Anda di halaman 1dari 70

PRAKTIK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUMAH BERDAYA DENPASAR

OLEH:

Ni Made Ayu Sariasih ( 203213232 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, karya

tulis yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan

Diagnose Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan” ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi Penugasan Praktik Laboratorium Klinik

Keperawatan dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program Sarjana,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester ganjil tahun 2023, dengan

dosen CT Ibu Ns. Desak Made Ari Dwijayanti.,S.Kep.,M.Fis

Dalam keberhasilan penyusunan karya tulis ini, tentunya tidak luput dari bantuan

beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari

bahwa, karya tulis ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh kerena itu, segala kritik dan

saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis berikutnya. Semoga karya tulis

ini ada manfaatnya.

Denpasar, 6 Januari 2023

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. KASUS (Resiko Perilaku Kekerasan)

a. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri
maupun orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar. Tanda dan
gejalarisiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan
darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun
orang lain (Pardede & Hulu, 2020)

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang


bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif
yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan. (Putri &
Fitrianti, 2018)

Perilaku kekerasan adalah merupakan bentuk kekerasan dan


pemaksaan secara fisik maupun verbal ditunjukkan kepada diri sendiri
maupun orang lain. Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologi. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yanglain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, benci atau marah.Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi
agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.
(Kandar & Iswanti, 2019). Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku
dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah

b. Tanda Dan Gejala

meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung,


marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain.
(Pardede, Siregar & Hulu, 2020)

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan


keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede,
2020)

1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam)


jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan :


1. Subjektif: mengungkapkan perasaan kesal atau marah, keinginan
untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka
membentak dan menyerang orang lain
2. Objektif : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal dan
rahang mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku, bicara kasar,
ketus, amuk/agresif, menyerang orang lain dan melukai diri
sendiri/orang lain

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut Nurhalimah (2016) Proses terjadinya perilaku kekerasan pada
pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi
a.Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggotakeluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).

2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku
kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan
manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan
muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.

3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah.Norma budaya dapat
mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku
kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learning theory).
b. Faktor Prespitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat
unik, berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar
individu. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau
hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar,
perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan
terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan.

c. Mekanisme koping

Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012,
mekanisme koping yang dipaka pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :

1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai


artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

2) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau


keinginan yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkalnya bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya terseburt
mencoba merayu, mencumbunya.

3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau


membahayakan masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank
yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekanya dan
akhirnya ia dapat melupakanya.

4) Reaksi Formasi , yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila


diekspresikan dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.

5) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya


bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perangperangan dengan temanya.

d. Rentang Respon Marah


Rentang respon kemarahan dari perilaku kekerasan dapat di
gambarkan sebagai berikut, assertif, frustasi, pasif, agresif, dan
mengamuk. ( Putri, N & Fitrianti, 2018)

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Gambar 2.1 Rentang Respon Marah (Habbi et al., 2017)
Keterangan :

1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai


perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan
yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu
dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

III. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal) Effect

Perilaku Kekerasan
Core problem

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

(Nurhalimah, 2016)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
dan merupsksn proses yang sistematis dala pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Iyer et.al dalam Muhith 2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan
status mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang
rawat dan alamat.
b. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman
terhadap fisik, ancaman internal dan ancaman eksternal.
c. Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang
memperberat kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain,
diri sendiri maupun lingkungan.
d. Etiologi/Penyebab
 Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku
kekerasan adalah faktor biologi (biasanya klien mempunyai
keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien
pernah mengalami gangguan jiwa), psikologis (harapan yang
tidak sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau mengalami
perilaku kekerasan dan sosiokultural (Dermawan, 2013).
 Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan
dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain)
maupun dalam (putus hubungan dengan orang berarti, kehilangan
rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu
lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah pada
penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan.
e. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.
f. Pengkajian Psikososial
a) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluarga
dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b) Konsep diri
1) Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang tidak disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh
yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
2) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai
laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
3) Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok
masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
4) Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai
dengan harapannya.
5) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain,
harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak
sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
c) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja
yang diikuti dalam masyarakat, peran dalam kelompok, hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
d) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
g. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara
berpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara
keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motoric
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah
yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan
tangan, merusak barang atau benda, rahang mengatup.
4) Afek dan Emosi
a. Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak
sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
b. Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman
dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan
e. Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f. Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a. Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada
tujuan.
b. Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia
selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan
pertemuan dengan keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan).
10) Memori
a. Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian.
b. Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat
dalam minggu terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak
mampu berkonsentrasi.
12) Kemampuan penilaian
Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian
terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan yang
seharusnya.
13) Daya litik diri
a. Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
pasien menyangkal keadaan penyakitnya.
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
14) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan cara
makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB)
dan BAK, pergi menggunakan WC.
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi
kebersihan tubuh.
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih
dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dadanan
pasien.
e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang,malam,
persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu,
dan cara pemberian.
g) Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur kebutuhan
biaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja
untuk keperluan sehari-hari.
h. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslah
berhubungan dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan,
perumahan ekonomi, pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
k. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klien
skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan anti kolinergik.
2. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
a) Data subyektif
1) Klien mengancam
2) Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
3) Klien mengaatkan dendam dan jengkel
4) Klien mengatakan ingin berkelahi
5) Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
6) Klien meremehkan
b) Data obyektif
1) Mata melotot/pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah memerah dan tegang
5) Postur tubuh kaku
6) Suara keras

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan diterapkan sesuai dengan data yang didapat,
walaupun saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah
melakukan atau mempunyai riwayat perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku
kekerasan adalah :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
d. Isolasi Sosial
B. Rencana Tindakan Keperawatan

