Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN KOMUNITAS GERONTIK

DI PANTI LANSIA BENDELONJE KENDALREJO TALUN


KABUPATEN BLITAR

Disusun oleh:
Kelompok

1. Lutfi Febriana (1711003) 12. Pristanti Wiji Yuli A. (1711016)


2. Ahmat Muzaki (1711004) 13. Herlina Binti M. (1711017)
3. Dhenis Puji Rahayu (1711005) 14. Yolanda Shela Wati (1711018)
4. Lutfi Huzaini (1711006) 15. Reza Dwi W. (1711019)
5. Dilla Rista Rosid (1711007) 16. Sukma Faida Fitri (1711020)
6. Intan Permatasari (1711008) 17. Sinta Anna Insyia (1711023)
7. Aurizal Ahmad Aziz (1711009) 18. Umma Nurrozikhin (1711024)
8. Adinda Moudy A. (1711012) 19. Novi Ardianti (1712056)
9. Camilo Belo Cabral (1711013) 20. Aferi Adi Suhendra (1611010)
10. Hipolito Da Cruz S. (1711014) 21. Nur Asizah Yulianti (1711010)
11. Lily Indrayani (1711015) 22. Wiwit Setyani (1611032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Gerontik Telah disetujui dan diperiksa


pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 25 November 2021

Mengetahui

Pembimbing Akademik

Ning Arti Wulandari


NIK. 180906030

Kepala Pondok Panti Lansia


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami, dapat menyelesaikan laporan dalam rangka praktek profesi Ners di Panti
Pondok Lansia Bendelonje.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
laporan ini tidak akan dapat terwujud, Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Kepala Panti Pondok lansia yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
melaksanakan praktek profesi dan memberikan ijin atas penggunaan lahan praktek di
Pnati pondok lansia.
2 Ning Arti Wulandari M.Kep, Sandi Alfa Wiga Arsa, M.Kep, Yeni Kartika Sari
M.Kep.Ns, Wimar A., M.Kep.,Ns selaku koordinator sekaligus pembimbing praktek
profesi keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini.
3 Teman-teman sejawatku khususnya kelompok yang telah bekerja keras demi
terselesainya laporan ini.
Semoga bimbingan dan bantuannya dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Dan
akhirnya semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan, Amin.

Blitar, 24 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan salah satu faktor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Status kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, perawatan medis, dan keturunan. Faktor lingkungan
meliputi keadaan pemukiman atau rumah, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air, udara,
teknologi, sosial, pendidikan dan kondisi ekonomi, sedangkan perilaku tercermin dalam
kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan hidup bersih dan sehat yaitu: kebiasaan makan,
kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan,
program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Achjar, 2016).
Dalam situasi pandemi saat ini peran dalam upaya penigkatan kesehatan harus
ditingkatkan. Peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui kelompok masyarakat
dengan peran perawat komunitas dalam memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, diaman pada
manusia seseorang mengalami kemunduran fisil, mental, dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari – hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia lebih mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realita yang ada.
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lansia tetap sehat, mandiri, serta produktif bagi masyarakat. Untuk
mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan, sehingga keadaan patologi pun
dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan proses menua yang sehat, oleh
karena proses patologi akan mempercepat jalannya proses penuaan , upaya pencegahan harus
diutamakan.
Tujuan keperawatan gerontik adalah untuk membantu individu lanjut usia memahami
adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan, mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun
social secara optimal, memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, mengembalikan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, mempercepat pemulihan atau penyembuhan
penyakit, meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Untuk mengaplikasikan teori ilmu keperawatan gerontik, dalam upaya menyiapkan
tenaga keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara mandiri, maka
mahasiswa Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar melaksanakan praktek keperawatan
gerontik di Pondok Panti Lansia Bendelonje, Ds. Kendalrejo, Kecamatan Talun Kabupaten
Blitar. Jumlah lansia di Pondok Panti Lansia Bendelonje yaitu 38 orang lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan lansia serta mampu
menangani masalah kesehatan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data kesehatan lansia.
2. Memberikan edukasi kesehatan terkait dengan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi
Covid-19.
3. Memotivasi lansia dalam upaya mengatasi masalah kesehatan.
4. Menyusun perencanaan kegiatan dalam menangani masalah kesehatan yang terdapat
pada lansia.
5. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada guna mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah
keperawatan yang telah ditemukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kepada lansia tentang
kesehatan.
2. Untuk memperoleh pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan menentukan
langkah penyelesaiannya dalam masa pandemi Covid-19.
1.3.2 Untuk Lansia
Lansia mampu mengenali masalah kesehatan yang ada dan dapat menyelesaikan
masalah tersebut di masa pandemic Covid-19.
1.3.3 Untuk Pengelola Panti Lansia
Diharapkan pengelola panti lansia lebih aktif dalam menjalankan program kesehatan
agar terwujudnya lansia yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Panti Jompo Bendelonje Blitar
2.1.1 Pengertian Panti Jompo Bendelonje Blitar
Panti Jompo Bendelonje Blitar adalah pelayanan yang disediakan untuk
manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang memberikan
pelayanan dan perawatan serta berbagai aktivitas yang dapat dimanfaatkan manula
untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas.
2.1.2 Sistem Pelayanan
Sistem Pelayanan di Panti Jompo Bendelonje Blitar diberikan dalam bentuk
Pelayanan sosial. Bentuk pelayanan meliputi :
1. Pemenuhan kebutuhan fisik
Pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat, penyediaan
menu makan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, pakaian, sarana dan
prasarana hidup sehari hari (peralatan mandi, tidur, sholat, dll).
2. Pemenuhan kebutuhan mental
Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang
dapat memberikan semangat dan dorongan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
menumbuhkan rasa percaya diri bahwa lansia tetap dibutuhkan oleh
keluarga/masyarakat, memberikan semangat bahwa potensi yang ada dalam dirinya
dapat digunakan oleh orang lain.

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1 Definisi Lansia


Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, 3, 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun dan telah mengalami perubahan anatomis, fisiologis
dan biokomia pada tubuh sehingga berdampak pada fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, S., dkk., 2008)
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri
dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka.

2.2.2 Kebutuhan Hidup Pada Lansia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara
lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan
sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman,
memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh
lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social
needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan
sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya
pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut
usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang
lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan
menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
2.2.3 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut WHO (2018) batasan umur lanjut usia dibagi menjadi 4 tahap :
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
2.2.4 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Menurut Mujahidullah (2012), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lanjut usia
diantaranya adalah perubahan fisik, intelektual, dan keagamaan.
1. Perubahan fisik
a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah, seperti
jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan
terganggu dan proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
b. Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lanjut usia akan mengalami
perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada
indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi
dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap
nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadi seperti
menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera makan, seringnya
terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur (saliva) dan gerak peristaltic usus juga
menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran
darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh,
keadaan tubuh akan lebih pendek, pesendian kaku dan tendon mengerut.
f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun,
ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut
jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari
akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya
distenbility arteri. Tekanan darah diastolik tetap sama atau meningkat.
2. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses penuaan
juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan Intelegenita Quantion
(IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal
wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang
diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.
3. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan semakin teratur
dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan
meninggalkan kehidupan dunia.
2.2.5 Kebutuhan Hidup Lansia
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas:
1. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
2. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai kebutuhan.
4. Secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar, sementara
untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan
modal dan penguatan kelembagaan.
5. Kebutuhan spiritual.

2.2.6 Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia


Menurut Havighurst dalam Stanley dan Beare (2007), tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu. Ada beberapa
tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu:
1. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
2. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan
3. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya
4. Pembentukan gabungan (pengelompokan) yang sesuai dengannya
5. Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan
6. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan

2.3 Penuaan
2.3.1 Proses Penuaan
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa menua adalah suatu proses yang terjadi secara
alamiah yang berarti bahwa seseorang telah melalui ketiga tahap dalam kehidupannya yaitu
anak, dewasa dan tua. Ketika memasuki usia tua berarti akan mengalami berbagai
kemunduran, misalnya kemunduran fisik seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, dan berubahnya postur tubuh (Setiyorini, dkk, 2018).
2.3.2 Teori Proses Menua
Azizah (2011) membagi teori penuaan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori
psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh deprogram untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem 11
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
b. Sistesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal seiring dengan bertambahnya usia
(Tortora dan Anagnostakos, 1990)
c. Keracunan Oksigen
Dengan adanya penurunan kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya, maka
kemampuan sel untuk mempertahankan diri dari zat-zat toksik termasuk zat yang dibawa oleh
oksigen juga mengalami kemunduran. Sehingga struktur membran sel yang berfungsi sebagai
alat pertahanan diri sel menjadi rapuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran
kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khusunya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
e. Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormone
pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa muda aktif dan terus memelihara keaktifan setelah menua, sense
of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang suskes adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
a. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
1. Perubahan Kognitif
a. Daya ingat (memory)
b. Intelligent quocient (IQ)
c. Kemampuan belajar (learning)
d. Kemampuan pemahaman (comprehension)
e. Pemecahan masalah (problem solving)
f. Pengambilan keputusan (decision making)
g. Kebijaksanaan (wisdom)
h. Kinerja (performance)
i. Motivasi
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi
pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya.
2.3.2 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) perubahan yang terjadi pada
lansia dibagi menjadi perubahan fisik, perubahan sistem tubuh dan perubahan kognitif.
2. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentanagan yang tidak teratur.
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologi
akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
sebabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
3. Perubahan Sistem Tubuh
c. Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
d. Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
e. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata: (1) Kehilangan gigi, (2) Indra pengecap menurun, (3) Rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

2.4 Keperawataan Komunitaas Lansia


2.4.1 Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayan profesianal sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif, ditunjukan pada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60 tahun
(Nugroho, 2006). Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan
keperawatan professional yang ditunjukan kepada masyarakat khususnya lansia
dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi, upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin agar pelayanan kesehatan yang di butuhkan dapat di jangkau, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam merencanakan perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan/keperawatan (Efendi, 2010).
Srategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang di lakukan dengan
cara menggambarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Grup proses)
Bidang tugas perawat komunitas tidak terlepas dari kelompok masyarakat
klien termasuk sub-sub sistem yamg terdapat di dalamnya, yaitu: indvidu,
keluarga, dan kelompok khusus. Perawat spesialis dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model perorganisasian masyarakat yaitu: perencanaan
sosial, arti sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan
pengembangan kesehatan yang relafan, makan penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat/comunity defelopment (Palestin, 2007).
3. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien atau masyarakat di konseptualisasikan sebagai
peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki konstribusi pada
peningkatan kesehatan dan kesejateraan. Kemitraan antara perawat komunitas dan
pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung
antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya
upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat.
4. Pemberdayaan (Empowermen)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara kesederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehinga membentuk interksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, keberdayaan, kekuatan ide baru,
dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengatahuan baru.
2.4.2 Tujuan Keperawatan Komunitas Lansia
Sebagai akhir tujuan pelayanan kesehatan diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak,
2005). Namun, secara terperinci berikut adalah tujuan keperawatan komunitas lansia:
1. Mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan
2. Menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tetap terjangkau
3. Melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kesehatan
4. Optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu komunitas dengan
menekan angka kesakitan dan mengurangi gejalanya
2.4.3 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas Lansia
Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit dengan
ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif.
2.4.4 Metode Pendekatan
Dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada
individu, keluaraga, kelompok, khusus secara keseluruhan, pendekatan yang
digunakan oleh perawat adalah pendekatan pemecahan (problem salving approach),
yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan
epidemilogi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan (PHC).
Bila pendekatan dilakukan terhadap keluarga binaan disebut family approach,
tetapi bila pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang dating ke
puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan casa approhch, dan
bila pendekatan tersebut dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei
mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut dengan comunnity
approach.
2.4.5 Metodelogi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metodologi
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah didalam bidang
keperawatan melaluli tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam mengkaji kesehatan masyarakat baik tingkat individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
2. Pengumpulan data
Adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
mengunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkunganya.
Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlance (1958), terdiri
dari inti komunitas meliputi: demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan dan riwayat
individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah:
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. Hal-hal ini
perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-
langkah selanjutnya.
2. Analisa data
Dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalaam suatu
format yang sistemis. Dalam menganalisi data memerlukan pemikiran kritis. Data
terkumpul kemudian dianalisis seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan
seberapa berat reaksi yang timbul dikomunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah
atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke ( 1987), yang terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3. Merumuskan masalah keperawatan atau kesehatan dan diagnose keperawatan
kesehatan masyarakat diberbagai tingkat sesuai dengan tingkatan prioritas.
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman atau resiko
(wellness). Menetapkan masalah keperawatan kesehatan masyarakat berdasarkan:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih
dahulu ditanggulangi karena di anggap dapat mengancam kehidupan masyarakat
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan pada:
1) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
2) Kebijakan nasional dari wilayah setempat
3) Kemampuan dan sumber daya masyarakat
4) Keterlibatn, partisipasi dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, yang meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan ungersinya segera
ditanggulangi.
2) Prevelensi menunjukan jumlah kasus ditemukan pada suatu kurun waktu
tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemugkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
alternatif dengan cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut masalah
biaya, sumber daya, sarana yang tersedia, dan kesulitan yang mungkin timbul
(Nasrul Effendi, 1995).
5. Format pengkajian A (Mueke): seleksi atau penapisan diagnose komunitas
Keterangan: Skor: 0-5

Kriteria Penapisan
Sesuai dengan peran perawat komunitas
Diagnosa Keperawatan Komunitas

Potensi untuk pendidikan kesehatan

Relevan dengan program

Tersedia sumber fasilitas


Tersedia sumber tempat

Tersedia sumber waktu

Tersedia sumber dana


Kemungkinan diatasi
Interes komunikasi

Tersedia SDM
Resiko terjadi

Jumlah Skor
Resiko parah
6. Format B. (Stanhope dan Lancaster 1998): Prioritas masalah Stanhope dan Lanchester.
NO Bobot kriteria Masalah Bobot 1- 10 Rasional Makna masalah
1- 10 CXM
1 Kesadaran lansia
terhadap maslah
2 Motifasi lansia
untuk mengatasi
masalah
3 Kemampuan
perawat untuk
mengatasi masalah
4 Fasilitas yang
tersedia untuk
mengatasi
5 Bertanya akibat
jika masih tetap
6 Cepat masalah
teratasi

7. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
b. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dan rencana tindakan yang dilakukan
8. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan dan di hadapi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
keperawatan kesehatan masyarakat:
a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana dengan
pelayanan kesehatan maupu sektor lainnya.
b. Keterlibatkan petugas kesehatan, kader dengan tokoh masyarakat dalam rangka ahli
peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokomentasikan.
d. Adanya pelaksanaan system rujukan baik medis maupun rujukan kesehatan
9. Evaluasi atau penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan,
keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan atau proses dengan pedoman
atau rencana atau proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau telah di rumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan menurut Nasrul
Effendy, 1998
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan
c. Hasil penilaiaan keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnyaa
apabila masalah belum teratasi. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan
masyarakat bahwa evalusi dilakukan dengan melihat respon komunikasi terhadap
program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan
(procces) dan hasil akhir (output). Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya (cost efficiency)
4) Efektivitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
Kegunaan evaluasi:
1) Menentukan perkembangan keperawataan kesehataan masyarakat yang diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan dan sebagai
umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses
keperawatan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun rencana baru dalam proses keperawataan
Hasil evaluasi:
Terhadap tiga kemungkinan dalam evaluasi, yaitu:
1) Tujuan tercapai apabila ada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah
menuju keluargaan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga
perlu dicari penyebab serta bagaimana memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak
menunjukan perubahan bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini perlu dikaji
secara mendalam apakah terdapat masalah dalam data, analisis, diagnose.
BAB III

PROFIL PANTI JOMPO BEDELONJE BLITAR


3.1 Data Umum

Nama : Panti Jompo Bendelonje Talun Blitar


Alamat : Kendalrejo, Dukuh Kendalrejo 2/12 Talun Blitar
Telp : 085-133-535-210
Kode Pos : 66183

3.2 Data Inti

3.2.1 Sejarah Berdirinya Panti Jompo Bedelonje Blitar

Panti Jompo Bendelonje Blitar merupakan penyantunan Sosial bagi lanjut usia terlantar.
Kapasitas tampung lansia berjumlah 38 orang. Panti Jompo Bendelonje Blitar berdiri sejak
tahun 2011.
Struktur Organisasi di Panti Jompo Bedelonje Blitar, sebagai berikut :
1. Kepala Panti jompo
2. Ketenagaan
BAB IV
ANALISA DATA DAN PENGKAJIAN

4.1 MAN
4.1.1 Ketenagaan
Di Panti Jompo Bendelonje Blitar terdapat 12 karyawan, dan 38 lansia.
4.1.2 Kualitas Tenaga
KETUA PANTI PONDOK LANSIA BENDELONJE :
IBU HANDAYAH
TENAGA KERJA KONSUMSI
MUKODAMAH RISKA
RUKAYAH LUD
MARSINI NANING
TITIN SITI
YAYUK
TIKAH
TIN
NIK
4.1. Fasilitas
1. Bangunan perumahan
Bangunan di Panti Jompo Bedelonje Blitar merupakan bangunan permanen dengan
dinding tembok, dan sebagian triplek, lantai keramik, atap esbes ventilasi dan
pencahayaan yang cukup terdiri dari:
a. Asrama : 8 ruang
b. Dapur : 2 ruang
c. Ruang pertemuan : 1 ruang
d. Gudang : 2 ruang
e. Kamar mandi + WC : 4 ruang
f. Mushola : 2 ruang
g. Aula : 1 ruang
DENAH LOKASI

Gedung

AULA
Kamar Mandi

DAPUR
Pakaian
T. Cuci
KM
MUSHOLA

KM
U
GAZEBO MUSHOLA

KM WC
2. Luas lahan seluas 100 ru, luas perkamar 3x4 m
a. Bentuk bangunan: rumah
b. Tipe rumah yang dihuni: permanen
c. Atap rumah: atapnya terbuat dari esbes
d. Dinding: tembok penuh dengan pembatas antar kamar sebagian papan kayu
e. Jenis lantai: keramik.
f. Sistem ventilasi ruangan: setiap ruangan sudah terdapat ventilasi yang cukup
memadai, cahaya matahari dapat langsung masuk ke ruangan.
g. Pencahayaan ruangan: lampu penerangan yang digunakan sudah cukup terang.
h. Kebersihan ruangan: cukup bersih
i. Pengaturan ruangan dan perabotan: dalam ruangan perabotan yang ada sudah tertata
dengan rapi.
j. Pekarangan dan pemanfaatan pekarangan disekitarnya: pekarangan disekitar ditanami
tanaman bunga, dan buah.
k. Peternakan: ada peternakan ayam
l. Perkebunan: Pohon Duku dan Pohon Manggis
m. Sarana olahraga: -
n. Halaman: ditanami dengan tumbuhan
o. Ruang tamu asrama: ada dengan kondisi yang baik dan bersih
p. Sarana hiburan: -
q. Tempat ibadah: terdapat 1 mushola
4.1.1. Sarana Perumahan
Panti Jompo Bendelonje Blitar memiliki konstruksi bangunan permanen yang terdiri
dari ruang gudang, ruang asrama, ruang mushola, ruang dapur dan peralatan khusus. Setiap
ruang mempunyai lantai keramik, baik yang bertekstur livin maupun yang kasar, memiliki
ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup dan kebersihan lingkungan yang cukup, dan
nyaman.
4.1.2. Pekarangan
Panti Jompo Bendelonje Blitar memiliki pekarangan yang cukup luas. Kondisi
pekarangan Panti Jompo Bendelonje Blitar cukup bersih dan terawat,. Selain itu, pekarangan
ditanami tumbuhan hijau, bunga.
4.1.3. Transportasi, keamanan, dan keselamatan
Panti Jompo Bedelonje Blitar sarana transportasi berupa satu mobil dinas untuk
keperluan anggota panti.
Sarana Sumber Air Bersih
Sumber air yang digunakan Panti Jompo Bendelonje Blitar yaitu sumur.
4.1.4. Sarana Pembuangan Sampah
Panti Jompo Bendelonje Blitar untuk pengelolaan sampah yaitu di bakar di halaman
belakang panti.

4.1.5. Sarana Pembuangan Kotoran Manusia


Pembuangan kotoran manusia dibuang ke septitank, karena di Panti Jompo Bedelonje
Blitar tersedia kamar mandi yang tersedia dengan WC.
4.1.6. Sarana Mandi
Untuk kamar mandi terdiri dari 6 kamar mandi
No Sarana Mandi Jumlah
1 Kamar mandi dan wc 3
2 Kamar mandi 2
Jumlah 5

4.2. METHOD
4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan
Panti Jompo Bendelonje Blitar tidak ada pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Pemeriksaan dilakukan apabila pihak Panti tidak bisa menangani penyakit pada lansia yang
mengalami, apabila ada lansia yang sakit maka pihak panti jompo akan mendatangkan bidan
atau mantri.
4.2.2. Rekreasi
Sarana rekreasi yang ada di Panti Jompo Bedelonje Blitar menyediakan televisi
sebagai hiburan untuk beberapa kamar lansia, di di Panti Jompo Bedelonje tidak ada
mengadakan rekreasi atau jalan-jalan bagi lansia.
4.2.3. Tata Tertib Klien
1. Klien wajib mentaati semua peraturan yang berlaku di Panti Jompo Bedelonje Blitar
2. Klien/penghuni yang sehat wajib menjaga kebersihan dan keindahan asrama dan
lingkungan sekitar.
3. Untuk menciptakan kenyamanan di asrama klien/penghuni wajib menjaga kerukunan
kebersamaan dan ketertiban
4.2.4. Komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan adalah yaitu secara langsung. Komunikasi secara
langsung dengan setiap hari bertatap muka yang difasilitasi oleh petugas panti sehingga tidak
akan menjadi masalah yang berkepanjangan. Kounikasi antar petugas dan lansia terjalin pada
waktu pagi hari.
Komunikasi antar penghuni terjalin akrab tetapi diantara lansia masih terdapat anggota
yang tidak saling mengenal anggota kelompok yang lain dan masih ada yang saling mengejek
satu sama lain.
4.3. Money
1. Pendanaan
Sumber dana di di Panti Jompo Bendelonje Blitar bersumber dari pribadi pemilik panti
jompo, donatur, dan setiap hari selasa & jum’at ada amal jariyah dari pengajian
2. Pengeluaran
Pengeluaran dipergunakan untuk keperluan kebutuhan lansia, menggaji pegawai dan
pemeliharaan sarana di Panti Jompo Bendelonje Blitar.
4.4 Promosi
Promosi dilakukan dari mulut ke mulut, dari pihak panti tidak pernah melakukan
sosialisasi

4.5 Marketing

Alur Masuk Pasien


Pasien yang akan masuk dilaporkan dahulu ke Bu Yayuk

Kemudian akan di proses oleh pengurus (Bu Handayani)

Wali/pengirim pasien mengisi formulir pendaftaran

Hasil inden menunggu info
(bila kamar ada yang kosong dan sudah siap pasien bisa masuk)

TTD persetujuan oleh wali/pengirim pasien dan pihak panti
NB :
Bila ada inden dengan ODGJ yang tidak ada keluarga maka akan di observasi dulu,
bila ada perubahan bisa menetap

Proses Keluar
Proses terminasi klien di Panti Jompo Bendelonje Blitar adalah sebagai berikut:
a. Meninggal dunia
b. Kembali kepada keluarga
4..6 Data Demografi Lansia
N NAMA J UM AGAM STATUS PENDIDIDKAN PEKERJAAN
O K UR A
1 YUKE P 59 ISLAM KAWIN SMA PEGAWAI
2 SUKARTI P 68 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
3 SINTA P 49 ISLAM TIDAK TIDAK PEGAWAI
MENIKAH SEKOLAH
4 GINEM P 82 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
5 TUKINEM P 73 ISLAM JANDA TIDAK PETANI
SEKOLAH
6 SRIANI P 68 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
7 JAINEM P 73 ISLAM KAWIN TIDAK WIRAUSAHA
SEKOLAH
8 PONIAH P 83 ISLAM CERAI TIDAK PETANI
MATI SEKOLAH
9 ROKAYAH P 62 ISLAM KAWIN SD PENJAHIT
10 SUTINAH P 75 ISLAM KAWIN SMP WIRAUSAHA
11 MUSRINGAH P 71 ISLAM KAWIN TIDAK SERABUTAN
SEKOLAH
12 DEWI P 68 ISLAM KAWIN TIDAK IRT
SEKOLAH
13 ROISHA P ISLAM KAWIN SD PETANI
14 KATILAH P 75 ISLAM JANDA SD PETANI
15 MUJILAH P 72 ISLAM JANDA SMA BURUH
PABRIK
16 KARMILAH P ISLAM KAWIN SMP WIRAUSAHA
17 RAMASIH P 69 ISLAM TIDAK SD
MENIKAH
18 MU’ADAMA P 56 ISLAM KAWIN TIDAK IRT
H SEKOLAH
19 SUTIYANI P 43 ISLAM KAWIN SMP KARIAWAN
20 WIDIAWATI P ISLAM KAWIN SD IRT
21 KASEMI P 72 ISLAM JANDA TIDAK PEKEBUN
SEKOLAH
22 NGATEMI P 71 ISLAM KAWIN SD PETANI
23 RAMINAH P 70 ISLAM KAWIN SD WIRAUSAHA
AYAM
24 PONIAH P 83 ISLAM TIDAK SD IRT
MENIKAH
25 WIWIK P 64 ISLAM BELUM SD IRT
KAWIN
26 SARIMAH P 70 ISLAM KAWIN SD BURUH
27 PRIHATIN P 69 ISLAM KAWIN SD BURUH
28 BUDIAYU P 64 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
29 RAMINI P 74 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
30 GLU-GLU P 86 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
31 SUPI P 71 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI
32 MURTINI P 90 ISLAM TIDAK TIDAK TIDAK
TERKAJI TERKAJI TERKAJI

Distribusi Frekuensi Penghuni Berdasarkan Jenis Kelamin


NO JENIS KELAMIN JUMLAH PRESENTASE
1 PEREMPUAN 32 100%
2 LAKI-LAKI -
Total 32 100%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
jenis kelamin perempuan 32 orang (32%).

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia


NO Umur JUMLAH PRESENTASE
1 45-59 tahun 4 12.5%
2 60-74 tahun 20 62.5%
3 75-90 tahun 8 25.0 %
Total 32 100.0%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
umur 32 60-74 tahun sebanyak 20 orang (62.5%).

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama


NO Umur JUMLAH PRESENTASE
1 Islam 32 100.0%
total 32 100.0%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
umur 32 60-74 tahun sebanyak 20 orang (62.5%).

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan


NO Umur JUMLAH PRESENTASE
1 Menikah 19 59.4%
2 Tidak menikah 4 12.5%
3 janda 4 12.5%
4 Cerai mati 1 3.1.%
5 Tidak terkaji 4 12.5%
total 100%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
menikah sebanyak 19 orang.

Distribusi frekuensi penghuni berdasarkan status pendidikan


NO Umur JUMLAH PRESENTASE
1 Sd 14 43.8%
2 Smp 3 9.4%
3 Sma 2 6.3%
4 Tidak Sekolah 9 28.1
5 Tidak Terkaji 4 12.5%
Total 32 100%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah SD
sebanyak 14 orang.

Distribusi frekuensi penghuni berdasarkan status pekerjaan


NO Umur JUMLAH PRESENTASE
1 Pegawai 2 6.3%
2 Wirausaha 6 18.8%
3 Petani 5 15.6%
4 Penjahit 1 3.1%
5 Serabutan 1 3.1%
6 Irt 5 15.6%
7 Buruh Pabrik 1 3.1%
8 Tidak Terkaji 5 15.6%
9 Karyawan 1 3.1%
10 Pekebun 1 3.1%
11 Wirausaha Ayam 1 3.1%
12 Buruh 3 9.4%
Total 32 100%
Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah wirausaha
sebanyak 6 orang.

Distribusi Frekuensi Penghuni Berdasarkan status Keluhan


No Status Jumlah Presentase
1 Hipertensi 11 34,3%
2 Nyeri sendi 2 6,25 %
3 Depresi 1 3%
4 Gangguan penglihatan 4 12,5 %
5 Gangguan bicara 2 6,25 %
6 Gangguan pendengaran 2 6,25 %
7 Asam Urat 2 6,25 %
8 Dimensia 1 3%
9 Bedrest 6 18,75 %
10 Tidak ada keluhan 1 3%
TOTAL 32 100%
Tabel distribusi Lansia berdasarkan status keluhan di Panti Pondok Lansia Bendelonje
pada tanggal 26 November 2021.
Jumlah responden yang paling banyak di Panti Pondok Lansia Bendelonje adalah Hipertensi
yaitu sebanyak 10 orang lansia (26,32%) dari 38 responden secara keseluruhan.

TINGKAT DEPRESI
Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Depresi di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo
No Tingkat Depresi Frekuensi Presentase
1. Tidak Depresi 17 53,1%
2. Depresi Ringan 9 28,1%
3. Depresi Sedang 2 6,3%
4. Tidak Terkaji 4 12,5%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah memiliki tingkat depresi yang berbeda-beda seperti
Tidak Depresi dengan jumlah 17 orang (53,1%.), Depresi Ringan 9 orang (28,1%), Depresi
Sedang 2 orang (6,3%), dan yang Tidak Terkaji 4 orang (12,5%).

APGAR Keluarga
Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan APGAR Keluarga di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo
No APGAR Keluarga Frekuensi Presentase
1. Disfungsi Keluarga Sedang 9 28,1%
2. Disfungsi Keluarga Ringan 23 71,9%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo memiliki APGAR Keluarga yang berbeda-beda seperti Disfungsi
Keluarga Sedang dengan jumlah 9 orang (28,1%.), dan yang Disfungsi Keluarga Ringan 23
orang (71,9%).
STATUS MENTAL
MINI

NORMAL GANGGUAN KOGNITIF GANGGUAN KOGNITIF


RINGAN BERAT
1. Ngatemi 1. Budiayu 1. Katilah
2. Karmilah 2. Ramasih 2. Raminah
3. Siti 3. Sarimah 3. Tukinem
4. Prihatin 4. Wiwik 4. Jainem
5. Kosemi 5. Rokayah 5. Yuke
6. Mukodamah 6. Roisyah 6. Musringah
7. Widyawati 7. Suhyani 7. Dewi
8. Sriani 8. Poniah 8. Ramini
9. Rukayah 9. Mujilah
10. Legi
11. Sukarti
Distribusi frekuensi penghuni berdasarkan MMSE
NO STATUS JUMLAH PRESENTASE
1 NORMAL 8 24,2%
2 GANGGUAN KOGNITIF RINGAN 11 33.3%
3 GANGGUAN KOGNITIF BERAT 9 27.3%
4 TIDAK BISA DIKAJI 4 12.1
Total 32 100%

Dari gambar dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
gangguan kognitif ringan sebanyak 11 orang (33.23%)

Data TTV
No NAMA TTV
1 Yuke 110\90 Mmhg
2 Sukarti 120\80 Mmhg
3 Sinta 100\80 Mmhg
4 Leginem 130\80 Mmhg
5 Tukinem 110/80 Mmhg
6 Sriani 120/80 Mmhg
7 Jainem 100/60 Mmhg
8 Painah 150/90 Mmhg
9 Rokayah 130/90 Mmhg
10 Sutinah 120/80 Mmhg
11 Musringah 120/80 Mmhg
12 Dewi 140/90 Mmhg
13 Raisah 160/90 Mmhg
14 Katilah 150/80 Mmhg
15 Mujilah 130/80 Mmhg
16 Karmilah 120/80 Mmhg
17 Ramaseh 190/80 Mmhg
18 Mu’adamah 150/80 Mmhg
19 Sutiani 100/80 Mmhg
20 Widiawati 170/80 Mmhg
21 Kasemi 180/100 Mmhg
22 Ngatemi 140/80 Mmhg
23 Raminah 180/100 Mmhg
24 Poniah 130/80 Mmhg
25 Wiwik 120/70 Mmhg
26 Sarimah 130/80 Mmhg
27 Prihatin 140/80 Mmhg
28 Budi Ayu 120/70 Mmhg
29 Ramini 110/70 Mmhg
30 Glu-Glu 110/70 Mmhg
31 Supi 100/60 Mmhg
32 Murtini 130/90 Mmhg
Kategori Hipertensi
No Kategori Jumlah Presentase
1 Tekanan Darah Normal 8 25%
2 Tekanan Darah Pre Hipertensi 7 22%
3 Hipertensi Tingkat 1 6 19%
4 Hipertensi Tingkat 2 11 34%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 32 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo sebagian besar lansia pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah
34% lansia mengalami hipertensi tingkat 2.
BAB 5
PRIORITAS MASALAH

5.1 ANALISA DATA


DIAGNOSA
No. DATA
KEPERAWATAN
1. DS : - Defisit Kesehatan
Komunitas
DO :
- Di Panti Lansia di Bendelonje Kendalrejo banyak
mengalami masalah kesehatan yaitu mengalami
Hipertensi 11 orang (34%), Stroke 6 orang
(18,75%), Dimensia 1 orang (3%), dan Fraktur 2
orang (6,25%).
- Di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo jumlah
lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti Mandiri 9 orang (28%), Bantuan 17 orang
(53%), dan Bedtres 6 orang (19%).

