Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya,
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Antropologi Kesehatan. Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan


mengenai fasilitas kesehatan yang dipandang melalui sudut pandang ilmu
perilaku yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini penulis susun dengan
berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga Tulisan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas


dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Silangkitang, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Fasilitas Kesehatan................................................................................3

2.2 Kontras antara Dunia Barat dan Non Barat...........................................3

2.3 Perubahan Peranan Rumah Sakit...........................................................4

2.4 Rumah Sakit sebagai Masyarakat Kecil................................................5

2.5 Struktur dan Fungsi Rumah Sakit..........................................................6

2.5.1 Struktur Rumah Sakit.....................................................................6

2.5.2 Fungsi Rumah Sakit.......................................................................7

2.6 Mobilitas Buntu dalam Rumah Sakit.....................................................7

2.7 Pandangan Pasien tentang Masuk Rumah Sakit....................................8

2.8 Bentuk – Bentuk Alternatif dari Masuk Rumah Sakit...........................9

2.9 Merubah Praktek – Praktek Amerika....................................................9

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................11

3.2 Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit adalah fenomena yang terus disoroti hingga saat ini
karena menyangkut dengan kondisi kesehatan manusia. Keberadaan
penyakit membuat manusia harus mencari cara untuk terhindar dari
penyakit. Sejak manusia mengalami sakit, manusia selalu berusaha
untuk mencari kesembuhan dirinya melalui berbagai cara agar bisa
menjadi manusia yang sehat seperti sediakala. Maka sejak itulah
ditemukan berbagai sistem kesehatan yaitu tata cara pengobatan, baik
secara tradisional dan modern, pelayanan kesehatan serta fasilitas
kesehatan.
Setiap sistem kesehatan tersebut selalu tidak sama dalam setiap
zaman karena harus mengikuti perubahan – perubahan yang ada, tidak
terkecuali fasilitas kesehatan. Rumah sakit, puskesmas, klinik adalah
salah satu contoh pembangunan fasilitas kesehatan sebagai upaya
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia untuk hidup
sehat. Fasilitas kesehatan dunia tradisional dan dunia barat kontemporer
sangatlah berbeda. Perbedaan ini mengacu pada perkembangan zaman
yang menuntut perubahan – perubahan dalam fasilitas kesehatan.
Perubahan ini membuat sebagian masyarakat kurang memahami
fasilitas kesehatan, baik itu mengenai struktur, fungsi serta peranan
dari fasilitas kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud fasilitas kesehatan?
1.2.2 Bagaimana perbedaan fasilitas kesehatan dunia barat dan
non barat?
1.2.3 Apa struktur, fungsi dan peranan rumah sakit dalam
pandangan ilmu perilaku?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan fasilitas kesehatan di pandang dari ilmu
antropologi kesehatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui fasilitas kesehatan
1.3.2.2 Mengetahui perbedaan fasilitas kesehatan yang ada
dalam dunia barat dan dunia non barat
1.3.2.3 Mengetahui struktur, fungsi dan peranan fasilitas
kesehatan (rumah sakit)
1.3.2.4 Mengetahui rumah sakit dalam pandangan ilmu
perilaku
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Fasilitas Kesehatan


Pelayanan Kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik
dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan
tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan
pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh
masyarakat, terjangkau serta bermutu (Azwar, 1999).

2.2 Kontras antara Dunia Barat dan Non Barat


Di dunia Barat sejumlah penyakit ditangani di rumah sakit dimana
pasien berada di bawah perawatan dan pengawasan dokter, dibantu oleh
perawat – perawat dan petugas kesehatan lainnya. Sedangkan di dunia Non
Barat, pasien cenderung ditangani oleh keluarga sendiri, keluarga memilki
peranan yang besar sebagai penyembuh tanpa dibantu tenaga – tenaga
medis. Kadang kala dalam praktek dunia tradisional dalam proses
penyembuhan suatu penyakit menggunakan mantra – mantra yang
dipercaya berasal dari roh – roh yang dapat menyembuhkan penyakit.
Seorang petugas kesehatan selalu atau kadang kala ditemani oleh
asisten. Peran asisten dalam situasi pengobatan adalah sebagai simbol
seremonial, namun dapat juga sedikit memberi kesembuhan pada pasien.
Di Irian, Shaman menggunakan medium atau asisten sebagai tumbal untuk
mengundanng roh dihadapan penyembuh. Adapun di Manang,
Kalimantan, peran asisten adalah sebagai pembantu dalam proses
penyembuhan.
Dalam dunia tradisional, penyembuh tidak mengenal ahli farmasi,
ahli patologi atau ahli – ahli lain/tenaga medis dalam proses pengobatan.
Mereka hanya percaya terhadap dukun/peramal yang melakukan diagnosis
penyakit dan menyembuhkan penyakit. Di Indonesia masih banyak yang
melakukan pengobatan tradisional hingga saat ini. Depkes mencatat ada 16
jenis pengobatan tradisional yang ada di Indonesia yaitu dukun bayi
terlatih, batra pijat / urut, dukun bayi belum terlatih, tukang jamu gendong,
battra ramuan, battra dengan ajaran agama/spiritual, batra paranormal,
batra patah tulang, batra sunat, tabib, tukang pangur gigi, batra tenaga
dalam, batra pijat refleksi, shinse, battra tusuk jari/akupresur dan
akupuntur.

2.3 Perubahan Peranan Rumah Sakit


Rumah sakit adalah sebuah institusi
perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di Amerika
Serikat rumah sakit menjadi pusat perawatan kesehatan pertama. Pasien –
pasien memanfaatkan perawatan berobat jalan yang mereka terima di
rumah atau di ruang praktek dokter. Laboratorium, radiologi, terapi fisik
dan berbagai macam perawatan/pelayanan kesehatan rumah sakit lainnya
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sebagai pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
Dalam sejarah, peranan rumah sakit pada masa lalu yaitu sebagai
tempat untuk beramal, penampungan bagi orang – orang miskin yang sakit
parah. Rumah sakit dipandang sebagai tempat yang mengerikan, sebagai
tempat orang yang sakit datang untuk mati, pembantu – pembantu rumah
sakit yang tidak terlatih, jumlah dokter yang terbatas, banyak pasien –
pasien yang kaya lebih memilih dirawat di rumah dari pada di rumah sakit
dengan memanggil dokter beserta perawat untuk datang ke rumah.
Perubahan peranan rumah sakit tidak begitu saja terjadi, namun ada
factor- factor yang menyebabkan perubahan itu yaitu bidang bedah yang
relative baru, kemajuan pengobatan ilmiah, pemanfaatan waktu para
dokter dan perawat untuk merawat dan memenuhi kebutuhan kesehatan
pasien.

2.4 Rumah Sakit sebagai Masyarakat Kecil


Menurut UU No. 44 Th. 2009, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Para ahli perilaku umumnya memandang
orang sakit sebagai suatu masyarakat kecil dengan suatu kebudayaanya
sendiri yang sangat mirip dengan suatu desa petani atau suatu masyarakat
rumpun kecil dengan suatu kebudayaan. Namun, menurut Fredson, rumah
sakit bukanlah suatu komunitas yang mandiri, rumah sakit hanya dapat
disebut sebagai komuniti yang longgar. Artinya bahwa rumah sakit tidak
berkuasa dalam membuat aturan – aturannya sendiri untuk pelaksanaan
kekuasaan terhadap warga rumah sakit termasuk pasien.
Terdapat 2 subkebudayaan dasar rumah sakit yaitu kebudayaan
“pasien” atau “penghuni” dan kebudayaan “profesional” atau “staf”.
Kebudayaan membutuhkan waktu untuk berkembang, maka orang-orang
yang tiap hari berinteraksi selama bertahun-tahun akan lebih mungkin
mengembangkan kebudayaan yang dapat hidup daripada mereka yang
kontaknya hanya bersifat sementara.
Rumah sakit terbagi dalam 2 tipe berdasarkan jenis kepemilikan
yaitu :
1. Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit milik individu – individu tertentu yang
orientasinya disamping untuk tempat penyembuhan pasien
juga untuk mencari keuntungan yang sebesar – besarnya.
2. Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit yang biasanya dikelola oleh pemerintah yang
berorintasi pada amal/sukarela
Terdapat perbedaan antara rumah sakit umum dan rumah sakit
jiwa. Sebagian besar ahli antropologi lebih menyukai meneliti kebudayaan
yang berkembang di rumah sakit jiwa. Kebudayaan di rumah sakit jiwa
lebih berkembang dari pada di rumah sakit umum. Pada rumah sakit jiwa,
pasien mengalami kehilangan kepribadian dan penurunan peranan menjadi
peranan sosial kanak – kanak. Pasien rumah sakit jiwa biasanya dirawat
dalam jangka waktu yang lama, sehingga memberikan kesempatan bagi
pasien untuk berkembangnya kebudayaan pasien yang murni.