INTERVENSI
KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria Tindakan R
asi
Evaluasi Keperawa on
tan al
TUM : Setelah dilakukan asuhan Bina hubungan saling percaya dengan : Hubungan saling
keperawatan jiwa selama 7x a. Beri salam/panggil nama pasien percaya merupakan
Pasien tidak
pertemuan, diharapkan pasien b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan landasan utama untuk
melakukan tindakan hubungan selanjutnya
mampu membina hubungan saling c. Jelaskan maksud hubungan interaksi
kekerasan.
percaya dengan perawat, dengan d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
kriteria hasil : e. Beri rasa aman dan sikap empati
a. Pasien mampu membalas f. Lakukan kontrak singkat tetapi sering
TUK 1 :
salam
Pasien dapat b. Pasien mampu menjabat
Perilaku membina hubungan tangan
Kekerasan saling percaya. c. Pasien ammpu
menyebutkan nama
d. Pasien mau tersenyum
e. Pasien mau kontak mata
f. Pasien mengetahu nama
perawat
g. Menyediakan waktu untuk
kontrak
TUK 2 : Setelah dilakukan asuhan Bantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya : Beri kesempatan untuk
keperawatan jiwa selama 7x a. Beri kesempatan kepada pasien mengungkapkan
Klien dapat
pertemuan, diharapkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya perasaannya, dapat
mengidentifikasi membantu mengurangi
dapat menceritakan penyebab b. Bantu pasien untuk mengungkapkan
penyebab perilaku stress dan penyebab
perilaku kekerasan yang penyebab jengkel/kesal
kekerasan yang perasaan jengkel/kesal
dilakukannya, dengan kriteria
dilakukannya. dapat diketahui
hasil :
a. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
b. Pasien dapat
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel atau kesal
baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya.
TUK 3 : Setelah dilakukan asuhan Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda a. Untuk mengetahui
keperawata jiwa selama 7x perilaku kekerasan yang dialaminya: hal yang dialami dan
Pasien dapat dirasa saat jengkel
pertemuan, diharapkan pasien a. Anjurkan pasien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi mampu menceritakan tanda-tanda b. Untuk mengetahui
dialami saat marah/jengkel
tanda- tanda pasien
tanda-tanda perilaku saat terjadi perilaku kekerasan, b. Observasi tanda perilaku kekerasan pada pasien jengkel,marah
kekerasan. dengan kriteria hasil: c. Simpulkan Bersama pasien tanda-tanda c. Menarik
a. Pasien dapat jengkel/kesal yang dialaminya
mengungkapkan perasaan kesimpulan Bersama
saat marah/jengkel pasien agar pasien
mengetahui secara
b. Pasien dapat garis besar
menyimpulkan tanda-tanda
jengkel/kesal yang dialami tanda-tanda
marah/kesal
TUK 4 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan a. Mengekspresikan
keperawatan jiwa selama 7x yang dilakukannya selama ini : perasaan pasien
Pasien dapat terhadap perilaku
pertemuan, diharapkan pasien a. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perilaku
kekerasan yang
mengidentifikasi mampu menjelaskan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh pasien
biasa dilakukan
jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, b. Bantu pasien bermain peran sesuai dengan b. Untuk mengetahui
kekerasan yang dengan kriteria hasil : perilaku kekerasan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan
pernah a. Pasien dapat c. Bicarakan dengan pasien, apakah cara yang pasien yang biasa
dilakukannya. mengungkapkan perilaku lakukan agar masalahnya selesai? dilakukan dan
kekerasan yang biasa dengan bantuan
dilakukan perawat bisa
membedakan
b. Pasien dapat bermain peran
perilaku konstruktif
dengan perilaku kekerasan dan destruktif
yang biasa dilakukan c. Dapat membantu
c. Pasien dapat mengetahui pasien menemukan
cara yang biasa dapat cara yang dapat
menyesuaikan masalah dilakukan untuk
atau tidak menyelesaikan
masalah yang
dialaminya
TUK 5 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) dari a. Membantu pasien
keperawatan jiwa selama 7x cara yang dilakukan : untuk menilai
Pasien dapat perilaku kekerasan
pertemuan, diharapkan pasien a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang
yang dilakukannya
mengidentifikasi mampu menjelaskan akibat tindak dilakukan pasien
b.Dengan mengetahui
akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya, b. Bersama pasien menyimpulkan akibat cara yang akibat perilaku
kekerasan. dengan kriteria hasil : digunakan oleh pasien kekerasan,
a. Pasien dapat menjelaskan diharapkan pasien
akibat dari cara yang dapat merubah
digunakan pasien perilaku destruktif
yang dilakukannya
menjadi perilaku
yang konstruktif

TUK 6 : Setelah dilakukan asuhan a. Tanyakan pada pasien “apakah ia ingin mempelajari a. Agar pasien dapat
keperawatan jiwa selama 7x cara baru yang sehat?” mempelajari cara
Pasien dapat yang sehat, yang
pertemuan, diharapkan pasien b. Berikan pujian jika pasien mengetahui cara lain yang
mengidentifikasi mampu mengidentifikasi cara konstruktif
sehat
b. Dengan
cara c. Diskusikan dengan pasien cara lain yang sehat :
konstruktif dalam mengungkapkan mengidentifikasi
- Secara fisik: Tarik nafas dalam jika sedang cara konstruktif
konstruktif dalam kemarahannya, dengan kriteria
hasil : kesal/memukul bantal/Kasur atau olahraga atau dalam merespon
mengungkapkan pekerjaan yang memerlukan tenaga terhadap
kemarahan. a. Pasien dapat melakukan - Secara verbal: katakana bahwa anda sedang kemarahan, dapat
cara berespon terhadap kesal/tersinggung/jengkel (“saya kesal” anda berkata membantu pasien
kemarahan secara menemukan cara
konstruktif seperti itu; “saya marah karena bapak tidak yang baik untuk
memenuhi keinginan saya”/ “saya marah karena saya mengurangi
diejek dan dihina”) kejengkelannya
sehingga pasien
- Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara
tidak stress lagi
marah yang sehat; Latihan asentif, Latihan c. Reinforcement
manajemen perilaku kekerasan positif dapat
- Secara spiritual: anjurkan pasien sembahyang, memotivasi klien
berdoa/ibadah lain; meminta pada tuhan untuk diberi dan meningkatkan
kesabaran, mengadu pada tuhan terkait harga dirinya
kekerasan/kejengkelan anda d. berdiskusi dengan
pasien untuk
memilih cara yang
lain sesuai dengan
kemampuan
pasien

TUK 7 : 1. Setelah dilakukan asuhan a. Bantu pasiem memilih cara yang paling tepat untuk a. Memberikan
keperawatan jiwa selama 7x pasien
Pasien dapat pasien untuk
pertemuan, diharapkan pasien b. Bantu pasien mengidentifikasi manfaat dari cara yang
menilai respon
mendemonstrasikan mampu memperagakan cara dipilih
perilaku
cara mengontrol mengontrol perilaku kekerasan, c. Bantu keluarga pasien untuk menstimulasi cara kekerasan secara
perilaku kekerasan. dengan kriteria hasil : tersebut (role play) tepat
a. Fisik: Tarik nafas dalam,
pukul bantal/ kasur, olah d. Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien b. Membantu
raga, menyiram tanaman menstimulasi cara tersebut pasien dalam
e. Anjurkan pasien untuk menggunakan cara yang telah membuat
b. Verbal: mengungkapkan dipelajari saat jengkel/marah
bahwa dirinya sedang kesal terhadap cara
kepada orang lain secara yang telah
dipilihnya
langsung dengan tidak
dengan melihat
menyakiti manfaatnya
c. Agar pasien
c. Sosial: latihan asertif
mengetahui cara
dengan orang lain. marah yang
konstruktif
d. Spiritual: sembahyang /
d. Pujian dapat
doa, meditasi, atau ibadah meningkatkan
lain sesuai keyakinan dan motivasi dan
agamanya masing-masing. harga diri pasien
e. Agar pasien
dapatmelaksanak
an cara yang
telah dipilihnya
jika ia sedang
kesaldan marah

TUK 8 : Setelah dilakukan asuhan a. Identifikasi kemampuan keluarga a.A.Kemampuan keluarga


keperawatan selama 7x merawat pasien dari sika papa yang dalam mengidentifikasi
Pasien mendapat akan
pertemuan, diharapkan keluarga telah dilakukan keluarga terhadap pasien
dukungan keluarga keluarga untuk
pasien dapat memberi dukungan selama ini
dalam mengontrol melakukan penilaian
kepada pasien, dengan kriteria b. Jelaskan peran serta keluarga dalam
perilaku kekerasan terhadap perilaku
hasil : merawat pasien
kekerasan
a. Menyebutkan cara c. Jelaskan cara-cara merawat pasien : b. Meningkatkan
merawat pasien yang - Terkait cara mengontrol perilaku pengetahuan keluaga
berperilaku kekerasan marah secara konstruktif tentang cara merawat
- Sikap tenang, bicara tenang dan jelas pasien sehingga
b. Mengungkapkan rasa puas - Membantu pasien mengenal penyebab ia keluarga terlibat dalam
dalam merawat pasien marah perawatan pasien
d. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara c. Agar keluarga dapat
merawat pasien merawat klien dengan
perilaku kekerasan
e. Bantu keluarga mengungkapkan
d. Agar keluarga
perasaannya setelah melakukan mengetahui cara
demonstrasi merawat klien melalui
demnstrasi yang dilihat
keluarga secara
langsung
e. Mengeksplorasi
perasaan keluarga
setelah melakukan
demonstrasi
TUK 9 : Setelah dilakukan asuhan a. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien a. Paien dan keluarga dapat
pada mengetahui nama-nama
keperawatan jiwa selama 7x pasien dan juga keluarga pasien obat yang diminum oleh
Pasien dapat pasien
pertemuan, diharapkan pasien dapat b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
menggunakan obat- b. Pasien dan keluarga
menyebutkan obat- obatan yang berhenti minum obat tanpa seizin dokter
obatan yang dapat mengetahui
diminum dan kegunaannya (jenis,
diminum dan kegunaan obat yang
waktu, dan efek) dikonsumsi pasien
kegunaannya (jenis,
waktu, dosis dan c. Pasien dan keluarga
mengetahui prinsip 6
efek)
benar minum obat agar
Setelah dilakukana asuhan a. Jelaskan prinsip 6 benar minum obat tidak terjadi kesalahan
keperawatan jiwa selama 7x b. Ajarkan pasien minta obat dan minum oabt tepat dalam mengkonsumsi
waktu obat
pertemuan, diharapkan pasien c. Anjurkan pasien untuk melaporkan pada d. Klien dapat memiliki
perawat/dokter kesadaran akan
pentingnya minum obat
dapat minum obat sesuai jika merasakan efek yang tidak menyenangkan
dan bersedia minum obat
program pengobatan d. Beri pujian, jika pasien minum obat dengan dengan kesadaran sendiri
benar dan e. Mengetahui efek
teratur samping sedini mungkin
sehingga Tindakan dapat
dilakukan seseera
mugkin untuk
menghindari komplikasi
f. Memberikan
reinforcement positif
dapat memotivasi
keluarga dan pasien serta
dapat meningkatkan
harga
diri
1. Implementasi Keperawatan
Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku 1. Mendiskusikan maslaah yang
kekerasan. dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala pasien
perilaku kekerasan 2. Menjelaskan mengenai Perilaku
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan Kekerasan (penyebab, tanda dan
yang dilakukan gejala, jenis PK, akibat PK), cara
4. Mengidentifikasi akibat perilaku merawat PK
kekerasan yang dilakukan 3. Melatih/ simulasi 2 cara merawat
5. Menyebutkan cara mengontrol 4. RTL keluarga
perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekkan
Latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: Latihan
nafas dalam dan fisik 2: Memukul
Bantal dan Kasur
7. Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien (SP 1) cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien patuh minm obat perilaku kekerasan
prinsip 6 benar 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan pasien memasukkan merawat langsung kepada pasien
kedalam kegiatan harian perilaku kekerasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1).
4. RTL keluarga / jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2.
pasien yang lalu (SP 1 dan SP 2) 2. Melatih langsung ke pasien.
2. Melatih pasien mengontrol perilaku 3. RTL keluarga / jadwal keluarga
kekerasan dengan cara sosial/verbal untuk merawat pasien.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP4P SP4K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Evaluasi SP 1, 2, 3
pasien yang lalu (SP 1, 2 & 3) 2. Latih langsung ke pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku 3. RTL keluarga: follow up dan
kekerasan dengan cara spiritual rujukan
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Habbi Yulsar Rahman, F., Widodo, A., & Kep, A. (2017). Upaya Penurunan Risiko
Perilaku Kekerasan Pada Dengan Melatih Asertif Secara Verbal (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52404
Hasannah SU. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan. J Ilmu Keperawatan Jiwa. 2019;2(3):149.
Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
Mukhripah Damaiyanti. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Nurhalimah. (2016). Bahan Ajar Keperawatan Jiwa
Pardede, J. A., & Hulu, E. P. (2020). Pengaruh Behaviour Therapy Terhadap Risiko
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Konferensi Nasional (Konas) Keperawatan
Kesehatan Jiwa,4(1),257 266.https://journalpress .org/proceeding/ipkji/
article/view/5 1/51
Pardede, J. A. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to Drinking
Medication Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(4), 399-408. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy
dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 18(3), 157-166. 10.7454/jki.v18i3.419
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy
Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners,3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1005
Putri, V. S., & Fitrianti, S. (2018). Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2),
138- 147. http://dx.doi.org/10.36565/jab.v7i2.77
Sujarwo, S., & Livana, P. H. (2019). Studi Fenomenologi: Strategi Pelaksanaan
Yang Efektif Untuk Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien Di Ruang
Rawat Inap Laki Laki. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 29-35.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.29-35
Yusuf, A., Fitryasari PK, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. S
Tanggal Dirawat : 06 Januari 2023
Umur : 43 Th
Tanggal Pengkajian: 07 Januari 2023
Alamat : Jalan Gunung Sanghayang Gg. Kahuripan No. 4 Padangsambian
Pendidikan : STM
Agama : Hindu
Ruang Rawat :-
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
JenisKel. : Laki-laki
No RM :-

ALASAN MASUK
a. Data Primer
Pasien nampak sendirian, kesepian dan mata berkaca-kaca dan pasien mengatakan
tidak punya teman
b. Data Sekunder
Keluarga pasien mengatakan dulu pasien mengamuk dan tidak bisa mengontrol
emosinya hingga membanting barang – barang yang ada di rumah dan sering
memukul orang lain
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI
Saat ini keluarga pasien mengatakan keadaan pasien sudah lebih baik dari pada
keadaannya dulu. Pasien bisa mengurus ibunya yang sudah lanjut usia dan. Pasien
mengatakan tidak punya teman dirumahnya dan kebutuhan makan keluarga pasien
dibantu oleh kakak iparnya dan bapaknya. Pasien tidak mau menceritakan apa yang
dirasakan saat dikaji terlihat mata pasien nampak berkaca-kaca. dan pasien sering
mengamuk di rumahnya dan tidak bisa mengontrol emosinya hingga membanting
barang – barang yang ada di rumah dan sering memukul orang lain .

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak
JikaYa, Jelaskan:
Pasien mengatakan sebelum dirumah berdaya dulu pasien dirujuk oleh pihak
puskesmas Sanur untuk dibawa ke rumah sakit jiwa di Bangli 4 tahun yang lalu.
2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan:
Pasien memperlihatkan obat yang dikomsumsinya yaitu obat Trihexyphenidyl HCI
dan hasilnya tidak terlalu signifikan namun cukup membantu keadaan pasien
3. a.Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
b. Pernah ada riwayat NAPZA
 Narkotika
 Penyalahgunaan Psikotropika
 Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
 Dll
Tidak ada Riwayat NAPZA.
c. Riwayat Trauma
tidak ada Riwayat trauma.

Usia Pelaku Korban Saksi


1. Aniaya fisik ………… …………
2. Aniaya seksual ………… …………
3. Penolakan ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… …………
5. Tindakan kriminal ………… …………
6. Usaha Bunuh diri ………… …………
Jelaskan:
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :-

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan dalam


pekerjaan)
Bila Ya Jelaskan: pasien tidak mau menceritakan hal yang tidak menyenangkan
tersebut sebab pasien tidak mau mengingat kembali kejadian tersebut dan pasien
nampak sedih.
Menurut cerita dari keluarga pasien penyebab pasien melakukan tindakan itu adalah
karena dulu pasien merasa gagal dalam mencari kerjaan, pasien ingin menjadi satpam
namun terhalang biaya dikarenakan orang tua pasien tidak mampu membiayainya
semenjak itu pasien menjadi putus asa dan sangat stres karena keadaannya.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga : ………………………………………………………………
Gejala : ……………………………………………………………...
Riwayat pengobatan : ……………………………………………………………...

Masalah / Diagnosa Keperawatan :


……………………………………………………………………

PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal :Sabtu, 7 Januari 2023
1. Keadaan umum :Compos Metris
2. Tanda vital:
TD: 110/80.mm/Hg
N: 84 x/m
S : 36,4 C
P : 24 x/m
3. Ukur: BB 90 kg TB 175.cm
☐ Turun
☒ Naik

4. Keluhan fisik:
 Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak
terkontrol (10) (Standar JCI)
☐ Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
☒ Tidak :

 Keluhan lain
 Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki keluhan fisiknya
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:
Keterangan Gambar :
: laki-laki

: perempuan

: intervensi
Jelaskan:

Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah


a. Citra tubuh : pasien mengatakan merasa puas dengan citra tubuhnya
b. Identitas : pasien mengatakan paham akan identitas dirinya di keluarga dan
masyarakat
c. Peran : pasien mengatakan paham akan perannya dalam keluarga dan
masyarakat
d. Ideal diri : pasien mengatakan sudah merasa bangga dengan ideal dirinya
e. Harga diri : pasien merasa harga dirinya tinggi

Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah


2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti / terdekat:
pasien mengatakan orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah ibunya dan
juga adiknya dikarenakan pasien hanya memilki ibu dan seorang adik saja
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat:
Pasien tidak aktif dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien terlihat hanya berdiam rumahnya dan ada hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena sulit dalam mengungkapkan pikirannya dan sangat
tertutup.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien rajin sembahyang yaitu mebanten.
b. Kegiatan ibadah
pasien mengatakan sembahyang setiap hari
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah

STATUS MENTAL
1. Penampilan
☒Tidak rapi
☐ Penggunaan pakaian tidak sesuai
☐ Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya
Jelaskan:
Terlihat cara berpakian pasien kurang rapi
Masalah / Diagnosa Keperawatan : defisit perawatan diri berpakaian.
2. Pembicaraan
☒Cepat
☐ Keras
☐ Gagap
☐ Apatis
☐ Lambat
☐ Membisu
☐ Tidakmampu memulai pembicaraan
☐ Lain-lain………..
Jelaskan: saat dikaji nampak pasien bicara dengan cepat
Masalah / Diagnosa Keperawatan :tidak ada masalah.
3. Aktifitas motoric / Psikomotor
Kelambatan :
☐Hipokinesia,hipoaktifitas
☐ Katalepsi
☒ Sub stupor katatonik
☐ Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Pasien terlihat kurang merespon kondisi lingkungan di sekitarnya terlihat rumah
pasien sangat kumuh dan berantakan
Peningkatan :
☐ Hiperkinesia,hiperaktifitas ☐ Grimace
☐ Gagap ☐ Otomatisma
☐ Stereotipi ☐ Negativisme
☐ Gaduh Gelisah Katatonik ☐ Reaksikonversi
☐ Mannarism ☐ Tremor
☐ Katapleksi ☐ Verbigerasi
☐ Tik ☒ Berjalan kaku/rigid
☐ Ekhopraxia ☐ Kompulsif :sebutkan …………
☐ Command automatism
Jelaskan:
Pada saat pasien mengambilkan obatnya terlihat cara berjalannya sedikit kaku
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda
senang apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya
harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?

a. Afek
☐ Adekuat
☐ Tumpul
☒ Dangkal/datar
☐ Inadekuat
☐ Labil
☐ Ambivalensi
Jelaskan:
Pada saat dikaji pasien nampak tidak mau menceritakan bagaiaman perasaannya
saat itu
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah
b.Emosi
☒ Merasa Kesepian
☐ Apatis
☐ Marah
☐ Anhedonia
☐ Eforia
☐ Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
☐ Sedih
☐ Depresi
☐ Keinginan bunuh diri
Jelaskan:
Pada saat melakukan pengkajian pasien mengatakan kesepian dan tidak memiliki
teman
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
5. Interaksi selama wawancara
☐ Bermusuhan
☐ Tidak kooperatif
☐ Mudah tersinggung
☒ Kontak mata kurang
☐ Defensif
☐ Curiga
Jelaskan:
Terlihat kontak mata pasien kurang saat diajak komunikasi
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
• Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada
orang yang berbicara?
• ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
• Jika : ‘ya”
• Apakah itu benar benar suara yang datang dari luar kepala anda atau dalam
pikiran anda.
• Apa yang dikatakan oleh suara itu?
• Berikan contohnya, apa yang anda dengar hari ini atau kemarin
Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
 Kinestetik
 Visceral
 Histerik
 Hipnogogik
 Hipnopompik
 Perintah
 Seksual

Ilusi
☐ Ada
☒ Tidak ada

Depersonalisasi
☐ Ada
☒ Tidak ada

Derealisasi
☐ Ada
☒ Tidakada
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
7. Proses Pikir
Pertanyaan :
• Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya ?
• Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui TV,
radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara pribdai
tertarik pada anda?
• Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau bisa
mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar apa
yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
• Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
• Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh atu
tidak lazim ?

Arus Pikir :
☒Koheren
☐ Inkoheren
☐ Sirkumstansial
☐ Neologisme
☐ Tangensial
☐ Logorea
☐ Kehilangan asosiasi
☐ Bicara lambat
☐ Flight of idea
☐ Bicara cepat
☐ Irrelevansi
☐ Main kata-kata
☐ Blocking
☐ Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
☐ Afasia
☐ Asosiasi bunyi
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah

Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 PikiranBunuhDiri
 Preokupasi
 PikiranIsolasisosial
 Ide yang terkait
 PikiranRendahdiri
 Pesimisme
 Pikiranmagis
 Pikirancuriga
 Fobia,sebutkan…………..
 Waham:
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar / curiga
 Nihilistik
 Dosa
 Sisippikir
 Siar pikir
 Kontrolpikir
Jelaskan:
……………………………………………………………………
Masalah/Diagnosa Keperawatan: …………………………………

 Gangguan proses pikir : ........................... (jelaskan)


 Lain-lain, jelaskan..........
8. Kesadaran
☐ Menurun:
☒ Compos mentis
☐ Sopor
☐ Apatis/sedasi
☐ Subkoma
☐ Somnolensia
☐ Koma
☐ Meninggi
☐ Hipnosa
☐ Disosiasi: ……………….
☐ Gangguan perhatian
Jelaskan:
……………………………………………………………………
Masalah / Diagnosa Keperawatan :tidak ada masalah
9. Orientasi
☐ Waktu
☐ Tempat
☐ Orang
Jelaskan:
Pasien mampu memperhatikan waktu, tempat dan orang sesuai dengan yang
dialaminya
Masalah / Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah
10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia
Jelaskan:
……………………………………………………………………
Masalah / Diagnosa Keperawatan : ………………………………………

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:
……………………………………………………………………
Masalah / Diagnosa Keperawatan : ………………………………

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan:
Sesuai data fokus……………………………………………………………
Masalah/Diagnosa Keperawatan: ………………………………
 Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)

13. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
……………………………………………………………………
Masalah/DiagnosaKeperawatan : ………………………………
 Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)

KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
☒ Mandiri
☐ Bantuan Minimal
☐ Bantuan total
Jelaskan:
Pasien dapat makan secara mandiri
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
2. BAB/BAK
☒ Mandiri
☐ Bantuan minimal
☐ Bantuan total
Jelaskan:
Pasien dapat melakukan BAB/BAK secara mandiri
Masalah/Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah
3. Mandi
☒ Mandiri
☐ Bantuan minimal
☐ Bantuan total
4. sikat gigi
☒ Mandiri
☐ Bantuan minimal
☐ Bantuan total
5. keramas
☒ Mandiri
☐ Bantuan minimal
☐ Bantuan total
Jelaskan :
Pasien dapat melakukan kegiatan diatas dengan mandiri
Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
6. Berpakaian/berhias
☒ Mandiri
☐ Bantuan Minimal
☐ Bantuan total
Jelaskan :
Pasien dapat melakukan kegiatab berpakaian secara mandiri
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah

7. Istirahat dan tidur


 Tidur Siang, Lama : 14.00 s/d 16.00
 TidurMalam, Lama : 09.00 s/d 06.00
 Aktifitas sebelum /sesudah tidur : menonton tv , makan
Jelaskan :
Pada saat dikaji pasien megatakan sebelum tidur menonton tv dan setelah itu makan
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah
8. Penggunaan obat
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: …………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan : ……………………………………………………
9. Pemeliharaan kesehatan
ya tidak
perawatan lanjutan ☒ ☐

10. Sistem pendukung


ya tidak
keluarga ☒ ☐
terapis ☒ ☐
teman sejawat ☒ ☐
kelompok sosial ☒ ☐

Jelaskan :
Pasien memerlukan perawatan lanjutan untuk mengontrol emosinya dan perlu
dukungan dari keluarga, teman, sejawat dan kelompok sosial agar pasien tidak merasa
kesepian
Masalah / Diagnosa Keperawatan : perilaku mencari bantuan kesehatan

11. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan ☒ ☐
Menjaga kerapihan rumah ☒ ☐
Mencuci Pakaian ☒ ☐
Pengaturan keuangan ☒

12. Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja ☒ ☐
Transportasi ☐
Lain-lain

Jelaskan :
Pasien mengatakan bisa membeli rokok ke warung
Masalah / DiagnosaKeperawatan : tidak ada masalah

Adaftif Maladaptif
☐ Bicara dengan orang lain ☐ Minum alkhohol
☐ Mampu menyelesaikan ☒ Reaksi lambat/berlebihan
masalah ☐ Bekerja berlebihan
☐ Teknik relaksasi ☒ Menghindar
☐ Aktifitas konstruktif ☐ Menciderai diri
☐ Olah raga ☐ Lain-lain…………..
☐ Lain-lain…………….
Jelaskan :
Ketika pasien menghadpi masalah mekanisme koping yang nampak pada pasien adalah
menghindar dan reaksi berlebihan dan menciderai diri
Masalah/Diagnosa Keperawatan: resiko perilaku kekerasan

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Pasien dikucilkan dari dukungan kelompok
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Pasien dikucilkan dari lingkungannya
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Pasien hanya bisa bersekolah sampai jenjeng SMA, tidak bisa melanjutkan karena
terhalang biaya
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Menurut keluarga paisen mengalami gangguan jiwa dikarenakan kecewa dan putus
asa karena keadaannya , pasien ingin menjadi satpam namun terhalang biaya dari
kedua orang tuanya
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Saat dikaji nampak rumah pasien sedikit memprihatinkan
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Saat dikaji masalah ekonomi pasien menengah kebawah atau kurang mampu
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Saat dikaji pasien mengatakan dulu sering didatangi oleh pihak puskesmas namun saat
ini sudah tidak , namun pasien rajin mencari obat jika habis ke puskesmas
 Masalah lainnya, spesifiknya : tidak ada
 Masalah / Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah

ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
☒ Penyakit /gangguan jiwa
☐ Sistem pendukung
☐ Faktor presipitasi
☐ Mekanisme koping
☐ Penyakit fisik
☐ Obat-obatan
☐ Lain-lain, jelaskan
Jelaskan: saat dilakukan pengkajian pasien nampak seperti tidak mengetahui akan
keadaannya
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan

ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Skizofrenia
Terapi medik : Thryhexylphenidyl HCI

ANALISA DATA

N MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


DATA
O
1. DS: Resiko Perilaku Kesehatan
pasien mengatakan tidak
mampu mengontrol emosi
DO:
Keluarga pasien
mengatakan dulu pasien
sering mengamuk dan
tidak bisa mengontrol
emosinya hingga
membanting barang –
barang yang ada di rumah
dan sering memukul orang
lain

2. DS: Isolasi Sosial


pasien mengatakan tidak
punya teman
DO:
pasien hanya tampak diam
dirumah
3. DS : Defisit Perawatan Diri Berpakaian
pasien mengatakan tidak
mau mengganti pakaian
DO :
terlihat cara berpakaian
pasien kurang rapi dan
bersih
4. DS : Perilaku Mencari Bantuan Kesehatan
pasien mengatakan sering
berjalan mencari obat ke
puskesmas dan
mengatakan tidak punya
teman
DO :
pasien memerlukan
perawatan lanjutan untuk
mengontrol emosinya dan
perlu dukungan dari
keluarga, teman, dan
kelompok sosial agar
pasien tidak merasa
kesepian

5. DS : Defisit Pengetahuan
pasien mengatakan tidak
paham dengan
keadaannya
DO :
pasien nampak kurang
paham dengan
penyakitnya

DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri Berpakaian
4. Perilaku Mencari Bantuan Kesehatan
5.Defisit Pengetahuan
POHON MASALAH

Isolasi sosial Defisit perawatan Peril


diri berpakaian bant

Defisit pengetahuan

Resiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah


PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Isolasi sosial

Denpasar, 07 Januari 2023


Perawat yang mengkaji

Ni Made Ayu Sariasih


NIM : 203213232
INTERVENSI KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI RUMAH BERDAYA DENPASAR
Inisial klien : Tn S Ruangan: Rumah berdaya RM No: -
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria Tindakan R
asi
Evaluasi Keperawat on
an al
TUM : Setelah dilakukan asuhan Bina hubungan saling percaya dengan : Hubungan saling
keperawatan jiwa selama 3x g. Beri salam/panggil nama pasien percaya merupakan
Pasien tidak
pertemuan, diharapkan pasien h. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan landasan utama untuk
melakukan tindakan hubungan selanjutnya
mampu membina hubungan saling i. Jelaskan maksud hubungan interaksi
kekerasan.
percaya dengan perawat, dengan j. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
kriteria hasil : k. Beri rasa aman dan sikap empati
h. Pasien mampu l. Lakukan kontrak singkat tetapi sering
TUK 1 :
membalas salam
Pasien dapat i. Pasien mampu
Perilaku membina hubungan menjabat tangan
Kekerasan saling percaya. j. Pasien

ammpu menyebutkan nama


k. Pasien mau tersenyum
l. Pasien mau kontak mata
m. Pasien mengetahu
nama perawat
n. Menyediakan waktu untuk
kontrak
TUK 2 : Setelah dilakukan asuhan Bantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya : Beri kesempatan untuk
keperawatan jiwa selama 3x c. Beri kesempatan kepada pasien mengungkapkan
Klien dapat
pertemuan, diharapkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya perasaannya, dapat
mengidentifikasi membantu mengurangi
dapat menceritakan penyebab d. Bantu pasien untuk mengungkapkan
penyebab perilaku stress dan penyebab
perilaku kekerasan yang penyebab jengkel/kesal
kekerasan yang perasaan jengkel/kesal
dilakukannya, dengan kriteria
dilakukannya. dapat diketahui
hasil :
c. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
d. Pasien dapat
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel atau kesal
baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya.
TUK 3 : Setelah dilakukan asuhan Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda d. Untuk mengetahui
keperawata jiwa selama 3x perilaku kekerasan yang dialaminya: hal yang dialami dan
Pasien dapat dirasa saat jengkel
pertemuan, diharapkan pasien d. Anjurkan pasien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi mampu menceritakan tanda-tanda e. Untuk mengetahui
dialami saat marah/jengkel
tanda- tanda pasien
tanda-tanda perilaku saat terjadi perilaku kekerasan, e. Observasi tanda perilaku kekerasan pada jengkel,marah
kekerasan. dengan kriteria hasil: pasien f. Menarik
a. Pasien dapat f. Simpulkan Bersama pasien tanda-tanda
mengungkapkan perasaan jengkel/kesal yang dialaminya kesimpulan Bersama
saat marah/jengkel pasien agar pasien
mengetahui secara
b. Pasien dapat garis besar
menyimpulkan tanda-tanda
jengkel/kesal yang dialami tanda-tanda
marah/kesal
TUK 4 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien perilaku d. Mengekspresikan
keperawatan jiwa selama 3x kekerasan yang dilakukannya perasaan pasien terhadap
Pasien dapat perilaku kekerasan yang
pertemuan, diharapkan pasien selama ini :
biasa dilakukan
mengidentifikasi mampu menjelaskan perilaku d. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
e. Untuk mengetahui
jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh perilaku kekerasan yang
kekerasan yang dengan kriteria hasil : pasien biasa dilakukan dan
pernah d. Pasien dapat e. Bantu pasien bermain peran sesuai dengan dengan bantuan perawat
dilakukannya. mengungkapkan perilaku perilaku kekerasan yang biasa dilakukan bisa membedakan
kekerasan yang biasa f. Bicarakan dengan pasien, apakah cara yang perilaku konstruktif dan
dilakukan pasien lakukan agar masalahnya selesai? destruktif
f. Dapat membantu pasien
e. Pasien dapat bermain peran
menemukan cara yang
dengan perilaku kekerasan dapat dilakukan untuk
yang biasa dilakukan menyelesaikan masalah
f. Pasien dapat mengetahui yang dialaminya
cara yang biasa dapat
menyesuaikan masalah
atau tidak
TUK 5 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) c. Membantu pasien untuk
keperawatan jiwa selama 3x dari cara yang dilakukan : menilai perilaku
Pasien dapat kekerasan yang
pertemuan, diharapkan pasien c. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang
dilakukannya
mengidentifikasi mampu menjelaskan akibat tindak dilakukan pasien
d.Dengan mengetahui
akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya, d. Bersama pasien menyimpulkan akibat cara akibat perilaku
kekerasan. dengan kriteria hasil : yang digunakan oleh pasien kekerasan, diharapkan
a. Pasien dapat menjelaskan pasien dapat merubah
akibat dari cara yang perilaku destruktif yang
digunakan pasien dilakukannya menjadi
perilaku yang konstruktif

TUK 6 : Setelah dilakukan asuhan d. Tanyakan pada pasien “apakah ia ingin e. Agar pasien dapat
keperawatan jiwa selama 3x mempelajari cara baru yang sehat?” mempelajari cara
Pasien dapat yang sehat, yang
pertemuan, diharapkan pasien e. Berikan pujian jika pasien mengetahui cara lain
mengidentifikasi mampu mengidentifikasi cara konstruktif
yang sehat
f. Dengan
cara f. Diskusikan dengan pasien cara lain yang sehat :
konstruktif dalam mengungkapkan mengidentifikasi cara
- Secara fisik: Tarik nafas dalam jika sedang konstruktif dalam
konstruktif dalam kemarahannya, dengan kriteria
hasil : kesal/memukul bantal/Kasur atau olahraga atau merespon
mengungkapkan pekerjaan yang memerlukan tenaga
kemarahan. a. Pasien dapat melakukan - Secara verbal: katakana bahwa anda sedang terhadap kemarahan,
cara berespon terhadap kesal/tersinggung/jengkel (“saya kesal” anda dapat membantu
kemarahan secara pasien menemukan
konstruktif berkata seperti itu; “saya marah karena bapak cara yang baik untuk
tidak memenuhi keinginan saya”/ “saya marah mengurangi
karena saya diejek dan dihina”) kejengkelannya
sehingga pasien tidak
- Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-
stress lagi
cara marah yang sehat; Latihan asentif, Latihan g. Reinforcement positif
manajemen perilaku kekerasan dapat memotivasi
- Secara spiritual: anjurkan pasien sembahyang, klien dan
berdoa/ibadah lain; meminta pada tuhan untuk meningkatkan harga
diberi kesabaran, mengadu pada tuhan terkait dirinya
kekerasan/kejengkelan anda h. berdiskusi dengan
pasien untuk memilih
cara yang lain sesuai
dengan kemampuan
pasien

TUK 7 : 1. Setelah dilakukan asuhan f. Bantu pasiem memilih cara yang paling f. Memberikan stimulasi
keperawatan jiwa selama 3x tepat untuk pasien kepada pasien untuk menilai
Pasien dapat respon perilaku kekerasan
pertemuan, diharapkan pasien g. Bantu pasien mengidentifikasi manfaat
mendemonstrasikan mampu memperagakan cara secara tepat
dari cara yang dipilih
g. Membantu pasien dalam
cara mengontrol mengontrol perilaku kekerasan, h. Bantu keluarga pasien untuk membuat keputusan
perilaku kekerasan. dengan kriteria hasil : menstimulasi cara tersebut (role terhadap cara yang telah
a. Fisik: Tarik nafas dalam, play) dipilihnya dengan melihat
pukul bantal/ kasur, olah
raga, menyiram tanaman i. Beri reinforcement positif atau manfaatnya
keberhasilan klien menstimulasi cara h.Agar pasien mengetahui cara
b. Verbal: mengungkapkan tersebut marah yang konstruktif
bahwa dirinya sedang kesal i. Pujian dapat meningkatkan
j. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kepada orang lain secara motivasi dan harga diri pasien
cara yang telah dipelajari saat j. Agar pasien dapat
langsung dengan tidak
jengkel/marah melaksanakan cara yang telah
menyakiti
dipilihnya jika ia sedang kesal
c. Sosial: latihan asertif atau marah
dengan orang lain.

d. Spiritual: sembahyang /
doa, meditasi, atau ibadah
lain sesuai keyakinan dan
agamanya masing-masing.

TUK 8 : Setelah dilakukan asuhan f. Identifikasi kemampuan keluarga merawat f. Kemampuan keluarga dalam
keperawatan selama 3x pasien dari sika papa yang telah dilakukan mengidentifikasi akan
Pasien mendapat memungkinkan keluarga
pertemuan, diharapkan keluarga keluarga terhadap pasien selama ini
dukungan keluarga untuk melakukan penilaian
pasien dapat memberi dukungan g. Jelaskan peran serta keluarga dalam
dalam mengontrol merawat pasien terhadap perilaku kekerasan
kepada pasien, dengan kriteria
perilaku kekerasan g. Meningkatkan pengetahuan
hasil : h. Jelaskan cara-cara merawat pasien :
keluaga tentang cara
a. Menyebutkan cara - Terkait cara mengontrol perilaku merawat pasien sehingga
merawat pasien yang marah secara konstruktif keluarga terlibat dalam
berperilaku kekerasan - Sikap tenang, bicara tenang dan jelas perawatan pasien
- Membantu pasien mengenal penyebab ia h.Agar keluarga dapat merawat
b. Mengungkapkan rasa puas marah klien dengan perilaku
dalam merawat pasien i. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara kekerasan
merawat pasien i. Agar keluarga mengetahui
j. Bantu keluarga mengungkapkan cara merawat klien melalui
demnstrasi yang dilihat
perasaannya setelah melakukan
keluarga secara langsung
demonstrasi j. Mengeksplorasi perasaan
keluarga setelah melakukan
demonstrasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI RUMAH BERDAYA DENPASAR

Nama :Tn.S Ruangan :- RM No. :-

DX
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Rabu 11 Resiko perilaku SP 1 S:
januari 2023 kekerasan - Pasien mengatakan
Jam: 10.00 1. Klien mampu membina mau mendengarkan
wita hubungan saling percaya yang dikatakan
perawat
2.mengidentifikasi
- pasien mengatakan
penyebab perilaku
lebih tenang karena
kekerasan tau cara mengontrol
3. membantu mengontrol emosi
perilaku kekerasan dengan
O:
Latihan nafas dalam dan
- pasien Nampak
memukul bantal paham dengan yang
dijelaskan

A:
- pasien mengalami
resiko perilaku
kekerasan
P:
- Latihan Tarik nafas
dalam
- Latihan memukul
bantal jika marah
RTL:
SP 2
1. Klien mampu
mengidentifikasi tanda
gejala perilaku kekerasan
2. Klien mampu
mengidentifikasi akibat
perilaku marah
3. Melatih pasien patuh
minum obat dengan
prinsip 6 benar

Rabu 11 Resiko perilaku SP 2 S:


januari 2023 kekerasan 1.Klien mampu - Pasien mengatakan
Jam: 10.00 mengidentifikasi tanda paham dengan yang
wita gejala perilaku kekerasan dijelaskan perawat
2. Klien mampu O:
mengidentifikasi akibat - Pasien bisa
perilaku marah menjelaskan Kembali
3. Melatih pasien patuh apa yang sudah
minum obat dengan dipaparkan perawat
prinsip 6 benar - pasien nampaka
kooperatif
A:
- ada keinginan dari
pasien untuk tidak
melakukan perilaku
kekerasan
P;
RTL: - minum obat teratur
sesuai anjuran dokter
SP 3
Melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara sosial/verbal
Rabu 11 Resiko perilaku SP 3 S:
januari 2023 kekerasan Melatih pasien mengontrol - Pasien mengatakan
Jam: 10.00 perilaku kekerasan dengan merasa lebih tenang
wita cara sosial/verbal O:
- Pasien bisa
menjelaskan Kembali
apa yang telah
dipaparkan perawat
A:
- pasien mampu
memahami cara
mengontrol
marahnya
P:
RTL: - Mengontrol emosi
SP 4 dengan bercerita,
1. Klien dapat mengontrol berjalan-jalan
perilaku marah dengan
cara spiritual
2. mengevaluasi minum
obat secara teratur

Rabu 11 Resiko perilaku SP 4 S:


januari 2023 kekerasan 1. Klien dapat mengontrol - pasien mengatakan
Jam: 10.00 perilaku marah dengan lebih lega karena
wita cara spiritual tuhan akan selalu
2. mengevaluasi minum melindunginya
obat secara teratur O:
- Pasien bisa
menjelaskan Kembali
yang dijelaskan
perawat
- pasien Nampak
kooperatif
A:
- Pasien Nampak
memiliki keinginan
untuk sembahyang
P:
RTL: - Tri sandya dan
Follow up SP 1-4 sembahyang rutin

LAMPIRAN:
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 1)


Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan pertemuan ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Klien tampak kooperatif saat diajak berinteraksi.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
- membantu mengontrol perilaku kekerasan dengan Latihan nafas dalam dan memukul bantal
4. Tindakan keperawatan
SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan , dan membantu mengontrol perilaku kekerasan dengan
Latihan nafas dalam dan memukul bantal.

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat : “Om swastiastu, selamat pagi bapak, maaf mengganggu waktunya..”,
Pasien : “Selamat pagi “
Perawat : “perkenalkan saya Ayu mahasiswa dari Stikes Wira Medika Bali yang bertugas di rumah berdaya selama 1 minggu ini, Sebelumnya
nama bapak siapa? Dan senang di panggil siapa?”
Pasien : “Nama saya Tn S”

b. Evaluasi/validasi
Perawat : “Bagaimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak merasakan marah atau kesal?”
Pasien :”saya hanya merasa kesepian”
c. Kontrak
Perawat : “Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai kesepian yang saat ini bapak rasakan”.
Pasien : Iya”
Perawat : “agar bapak merasa lebih nyaman, bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?”.
Pasien : “disini aja “(dirumahnya)
Perawat :“berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?”
Pasien :”boleh”
2. Fase Kerja
Perawat: “Apa sih yang bapak rasakan yang menyebabkan bapak kesepian?”
Pasien :”kerena saya tidak punya teman”
Perawat : “saat bapak kesepian apa ada perasaan sedih, ingin menangis, terasa sesak didada, dan mondar mandir?”. “atau mungkin ada hal lain
yang dirasakan?”.
Pasien : “saya merasa sangat sedih, dada saya terasa sesak”
Perawat : “Apa yang bapak lakukan Ketika bapak merasakan seperti yang bapak katakana tadi ?”
Pasien :“saya berteriak” mengamuk tidak bisa mengontrol emosi dan memukul orang lain dik ”
Perawat : “lalu apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang bapak alami dapat teratasi, bagaimana menurut bapak?
Pasien : “tidak dik, yang ada saya dikucilkan oleh orang dan dijauhi dan membuat saya semakin depresi”
perawat : “Baik pak, hal-hal seperti itu memang tidak akan membuat bapak semakin tenang, yang ada bapak hanya akan mendapatkan masalah
baru. nah sekarang saya akan mengajarkan bapak untuk mengontrol emosi. Saat bapak merasa sangat sedih, marah dan kesal bapak bisa
melakukan Teknik nafas dalam, seperti ini ya pak (memperagakan Teknik nafas dalam), agar bapak merasa lebih rileks, namun jika bapak masih
tidak tahan dengan rasa sedih yang bapak rasakan bapak bisa memukul benda-benda lunak seperti bantal atau Kasur. begitu pak.., bagaimana
apakah bapak paham dengan yang saya jelaskan tadi?”
pasien : “ saya mengerti “
3. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Perawat: “Bagaimana perasaan bapak setelah mengobrol tentang kesepian yang bapak rasakan?”
Pasien :” saya merasa lebih tenang karena saya dijelaskan cara mengontrol emosi”
2) Evaluasi Obyektif
Perawat : “Coba bapak jelaskan lagi apa yang membuat bapak sedih, dan bagaimana cara mengontrolnya?”
Pasien : “Saya sedih dan kecewa karena teringat masa lalu, dan cara mengontrolnya adalah dengan Teknik nafas dalam dan memukul bantal”
perawat : “baguss, bapak sudah paham dengan yang saya bicarakan tadi ya”
Kontrak yang akan datang
1) Topik
Perawat : “Baik, pak bagaimana kalau nanti jam 2 siang kita berbincang-bincang lagi tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat kesepian, dan
melatih minum obat yang benar ya?”
Pasien : “boleh”
2) Tempat
Perawat : “Dimana kita bisa berbincang-bincang lagi, bagaimana kalu disini saja?”
Pasien : “boleh”
3) Waktu
Perawat : “kira” besok jam 1 siang bisa tidak?”
Pasien :”bisa ”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 2)


Masalah: Risiko Perilaku Kekerasan
A. PROSES KEPERWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenal penyebab marah
2. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
b. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
c. Melatih pasien patuh minum obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan keperawatan
SP 2: mengidentifikasi tanda gejala, akibat dari perilaku kekerasan, dan melatih pasien patuh minum obat.
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat :“ Om swastyastu, Selamat siang,bapak ? Masih ingat dengan saya?”
Pasien : “Selamat siang, masih”
b. Evaluasi/validasi
Perawat :“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Apakah ada penyebab kesedihan yang lain dan
belum diceritakan kemarin?
Pasien :”tidak ada”
c. Kontrak
Perawat:“sesuai dengan rencana kita tadi pagi kita akan membicarakan tentang mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan, akibat dari
perilaku kekerasan, dan melatih minum obat?.
Pasien : “Baik dik”
Perawat : “seperti kesepakatan tadi pagi kita akan mengobrol disini saja, apakah bapak sudah merasa nyaman ?”
Pasien :”sudah dik”
2. Kerja
Perawat :“Kemarin bapak sudah menceritakan penyebab kesedihan, nah sekarang bapak tau tidak tanda-tanda kalau orang melakukan perilaku
kekerasan?”
Perawat :”gak tau ”
Perawat : “nah tanda-tanda bahwa melakukan Tindakan kekerasan adalah seperti tidak bisa mengontrol emosi, membanting semua barang,
bahkan bisa saja melakukan Tindakan tidak baik ke orang lain misalnya memukul, menggangu orang, itu tidak boleh dilakukan ya pak..”
Pasien :”iyaa dik”
Perawat:“Apakah bapak pernah melakukan tindakan lain selain mengamuk dan memukul orang lain ? lalu apakah setelah malakukan tindakan
tadi masalah yang dialami selesai?”
Pasien :” saya pernah memukul orang dik”
perawat: “baik pak seharusnya tidak boleh dilakukan karena akibatnya bukan menyelesaikan masalah tapi akan menambah masalah, bapak akan
merasa lebih bersalah nantinya, bagaimana pak apakah paham dengan yang saya bicarakan?”
pasien : “sudah”
perawat : “baik pak, sekarang bapak minum obat apa saja ya?”
pasien : “ trihexyphenidyl HCI”
perawat : “baik bapak harus minum obat dengan teratur ya, agar kondisi bapak cepat Kembali pulih, serta emosi bapak lebih terkontrol. ingat
bapak harus minum obat sesuai anjuran dokter sehari diminum berapa kali, dosisnya berapa, waktunya kapan saja, dan obatnya dipakai dengan
cara apa,,”
pasien : “baik dik”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Perawat :“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan, akibat dari perilaku
kekerasan, dan melatih minum obat?”
Pasien : “saya merasa paham sekarang dik”
b. Evaluasi obyektif
Perawat: “Coba sebutkan kembali tanda-tanda perilaku kekerasan “
Pasien:”misalnya memukul orang lain dan mengamuk karena tidak bisa mengontrol emosi saya membanting semua barang dik”
Perawat:” “Bagus...lagi, kalau akibatnya apa?”
Pasien :”Bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain dik”
Perawat:”ya benar pak, lalu bapak minum obat harus bagaimana agar cepat pulih?”
pasien : “saya harus minum obat sesuai anjuran dokter”
perawat: “iya benar sekali pak”
c. Kontrak
1) Topik
Perawat :“Bagaimana kalau hari rabu saya kesini lagi menemui bapak kita akan belajar mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang lebih
sehat?”
Pasien : “Boleh”
2) Tempat
Perawat:“Dimana saya bisa menemui bapak hari rabu?”
Pasien : “Di Rumahsaya saja dik”
Perawat : “baiklah pak”
3) Waktu
Perawat: “bapak ingin jam brapa nanti hari rabu? “
Pasien :” jam 11 pagi“
4) Rencana tindak lanjut
Perawat: “nah karena bapak sudah tau tindakan yang telah dilakukan maukah Pak S
belajar mengontrol perilaku rasa marah yang sehat? Nanti saya ajarkan bapak, bagaimana,
bersedia?”
Perawat : “bersedia”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 3)


Masalah: Risiko Perilaku Kekerasan
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Klien sudah mengetahui tanda-tanda perilaku kekerasan dan akibatnya, serta paham dengan aturan minum obat klien tampak tenang dan
kooperatif.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara sosial/verbal.
4. Tindakan keperawatan
SP: membantu klien menemukan cara yang sehat untuk mengontrol marah yang dirasakannya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam Terapiutik
Perawat :“ Om Swastyastu Selamat pagi, pak ,,”
Pasien:”pagi”
b. Evaluasi/validasi
Perawat :“Bagaimana perasaan bapak saat ini?’
Pasien :”baik-baik saja ”
c. Kontrak
Perawat :“Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengontrol marah yang sehat ya pak?”
Pasien : “iyaa dik”
Perawat: “sesuai kesepakatan kemarin kita akan belajar di Rumah kan pak?”.
Pasien : ”ya benar”
Perawat :“berapa lama kita bercakap-cakap ?”
Pasien :”15 menit saja”
Perawat : “baik kalau begitu 15 menit ya pak”
2. Kerja
Perawat :“Menurut bapak, bagaimana cara mengngkapkan kesedihan dan rasa kecewa yang benar, terutama tidak merugikan atau
membahayakan orang lain?”
Pasien : memukul bantal dik atau saya akan pukul kasurnya”
Perawat :” ya bagus. Nah sekarang akan saya ajarkan satu persatu cara marah yang
sehat, langsung saya jelaskan ya pak, yang pertama kita bisa langsung kepada orang yang membuat kita kesal atau marah, misalnya dengan
mengatakan, saya kesal dengan kamu! maka hati kita akan sedikit lega, atau kitab isa menceritakan kepada orang yang menurut bapak bisa
dipercayai mengeluarkan semua yang bapak rasakan, aga bapak tidak merasa terbebani sendiri. yang kedua dengan menarik nafas dalam saat
marah atau kesal ya pak sehingga akan menjadi lebih rileks. yang ketiga dengan mengalihkan rasa marah/ jengkel kita dengan aktivitas, misalnya
dengan olahrga, membersihkan rumah, jalan-jalan ketempat yang bapak sukai kepantai misalnya sehingga dapat mengurangi ketegangan,
bagaimana pak apakah paham?, ada yang belum jelas?”.
Pasien :” paham dik “
Perawat :”sekarang bapak bisa coba memilih salah satu cara untuk dipraktikkan”.
Pasien : “saya mau ambil yang bicara langsung”
Perawat :”baik pak silahkan,,”
Pasien :”baik kesal sama kamu saya benar-benar marah kalua kamu melakukan itu”
Perawat :” baik pak bagus seperti itu caranya yaa”
pasien : “iyaa”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Perawat :“Bagaimana perasaan setelah berlatih cara mengontrol marah yang sehat?”
Pasien :”merasa lebih tenang dik”
b. Evaluasi Obyektif
Perawat: “Coba bapak jelaskan lagi bagaimana cara mengontrol kecewa dan sedih yang sehat?”
Pasien :” yang pertama langsung marah ke orangnya, lalu bisa bercerita pada orang lain, dan mengalihkan aktivitas seperti olahraga atau jalan-
jalan.”

Perawat : “ ya bagus pak !!!”
c. Kontrak
1) Topik
Perawat :“hari jumat kita akan berlatih melakukan kegiatan spiritual dan mengevaluasi cara tarik nafas dalam, pukul bantal Kasur minum obat
teratur dan mengontrol marah yang sehat ya pak?”
Pasein : “baik dik”
2) Tempat
Perawat :“Dimana kita bisa berdiskusi nanti pak?”
Pasien : “di rumah saja dik”
Perawat :” baik pak“
3) Waktu
Perawat: “Mau jam brapa pak?”
Pasien :” jam 1 siang ya”
Perawat :”baik pak”
d. Rencana Tindak Lanjut
Perawat : “Tolong pak , nanti dicoba lagi cara yang sudah saya ajarkan dan jangan lupa
ikuti kegiatan diruangan ya!”
Pasien :”baik dik”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 4)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengontrol marah yang sehat
b. Klien dapat mempraktikkan apa yang diajarkan perawat
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Kusus
a. Klien dapat mengontrol perilaku marah dengan cara spiritual
b. mengevaluasi minum obat secara teratur
4. Tindakan Keperwatan
SP 4: membantu klien mengontrol marahnya dengan cara spiritual dan mengevaluasi minum obat secara teratur
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat :“Om swastyastu, Selamat siang pak”
Pasien :”siang dik”
b. Evaluasi/validasi
Perawat :”Bagaimana perasaan pak saat ini ? apakah sudah lebih rileks?”.
Pasien :”lebih rileks dik ”
c. Kontrak
Perawat :“Seperti kesempatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
mengontrol kesedihandan kecewa dengan cara spiritual bagi bapak”.
2. kerja
perawat : “bapak biasanya sembahyang kapan saja?”
pasien : “ saat rerahinan saja dik”
Perawat : “baik pak, jadi jika bapak merasa sedih, kesal, dan kecewa bapak bisa melakukan Tri Sandya dan bersembahyang seperti biasa setiap
harinya, bapak bisa mengungkapkan semua yang tidak bisa bapak ungkapkan kepada orang lain, meminta pertolongan agar bapak selalu berada
dalam lindungan-NYA, mudah-mudahan selalu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi segala permasalahan hidup,.., bagaimana
pak apakah sudah paham?”
Pasien : “paham dik”
perawat : “apakah bapak sudah minum obat secara teratur dan sesuai dosisnya?”
pasien : “sudah dik”
3. Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan setelah tahu tentang cara mengontrol kesedihan/kecewa dengan kegiatan sembahyang? “
Pasien :”merasa lebih lega bahwa saya pasti akan selalu dilindungi Tuhan”
perawat : “ benar sekali pak,,”
a. Evaluasi obyektif
Perawat :”Coba bapak sekarang menjelaskan bagaimana caranya agar bisa mengontrol sedih?”
Pasien :” jika saya merasa sedih saya akan Tri Sandya dan sembahyang mengungkapkan semuanya dan meminta pertolongan pada Tuhan”
Perawat :”ya bagus pak!!”
b. Kontrak
1. Topik
Perawat :“Bagaimana kalau kapan-kapan kita berbincang lagi tentang masalah bapak yang
lain?”
Pasien :”boleh”
2. Tempat
Perawat : “untuk tempatnya kita bercakap cakap ditempat ini lagi ya?
Pasien :”iya boleh”
3. Waktu
Perawat : “Mau berapa lama?” bagaimana kalau 15 menit saja?”
Pasein :” iya boleh”
d. rencana tindak lanjut
Perawat : “Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya dan ingat
sembahyang pak ”
Pasien :”baik dik ‘’

Anda mungkin juga menyukai