Masalah Keperawatan :
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas d.d
terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
5.2 Prioritas Masalah
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas
d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
5.3 Intervensi
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Defisit Kesehatan Komunitas Setelah dilakukan kunjungan 3x status Pengembangan Kesehatan Masyarakat
b.d mengatasi seluruh kesehatan komunitas meningkat Observasi :
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
komunitas d.d terjadi 1 Ketersediaan program promosi prioritasnya
masalah kesehatan yang kesehatan meningkat - Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat
dialami komunitas 2 Keikutsertaan asuransi/jaminan terkait isu yang dihadapi
kesehatan meningkat - Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat
3 Sistem surveilens kesehatan Teraupetik :
meningkat - Libatkan anggota masyarakat untuk
4 Prevalensi penyakit meningkat mrningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan
dan mengembangkan rencana kerja
- Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan
dan implementasi serta revisinya
- Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan pihak-pihak yang
terlibat
- Persatukan anggota komunitas dengan cita-cita
komunitas yang sama
- Bangun komitmen antar anggota masyarakat
- Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan
lokal, regional bahkan nasional terkait isu
kesehatan komunitas
BAB 6
PLAN OF ACTION

NO. MASALAH RENCANA TUJUAN SASARAN HARI/TGL TEMPAT PJ


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Defisiensi 1. Penkes tentang Setelah dilakukan tindakan Lansia di menyesuaika Menyesuaikan 1. Hipolito
kesehatan penyakit pada care keperawatan selama 2 kali Panti Jompo n 2. Herlina
komunitas giver kegiatan, diharapkan dapat Bedelonje 3. Lily
2. Pelatihan pada care meningkatkan pengetahuan Blitar 4. Aferi
giver tentang: kesehatan 5. Uma
pencegahan dekubitus 6. Wiwit
, pencegahan
dimensia, personal
higiene terkait gatal-
gatal pada lansia dan
mengenal/mengidenti
fikasi tanda-tanda
kematian pada lansia
3. Pelatihan membuat
batik ciprat sebagai
hasta karya untuk
meningkatkan
kemampuan aktivitas
lansia
4. Kerja bakti
membersihkan
lingkungan untuk
menghilangkan
jentik-jentik nyamuk
5. Kegiatan :
a. Senam
Hipertensi
2. Pemberian ROM
aktif dan pasif
3. Senam Brain Gym
4. Pembuatan batik
ciprat
5. Terapi
mencocokan kartu

Rencana Kegiatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN KEGIATAN SASARAN WAKTU
&
TEMPAT
1. Defisit Kesehatan Komunitas Status Kesehatan Pengembangan 1.Senam Lansia Di Menyesuaikan
Komunitas: Kesehatan Hipertensi Panti
1. Ketersediaan Masyarakat: Pemberian Lansia
program promosi Observasi : senam hipertensi Bendelonje
kesehatan meningkat
- Identifikasi 2. Pembuatan Kendalrejo
2.Keikutsertaan
asuransi/jaminan masalah atau isu batik ikat
kesehatan meningkat kesehatan dan 3. Terapi
3.Sistem surveilens
prioritasnya mencocokan
kesehatan meningkat
4.Prevalensi penyakit - Identifikasi gambar
meningkat potensi atau aset 4.
dalam 5.
masyarakat
terkait isu yang
dihadapi
- Identifikasi
pemimpin/tokoh
dalam
masyarakat
Teraupetik :
- Libatkan
anggota
masyarakat
untuk
mrningkatkan
kesadaran
terhadap isu
kesehatan dan
mengembangkan
rencana kerja
- Libatkan
masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
serta revisinya
- Pertahankan
komunikasi yang
terbuka dengan
anggota
masyarakat dan
pihak-pihak
yang terlibat
- Persatukan
anggota
komunitas
dengan cita-cita
komunitas yang
sama
- Bangun
komitmen antar
anggota
masyarakat
- Kembangkan
mekanisme
keterlibatan
tatanan lokal,
regional bahkan
nasional terkait
isu kesehatan
komunitas
Evaluasi kegiatan
SENAM HIPERTENSI
Data karakteristik pasien

No Nama jk usia Status Riwayat Riwayat Pre Post Ket


perkawinan pendidikan Pekerjaan
1 Prihatin Perempuan 69 kawin SD Buruh 140/80 130/70 turun
2 Raminah Perempuan 70 kawin SD Wirausaha 180/100 150/80 turun
ayam
3 Ngatemi Perempuan 71 kawin SD petani 140/80 110/80 turun
4 Kasemi Perempuan 72 janda Tidak pekebun 180/100 160/90 turun
sekolah
5 Widyawati Perempuan 54 kawin SD IRT 170/80 150/80 turun
6 Ramaseh Perempuan 69 Tidak SD Tidak 190/80 180/100 turun
menikah bekerja
7 Katilah Perempuan 75 janda SD petani 150/80 150/80 tetap
8 Roisyah Perempuan 56 Kawin SD petani 160/90 150/80 turun
9 Dewi Perempuan 68 Kawin Tidak IRT 140/80 140/80 tetap
sekolah
10 Painah Perempuan 83 Cerai mati Tidak petani 150/90 130/90 turun
sekolah
11 Mukodamah Perempuan 56 kawin Tidak IRT 150/80 150/80 Tetap
sekolah

