),
baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau
kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari
pada budaya kelompok lain .
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga
sebagai sunrise model matahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan
keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat
terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview)
tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang
sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan .
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan
proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah ,
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Teori Sunrise Model ?
2. Bagaimana Konsep dalam Transkultural Nursing ?
3. Bagaiamana Paradigma Transkultural Nursing ?
4. Apa saja yang termasuk dalam Proses Keperawatan Transkultural ?
5. Bagaimana Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring ?
6. Bagaiamana Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism ?
7. Bagaimana Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Teori Sunrise Model .
2. Untuk mengetahui Konsep dalam Transkultural Nursing .
3. Untuk mengetahui Paradigma Transkultural Nursing .
4. Untuk mengetahui Proses Keperawatan Transkultural .
5. Untuk menegtahui Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring .
6. Untuk mengetahui Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism.
7. Untuk mengetahui Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Teori Sunrise Model


Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian
traskultural. Konsepnya “ sunrise model ” di publikasikan di berbagai buku dan artikel
jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang
kemudian diakui publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai
perawat psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural.
Sebagai ahli antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan
subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap
fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya
yang berbeda diseluruh dunia.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Inti dari teori yang dikembangkan oleh M.Leininger , yaitu :
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki
jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar
menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur
tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan
norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain
sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-
tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
primer.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
2.2 Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu
danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang
dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia .
g. Etnografi
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
h. Care
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
2.3 Paradigma Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
(Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
1. Manusia,
2. Sehat,
3. Lingkungan dan
4. Keperawatan .
Penjelasan :
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup
rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991)
adalah :
1. Strategi I , Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya Berolah
raga setiap pagi .
Studi Kasus :
Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak
pertamanya, di kamar perawatan dia ditemani oleh suami dan keluarga termasuk
mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang dokter tampaknya agak malas
untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur sebentar. Melihat hal tersebut ibu
mertuanya berkata tidak baik bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk
bermalas-malasan dan tidak segera menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya
nanti akan terbawa malas untuk bekerja di kemudian hari.
Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang memeriksa
keadaan ibu dan bayi tersebut, dia mengiyakan pendapat dari mertua dokter itu
dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak pertama ibu dan anak
adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan mental bayi nanti; semakin cepat
bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ; semakin cepat bergerak akan lebih
cepat ibu mandiri merawat diri dan bayi.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.
2. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang.
3. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
2.4 Proses Keperawatan Transkultural
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini penjelasannya :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995) . Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Sunrise
Model ” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala
keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational factors)
Tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar
belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural , dan
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini .
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
a. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
b. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan
c. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
Berikut ini intervensi yang dibuat dalam proses keperawatan transkultural ,
sebagai berikut :
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi ,
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien ,
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat .
b. Cultural care accomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya ,
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok ,
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu ,
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga ,
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien
yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru
yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
2.5 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk,
serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.
Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan
pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini secara langsung menyentuh
bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar.
Pada tahun 1960-an, Leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk
mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik.
Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan
keperawatan, nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang
dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural representatives) melalui bahasa lokal,
pengalaman-pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang fenomena
keperawatan yang aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.
Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata ”care” dan ”caring” untuk
menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan
penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada
pengertian yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. „walau
demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan
dipelajari dari pada bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui
definisi bahwa teori keperawatan transkultural dan ethnomethodes yang berfokus pada
“emic” (insiders‟ views) seseorang dapat semakin dekat pada pengertian ”care” itu
sendiri, karena ethnomethodes bersumber pada people-centered data dan tidak berasal
dari opini peneliti tersebut (outsiders‟ views), kepercayaan dan prakteknya. Tujuan
penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat mendokumentasikan, mengetahui,
memprediksikan dan menjelaskan secara sistematis data dilapangan tentang fakta
universal dan perbedaan yang ada terkait dengan pelayanan professional, pelayanan
secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori keperwatan
transkultural adalah untuk menentukan people‟s emic terhadap ”care” sesuai dengan
keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini
menggunakan persfektif etika keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan
bahwa ”care” adalah cocok dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang
ada. Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik
membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :
a. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan
manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
b. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi pelayanan
dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan secara kultural.
c. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang
waktu.
d. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara sistematis
dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology dan ontology
yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang
sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat
dalam menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat,
mencegah penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian.
Lebih lanjut lagi, perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara
keseluruhan mengenai kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan
individu, keluarga dan kelompoknya.
Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang
paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep
care itu sendiri, sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan
digunakan agar ”care” menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan
tentang praktek-praktek keperawatan.
Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi
hanya beberapa hal yang didefinisikan :
a. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau perilaku
lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
b. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu
lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.
c. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat menjadi
tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
d. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
meingkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
e. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang
hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu
tertentu.
f. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai atau
simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.
g. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti pemahaman
terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia.
h. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
i. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya
bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care,
nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat
untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur
tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan profesional) terhadap
kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur
sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi
sakit.
2.6 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism.
Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan
secara menyeluruh/ holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia
yang merupakan indivcidu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap
individu harus dilakukan secara menyeluruh dan holistic.
Pada asuhan holistic maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh
sebagai individu/ manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus
memadukan berbagai praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan.
Sedangkan asuhan holistic berfokus pada memadukan sentiment kepedulian ( sentiment
of care) dan praktek perawatan ke dalam hubungan personal-profesional antara perawat
dan pasien yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang
utuh.
Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan
individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan
menitikberatkan konsep terapi pada kondisi kultural klien.
2.7 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism
Filosofi (Watson 1979, 1989, 1988) mendefinisikan hasil dari aktifitas
keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistic dari kehidupan. Tindakan
keperawatan mengacu kepada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku
manusia. Intervensi keperawatan diberikan dengan proses perawatan manusia. Perawatan
manusia membutuhkan perawat yang memahami prilaku dan respon manusia terhadap
masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensial, kebutuhan manusia dan
bagaimana cara berespon kepada orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan
klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman kepada dirinya sendiri. Selain itu perawat
memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati kepada klien dan keluarganya,
asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat
dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien (Watson, 1987).
Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan
pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai
personal lengkap dengan fungsinya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai