Disusun oleh:
Kelompok
Mengetahui
Pembimbing Akademik
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami, dapat menyelesaikan laporan dalam rangka praktek profesi Ners di Panti
Pondok Lansia Bendelonje.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
laporan ini tidak akan dapat terwujud, Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Kepala Panti Pondok lansia yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
melaksanakan praktek profesi dan memberikan ijin atas penggunaan lahan praktek di
Pnati pondok lansia.
2 Ning Arti Wulandari M.Kep, Sandi Alfa Wiga Arsa, M.Kep, Yeni Kartika Sari
M.Kep.Ns, Wimar A., M.Kep.,Ns selaku koordinator sekaligus pembimbing praktek
profesi keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini.
3 Teman-teman sejawatku khususnya kelompok yang telah bekerja keras demi
terselesainya laporan ini.
Semoga bimbingan dan bantuannya dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Dan
akhirnya semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan salah satu faktor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Status kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, perawatan medis, dan keturunan. Faktor lingkungan
meliputi keadaan pemukiman atau rumah, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air, udara,
teknologi, sosial, pendidikan dan kondisi ekonomi, sedangkan perilaku tercermin dalam
kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan hidup bersih dan sehat yaitu: kebiasaan makan,
kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan,
program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Achjar, 2016).
Dalam situasi pandemi saat ini peran dalam upaya penigkatan kesehatan harus
ditingkatkan. Peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui kelompok masyarakat
dengan peran perawat komunitas dalam memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, diaman pada
manusia seseorang mengalami kemunduran fisil, mental, dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari – hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia lebih mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realita yang ada.
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lansia tetap sehat, mandiri, serta produktif bagi masyarakat. Untuk
mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan, sehingga keadaan patologi pun
dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan proses menua yang sehat, oleh
karena proses patologi akan mempercepat jalannya proses penuaan , upaya pencegahan harus
diutamakan.
Tujuan keperawatan gerontik adalah untuk membantu individu lanjut usia memahami
adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan, mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun
social secara optimal, memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, mengembalikan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, mempercepat pemulihan atau penyembuhan
penyakit, meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Untuk mengaplikasikan teori ilmu keperawatan gerontik, dalam upaya menyiapkan
tenaga keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara mandiri, maka
mahasiswa Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar melaksanakan praktek keperawatan
gerontik di Pondok Panti Lansia Bendelonje, Ds. Kendalrejo, Kecamatan Talun Kabupaten
Blitar. Jumlah lansia di Pondok Panti Lansia Bendelonje yaitu 38 orang lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan lansia serta mampu
menangani masalah kesehatan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data kesehatan lansia.
2. Memberikan edukasi kesehatan terkait dengan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi
Covid-19.
3. Memotivasi lansia dalam upaya mengatasi masalah kesehatan.
4. Menyusun perencanaan kegiatan dalam menangani masalah kesehatan yang terdapat
pada lansia.
5. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada guna mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah
keperawatan yang telah ditemukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kepada lansia tentang
kesehatan.
2. Untuk memperoleh pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan menentukan
langkah penyelesaiannya dalam masa pandemi Covid-19.
1.3.2 Untuk Lansia
Lansia mampu mengenali masalah kesehatan yang ada dan dapat menyelesaikan
masalah tersebut di masa pandemic Covid-19.
1.3.3 Untuk Pengelola Panti Lansia
Diharapkan pengelola panti lansia lebih aktif dalam menjalankan program kesehatan
agar terwujudnya lansia yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Panti Jompo Bendelonje Blitar
2.1.1 Pengertian Panti Jompo Bendelonje Blitar
Panti Jompo Bendelonje Blitar adalah pelayanan yang disediakan untuk
manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang memberikan
pelayanan dan perawatan serta berbagai aktivitas yang dapat dimanfaatkan manula
untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas.
2.1.2 Sistem Pelayanan
Sistem Pelayanan di Panti Jompo Bendelonje Blitar diberikan dalam bentuk
Pelayanan sosial. Bentuk pelayanan meliputi :
1. Pemenuhan kebutuhan fisik
Pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat, penyediaan
menu makan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, pakaian, sarana dan
prasarana hidup sehari hari (peralatan mandi, tidur, sholat, dll).