2.5 Struktur dan Fungsi Rumah Sakit

2.5.1 Struktur Rumah Sakit


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang otoriter, bahkan
telah diperbandingkan dengan organisasi militer, semua perintah
atau instruksi harus dijalankan, karena jika tidak di jalankan atau
ceroboh dapat menyangkut hidup dan mati pasien. Para ilmuwan
perilaku berpendapat bahwa suatu rumah sakit memiliki sistem
administrasi ganda yaitu sistem otoritas awam (dewan perwalian,
admisitrator rumah sakit dan staf rumah sakit) dan sistem otoritas
professional (dokter/tenaga kesehatan).
Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Nomor 1 Tahun
2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Daerah, struktur rumah sakit adalah sebagai berikut :
a) Direktur
b) Wakil Direktur
c) Sekretariat
d) Bidang
e) Komite Medik
f) Staf Medik Fungsional
g) Komite Keperawatan
h) Instalasi
i) Susunan Pengawas Intern

2.5.2 Fungsi Rumah Sakit


Fungsi rumah sakit dalam pandangan ilmu perilaku yaitu
memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada
masyarakat, sebagai tempat pelatihan tenaga kesehatan serta
sebagai pusat biopsikososiokultural. Sedangkan fungsi Rumah
Sakit menurut UU No 44 Th 2009 sebagai berikut:

 Penyelenggaraan pelayananan pengobatan dan pemulihan


kesehatan sesuai dengan standtar pelayanan rumah sakit
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangam melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkay kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis
 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM adalah
rangkaian peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.6 Mobilitas Buntu dalam Rumah Sakit


Rumah sakit memiliki cirri structural yang disebut mobilitas
terhambat, artinya setiap perawatan pasien di rumah sakit membutuhkan
pelayanan yang berbeda, setiap pelayanan tersebut memilki peranan
masing – masing yang dipisahkan secara tajam satu sama lain dalam suatu
hierarki status yang ketat. Akibatnya, mobilitas vertical dalam suatu rumah
sakit menjadi terbatas dan jarang sekali ada orang yang baru naik dari
status yang lebih rendah ke status yang lebih tinggi tanpa mendapatkan
pendidikan formal.
Contohnya, seseorang yang bekerja pada bagian radiologi tidak
dapat begitu saja dipindahkan ke bagian administrasi. Mereka harus
memilki ketrampilan atau pendidikan formal terlebih dahulu untuk
berpindah tugas ke bagian yang lain. Akibat yang lain yang ditimbulkan
mobilitas terhambat adalah tidak tercapainya komunikasi yang baik dan
mudah untuk kepentingan pasien. Hal ini karena karyawan lebih loyalitas
dalam berkomunikasi hanya pada kelompok professional mereka atau
kelompok sesame statusnnya, sehingga komikasi terhambat.

2.7 Pandangan Pasien tentang Masuk Rumah Sakit


Beberapa hal yang terjadi setelah pasien masuk rumah sakit adalah
sebagai berikut :
a) Kejutan Budaya (Brink dan Saunders 1976)
Pasien rumah sakit harus belajar mengenal lingkungan
rumah sakit yang terasa asing bagi dirinya.
b) Pengalaman depersonalisasi (Coe 1970:313)
Kehidupan rumah sakit yang penuh dengan penggolongan
membuat pasien seperti orang yang merasa terpisah dari
dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya.
c) Proses pengulitan
Pasien harus tunduk pada otoritas rumah sakit, harus
mengenakan fasilitas rumah sakit (pakaian tidur, gelang
identitas, kamar bernomor dll), pasien terbatas untuk
membawa barang pribadi serta harus patuh waktu soal
mandi, pengobatan dan terhadap makanan yang tersedia di
rumah sakit.
d) Kehilangan identitas diri (Brown 1963:119)
e) Kehilangan atas control dan lingkungan fisiknya (Coser
1959:173)
2.8 Bentuk – Bentuk Alternatif dari Masuk Rumah Sakit
Dalam salah satu studi, pada empat buah rumah sakit jiwa atau
bangsal psikiatri di Lima, Peru, ditemukan bahwa perawatan yang efektif
adalah kombinasi yang dikombinasi iklim manusiawi, walaupun
kenyataannya para personal lapisan bawah mempunyai pandangan yang
terlampu otoriter. Cara - cara paksaan kurang sekali ditemukan dalam
bangsal rumah sakit jiwa di Peru. Di Yunani, masuk rumah sakit secara
tradisional melambangkan bahwa pasien telah ditinggalkan oleh
keluarganya. Selain itu, orang Yunani beranggapan bahwa hubungan antar
manusia sama pentingnya terhadap sakit maupun sehat. Sehingga, rumah
sakit menjadi hubungan yang informal, kotor serta berdesakan yang pada
umumnya tidak disukai oleh masyarakat modern. Namun, kenyataannya
justru berdampak kesembuhan dalam konteks budaya Yunani.
Bawahan, termasuk yang paling bawah dari personal rumah sakit,
yakni pasien, cenderung untuk menerima dan mentaati permintaan dan
perintah dari pimpinan. Dalam salah satu rumah sakit, pasien bahkan
diizinkan membawa korek api dan pisau cukur mereka sendiri. orang
mendapat kesan bahwa pnedekatan yang santai terhadap perawatan yang
merupakan penjagaan bersifat menguntungkan bagi staf maupun para
pasien.
Dalam studi yang terkenal tentang sebuah rumah sakit pedesaan di
yunani. Friedl membandingkan antara kamar kecil dengan empat tempat
tidur yang ia amati, dimana pasien membawa sprei dan pakaiannya sendiri
dan dimana mereka selalu ditolong dan diberi makan oleh anggota
keluarganya, dengan perawatan suportif seperti yang diberikan pada pasien
dirumah mereka sendiri.

2.9 Merubah Praktek – Praktek Amerika


Adanya sekelompok rumah sakit kecil di Amerika yang maju telah
melonggarkan banayak dari aturan rumah sakit yang kaku, yang telah
menjadikan rumah sakit sebagai tempat berobat yang tidak menarik.
Mereka sedang bereksperimen dengan cara beralih secara dramatis dari
pola pola perawatan yang konvensional . jam jam menjenguk pasien
diperpanjang, menu disediakan dalam berbagai pilihan. Disamping
perbaikan perbaikan luar, perubahan yang lebih besar lagi mulai nampak,
misalnya dalam pengintegrasian pasien pasien sakit jiwa kedalam
perawatan rumah sakit umum, mengkombinasi pasien pasien yang muda
denga yang tua dalam bangsal yang sama, dan bahkan (dalam kasus
rumah sakit veteran) mengizinkan pasangan suami istri yang sakit untuk
tetap bersama. Di Texas, (Anderson) berkesempatan untuk mengobservasi
kemungkinan yang akan menjadi arah utama dalam perawatan kanak-
kanak, yaitu memperbaiki struktur rumah sakit dengan cara
mengikutsertakan orang tua secara lebih intim kedalam kehidupan rumah
sakit.
Rumah sakit yang kedua telah mengembangkanfasilitas dan dana
bagi lokakarya-lokakarya dan seminar seminar yang tetap, yang
melibatkan semua karyawan, dari operator telepon hingga ahli kardiologi
pediatri, untuk berkonsultasi dengan para ahli ilmu sosial dan ilmu
perilaku.
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Setiap fasilitas kesehatan memiliki sejarah, struktur dan fungsi
masing – masing tidak terkecuali rumah sakit. Rumah sakit dalam
pandangan ilmu perilaku memiliki beberapa aspek yang harus dikaji
yaitu :
a) Perbedaan peranan rumah sakit pada dunia barat dan non barat dimana
dalam dunia Non Barat rumah sakit tidak banyak diperlukan kebalikan
dari dunia barat.
b) Perubahan peranan rumah sakit sebagai akibat perkembangan zaman.
c) Rumah sakit dijadikan sebagai komunitas masyarakat yang terbagi
menjadi tiga tipe rumah sakit.
d) Setiap rumah sakit memiliki struktur organisasi yang dilengkapi peran
dan fungsi masing – masing.
e) Adanya penggolongan status kerja dalam rumah sakit menimbulkan
mobilitas terhambat. Keenam, pasien rumah sakit memiliki pandangan
masing – masing.

3.2 Saran
Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas mengenai rumah
sakit dalam pandangan ilmu perilaku, penulis telah menarik kesimpulan
mengenai isi dari makalah ini. Isi dan kesimpulan yang penulis paparkan
bisa saja berubah apabila ditemukan data yang lebih akurat dan valid dari
yang telah ada dalam makalah penulis ini. Karena itu janganlah terlalu
berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak kekurangan,
baik yang diketahui ataupun tidak diketahui, maka bacalah juga makalah,
buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang
penulis bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita
bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta:UI-Press.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002. 2001. Pedoman


Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah[serial online].
http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendagri_1_2002.pdf. [diakses pada
tanggal 19 April 2016]

UU RI No. 44 Tahun 2009. 2009. Rumah Sakit[serial


online].dapp.bappenas.go.id/upload/pdf/UU_2009_044.pdf. [diakses pada
tanggal 19 April 2016]

Anda mungkin juga menyukai