Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI

Disusun oleh :

Pristanti Wiji Yuli Astuti (1711016)

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan jiwa dengan judul
“Gangguan isolasi sosial : menarik diri Pada Tn. S” ini.
Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi tugas keperawatan jiwa profesi ners.
Penyusunan makalah ini kami harapkan para mahasiswa khususnya dan masyarakat
umumnya dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada gangguan isolasi sosial

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak.
Penulis menghaturkan terima kasih atas bimbingan, arahan, kritik, serta saran yang telah
diberikan kepada kami.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Terimakasih.

Blitar, 21 Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................II
DAFTAR ISI.............................................................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
1.3 TUJUAN......................................................................................................................2
1.3.1 TUJUAN UMUM.................................................................................................2
1.3.2 TUJUAN KHUSUS..............................................................................................2
BAB 2 ISOLASI SOSIAL..........................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN.............................................................................................................3
2.2 TANDA DAN GEJALA (FITRIA, 2009)...................................................................3
2.3 RENTANG RESPONS................................................................................................4
2.4 FAKTOR PREDISPOSISI (FITRIA, 2009)................................................................5
2.5 FAKTOR PRESIPITASI (FITRIA, 2009)...................................................................6
2.6 POHON MASALAH...................................................................................................7
2.7 DATA YANG PERLU DIKAJI...................................................................................7
2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................8
BAB 3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN................................................................................9
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN..........................................................................25
ANALISA PROSES INTERAKSI...........................................................................................29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...........................................33
RESUM KEPERAWATAN JIWA...........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................52

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu
organ, atau sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010).

Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi di mana keberlangsungan fungsi


mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun keakuratannya. Definisi
lain tentang apa itu gangguan jiwa adalah dengan membandingkan dengan definisi
kesehatan mental WHO " Mental health is a state of complete physical, mental
and social well-being, and not merely the absence of disease" (WHO, 2012)”
Kurang lebih terjemahan bebasnya adalah: “ Kesehatan mental adalah suatu
keadaan lengkap secara fisik, mental, dan kesejahteraan-sosial, dan tidak semata-
mata ketiadaan suatu penyakit”.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu


keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kecacatan. Secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya tidak adanya
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan kesinambungan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan dari kepribadian yang bersangkutan.

Isolasi sosial merupakan penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi orang lain disekitarnya. Pasien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Keliat, 2015). Hasil penelitian tahun 2018 didapatkan faktor predisposisi
terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi berdasarkan tiga aspek yaitu aspek
biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis terbanyak didapatkan data
riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Faktor psikologis terbanyak disebabkan
karena riwayat introvert, dan faktor sosial budaya terbanyak adalah masalah
ekonomi keluarga dan klien pribadi. Sedangkan, faktor presipitasi terjadinya
isolasi sosial ialah adanya riwayat putus obat, riwayat keinginan yang tidak
terpenuhi, dan tidak adanya penghasilan atau kondisi ekonomi yang masih kurang
(Kirana, 2018).

Menurut Yusuf (2019) klien dengan gangguan jiwa biasanya memiliki lebih
dari satu masalah keperawatan yang biasanya disusun dalam bentuk pohon
masalah. Isolasi sosial merupakan urutan ketiga setelah koping individu tidak
efektif dan gangguan konsep diri: harga diri rendah, jika masalah isolasi sosial
tidak diatasi dengan baik maka akan mengakibatkan perubahan persepsi sensori:
halusinasi, resiko perilaku kekerasan, perubahan isi pikir: waham, kerusakan
komunikasi verbal, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri.
Penatalaksanaan keperawatan penting dilakukan agar masalah isolasi sosial pada
klien tidak berlanjut kemasalah lain yang lebih berat.

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat diberikan kepada klien dengan


masalah isolasi sosial adalah terapi farmakologi, tindakan keperawatan generalis,
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) dan psikoterapi (Zakiyah, 2018).
Peran perawat dalam memberikan terapi kepada klien dengan isolasi sosial tidak
terlepas dari pentingnya keahlian komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk
membantu klien memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikiran yang
dialami oleh klien.

Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah
meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan
orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien lain,
memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan
interaksi sosial pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan isolasi social :
menarik diri diruang Cendrawasih RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang
tahun 2021?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Jiwa sesuai dengan kewenangan
perawat dan standart asuhan keperawatan yang berlaku.

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan Asuhan Keprawatan jiwa pada pasien isolasi sosial :
menarik diri , penulis dapat :

1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui


anamnese ataupun pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan untuk
menilaik keadaan pasien dengan isolasi sosial : menarik diri.
2. Menganalisa data dnegan tepat pada pasien dengan isolasi sosial : menarik
diri.
3. Menyusun diagnose keperawatna pada pasien dengan isolasi sosial :
menarik diri.
4. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial : menarik diri.
5. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial : menarik diri.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien
dengan isolasi sosial : menarik diri.
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan sesuai
proses asuhan keperawatan.
BAB 2
ISOLASI SOSIAL
2.1 Pengertian
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007 dalam Fitria, 2009).
Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins,
1993 dalam Fitria, 2009).
Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2009).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Fitria, 2009).

2.2 Tanda dan gejala (Fitria, 2009)


a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i. Retensi urin dan feses
j. Aktivitas menurun
k. Kurang energi/ tenaga
l. Rendah diri
m. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur)

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya


rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
peruabahan persepsi sesori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga
bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga
orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif).
Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak
baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang
memiliki harga diri rendah (Fitria, 2009).

2.3 Rentang respons


Respons adaptif Respons maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Depedensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
interdependen Curiga
Gambar 1. Rentang respons isolasi sosial (Stuart, 2006; Townsend, 1998
dalam Fitria, 2009)
Respons yang terjadi pada isolasi sosial (Fitria, 2009)
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masi dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain,
individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adapatif:
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.

2. Respons maladaptif
Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk
respons maladaptif:
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

2.4 Faktor predisposisi


1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila
tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
interpersonal (Stuart, 2006; Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria,
2009)
Tahap
Tugas
Perkembangan
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab,
dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis
kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung pada orang tua
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai
anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan
perasaan ketertarikan dengan budaya

2. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga meninmbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan di mana seseorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan
di luar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
sel dalam limbik dan daerah kortikal.

2.5 Faktor presipitasi


Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor
internal dan eksternal seseorang. Faktor stresor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

2.6 POHON MASALAH


Resiko bunuh diri

Defisit perawatan diri Halusinasi: gangguan sensori persepsi

Intoleransi aktivitas ISOLASI SOSIAL

Harga diri rendah kronis


Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

2.7 DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah
Data yang Perlu
keperawata Data yang perlu ditambahkan
Dikaji
n
Isolasi sosial Status Mental Subjektif
Penampilan. Klien mengatakan malas bergaul dengan
orang lain
Aktivitas Motorik/ Klien mengatakan dirinya tidak ingin
Psikomotor. ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
Afek/ Emosi. Klien mengatakan tidak mau berbicara
dengan orang lain
Isi Pikir. Tidak mau berkomunikasi

Daya Tilik/ Insight. Data tentang klien biasanya didapat dari


keluarga yang mengetahui keterbatasan klien
(suami, istri, anak, ibu, ayah atau teman
dekat)
Interaksi selama
wawancara. Objektif
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya
Asupan makanan dan minuman terganggu
Retensi urin dan feses
Aktivitas menurun
Kurang berenergi atau bertenaga
Rendah diri
Postur tubuh berubah (misalnya sikap
fetus/janin khususnya pada posisi tidur)

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4. Koping keluarga tidak efektif
5. Defisit perawatan diri
6. Risiko bunuh diri.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : ………………..

Tanggal Dirawat di Ruangan : ………………..

Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2021

Ruang Rawat : …………………

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. S (L)
Umur : 25 thn
Alamat : Dsn.Bacem, Ponggok
Pendidikan : MTs
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
JenisKel. :L
No CM : ………………………

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer

Tn. S mengatakan malas berinteraksi denga orang lain di sekitar rumahnya.


b. Data Sekunder
Tn. U selaku ketua RW di desa Bacem mengatakan Tn. S sehari-hari jarang
berkomunikasi dengan tetangga sekitar rumah, cenderung menarik diri,
terkadang pada saat marah Tn. S memukul dinding dan melempar barang
barang yang ada di dalam rumahnya.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian Tn. S mengatakan badannya terasa keju linu.


III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)

Px mengalami gangguan jiwa pada umur 15 tahun, px pernah keluar masuk RSJ
selama 3x. Setelah keluar masuk RSJ px sempat diasuh dengan tetangga yang ada
di sekitar rumah, akan tetapi setelah diasuh dengan orang yang berbeda, px
menjadi tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan. Menurut Tn. U selaku ketua RW
mengatakan bahwa Tn. S setelah lulus sekolah dari MTs px sempat bekerja di
peternakan dan mengumpulkan uang untuk membeli sepeda motor keinginanya
yaitu Fiz-R , uang yang dikumpulkan dititipkan ke pamannya dengan harapan
pamannya akan membelikan sepeda motor sesuai keinginannya. Akan tetapi,
pamannya membelikan sepeda motor yang tidak sesuai yaitu Yamaha 75. Pada
saat itu, Tn. S langsung memotong slebor depan motornya menjadi 2, semenjak
itu Tn. S menjadi depresi, dan ketika Tn. S marah-marah terkadang memukul
dinding rumahnya sampai retak dan membanting barang-barang yang ada di
rumahnya. Pada saat ini px jarang berkomunikasi dengan tetangga sekitar,
cenderung menarik diri dan pada saat dilakukan pengkajian px hanya diam saja,
px hanya menggerakkan mulutnya tanpa ada suara.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

Ya

 Tidak

JikaYa, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :

Px keluar masuk RSJ sudah 3x, px juga pernah di rawat di RSJ Lawang
pada umur 15 tahun dengan keluhan sering marah-marah tidak terkontrol,
terkadang memukul dinding hingga retak.

2. Faktor Penyebab/Pendukung :

a Riwayat Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi


1. Aniaya fisik ………… ………… ………… …………
2. Aniaya seksual ………… ………… ………… …………
3. Penolakan ………… ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga 25 tahun  ………… …………
5. Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………
Jelaskan:

Pada saat usia 25 tahun px mempunyai riwayat kekerasan dalam keluarga


berupa memukul tembok merusak barang-barang yang ada di sekitar
rumahnya.

DiagnosaKeperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

b Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri


Jelaskan:
Px mengatakan tidak pernah ada keinginan dan melakukan percobaan b
unuh diri. Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada kenginan
bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan )
Jika ada jelaskan : membeli motor yang tidak sesuai dengan
keinginannya.
Diagnosa Keperawatan :

Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kemban


g)

 Ya

Tidak

Jika ya Jelaskan :

Px tidak mengalami penyakit fisik.

Diagnosa Keperawatan : -

d. Riwayat Penggunaan NAPZA


Px mengatakan tidak ada riwayat penggunaan napza.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :

Jelaskan:

Pada saat px kambuh tetangga sekitar rumah px langsung berinisiatif


membawa px ke pelayanan kesehatan terdekat.

Diagnosa Keperawatan : -

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?

Ada

Tidak
Jika ada:

Ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Hubungan keluarga:

Kakak kandung laki-laki

Gejala:

Cenderung diam saja, tidak mau berinteraksi dengan orang lain.


Mempunyai riwayat penyakit Polio.

Riwayat pengobatan:

- (Kakak px yang mengalami gangguan jiwa sudah meninggal dunia)

Diagnosa Keperawatan: -

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)

Jelaskan:

Komunikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan komunikasi


musyawarah dengan tetangga px karena kedua orangtua dari px sudah
meninggal dunia, px kehidupannya bergantung kepada tetangga px.
Diagnosa Keperawatan : -

1. Konsep Diri

a. Citra tubuh:
- Px mengatakan anggota tubuhnya lengkap
- Bentuk tubuh normal tidak ada keluhan
- Pasien mengatakan nyaman dengan Ukuran badannya sekarang
- Semua anggota tubuh berfungsi dengan normal
- Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukainya
b. Identitas:

Px merasa bangga dan tidak ada masalah dilahirkan sebagai seorang


laiki-laki

c. Peran:

Px mengatakan tidak menjalankan perannya sebagai anak. Karena px


dirumah sendiri.

d. Ideal diri:

Px berharap kelengkapan anggota tubuhnya tetap terjaga.

Px berharap penyakitnya cepat sembuh

e. Harga diri:
Pasien menganggap beberapa tetangganya tidak menyukai dia dan ingin
melukai dirinya

Diagnosa Keperawatan: -
3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti/terdekat

Dirumah = Orang terdekat px merupakan Tn. U selaku Ketua RW

Di pelayanan kesehatan= Pasien mengatakan di pelayanan kesehatan


dirinya tidak mempunyai orang terdekat

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial

Dirumah = Pasien tidak pernah ikut kegiatan masyarakat apapun di


sekitar rumahnya

Dipelayanan kesehatan= Pasien banyak diam hanya berbicara sedikit


jika di ajak bicara kader desa
Hubungan sosial

Dirumah = Pasien mengatakan malas berinteraksi denga orang orang


di sekitar rumahnya

Dipelayanan kesehatan = Pasien mengatakan sulit dan tidak ada


keinginan untuk memulai pembicaraan dengan kader desa maupun
sesama pasien

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

- Px cenderung menarik diri, px mengatakan malas berinteraksi


dengan tetangga sekitar rumah, dan lebih suka menyendiri
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual

a. Agama :

Px mengatakan beragama islam.

b. Pandangan terhadap gangguan jiwa

Px mengatakan tidak tahu apa itu gangguan jiwa.

Diagnosa Keperawatan: -

VI. PEMERIKSAAA
N FISIK
1. Keadaan umu
m
Keadaan umum px baik

2. Kesadaran (Kuantitas)

Composmentis

GCS:4-5-6

3. Tanda vital:

TD : 110/70mm/Hg

N : 89x/menit
S : 36 C0
P : 20 x/m
enit
4. Ukur:

BB : 150Kg

TB : 56Cm

5. Keluhan fisik:

Jelaskan :

Tidak ada keluhan fisik yang dialami pasien.

Diagnosa Keperawa
tan : -
VII.STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Rambut px pendek, berpakaian rapi, memakai celana panjang, badan
bersih tidak tercium bau badan, posisi tubuh menunduk saat wawancara,
bicara sedikit.

Diagnosa Keperawatan: -

2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :

Jelaskan:

- Frekuensi : px berbicara dengan lambat


- Volume : px berbicara dengan sangat lembut
- Jumlah : px tidak terlalu berbicara dengan oranglain
- Karakter : px berbicara terputus
Diagnosa Keperawatan: -

3. Aktifitas motorik/Psikomotor Kelambatan :


 Hipokinesia,hipoaktifitas

 Katalepsi

 Sub stupor katatonik


 Fleksibilitas serea Jelaskan:
Tidak ada
Jelaskan: reaksi terhadap lingkungan sangat kurang ,gerakan dan aktivitas
sangat lambat.
Peningkatan :

 Hiperkinesia,hiperaktivitas

 Stereotipi

 Gaduh Gelisah Katatonik

 Mannarism

 Katapleksi

 Tik

 Ekhopraxia

 Command automatis

 Grimace

 Otomatisma

 Negativisme

 Reaksikonversi

 Tremor

 Verbigerasi

 Berjalankaku/rigid

 Kompulsif :sebutkan
DiagnosaKeperawatan: Defisit Aktivitas

4. Mood dan Afek

a. Mood
 Depresi  Khawatir

 Ketakutan  Anhedonia

 Euforia  Kesepian

 Lain lain

Jelaskan

b. Afek
 Sesuai  Tidaksesuai

 Tumpul/dangkal/datar Labil

Jelaskan:

Px tampak biasa dan tidak mampu berekspresi saat berbincang-bincang.

DiagnosaKeperawatan:

5. Interaksi Selama Wawancara


 Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif

 Mudah tersinggung  Curiga

Jelaskan:

Pasien kooperatif saat di wawancarai dan pasien menatap mata saat diajak bicara , pasien koo
peratif dan dapat menjawab pertanyaan saat diwawancarai.
Diagnosa Keperawatan

6. Persepsi Sensorik

a. Halusinasi

Pendengaran

Penglihatan

 Perabaan

 Pengecapan

 Penciuman

b. Ilusi

Ada
Tidak ada

Jelaskan:

Diagnosa Keperawatan : -

7. Proses Pikir

a. Arus Pikir:
 Koheren Inkoheren

 Sirkumtansial  Asosiasi longgar

 tangensial  Flight of Idea

 Blocking  Perseverasi

 Logorhoe  Neologisme

 Clang Association  Main kata kata

 Afasia  Lain lain…

Jelaskan:

Pasien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan perawat, akan tetapi pembicaraa
nnya berbelit-belit sehingga lama sampai pada tujuan/maksud yang dibicarakan. Pasien juga
terkadang behenti di tengah topik pembicaraan

b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia, sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:

Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiranbunuhdiri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip pikir
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:

Px tidak mengatakan dibelikan montor tidak sesuai yang diinginkan. Pasien mencurigai
beberapa tetangganya yg menurutnya tidak menyukai dan ingin melukai nya
c. Bentuk pikir :

 Realistik

 Non realistik
 Dereistik

 Otistik
Jelaskan:

Diagnosa Keperawatan:

8. Kesadaran

 Orientasi (waktu, tempat, orang)


Jelaskan:
Baik. Pasien mampu menyebutkan waktu saat ditanya, dan menjelaskan alamat rumah ,nama
orang tua dan nama kakak,
 Meninggi

 Menurun:

 Kesadaran berubah
 Hipnosa

 Confusion

 Sedasi

 Stupor
Jelaskan: kesadaran px berubah-ubah,menyendiri,dan bibir komat-kamit
Diagnosa Keperawatan:

9. Memori

 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)

 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)  Gangguan da


ya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)

Jelaskan :Baik, pasien masih mengingat hal-hal yang terjadi pada dirinya baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat.

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

a. Konsentrasi

Mudah beralih
Tida kmampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Konsentrasi pasien terkadang mudah beralih dan berbicara hal yang lain
keluar dari topik
b. Berhitung Jelaskan:
Saat diajak berhitung pasien mampu berhitung dengan baik. Contoh: 10-3=7, 12+3=15

Diagnosa Keperawatan:

11. KemampuanPenilaian 

Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :

Pasien sudah bisa menjaga personal hygiene dengan baik, pasien bisa memasak,menyapu men
gepel dengan baik
Diagnosa Keperawatan:

12. DayaTilikDiri

Mengingkari penyakit yang diderita

 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


Jelaskan: saat wawancara px mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami
gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan:

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan


Perawatan kesehatan,
 transportasi,

tempat tinggal.

 Keuangan dan kebutuhan lainnya.

Jelaskan:

Kebutuahn sehari hari dan kebutuhan perawatan kesehatan terpenuhi dengan bergantung
pada pak rt dan kader desa saat di pelayanan kesehatan,

2. Kegiatan Hidup Sehari hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mengatakan mandi 2x sehari . menggosok gigi 2x menggunakan sabun
2) Berpakaian, berhias dan berdandan Jelaskan :

Pasien mengatakan mampu berpaikaian sendiri

3) Makan
Jelaskan :

Pasien dapat makan sendiri , makan 3x sehari , porsi 1 piring habis

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan :

Pasien dapat melakukan BAB dan BAK secara mandiri . BAB terkadang 1x sehari .BAK nor
mal.

Diagnosa Keperawatan:

b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.

3x sehari (pagi,siang,sore). Pasien makan hasil masakannya sendiri yang dimasak pada pagi h
ari.

Bagaimana nafsu makannya

Pasien memiliki nafsu makan yang baik dan selalu habis.


Bagaimana berat badannya.

Berat badan pasien normal.


Diagnosa Keperawatan:

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 14.30

Tidur malam, lama : 22.00 s/d 04.30

Aktifitas sebelum/sesudah tidur : __________ , _________

Jelaskan

2) Gangguan tidur
Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain Jelaskan

Pasien tidak mengalami gangguan tidur , pasien memiliki waktu tidur yang cukup.
Diagnosa Keperawatan:

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup

Pasien bergantung pada pak rt dan kader desa untuk emmenuhi kebutuhan sehari hari dan
kebutuhan perawatan kesehataanya

 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,

Px mengatakan mampu membuat keputusan dengan sendiri

 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.

Diagnosa Keperawatan:

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga 

Terapis

Teman sejawat

Kelompok sosial

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

IX. MEKANISME KOPING

Jelaskan : Px mengganggap semua orang adalah pamannya

Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif

X. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya


Jelaskan : -
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan : px menganggap tetangganya seperti
pamannya
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya Jelaskan : -
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : -
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya Jelaskan : -
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : -
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : px mengatakan tidak terjadi masalah
kesehatan
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:

XI. ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang s
uatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan da
n penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obatobatan atau lainnya.
Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah ts
b.
Penyakit/gangguan jiwa Penatalaksanaan

 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan

Faktor presipitasi

Jelaskan : pasien perlu di berikan penjelasan tentang apa itu gangguan jiwa dan
penatalaksanaanya selain dengan obat terutama yang sedang di alaminya

Diagnosa Keperawatan: kurang penegathuan

XII. ASPEK MEDIS

1. Diagnosis Medis :

.........................................................................................................................................
2. Diagnosa Multi Axis

Axis I : .........................................................................................................................

Axis II : .........................................................................................................................

Axis III : .........................................................................................................................

Axis IV : .........................................................................................................................

Axis V : .........................................................................................................................

3. Terapi Medis

XIII. ANALISA DATA


N DIAGNOSA KEP
DATA
O ERAWATAN
1. DS: Px cenderung menarik diri, tidak berinteraksi dengan tetangga sekitar rumah,
dan lebih suka menyendiri

DO: Px jarang berbicara


ISOLASI SOSIAL
Px menyendiri
Bicara pelan
Kontak mata kurang

2. DS:
- Px mempunyai riwayat kekerasan dalam keluarga berupa merusak barang-
barang yang ada di sekitar rumahnya, seperti membanting gelas, piring dan
RISIKO
memukul dinding dirumahnya hingga retak.
PERILAKU
KEKERASAN

DO:
-
3. DS:
- Jika ada masalah px lebih banyak memendam masalahnya sendiri
KOPING
- Px mengganggap semua orang adalah pamannya (paman yang membuat px
INDIVIDU
menjadi depresi)
INEFEKTIF
DO:

5. DS:
..................................................................... .....................................................................
DO:
..................................................................... .....................................................................

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi Sosial

2. Risiko Perilaku Kekerasan


3. Kurangnya Pengetahuan

4. Koping Individu Inefektif

XV. POHON MASALAH

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi Sosial

2. Koping Individu Inefektif

3.

4. .………………………………………………

Blitar , ……………………….

Mahasiswa yang mengkaji

____________________

NIM......................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Nama Klien : Tn. S DX. Medis :


No. Reg :. Ruangan :

Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi sosial: TUM: Klien
menarik diri dapat berinteraksi
dengan orang lain

TUK:
1. Setelama 1 X 24 interaksi 1.1.Bina hubungan saling percaya dengan:
1.Klien dapat klien menunjukkan tanda-tanda
membina  Beri salam setiap berinteraksi.
percaya kepada / terhadap  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
hubungan saling perawat:
berkenalan
percaya
o Wajah cerah, tersenyum  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
o Mau berkenalan  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi kllien
o Ada kontak mata
 Buat kontrak interaksi yang jelas
o Bersedia menceritakan
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
perasaan
o Bersedia mengungkapkan
masalahnya
o Bersedia mengungkapkan
masalahnya

2. Klien mampu 2.Setelah 1x24 interaksi klien 2.1 Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan dapat menyebutkan minimal  Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien
penyebab satu penyebab menarik diri dari:  Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan
menarik diri o diri sendiri  Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
o orang lain  Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan
o lingkungan  Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien mampu 3. Setelah 1x24 interaksi 3.1. Tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan dengan klien dapat  Manfaat hubungan sosial.
keuntungan menyebutkan keuntungan  Kerugian menarik diri.
berhubungan berhubungan sosial, misalnya 3.2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan
sosial dan o banyak teman kerugian menarik diri.
o tidak kesepian 3.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
kerugian menarik
o bisa diskusi
diri.
o saling menolong,
dan kerugian menarik diri,
misalnya:
o sendiri
o kesepian
o tidak bisa diskusi

4. Klien dapat 4. Setelah 1x24 interaksi klien 4.1 Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial .
melaksanakan dapat melaksanakan hubungan 4.2 Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan :
hubungan sosial secara bertahap dengan:
sosial secara  Perawat lain
bertahap o Perawat  Klien lain
o Perawat lain  Kelompok
o Klien lain 4.3 Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
o Kelompok
4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
4.5 Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan.
5. Klien mampu 5. Setelah 1x24 interaksi klien 3.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan
menjelaskan dapat menjelaskan perasaannya sosial dengan :
perasaannya setelah berhubungan sosial  Orang lain
setelah dengan :  Kelompok
berhubungan 3.2. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
sosial. o Orang lain
o Kelompok
6. Klien 6.1. Setelah 1x24 pertemuan 6.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mendapat keluarga dapat menjelaskan mengatasi prilaku menarik diri.
dukungan tentang :
6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
keluarga dalam o Pengertian menarik diri
menarik diri
memperluas o Tanda dan gejala
hubungan sosial menarik diri 6.3. Jelaskan pada keluarga tentang :
o Penyebab dan akibat
 Pengertian menarik diri
menarik diri  Tanda dan gejala menarik diri
o Cara merawat klien  Penyebab dan akibat menarik diri
menarik diri  Cara merawat klien menarik diri
6.2. Setelah ... X pertemuan 6.4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
keluarga dapat mempraktekkan
cara merawat klien menarik diri. 6.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
6.6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi.
6.7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.
7. Klien dapat 7.1. Setelah 1x24 interaksi 7.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
memanfaatkan klien menyebutkan; obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan
obat dengan baik.  Manfaat minum obat obat
 Kerugian tidak minum obat 7.2. Pantau klien saat penggunaan obat
 Nama,warna,dosis, efek 7.3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
terapi dan efek samping 7.4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
obat dokter
7.2. Setelah ……..x interaksi 7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal
klien mendemontrasikan – hal yang tidak di inginkan .
penggunaan obat dgn benar
7.3. Setelah ….x interaksi
klien menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dengan klien)
Hari Senin Tanggal 11Oktober 2021

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
DO:
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 1 : Px dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya dengan Px
2) Bertanya permasalahan yang sedang dihadapi oleh Px
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama , nama panggilan , saya mahasiswa keperawatan
STIKes Patria Husada Blitar, saya praktek disini selama 2 minggu dan saya yang akan
merawat bapak, kalau boleh saya tau, nama bapak siapa? Biasanya bapak dipanggil siapa?
Usia bapak berapa?
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana kabar bapak sore ini? Apa yang bapak keluhkan saat ini
3. Kontrak
Topik :
Bisakah kita berbincang-bincang tentang masalah dan perasaan bapak hari ini?
Waktu :
Kita akan berbincang-bincang selama 25 menit, apakah bapak bersedia?
Tempat :
Kita akan berbincang-bincang diruangan ini ya pak?
a. FASE KERJA

Mari kita lanjutkan perbincangannya ya pak. Bapak asalnya dari mana? Bapak sudah
menikah atau belum? Nama istri bapak siapa? Apakah bapak sudah memiliki anak?
Pekerjaan bapak apa? Baiklah, pak. Bapak kan sudah mengenal saya, tujuan saya ingin
berkenalan dengan bapak, ingin mendapatkan informasi permasalahan bapak agar saya
bisa mengetahui masalah apa yang selalu bapak pikirkan. Berapa lama bapak berada
disini?? Apakah yang bapak lakukan? Apa yang bapak lakukan kalau bapak marah?
Baiklah kegiatan yang bapak senangi apa? Apakah bapak memiliki teman disini? Apakah
bapak mengetahui nama teman bapak?
b FASE TERMINASI
1. - Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan saya? Sehingga kita bisa saling kenal
dan mempercayai?
- Evaluasi Obyektif
Nah sebutkan lagi nama saya pak, apakah bapak ingat?
2. Rencana Tindak Lanjut
Bapak, karena sudah 25 menit kita berbincang-bincang, saya kira cukup sampai disini dulu ya
percakapannya, jangan lupa dengan nama saya ya pak, karena besok kita akan bertemu
kembali, besok kita akan belajar berkenalan dengan pasien yang lain ya pak?
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Baiklah bapak, besok kita akan berdikusi tentang kemampuan yang bapak miliki
Waktu : Besok kita berbincang-bincang lagi kurang lebih 25 menit ya?
Tempat : Bagaimana kalau besok berbincang-bincangnya disini lagi ya pak?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Tn. S Ruangan
NO RM

No Tanggal IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


DX & Jam
26/10/21 1. Bina hubungan saling percaya S :
dengan prinsip terapeutik : - Klien mengatakan
- Menyapa klien dengan ramah baik namanya Tn. s, usia 30
verbal maupun non verbal thn, alamat tempat
- Memperkenalkan diri dengan sopan tinggalnya Desa Bacem
- Klien mengatakan merasa
- Menanyakan nama lengkap dan senang bisa menceritakan
nama panggilan yang disukai klien masalahnhya kepada
- Menjelaskan tujuan pertemuan perawat
- Bersuikap jujur dan menepati janji
O:
- Menunjukkan sikap empati dan
- Berjabat tangan, kontak
menerima klien apa adanya
mata kurang, eskpresi labil
- Memberikan perhatian dan - Menyebutkan nama,
perhatikan kebutuhan dasar klien alamat dan umur
- Klien tampak
menceritakan masalahnya

A:
- Klien mampu
memperkenalkan dirinya
- Klien mampu
menceritakan masalahnya
- Klien mampu membina
hubungan saling percaya
P:
- Lanjutkan implementasi
SP1
• Identifikasi penyebab
isolasi sosial,
• Klien mampu
menyebutkan
keuntungan berhubungan
sosial dengan kerugian
menarik diri)
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dengan klien)
Hari Jum’at Tanggal 27 Oktober 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan bahwa klien sudah berkenalan dan berbincang2 dengan satu orang
DO : Klien tampak mempraktekan cara berkenalan, kontak mata kurang, ekspresi labil, suara
lembut
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 5 : Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluraga dalam memperluas hubungan sosial
TUK 7 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
SP 2
1. Mengavaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak ? masih ingat dengan saya?
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan bapak pada hari ini ? apakah masih ada perasaan kesepian? Bagaimana
semangat nya untuk berbincang-bincang hari ini ? apakah sudah berkenalan dengan orang lain
? bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan ?
3. Kontrak
Topik :
Sesua dengan janji kita minggu lalu, hari ini saya akan mendampingi bapak berkenalan atau
berbincang bincang dengan satu teman bapak agar bapak semakin banyak kenalan.
Waktu :
Kita akan berbincang-bincang selama 25 menit, apakah bapak bersedia ?
Tempat :
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di tempat ini pak ?
b FASE KERJA
Baiklah bapak saya datang dengan satu orang teman, bapak bisa memulai berkenalan, apakah
bapak masih ingat cara berkenalan dengan baik ? Nh, silahkan bapak mulai. Wah bagus
sekali, bapak sudah menanyakan nama usia dan hobi teman bapak. Nah selanjutnya kita akan
berbincang-bincang sederhana dihalaman depan sambil melakukan kegiatn menyapu ya pak,
apakah bapak bersedia ?
c FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dan berbincang bincang dengan satu orang ?
2. Evaluasi Obyektif (perawat)
Coba bapak beri tahu saya siapa nama teman bapak yang bapak ajak berkenalan dan
berbincang bincang tadi
3. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah selanjutnya bapak bisa terus menambah orang yang bapak ajak berkenalan atau bapak
bisa ikut kegiatan sambil berbincang bincang.
4. Kontrak yang akan datang
Topik :
Nanti saya akan kembali untuk mendampingi bapak dalam mengevaluasi cara berkenalan dan
melakukan berbincang bincang dengan dua orang teman yang lain.
Waktu:
Untuk waktunya seperti sekarang ini ya pak selama 25 menit.
Tempat:
Bagaimana kalau besok berbincang-bincangnya disini lagi ya pak?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Tn. S Ruangan Cendrawasih
NO RM 132329

No Tanggal IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


DX & Jam
2/10/21 1 Mengevaluasi cara berkenalan klien S:
dengan satu orang - Klien mengatakan sudah
2 Mengevaluasi kegiatan berbincang berkenalan dengan satu
bincang sederhana dengan satu orang teman yang
orang bernama Tn. E
3 Mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien mengatakan sudah
harian pasien berbincang-bincang
4 Mengevaluasi kemampuan klien tentang kemampuan Tn. E
dalam mengukapkan perasaanya yaitu membersihakan
setelah berkenalan dan berbincang tempat tidur
bincang - Klien mengatakan
5 Memberikan pujian terhadap manfaat yang didapatkan
kemampuan klien dari berinteraksi dengan 1
orang yaitu
menyenangkan
- Klien mengatakan merasa
senang bisa berkenalan
dengan satu orang
O:
- Klien tampak
mengungkapkan
perasaannya
- Ekspresi tersenyum,
kontak mata kurang
- Klien tampak berkanalan
dengan Tn. E
- Klien tampak berbincang
bincang sambil menyapu
halaman bersama Tn. E
A:
- Klien mampu
mengungkapkan
perasaanya setelah
berkenalan dengan satu
orang
- Klien mampu berkanalan
dengan satu orang
- Klien mampu berbincang-
bincang sederhana dengan
dua orang Tn. E
- Klien mampu berinteraksi
dengan orang lain
P:
- Evaluasi SP 2
- Lanjutkan implementasi
SP 3
(Klien mampu berkenalan
dengan dua orang atau lebih)
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Lp Dan Sp) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai