Anda di halaman 1dari 14

PAPER

BUDAYA TENTANG KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Oleh:

KELOMPOK 7

Putu Echa Leona Setiawan (203213230)

Ni Made Ayu Sariasih (203213232)

I Putu Agus Artawan (203213235)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI DENPASAR

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1


1.2 Tujuan.................................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

2.1 Pengertian Kebudayaan Dan Rumah Sakit........................................................... 2


2.2 Peran Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit............................................................. 4
2.3 Kebudayaan Rumah Sakit..................................................................................... 5
2.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kesehatan Masyarakat.................................. 7

BAB III PENUTUP......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................12

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai social, norma social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur social, religius, dan lain-lain.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam, sehat merupakan suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sedangkan
menurut Isniati (2013) sehat adalah dinamis, statusnya berubah-ubah yang
mempengaruhi seseorang daldam tingkat fisiologis, psikologis, dan dimensi kultur
social. Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau lebih dari perspektif
biologis dan klinis, psikologis, sosiologis dan adaptif.
Dalam dunia kesehatan metode pengobatan terus berkembang. Namun, khususnya di
Indonesia dalam masalah kesehatan masih diikuti oleh kebudayaan masyarakat local.
Yang disisi lain berbenturan atau berbanding terbalik dengan hasil-hasil penelitian di
dunia kesehatan. Misalnya, ibu hamil yang tidak boleh mengkonsumsi ikan. Padahal
gizi yang terkandung dalam ikan sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan janin yang
terkandung didalamnya. Peran tenaga kesehatan khususnya perawat, kita harus
memberikan suatu penyuluhan kesehatan atau pengetahuan tentang mengkonsumsi ikan
bagi ibu hamil sangat dibutuhkan. Namun, untuk mewujudkan penyuluhan tersebut
tidak lepas kerjasama tim tenaga kesehatan itu sendiri dan jangan membeda-bedan
pasien dari sudut pandang keagamaan, budaya, suku dan penyakit yang diderita oleh
pasien tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam
menangani pasien agar memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan melakukan
tindakan yang sesuai dengan prinsip pelayanan yang baik.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani
atau memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan kebudayaan yang baik yang
berlaku ditengah masyarakat

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebudayaan Dan Rumah Sakit


1. Konsep Kebudayaan
Menurut Munandar (2012) Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang
antropologi sejak awal mula dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal
studi perilaku organisasi. Bagaimanapun juga, baru-baru ini saja konsep budaya
timbul ke permukaan sebagai suatu dimensi utama dalam memahami perilaku
organisasi. Bahwa banyak karya akhir-akhir ini berpendapat tentang peran kunci
budaya organisasi untuk mencapai keunggulan organisasi. Mengingat keberadaan
budaya organisasi mulai diakui arti pentingnya, maka telaah terhadap konsep ini perlu
dilakukan terutama atas berbagai isi yang dikandungnya.
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi.
Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah
ini. Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan
dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep
ini memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar
kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut
dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam
pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli Antropolgi mempunyai pengertian
yang sama tentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi yang mencoba
mengumpulkan definisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi
kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak definisi
tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi tentang arti dari
istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam Antropologi dibuat seorang ahli
bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi kebudayaan yang berbeda dengan
pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari: “Kebudayaan adalah seluruh
cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup
saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”.

Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-
cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan
manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

2
2. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Berikut ini ialah beberapa jenis-jenis rumah sakit yang akan dijelaskan untuk
memberikan gambaran mengenai Kebudayaan rumah sakit
1) Rumah sakit umum
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu
negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif
ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas
bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi
kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan
penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center
(pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar
rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap
(rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa
klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
2) Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau
rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric
hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas
gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan
universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia
didirikan dengan tujuan nirlaba.
3) Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak
universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat /
Tri Dharma perguruan tinggi.
4) Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani
pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan
3
tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan
lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan
sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang
terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan
di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat
untuk masyarakat umum.
5) Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya
dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin
menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.
Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.