Keterangan :
1. Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti gerakan yang diajarkan
2. Dari kegiatan yang telah dilakukan lansia mengerti tentang manfaat senam hipertensi secara mandiri ditempat tidur/diluar
3. Perubahan tekanana darah sebelum dilakukan senam hipertensi dan sesudah dilakukan senam hipertensi 72,72% lansia turun dan 27,28%
lansia tekanan darah nya tetap
Evaluasi Kegiatan TAK

TERAPI TEBAK GAMBAR


Pelaksanaan kegiatan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje dilaksanakan pada Hari
Kamis, 09 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai berikut :
Pemateri : Wiwit Setyani
Moderator : Aurizal
Materi : Perkenalan, sosialisasi, terapi tebak gambar
Peserta : Lansia di Panti Bendelonje sebanyak 4 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam
mengikuti kegiatan tebak gambar.
- Beberapa lansia mengerti tentang manfaat kegiatan bermain tebak gambar
- Mengekspresikan stimulasi yang dipaparkan
- Mengekspresikan masalah yang timbul sesuai stimulasi yang dialami.
- Memperkenalkan dirinya dan mengenal orang lain.
- Terbinanya hubungan saling percaya antara peserta panti dengan mahasiswa

TERAPI MEWARNAI
Pelaksanaan penyuluhan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun
Blitar dilaksanakan pada Hari Rabu, 8 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai
berikut :
Pemateri : Dhenis Puji Rahayu
Moderator : Hipolito Da Cruz Soares
Obsever : Dilla Rista Rosid
Fasilitator : Herlina Binti Mahmudah
Materi : Berkenalan, sosialisasi, keterampilan mewarnai
Peserta : Lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun Blitar sebanyak
8 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti
kegiatan yang diajarkan.
- Dari kegiatan yang telah dilakukan lansia mengerti tentang manfaat terapi mewarnai
dan dapat mengingat nama-nama teman sekamar maupun yang lain
- Perubahan terapi sosialisasi perkenalan dengan orang lain sebelum dan sesudah
dilakukan terapi sosialisasi adalah lansia mampu memperkenalkan diri sendiri dan
menyebutkan kembali nama temannya

TERAPI SOSIALISASI DENGAN MUSIK


Pelaksanaan penyuluhan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun
Blitar dilaksanakan pada Hari Kamis, 9 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai
berikut :
Pemateri : Lily Indrayani
Moderator : Intan Permatasari
Obsever : Lutfi Huzaini
Fasilitator : Lutvi Febriana
Materi : Berkenalan, sosialisasi,
Peserta : Lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun Blitar sebanyak
7 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti
kegiatan yang diajarkan.
- Dari kegiatan yang telah dilakukan lansia mengerti tentang manfaat terapi sosialisasi
dan dapat mengingat nama-nama teman sekamar maupun yang lain
- Perubahan terapi sosialisasi perkenalan dengan orang lain sebelum dan sesudah
dilakukan terapi sosialisasi adalah lansia mampu memperkenalkan diri sendiri dan
menyebutkan kembali nama temannya

TERAPI SOSIALISASI DAN MEMBATIK


Pelaksanaan penyuluhan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun
Blitar dilaksanakan pada Hari Rabu , 08 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai
berikut :
Pemateri : Pristanti Wiji Yuli Astuti
Moderator : Reza Dwi Wahyuningtyas
Obsever : Nur Asizah Yulianti
Fasilitator : Aferi Adi Suhendra
Materi : Berkenalan, sosialisasi, keterampilan batik
Peserta : Lansia di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo Talun Blitar sebanyak
12 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam mengikuti
kegiatan yang diajarkan.
- Kegiatan yang disampaikan diterima dengan baik.
- Peserta juga saling berkenalan dan mengingat nama-nama teman-teman yg di panti.
- Peserta juga saling berinteraksi waktu membuat batik
- Terdapat feedback dari peserta.
- Peserta dapat dengan aktif membuat batik.

TERAPI SOSIALISASI
Pelaksanaan kegiatan pada lansia di Panti Lansia Bendelonje dilaksanakan pada Hari
Kamis, 09 Desember 2021, dimana pembagian tugas sebagai berikut :
Pemateri : Sukma Faida Fitri
Moderator : Uma Nurrozikhin
Materi : Perkenalan, sosialisasi
Peserta : Lansia di Panti Bendelonje sebanyak 7 orang
Hasil :
- Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan lansia antusias dalam
mengikuti kegiatan, tetapi ada 1 orang yang tidak hadir.
- Pasien mampu menyebutkan nama dari anggota kelompok lain yang

mengikuti TAK

- Pasien mampu bersosialisasi dengan anggota kelompok lainnya

- Pasien mampu menceritakan masa lalunya dengan baik

- TAK berjalan dengan cukup baik


DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, W. I, Santoso, B. A, Rozikoi, K, Patonah, S. (2006). Ilmu keperawatan komunitas


2. Jakarta : Sagung Seto.
Mubarak, W. I . (2005) Pengantar keperawatan komunitas 1. Jakarta : Sagung Seto.
Suliswati, Payopo T. A, Maruhawa, J, Sianturi, Y, Sumijatun. (2005). Konsep keperawatan
kesehatan jiwa. Jakarta : EGC.
Widyawati, S.N. (2012). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Mubarak, W, I, Santoso, B, A, Rosikin, K & Patonah, S. (2006). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jogjakarta : Sagung Seto.
Setiadi. (2008). Konsep & proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Sulistyo, A. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori dan Praktik Keperawatan.
Jogjakarta : Graha Ilmu.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai