Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

PELAYANAN KESEHATAN LANSIA DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA (PSTW) YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia


















Oleh:
Ovilia Mutiara Santika
0971113



KEPANITRAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
PERIODE 26 JUNI 16 AGUSTUS 2014
2

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF
Pelayanan Kesehatan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Yogyakarta
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia






Oleh:
Ovilia Mutiara Santika
09711113







Telah disetujui dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing Fakultas



dr. Titik Kuntari, MPH





3

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan hidayah serta izin-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penugasan elektif mengenai Pelayanan
Kesehatan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta sebagai
salah satu syarat kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.
Alhamdulillah kegiatan elektif ini berlangsung dengan lancar tanpa hambatan
yang berarti. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak, Kelayan panti sosial, Pengurus panti sosial dan Dokter Muda Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam proses kegiatan elektif ini maupun
penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, namun berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak kegiatan elektif dan laporan ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Rediatiwi Wuryaning Jatmi, selaku Kepala Panti Sosial Tresna
Werdha Yogyakarta yang telah memberikan kami izin untuk
melaksanakan kegiatan elektif di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi
Luhur Yogyakarta.
2. dr. Titik Kuntari, MPH, selaku Dokter Pembimbing Fakultas yang selalu
membimbing kami.
3. Drs. Tulus Suseno Handoyo, selaku pekerja sosial yang selalu
mendampingi saya ketika kegiatan elektif berlangsung.
4. Para staf Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Yogyakarta yang
turut membantu dan mendukung terlaksananya kegiatan elektif ini.
5. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, motivasi dan doa
selama saya menjalankan kegiatan elektif ini.

4

Dengan ini, saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Saya menyadari bahwa terdapat masih banyak kekurangan dalam
laporan ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya menerima segala
kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan dan penyempurnaan laporan
ini. Atas perhatian dari berbagai pihak saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sragen, 27 Juli 2014


Penulis

5

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................................................... 5
BAB I LATAR BELAKANG ......................................................... 6
BAB II METODE PENELITIAN .................................................. 8
BAB III HASIL OBSERVASI ........................................................ 9
A. Fakta Masalah ............................................................................... 9
B. Rencana Intervensi ........................................................................ 24
BAB IV INTERVENSI ................................................................... 25
A. Intervensi dan Respon .................................................................. 25
B. Peubahan yang Terjadi ................................................................ 25
C. Harapan Masyarakat ...................................................................... 26
BAB V PEMBAHASAN ................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29
LAMPIRAN ........................................................................................... 30
6

BAB I
LATAR BELAKANG
Setiap manusia harus dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia
merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrat dan universal
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun.
Sebagai manusia yang rentan mengalami gangguan kesehatan akibat dari semakin
bertambahnya usia, semakin menurun pula fungsi organ tubuh dan imunitas tubuh membuat
para lansia untuk lebih memperhatikan kesehatan diri dan juga lingkungan. Jika bakteri dan
virus menyerang dari luar, maka tubuh yang rentan tersebut akan terjadi suatu penyakit.
Penyakit merupakan suatu keadaan abnormal yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi
atau kesulitan terhadap orang yang diserang.
Namun hal tersebut tidak jarang menderita sebuah penyakit akibat dari perilakunya
sendiri yang tidak sehat. Seperti perilaku malas mandi, makan makanan yang terlalu tinggi
garam dan tidak berolahraga dengan benar ataupun malas untuk melakukan aktivitas fisik.
Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan dan faktor sosial dari orang tersebut.
Dalam kondisi yang seperti itu peran poliklinik di dalam panti sangat penting dalam
memberikan pelayanan yang bersifat pencegahan yaitu dengan memberikan penyuluhan
tentang kesehatan kepada lansia agar tingkat pengetahuan mereka tentang penyakit semakin
bertambah. Selain itu pelayanan yang bersifat pengobatan bagi para lansia yang mengalami
penyakit tertentu dan ditambah dengan pelayanan yang bersifat pengontrol agar para lansia
yang sedang mendapatkan terapi bisa berjalan dengan baik.
Panti sosial memiliki klinik kesehatan, namun klinik ini tidak semua dapat
berfungsi sebagaimana layaknya puskesmas atau rumah sakit dengan fasilitas dan
anggaran operasionalnya. Karena panti sosial berada di wilayah kota dan Dinas Sosial
Daerah Istimewa Yogyakarta maka kepala UPT Panti diharapkan berperan untuk
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan dengan pemerintah kota/kabupaten (Handoyo P.,
2010). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan di
Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kota Yogyakarta.

7

BAB II
HASIL OBSERVASI
2.1. Fakta Masalah
2.1.1. Kondisi Panti Sosial
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta adalah panti sosial yang memiliki tugas
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup dengan baik
dan terawat dalam kehidupan bermasyarakat baik yang berada di dalam panti maupun yang
berada di luar panti. PSTW sebagai lembaga pelayanan lanjut usia berbasis panti yang
dimiliki pemerintah dan memiliki fungsi sebagai sumber daya perlu mengembangkan diri
menjadi Institusi yang progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan
lanjut usia yang terus meningkat..
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Unit Budi Luhur memiliki fasilitas berupa beberapa
bangunan, kantor, masjid, ruang pertemuan, lapangan olaraga, gedung poliklinik dan pekerja
sosial, ruang isolasi dan ruang ketrampilan. PSTW Unit Budi Luhur memiliki 7 (tujuh)
wisma.
Tanah yang dimiliki seluas 6.512 m
2
. Nama wisma dibuat dengan menggunakan nama
bunga yaitu : Anggrek, Bougenville, Cempaka, Dahlia, Edelweis, Flamboyan dan Gladiol. Di
Panti Sosial Tresna Werdha terdapat 88 kelayan yang berasal dari berbagai daerah.
2.2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada di Poliklinik Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur
Yogyakarta, terdiri dari satu dokter umum dan tujuh orang perawat. Akan tetapi, karena
dokter umum bersangkutan juga memiliki tugas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul, maka otomatis pelayanan kesehatan tidak dapat dipegang langsung oleh dokter
umum. Dokter umum hanya ada pada hari Selasa. Selebihnya pelayanan dilakukan oleh
perawat yang juga menggantikan peran dokter tersebut (melakukan anamnesis sampai
pengobatan). Padahal dalam sehari, lansia yang berobat berkisar antara 5-10 orang dengan 3
penyakit besar terbanyak yaitu penyakit hipertensi, diabetes melitus dan gout artritis.
Ketidakberadaan dokter dalam poliklinik panti memberikan masalah tersendiri dalam
pelayanan kesehatan, diantaranya pengobatan dan diagnosis yang seringkali tidak tepat. Hal
ini semakin diperburuk dengan kurangnya jumlah pendaftar tenaga kesehatan diluar lapas
untuk masuk dalam lapas sehingga kekosongan tenaga kesehatan tidak dapat tertanggulangi.

8


2.1.3. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Poliklinik Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur
cukup lengkap, yaitu terdiri dari kamar observasi dengan satu buah tempat tidur, ruang
pemeriksaan yang juga merangkap ruang pengambilan obat serta kantor, obat-obatan, dan
beberapa tabung oksigen. Akan tetapi, ruang observasi hampir tidak pernah digunakan
karena kebanyakan pasien dirujuk keluar panti, sehingga fungsi ruangan tersebut beralih
menjadi ruang serba guna.
2.1.4. Alur Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Poliklinik Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur belum
memililki aturan tertulis yang jelas. Semua berjalan sesuai keadaan atau kondisi. Tetapi
secara umum, terdiri dari pendaftaran, pemanggilan, pemeriksaaan, dan pengambilan obat.
Untuk pendaftaran, dapat dilakukan saat pasien masuk PSTW Unit Budi Luhur dan saat
pertama kali datang ke poliklinik yang semuanya diserahkan kepada para pekerja sosial.
Sedangkan untuk pemeriksaan, diserahkan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada mulai
dari anamnesis, hingga peresepan baik dokter umum maupun perawat.

2.1.5. Standar Pelayanan Minimal dan Standar Operasional Prosedur
Poliklinik PSTW Unit Budi Luhur belum memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dan Standar Operasioal Prosedur (SOP) untuk seluruh proses kegiatan pelayanan kesehatan.
Untuk standar pelayanan perawat sendiri hanya dibuat dalam bentuk Instruksi Kerja yang
dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam. Terkadang, perawat mengaku bingung
untuk melakukan tindakan saat sedang tidak ada dokter di tempat. Seluruh tindakan yang
dilakukan saat pelayanan kesehatan mengalir begitu saja. Jika memang terlihat kondisi pasien
tidak mendukung, maka pasien tidak ditangani di poliklinik panti melainkan dilarikan ke luar
panti seperti puskesmas atau rumah sakit.
2.1.6. Sistem Rujukan
Pasien-pasien yang tidak dapat ditangani di poliklinik PSTW Unit Budi Luhur dirujuk ke
beberapa pelayanan kesehatan yang lebih lengkap, baik Puskesmas Kasihan I maupun RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Status seluruh lansia PSTW Unit Budi Luhur adalah pengguna
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Meskipun begitu, dari pihak RS sudah
menyiapkan tempat khusus untuk pasien kiriman dari PSTW Unit Budi Luhur.
9



2.1.7. Kerja Sama dengan Badan Kesehatan Lain
PSTW Unit Budi Luhur pada dasarnya terbuka untuk mengadakan kerja sama
dengan instansi kesehatan lain, baik itu dari lembaga swadaya masyarakat (LSM),
maupun universitas seluruh Indonesia terkait dengan kesehatan. Sejauh ini, sudah
banyak kerja sama yang terjalin, dengan adanya kegiatan penyuluhan ataupun
pemeriksaan gigi. Namun kerja sama tersebut tdak rutin setiap bulan bisa saja ada
hanya 1 tahun sekali atau bahkan 1 tahun sekali pun jarang.

2.2. Rencana Intervensi
Rencana intervensi yang akan dilakukan adalah evaluasi bersama kepala panti
dan pekerja sosial yang bekerja di PSTW Unit Budi Luhur mengenai Standar
Operasional Prosedur sehingga dapat menjadi acuan dalam memperbaiki kualitas
pelayanan di poliklinik PSTW. Rencana selanjutnya adalah memberikan penyuluhan
mengenai hipertensi dan gout artritis. Evaluasi program kesehatan lansia dapat
dilakukan pada saat satu hari sebelum berakhirnya kegiatan magang. Sedangkan
pemberian penyuluhan tentang hipertensi dan gout artritis dapat diberikan pada saat
hari terakhir kegiatan magang .
Untuk mengoptimalkan pemberian penyuluhan tentang hipertensi dan artritis,
saya menggunakan slide presentasi. Dengan adanya media promosi berupa slide
presentasi dan diskusi tanya jawab diharapkan para lansia mampu menjaga
kesehatan diri sendiri dan mengontrol penyakit yang telah dideritanya.






10



BAB III
INTERVENSI
A. Intervensi dan Respon
Intervensi Respon
Evaluasi bersama Standar Operasional
Prosedur Poliklinik PSTW Unit Budi
Luhur Yogyakarta
Kepala panti dan perawat yang bekerja di
PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta
memberikan respon yang baik dengan
adanya evaluasi SOP Poliklinik PSTW
Unit Budi Luhur. Diharapkan hasil
evaluasi ini dapat menjadi acuan untuk
para tenaga medis di PSTW Unit Budi
Luhur Yogyakarta untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi untuk para
lansia.
Penyuluhan tentang hipertensi dan Gout
Artritis
Penyuluhan mengenai hipertensi dan gout
artritis ini memberikan kesadaran kepada
lansia untuk lebih memperhatikan
kesehatannya dan mengontrol kebiasaan
makan yang mempengaruhi dua penyakit
tersebut. Para lansia memberikan respon
yang baik dan antusias ketika penyuluhan
berlangsung.

B. Perubahan yang Terjadi
Perubahan yang terjadi dengan diadakannya penyuluhan tentang hipertensi
dan gout artritis adalah menambah pengetahuan para lansia tentang pentingnya
mengatur pola makan dan olahraga demi menjaga kesehatan diri.
Pemberian SOP tindakan medis kepada perawat di PSTW Unit Budi Luhur
Yogyakarta diharapkan dapat membantu para perawat dalam melakukan tindakan
medis.
11




C. Harapan Masyarakat
Dengan adanya dibuatnya SOP tindakan medis, masyarakat mengharapkan
pelayanan untuk lansia di PSTW Unit Budi Luhur menjadi lebih baik. Selain itu
masyarakat juga berharap dengan bertambahnya pengetahuan mereka tentang
hipertensi dan gout artritis mampu meningkatkan kesadaran para lansia unuk menjaga
kesehatan diri.
12

BAB IV
PEMBAHASAN
Menjadi tua seharusnya bukan untuk ditakuti melainkan untuk dinikmati dan hal
tersebut merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Semakin baik pelayanan kesehatan
sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan akan menyebabkan
makin tinggi pula jumlah penduduk yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia, menurut
Depkes RI sebagaimana dikutip oleh Dr. Zainnudin Sri Kuncoro dalam e-psikologi masalah
kesehatan fisik lansia termasuk masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri
yang merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia,
meliputi fisiologis yaitu berkenaan dengan ilmu biologi yang berkaitan dengan fungsi dan
kegiatan kehidupan atau zat hidup. Psikologis yaitu berkaitan dengan ilmu psikologis yang
mempelajari proses- proses mental baik yang normal maupun abnormal dan pengaruhnya
terhadap prilaku, sosial, budaya,ekonomi dan lain-lain.
Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan
pada lansia yang menyangkut aspek promotif, preventif yaitu yang bersifat pencegahan ,
kuratif yaitu pertolongan penyembuhan dan rehabilitatif yaitu mengembalikan pada keadaan
yang sebelumnya serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Berikut adalah ciri- ciri
manula secara fisik adalah: 1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan
makinmeningkatnya usia, seperti kurangnya pendengaran, jarak pandang. 2. Kumpulan
penyakit-penyakit degeneratif, 3. Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology)
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit keriput, gigi rontok, tulang rapuh,dsb.
Panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo, dan Perda No,
15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda No. 15 Tahun 2000 Tentang Dinas Daerah,
maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha. Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam Peraturan Perundang- Undangan dan
Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 yang
mencangkup akses ke dan dari dalam bangunan, pintu, tangga, lift, tempatparkir, toilet dan
beberapa lainnya dalam aksesibilitas pada bangunan umum. Departemen Sosial memasukan
lansia kedalam kategori penyandang cacat, mental maupun fisik.

13

Meningkatnya usia harapan hidup manusia akan diikuti dengan bertambahnya jumlah
lanjut usia. Contohnya terlihat pada tahun 2006 dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat tercatat
bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Jawa Barat seluruhnya 2.880.548 jiwa dan pada tahun
2020 jumlah populasi lansia diperkirakan mencapai 28 juta jiwa yang mencapai usia 71
tahun, sehingga perlu diimbangi dengan penyediaan salah satunya adalah Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) yang merupakan unit pelaksana teknik dinas.
Selain itu penyelenggaraan Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW)
merupakan bentuk respon terhadap berkembangnya jumlah dan masalah pada lansia, dan
akan semakin diperlukan seiring dengan meningkatnya jumlah lansia bersama masalahnya.
Oleh karena itu keberadaan BPSTW tidak semata-mata sebagai sebuah unit yang
memberikan pelayanan bagi lansia juga sebagai lembaga perlindungan perawatan serta
pengembangan dan pemberdayaan lansia, hal ini sesuai dengan Undang- undang nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
Apapun itu pasti memiliki sisi positif dan negatif, begitu pula dengan panti jompo.
Sampai saat ini, panti sosial tresna werdha (PSTW) masih bercitra sedikit negatif. Selain
karena tempatnya yang dikonotasikan dengan kekumuhan, panti juga seringkali disebut
sebagai tempat pembuangan lansia. Salah satu sisi positif panti jompo adalah sebagai tempat
bersosialisasi lansia sehingga dapat membuat lansia tidak merasa kesepian atau merasa
dibuang. Selain itu juga ditempat ini lansia banyak dilibatkan dalam beberapa aktifitas yang
melibatkan fisik dan mentalnya agar selalu terjaga dan juga dijadikan sebagai sarana
penghibur, contohnya senam sehat, melakukan hobi seperti kerajinan tangan atau sekedar
membaca.
Sedangkan dari hasil wawancara terhadap tenaga medis dan lansia pengetahuan lansia
tentang penyakit yang diderita terutama hipertensi dan gout artritis masih kurang, hal ini
terlihat dari banyak lansia yang masih saja mengalami tanda dan gejala penyakit tersebut
meskipun sudah mendapat terapi. Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan pelayanan
kesehatan terhadap lansia menjadi lebih baik sehingga angka kesehatan lansia meningkat.




14

LAMPIRAN
A. Jadwal Kegiatan Elektif
Hari/tanggal Jam Kegiatan
Selasa,
22/07/2014
07.30-08.30 Mengikuti Senam Bugar Lansia
08.00-09.00 Memberikan penjelasan tentang pelaksanaan
program elektif kepada kepala panti sosial dan
kepala bagian TU serta meminta izin dalam
pelaksanaannya
09.00-12.00 Observasi ke beberapa wisma dan periksa kelayan
panti yang ada di wisma kelayan bedrest
12.00-12.10 Istirahat dan sholat
12.10-16.00 Mencari data kelayan panti sosial dan mencari
masalah kesehatannya
Rabu,
23/07/2014
07.30-08.00 Mengikuti Senam Bugar Lansia
08.30-11.00 Periksa tensi dan keadaan kelayan panti wisma
bedrest
11.00-12.00 Mengikuti kegiatan pelayanan Day Care
12.00-12.10 Istirahat dan sholat
12.10-15.00 Melakukan wawancara
15.00-15.10 Sholat
15.10-16.00 Observasi poliklinik
Kamis,
24/07/2014
07.30-08.30 Mengikuti Senam Bugar Lansia
08.30-10.00 Periksa tensi dan keadaan kelayan panti wisma
bedrest
10.00-12.00 Mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan dari
puskesmas
13.00-14.00 Istirahat dan sholat
14.00-15.00 Diskusi dengan dokter Panti
15.00-15.10 Sholat
15.10-16.00 Mengikuti pelayanan kesehatan di poliklinik
15

Jumat,
25/07/2014
07.30-08.30 Mengikuti Senam Bugar Lansia
Periksa tensi dan keadaan kelayan panti wisma
bedrest
Mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan di
poliklinik Panti Sosial


08.30-13.00
13.00-14.00
14.00-16.00
Sabtu,
26/07/2014
07.30-08.30 Mengikuti pelayanan kesehatan di poliklinik panti
sosial
08.30-11.30 Periksa tensi dan keadaan kelayan panti wisma
bedrest
11.30-13.00 Melakukan wawancara
13.00-14.30 Bertemu dengan Kepala Panti Sosial Tresna Werdha
Unit Budi Luhur Yogyakarta
14.30-15.30 Mengikuti pelayanan kesehatan di poliklinik panti
sosial

16


B. Dokumentasi foto

1. Dokumentasi Poliklinik Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur
Yogyakarta




2. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan

17


3. Dokumentasi Produk dan Intervensi



18

Anda mungkin juga menyukai