2.2 Peran Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit


Menurut Purnomo (2013) Kehidupan suatu bangsa sangat bergantung pada kemampuan
hidup bersama berdamping dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kemampuan hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain, suatu bangsa harus sehat, cerdas, beradab,
berbudaya, dan memiliki keunggulan.
1. Sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
1) Membangun masyarakat bangsa yang sehat (individu, keluarga, komunitas).
2) Terdiri atas beberapa jenis pelayanan profesional dalam bidang kesehatan yang
bersifat terintegrasi sepenuhnya.
3) Merupakan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat menyeluruh dan paripurna:
memberdayakan masyarakat.
2. Sifat berbagai sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
1) Sesuai batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab profesi.
2) Saling mengisi, melengkapi, menyepurnakan pelayanan kesehatan kepada
masyakat.
3) Saling menghormati batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab masing-
masing profesi.
3. Saling melengkapi antar sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
1. Sistem pemberian pelayanan asuhan kesehatan masyarakat
2. Sistem pemberian pelayanan asuhan kefarmasian
3. Sistem pemberian pelayanan asuhan keperawatan
4
4. Sistem pemberian pelayanan asuhan kedokteran
4. Peran dan fungsi perawat
1. Komunikator
1) Komunikasi terintegrasi dalam semua pesan keperawatan.
2) Perawat berkomunikasi dengan klien, pendukung klien, tenaga kesehatan lain
dan keluarga
3) Perawat mengidentifikasi masalah klien dan mengkomunikasikan secara verbal
atau tertulis kepada tim kesehatan lain
4) Perawat harus kompeten untuk mengkomunikasikan secara jelas dan tepat agar
kebutuhan kesehatan klien dapat terpenuhi
2. Pendidik
1) Membantu klien belajar tentang kesehatan dan cara memulihkan atau
memelihara kesehatan mereka.
2) Mengkaji kebutuhan pembelajaram dan kesiapan klien untuk belajar,
menetapkan tujuan belajar yang spesifik, menerapkan strategi penyuluhan dan
mengukurnya.
3. Pembela
1) Bertindak melindungi klien
2) Memberikan informasi yang diperlukan klien atau memfasilitasi agar tenaga
kesehatan lain memberikan informasi yang diperlukan klien
3) Menjelaskan kepada klien tentang hak mereka dan membantu mereka untuk
berbiacara.
4. Konselor
1) Proses membantu klien untuk mengetahui dan mengatasi masalah psikologi
atau sosial, meningkatkan hubungan interpersonal, dan meningkatkan
pertumbuhan personal.
2) Memberikan dukungan emosianal, intelektual dan psikologik
3) Membantu klien untuk mengembangkan sikap, perasaan dan perilaku dengan
melihat alternatif perilaku dengan melihat alternatif perilaku lain yang lebih
sehat dan meningkatkan kemampuan pengendalian diri.
5. Pembawa Perubahan
Memodifikasi perilaku, lingkungan dan sistem dan membantu klien memperoleh
kembali kesehatanya.

5
2.3 Kebudayaan Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang
khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok
profesi dalam pelayanan penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan
masyarakat, rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian. Rumah sakit
di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama adalah pemerintah
dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum
terutama yang tidak mampu.
Kedua adalah institusi keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk melayani
masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Mengingat adanya dinamika
internal (perkembangan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang, rumah
sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian diri untuk merespons dinamika eksternal dan
integrasi potensi-potensi internal dalam melaksanakan tugas yang semakin kompleks.
Upaya ini harus dilakukan jika organisasi ini hendak mempertahankan kinerjanya
(pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekaligus memperoleh dana yang memadai bagi
kelangsungan hidup organisasi).
Dalam konteks tersebut, pemahaman atas budaya pada tingkat organisasi ini merupakan
sarana terbaik bagi penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar yang terlibat
(misalnya pasien dan keluarganya) dan yang berkepentingan (seperti investor atau
instansi pemerintah terkait) maupun bagi pembentukan dan pengembangan budaya
organisasi itu sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang sedang dan akan dihadapi.
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, meningkatnya keadaan sosial ekonomi
masyarakat, serta adanya kemudahan dibidang transportasi dan komunikasi, majunya
IPTEK serta derasnya arus sistem informasi mengakibatkan sistem nilai dalam
masyarakat berubah. Masyarakat cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih
bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Pelayanan rumah sakit yang baik bergantung dari
kompetensi dan kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk meningkatkan
kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut selain melalui program pendidikan dan
pelatihan, juga diperlukan pengaturan dan penegakan disiplin sendiri dari para pengelola
rumah sakit serta adanya yanggung jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah
sakit untuk menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik.
Selain itu, dalam perkembangan teknologi dan berbagai bidang yang lainnya tercipta
sebuah istilah yang menandakan sebagai suatu Budaya dalam lingkup kesehatan istilah
6
tersebut ialah Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan
yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan
dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul
dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling
pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan
masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam
perawatan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan pembahasan kasus.
Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah
sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi
multidisiplin tentang kasus mediko 5 legal dan dilema etika biomedis dan proses
pengambilan keputusan yang terkait dengan permasalahan ini.

2.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kesehatan Masyarakat


1. Pengertian kebudayaan
Secara sederhana kebudayaan dapat di artikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya,
yang merupakan bentuk jamak dari budhi (budi/akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
2. Unsur kebudayaan
Menurut Fudiyartanto (2012) Mengenai pengertian budaya itu sendiri memang
terdapat bermacam-macam argumen meskipun barangkali esensinya sama.
Definisi dari Briere bersifat sangat luas karena melibatkan segala aspek materi,
pengetahuan, dan nilai-nilai moral yang dimiliki masyarakat; serta agak filosofis
karena sejatinya kebudayaan diciptakan demi kebaikan umat manusia agar dapat hidup
dan berkembang secara relatif mudah dan harmonis. Sementara itu, Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Berdasarkan definisi ini dapat dikatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia
adalah “kebudayaan” karena rata-rata didapat dari hasil belajar.
Peneliti memilih tujuh unsur yang disebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di
dunia yang juga dikenal dengan istilah cultural universals yaitu:
1) Bahasa
7
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi social
4) Sistem peralatan hidup dan teknologi
5) Sistem mata pencaharian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian.
3. Manfaat bagi petugas kesehatan mempelajari kebudayaan
1) Didalam semua religi atau agama ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan, gizi. Misal orang yang beragama islam tidak makan babi sehingga
dalam rangka untuk memperbaiki status gizi, seorang kesehatan dapat
menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan
agamanya.
2) Dengan mempelajari organisasi masyarakat maka petugas kesehatan akan
mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang
berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang di segani.
Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dengan upaya
mengubah prilaku kesehatan masyarakat.
3) Petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan
mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, di ubah, dan pengetahuan mana yang
perlu di lestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
4) Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa local agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama, dan rasa
persaudaraan.

4. Aspek social yang mempengaruhi status kesehatan dan prilaku kesehatan


Ada beberapa aspek social yang mempengaruhi status kesehatan antara lain:
1. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit infeksi,
sedangkan golongan usia lebih banyak menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung coroner, kanker dan lain-lain.
2. Jenis kelamin

8
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya
di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki
banyak menderita kanker prostat.
3. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit, misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak di lakukan
di sawah dengan lingkungan yang banyak cacing.
4. Social ekonomi
Keadaan social ekonomi juga berprngaruh pada pola penyakit misalnya menderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus
ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan
masyarakat yang status ekonominya rendah.
5. Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan prilaku kesehatan
Aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan:
1) Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpegaruh negative
terhadap kesehatan masyarakat.
2) Sikap fatalistis
Sikap fatalistis hal lain adalah yang juga mempengaruhi prilaku kesehatan.
Contoh beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatic)
yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan tuhan dan sakit atau
mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3) Pengaruh Perasaan bangga pada statusnya
Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah perdesaan tertentu, menolak untuk
makan daun singkong, walaupun mereka tau kandungan vitaminnya tinggi.
Setelah di selidiki ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya
pantas untuk makan kambing dan mereka menolaknya karena status mereka
tidak dapat disamakan dengan kambing.
4) Pengaruh norma
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antar dokter yang
memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengggunaan pelayanan.
5) Pengaruh nilai
9
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap prilaku
kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih dari
pada beras merah padahal mereka mengetahui bahwa vitamin b1 lebih tinggi
beras merah daripada beras putih.
6) Pengaruh unsur budaya yang di pelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap prilaku kesehatan
7) Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap prilaku kesehatan Apabila seorang
petugas kesehatan ingin melakukan perubahan prilaku kesehatan masyarakat

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Oleh karena itu, apabila terjadi perubahan pada salah satu bagian dari keseluruhan
kompleks itu, dikatakan sebagai perubahan budaya.
Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang
terkait dengan budaya, diantaranya adalah prilaku keluarga dalam menghadapi
kematian, dari hasil studi. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan
berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.
Budaya di masyarakat sangatlah mempengaruhi kesehatan dari masyarakat tersebut.
oleh karena itu kita sebagi seorang perawat harus bisa mengedukasikan atau
memberikan pendidikan kesehatan sehingga mereka tahu, paham akan kesehatan
3.2 Saran
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu serta berkualitas penting dalam
pembangunan karena akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang prima sehingga
kepuasan dapat dirasakan oleh setiap masyarakat olehnya itu pelayanan kesehatan harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen


Publishing. (Diakses pada tgl 17 Oktober 2021)
Purnomo, Renggo. 2013. Peranan Tenaga Medis Perawat Dalam Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat Di Rsud Aji Batara Agung Dewa Sakti Kecamatan Samboja Kabupaten
Kutai Kartanegara. eJournal Administrasi Negara. Volume 1, Nomor 2, 2013: 1-11.
http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/10/Jurnal%20(10-01-
13-10-57-05).pdf (Diakses pada tgl 17 Oktober 2021)
Fudiyartanto, F.A. 2012. Penerjemahan Butir Budaya Dari Bahasa Inggris Ke Bahasa
Indonesia. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Vol. XI, No. 2.
ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/download/542/484. (Diakses pada tgl 17
Oktober 2021)
Munandar Sulaeman. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama (Diakses pada
tgl 17 Oktober 2021)

12

Anda mungkin juga menyukai