2. Pemenuhan kebutuhan mental
Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang
dapat memberikan semangat dan dorongan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
menumbuhkan rasa percaya diri bahwa lansia tetap dibutuhkan oleh
keluarga/masyarakat, memberikan semangat bahwa potensi yang ada dalam dirinya
dapat digunakan oleh orang lain.
2.3 Penuaan
2.3.1 Proses Penuaan
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa menua adalah suatu proses yang terjadi secara
alamiah yang berarti bahwa seseorang telah melalui ketiga tahap dalam kehidupannya yaitu
anak, dewasa dan tua. Ketika memasuki usia tua berarti akan mengalami berbagai
kemunduran, misalnya kemunduran fisik seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, dan berubahnya postur tubuh (Setiyorini, dkk, 2018).
2.3.2 Teori Proses Menua
Azizah (2011) membagi teori penuaan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori
psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh deprogram untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem 11
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
b. Sistesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal seiring dengan bertambahnya usia
(Tortora dan Anagnostakos, 1990)
c. Keracunan Oksigen
Dengan adanya penurunan kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya, maka
kemampuan sel untuk mempertahankan diri dari zat-zat toksik termasuk zat yang dibawa oleh
oksigen juga mengalami kemunduran. Sehingga struktur membran sel yang berfungsi sebagai
alat pertahanan diri sel menjadi rapuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran
kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khusunya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
e. Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormone
pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa muda aktif dan terus memelihara keaktifan setelah menua, sense
of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang suskes adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
a. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
1. Perubahan Kognitif
a. Daya ingat (memory)
b. Intelligent quocient (IQ)
c. Kemampuan belajar (learning)
d. Kemampuan pemahaman (comprehension)
e. Pemecahan masalah (problem solving)
f. Pengambilan keputusan (decision making)
g. Kebijaksanaan (wisdom)
h. Kinerja (performance)
i. Motivasi
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi
pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya.
2.3.2 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) perubahan yang terjadi pada
lansia dibagi menjadi perubahan fisik, perubahan sistem tubuh dan perubahan kognitif.
2. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentanagan yang tidak teratur.
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologi
akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
sebabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
3. Perubahan Sistem Tubuh
c. Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
d. Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
e. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata: (1) Kehilangan gigi, (2) Indra pengecap menurun, (3) Rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
Kriteria Penapisan
Sesuai dengan peran perawat komunitas
Diagnosa Keperawatan Komunitas
Tersedia SDM
Resiko terjadi
Jumlah Skor
Resiko parah
6. Format B. (Stanhope dan Lancaster 1998): Prioritas masalah Stanhope dan Lanchester.
NO Bobot kriteria Masalah Bobot 1- 10 Rasional Makna masalah
1- 10 CXM
1 Kesadaran lansia
terhadap maslah
2 Motifasi lansia
untuk mengatasi
masalah
3 Kemampuan
perawat untuk
mengatasi masalah
4 Fasilitas yang
tersedia untuk
mengatasi
5 Bertanya akibat
jika masih tetap
6 Cepat masalah
teratasi
7. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
b. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dan rencana tindakan yang dilakukan
8. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan dan di hadapi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
keperawatan kesehatan masyarakat:
a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana dengan
pelayanan kesehatan maupu sektor lainnya.
b. Keterlibatkan petugas kesehatan, kader dengan tokoh masyarakat dalam rangka ahli
peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokomentasikan.
d. Adanya pelaksanaan system rujukan baik medis maupun rujukan kesehatan
9. Evaluasi atau penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan,
keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan atau proses dengan pedoman
atau rencana atau proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau telah di rumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan menurut Nasrul
Effendy, 1998
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan
c. Hasil penilaiaan keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnyaa
apabila masalah belum teratasi. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan
masyarakat bahwa evalusi dilakukan dengan melihat respon komunikasi terhadap
program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan
(procces) dan hasil akhir (output). Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya (cost efficiency)
4) Efektivitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
Kegunaan evaluasi:
1) Menentukan perkembangan keperawataan kesehataan masyarakat yang diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan dan sebagai
umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses
keperawatan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun rencana baru dalam proses keperawataan
Hasil evaluasi:
Terhadap tiga kemungkinan dalam evaluasi, yaitu:
1) Tujuan tercapai apabila ada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah
menuju keluargaan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga
perlu dicari penyebab serta bagaimana memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak
menunjukan perubahan bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini perlu dikaji
secara mendalam apakah terdapat masalah dalam data, analisis, diagnose.
BAB III
Panti Jompo Bendelonje Blitar merupakan penyantunan Sosial bagi lanjut usia terlantar.
Kapasitas tampung lansia berjumlah 38 orang. Panti Jompo Bendelonje Blitar berdiri sejak
tahun 2011.
Struktur Organisasi di Panti Jompo Bedelonje Blitar, sebagai berikut :
1. Kepala Panti jompo
2. Ketenagaan
BAB IV
ANALISA DATA DAN PENGKAJIAN
4.1 MAN
4.1.1 Ketenagaan
Di Panti Jompo Bendelonje Blitar terdapat 12 karyawan, dan 38 lansia.
4.1.2 Kualitas Tenaga
KETUA PANTI PONDOK LANSIA BENDELONJE :
IBU HANDAYAH
TENAGA KERJA KONSUMSI
MUKODAMAH RISKA
RUKAYAH LUD
MARSINI NANING
TITIN SITI
YAYUK
TIKAH
TIN
NIK
4.1. Fasilitas
1. Bangunan perumahan
Bangunan di Panti Jompo Bedelonje Blitar merupakan bangunan permanen dengan
dinding tembok, dan sebagian triplek, lantai keramik, atap esbes ventilasi dan
pencahayaan yang cukup terdiri dari:
a. Asrama : 8 ruang
b. Dapur : 2 ruang
c. Ruang pertemuan : 1 ruang
d. Gudang : 2 ruang
e. Kamar mandi + WC : 4 ruang
f. Mushola : 2 ruang
g. Aula : 1 ruang
DENAH LOKASI
Gedung
AULA
Kamar Mandi
DAPUR
Pakaian
T. Cuci
KM
MUSHOLA
KM
U
GAZEBO MUSHOLA
KM WC
2. Luas lahan seluas 100 ru, luas perkamar 3x4 m
a. Bentuk bangunan: rumah
b. Tipe rumah yang dihuni: permanen
c. Atap rumah: atapnya terbuat dari esbes
d. Dinding: tembok penuh dengan pembatas antar kamar sebagian papan kayu
e. Jenis lantai: keramik.
f. Sistem ventilasi ruangan: setiap ruangan sudah terdapat ventilasi yang cukup
memadai, cahaya matahari dapat langsung masuk ke ruangan.
g. Pencahayaan ruangan: lampu penerangan yang digunakan sudah cukup terang.
h. Kebersihan ruangan: cukup bersih
i. Pengaturan ruangan dan perabotan: dalam ruangan perabotan yang ada sudah tertata
dengan rapi.
j. Pekarangan dan pemanfaatan pekarangan disekitarnya: pekarangan disekitar ditanami
tanaman bunga, dan buah.
k. Peternakan: ada peternakan ayam
l. Perkebunan: Pohon Duku dan Pohon Manggis
m. Sarana olahraga: -
n. Halaman: ditanami dengan tumbuhan
o. Ruang tamu asrama: ada dengan kondisi yang baik dan bersih
p. Sarana hiburan: -
q. Tempat ibadah: terdapat 1 mushola
4.1.1. Sarana Perumahan
Panti Jompo Bendelonje Blitar memiliki konstruksi bangunan permanen yang terdiri
dari ruang gudang, ruang asrama, ruang mushola, ruang dapur dan peralatan khusus. Setiap
ruang mempunyai lantai keramik, baik yang bertekstur livin maupun yang kasar, memiliki
ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup dan kebersihan lingkungan yang cukup, dan
nyaman.
4.1.2. Pekarangan
Panti Jompo Bendelonje Blitar memiliki pekarangan yang cukup luas. Kondisi
pekarangan Panti Jompo Bendelonje Blitar cukup bersih dan terawat,. Selain itu, pekarangan
ditanami tumbuhan hijau, bunga.
4.1.3. Transportasi, keamanan, dan keselamatan
Panti Jompo Bedelonje Blitar sarana transportasi berupa satu mobil dinas untuk
keperluan anggota panti.
Sarana Sumber Air Bersih
Sumber air yang digunakan Panti Jompo Bendelonje Blitar yaitu sumur.
4.1.4. Sarana Pembuangan Sampah
Panti Jompo Bendelonje Blitar untuk pengelolaan sampah yaitu di bakar di halaman
belakang panti.
4.2. METHOD
4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan
Panti Jompo Bendelonje Blitar tidak ada pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Pemeriksaan dilakukan apabila pihak Panti tidak bisa menangani penyakit pada lansia yang
mengalami, apabila ada lansia yang sakit maka pihak panti jompo akan mendatangkan bidan
atau mantri.
4.2.2. Rekreasi
Sarana rekreasi yang ada di Panti Jompo Bedelonje Blitar menyediakan televisi
sebagai hiburan untuk beberapa kamar lansia, di di Panti Jompo Bedelonje tidak ada
mengadakan rekreasi atau jalan-jalan bagi lansia.
4.2.3. Tata Tertib Klien
1. Klien wajib mentaati semua peraturan yang berlaku di Panti Jompo Bedelonje Blitar
2. Klien/penghuni yang sehat wajib menjaga kebersihan dan keindahan asrama dan
lingkungan sekitar.
3. Untuk menciptakan kenyamanan di asrama klien/penghuni wajib menjaga kerukunan
kebersamaan dan ketertiban
4.2.4. Komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan adalah yaitu secara langsung. Komunikasi secara
langsung dengan setiap hari bertatap muka yang difasilitasi oleh petugas panti sehingga tidak
akan menjadi masalah yang berkepanjangan. Kounikasi antar petugas dan lansia terjalin pada
waktu pagi hari.
Komunikasi antar penghuni terjalin akrab tetapi diantara lansia masih terdapat anggota
yang tidak saling mengenal anggota kelompok yang lain dan masih ada yang saling mengejek
satu sama lain.
4.3. Money
1. Pendanaan
Sumber dana di di Panti Jompo Bendelonje Blitar bersumber dari pribadi pemilik panti
jompo, donatur, dan setiap hari selasa & jum’at ada amal jariyah dari pengajian
2. Pengeluaran
Pengeluaran dipergunakan untuk keperluan kebutuhan lansia, menggaji pegawai dan
pemeliharaan sarana di Panti Jompo Bendelonje Blitar.
4.4 Promosi
Promosi dilakukan dari mulut ke mulut, dari pihak panti tidak pernah melakukan
sosialisasi
4.5 Marketing
Proses Keluar
Proses terminasi klien di Panti Jompo Bendelonje Blitar adalah sebagai berikut:
a. Meninggal dunia
b. Kembali kepada keluarga
4..6 Data Demografi Lansia
N NAMA J UM AGAM STATUS PENDIDIDKAN PEKERJAAN
O K UR A
1 YUKE P 59 ISLAM KAWIN SMA PEGAWAI
2 SUKARTI P 68 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
3 SINTA P 49 ISLAM TIDAK TIDAK PEGAWAI
MENIKAH SEKOLAH
4 GINEM P 82 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
5 TUKINEM P 73 ISLAM JANDA TIDAK PETANI
SEKOLAH
6 SRIANI P 68 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
7 JAINEM P 73 ISLAM KAWIN TIDAK WIRAUSAHA
SEKOLAH
8 PONIAH P 83 ISLAM CERAI TIDAK PETANI
MATI SEKOLAH
9 ROKAYAH P 62 ISLAM KAWIN SD PENJAHIT
10 SUTINAH P 75 ISLAM KAWIN SMP WIRAUSAHA
11 MUSRINGAH P 71 ISLAM KAWIN TIDAK SERABUTAN
SEKOLAH
12 DEWI P 68 ISLAM KAWIN TIDAK IRT
SEKOLAH
13 ROISHA P ISLAM KAWIN SD PETANI
14 KATILAH P 75 ISLAM JANDA SD PETANI
15 MUJILAH P 72 ISLAM JANDA SMA BURUH
PABRIK
16 KARMILAH P ISLAM KAWIN SMP WIRAUSAHA
17 RAMASIH P 69 ISLAM TIDAK SD
MENIKAH
18 MU’ADAMA P 56 ISLAM KAWIN TIDAK IRT
H SEKOLAH
19 SUTIYANI P 43 ISLAM KAWIN SMP KARIAWAN
20 WIDIAWATI P ISLAM KAWIN SD IRT
21 KASEMI P 72 ISLAM JANDA TIDAK PEKEBUN
SEKOLAH
22 NGATEMI P 71 ISLAM KAWIN SD PETANI
23 RAMINAH P 70 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
AYAM
24 PONIAH P 83 ISLAM TIDAK SD IRT
MENIKAH
25 WIWIK P 64 ISLAM BELUM SD IRT
KAWIN
26 SARIMAH P 70 ISLAM KAWIN SD BURUH
27 PRIHATIN P 69 ISLAM KAWIN SD BURUH
28 BUDIAYU P 64 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
29 RAMINI P 74 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
30 GLU-GLU P 86 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
31 SUPI P 71 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
32 MURTINI P 90 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
TINGKAT DEPRESI
Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Depresi di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo
No Tingkat Depresi Frekuensi Presentase
1. Tidak Depresi 17 53,1%
2. Depresi Ringan 9 28,1%
3. Depresi Sedang 2 6,3%
4. Tidak Terkaji 4 12,5%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah memiliki tingkat depresi yang berbeda-beda seperti
Tidak Depresi dengan jumlah 17 orang (53,1%.), Depresi Ringan 9 orang (28,1%), Depresi
Sedang 2 orang (6,3%), dan yang Tidak Terkaji 4 orang (12,5%).
APGAR Keluarga
Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan APGAR Keluarga di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo
No APGAR Keluarga Frekuensi Presentase
1. Disfungsi Keluarga Sedang 9 28,1%
2. Disfungsi Keluarga Ringan 23 71,9%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo memiliki APGAR Keluarga yang berbeda-beda seperti Disfungsi
Keluarga Sedang dengan jumlah 9 orang (28,1%.), dan yang Disfungsi Keluarga Ringan 23
orang (71,9%).
STATUS MENTAL
MINI
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
gangguan kognitif ringan sebanyak 11 orang (33.23%)
Data TTV
No NAMA TTV
1 Yuke 110\90 Mmhg
2 Sukarti 120\80 Mmhg
3 Sinta 100\80 Mmhg
4 Leginem 130\80 Mmhg
5 Tukinem 110/80 Mmhg
6 Sriani 120/80 Mmhg
7 Jainem 100/60 Mmhg
8 Painah 150/90 Mmhg
9 Rokayah 130/90 Mmhg
10 Sutinah 120/80 Mmhg
11 Musringah 120/80 Mmhg
12 Dewi 140/90 Mmhg
13 Raisah 160/90 Mmhg
14 Katilah 150/80 Mmhg
15 Mujilah 130/80 Mmhg
16 Karmilah 120/80 Mmhg
17 Ramaseh 190/80 Mmhg
18 Mu’adamah 150/80 Mmhg
19 Sutiani 100/80 Mmhg
20 Widiawati 170/80 Mmhg
21 Kasemi 180/100 Mmhg
22 Ngatemi 140/80 Mmhg
23 Raminah 180/100 Mmhg
24 Poniah 130/80 Mmhg
25 Wiwik 120/70 Mmhg
26 Sarimah 130/80 Mmhg
27 Prihatin 140/80 Mmhg
28 Budi Ayu 120/70 Mmhg
29 Ramini 110/70 Mmhg
30 Glu-Glu 110/70 Mmhg
31 Supi 100/60 Mmhg
32 Murtini 130/90 Mmhg
Kategori Hipertensi
No Kategori Jumlah Presentase
1 Tekanan Darah Normal 8 25%
2 Tekanan Darah Pre Hipertensi 7 22%
3 Hipertensi Tingkat 1 6 19%
4 Hipertensi Tingkat 2 11 34%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo sebagian besar lansia pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah
34% lansia mengalami hipertensi tingkat 2.
BAB 5
PRIORITAS MASALAH
Masalah Keperawatan :
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas d.d
terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
5.2 Prioritas Masalah
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas
d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
5.3 Intervensi
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Defisit Kesehatan Komunitas Setelah dilakukan kunjungan 3x status Pengembangan Kesehatan Masyarakat
b.d mengatasi seluruh kesehatan komunitas meningkat Observasi :
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
komunitas d.d terjadi 1 Ketersediaan program promosi prioritasnya
masalah kesehatan yang kesehatan meningkat - Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat
dialami komunitas 2 Keikutsertaan asuransi/jaminan terkait isu yang dihadapi
kesehatan meningkat - Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat
3 Sistem surveilens kesehatan Teraupetik :
meningkat - Libatkan anggota masyarakat untuk
4 Prevalensi penyakit meningkat mrningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan
dan mengembangkan rencana kerja
- Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan
dan implementasi serta revisinya
- Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan pihak-pihak yang
terlibat
- Persatukan anggota komunitas dengan cita-cita
komunitas yang sama
- Bangun komitmen antar anggota masyarakat
- Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan
lokal, regional bahkan nasional terkait isu
kesehatan komunitas
BAB 6
PLAN OF ACTION
Rencana Kegiatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN KEGIATAN SASARAN WAKTU
&
TEMPAT
1. Defisit Kesehatan Komunitas Status Kesehatan Pengembangan 1.Senam Lansia Di Menyesuaikan
Komunitas: Kesehatan Hipertensi Panti
1. Ketersediaan Masyarakat: Pemberian Lansia
program promosi Observasi : senam hipertensi Bendelonje
kesehatan meningkat
- Identifikasi 2. Pembuatan Kendalrejo
2.Keikutsertaan
asuransi/jaminan masalah atau isu batik ikat
kesehatan meningkat kesehatan dan 3. Terapi
3.Sistem surveilens
prioritasnya mencocokan
kesehatan meningkat
4.Prevalensi penyakit - Identifikasi gambar
meningkat potensi atau aset 4.
dalam 5.
masyarakat
terkait isu yang
dihadapi
- Identifikasi
pemimpin/tokoh
dalam
masyarakat
Teraupetik :
- Libatkan
anggota
masyarakat
untuk
mrningkatkan
kesadaran
terhadap isu
kesehatan dan
mengembangkan
rencana kerja
- Libatkan
masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
serta revisinya
- Pertahankan
komunikasi yang
terbuka dengan
anggota
masyarakat dan
pihak-pihak
yang terlibat
- Persatukan
anggota
komunitas
dengan cita-cita
komunitas yang
sama
- Bangun
komitmen antar
anggota
masyarakat
- Kembangkan
mekanisme
keterlibatan
tatanan lokal,
regional bahkan
nasional terkait
isu kesehatan
komunitas
Evaluasi kegiatan
SENAM HIPERTENSI
Data karakteristik pasien
Keterangan :
1. Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti gerakan yang diajarkan
2. Dari kegiatan yang telah dilakukan lansia mengerti tentang manfaat senam hipertensi secara mandiri ditempat tidur/diluar
3. Perubahan tekanana darah sebelum dilakukan senam hipertensi dan sesudah dilakukan senam hipertensi 72,72% lansia turun dan 27,28%
lansia tekanan darah nya tetap
Evaluasi Kegiatan TAK
TERAPI MEWARNAI
Pelaksanaan penyuluhan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun
Blitar dilaksanakan pada Hari Rabu, 8 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai
berikut :
Pemateri : Dhenis Puji Rahayu
Moderator : Hipolito Da Cruz Soares
Obsever : Dilla Rista Rosid
Fasilitator : Herlina Binti Mahmudah
Materi : Berkenalan, sosialisasi, keterampilan mewarnai
Peserta : Lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun Blitar sebanyak
8 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti
kegiatan yang diajarkan.
- Dari kegiatan yang telah dilakukan lansia mengerti tentang manfaat terapi mewarnai
dan dapat mengingat nama-nama teman sekamar maupun yang lain
- Perubahan terapi sosialisasi perkenalan dengan orang lain sebelum dan sesudah
dilakukan terapi sosialisasi adalah lansia mampu memperkenalkan diri sendiri dan
menyebutkan kembali nama temannya
TERAPI SOSIALISASI
Pelaksanaan kegiatan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje dilaksanakan pada Hari
Kamis, 09 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai berikut :
Pemateri : Sukma Faida Fitri
Moderator : Uma Nurrozikhin
Materi : Perkenalan, sosialisasi
Peserta : Lansia di Panti Bendelonje sebanyak 7 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam
mengikuti kegiatan, tetapi ada 1 orang yang tidak hadir.
- Pasien mampu menyebutkan nama dari anggota kelompok lain yang
mengikuti TAK