Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

“MODEL SOSIAL”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK III

1. ANGEL F.M.TITIRLOLOBY
2. ESTI LESTARI
3. IVANCHA E HUNGAN
4. PETRA W LAMERE
5. NURSEHATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan penyertaannya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Model Konseptual
Keperawatan Jiwa : Model Sosial “.

Didalam pembuatan makalah ini kami menyadari sungguh bahwa


kami memiliki banyak kekurangan, dengan itu kami berharap
agar pembaca dapat memberikan saran dan masukan yang
bersifat membangun sehingga kedepannya kami dapat menjadi
lebih baik.

Harapan kami semoga,makalah yang kami buat ini dapat


bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para membaca.

Terimakasih .

Yogyakarta, 25 Maret
2020

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

COVER................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................2

DAFTAR PUSTAKA...............................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................4
B. Tujuan........................................................5
C. Rumusan Masalah.......................................5

BAB II PEMBAHASAN MODEL KONSEPTUAL SOSIAL

A. Defenisi......................................................6
B. Faktor – Faktor Perubahan Perilaku.............7
C. Proses Terapis............................................9
D. Model Terapi..............................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................12
B. Saran ........................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri,
tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada
materi. Mahasiswa yang pertama kali mempelajari ilmu
jiwa dan keperawatan jiwa sering mengalami kesulitan
dengan hal yang harus dipelajari, karena jiwa bersifat
abstrak dan tidak berwujud benda. Setiap manusia
memiliki jiwa, tetapi ketika ditanya, “Mana jiwamu?” hanya
sebagian kecil yang dapat menunjukkan tempat jiwanya.
Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda,
melainkan sebuah sistem perilaku, hasil olah pemikiran,
perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan
sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan
seseorang.
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang
keperawatan jiwa, yaitu suatu proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang
terintegrasi. Sementara ANA (American Nurses Association)
mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu
bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri secara terapeutik sebagai kiatnya . Berdasarkan dua
pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut
mampu menguasai bidangnya dengan menggunakan ilmu
perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya
sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang
efektif dalam merawat pasien.

4
Model konseptual merupakan rancangan
terstruktur yang berisi konsep-konsep yang saling terkait
dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan
pengaruh logis antar konsep. Model konseptual juga
memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa
yang dilihat dan memberikan arah riset untuk mengetahui
sebuah pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian
serta menunjukkan suatu pemecahan masalah.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makala ini adalah untuk
menyelasaikan tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa I dan
untuk memahami model konseptual keperawatan jiwa .

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model konseptual sosial?
2. Apa saja faktor-faktor perubahan perilaku sosial?
3. Bagaimana proses terapis yang dilakukan perawat
kepada pasien?
4. Bagaimana penerapan model terapi yang diberikan
kepada klien?

5
BAB II

PEMBAHASAN MODEL KONSEPTUAL SOSIAL

A. Konsep

Konsep ini di kemukakan oleh Gerard Caplan, Ia


menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan budaya. Caplan juga percaya bahwa
situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi pasien
mengalami gangguan mental, seperti contohnya
kemiskinan, masalah keluarga, dan pendidikan yang
rendah. Karena kondisi demikian akhirnya individu
mengalami ketidakmampuan menggkoping stres, di
tambah dengan lingkungan yang tidak mendukung.

Individu mengembangkan koping yang


patologis.Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami
perubahan perilaku.Koping yang selama ini dipakai dan
dukungan dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi
sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

Stressor dari lingkungan diperparah oleh hubungan


sosial seperti keluarga yang tidak memberikan dukungan,
suami yang tidak bertanggung jawab, anak yang nakal,
tetangga yang buruk, atau teman sebaya yang jahat akan
memunculkan berbagai stressor dan membangkitkan
kecemasan.

Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau


penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial
dan faktor lingkungan yang akan menyebabkan munculnya
stress pada seseorang atau social and environmental

6
factor create stress, which cause axiety and symptom.
Adapun juga beberapa faktor yang predisposisi yang
mempengaruhi stress yaitu, pengaruh dari genetic atau
keturunan, pengaruh masa lalu, dan pengaruh konflik lain.

Caplan meyakini bahwa situasi sosial dapat


mencetusakn gangguan jiwa, dengan demikian ada
beberapa situasi yang menjadi faktor pencetus yaitu:

a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil,


pendidikan tidak adekuat.
b. Kurang mampu mengatasi steresor
c. Kurang adanyaa support system dari lingkungan
sosial.

B. Faktor-Faktor Perubahan Perilaku Sosial


Didalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang
memeiliki beberapa aspek yang menyebabkan terjadinya
gangguan perilaku sosial terhadap setiap individu.

a. Fisik
Kondisi fisik manusia adalah salah satu kondisi
terjadinya kehilangan organ tubuh akibat terjadinya
kecelakaan,bencana,atau hal yang tidak di inginkan
sehingga manusia memerlukan pelayanan dalam rangka
adaptasi terhadap keadaan fisiknya. Tetapi biasanya
lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan
adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal
sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan manusia
tidak mau bersosialisaasi pada masyarakat sekitarnya,
dan hal ini merupakan faktor terjadinya HDR atau Harga
Diri Rendah pada orang tersebut.

7
Contohnya dalam jurnal penelitia yang dilkukan oleh
Dian Pitaloka Priasmoro, dengan judul Aplikasi Model
Sosial Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil
Dengan HIV/AIDS. Didalam jurnalnya dijelaskan bahwa
ibu dengan keadaan hamil dan postif HIV/AIDS
mengalami diskriminasi sosial baik dari keluarga
maupun lingkungannya. Hal ini disebabkan karena
stigma masyarakat yang diberikan kepada ibu tersebut.

b. Psikologi
Psikologi ini mencakup tentang berbagai masalah
yang dialami oleh individu atau masyarakat seperti
kecemaasan, trauma, ketakutan, maupun kondisi yang
lebih kritis. Hal ini disebabkan karena terjadi insiden
atau peristiwa yang membuat sehingga psikologi
sesorang mengalami gangguan.
Contohnya dalam jurnal Dian Pitaloka Priasmoro
dengan judul Aplikasi Model Sosial Dalam Pelayanan
Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS, di
jelaskan bahwa wanita yang mengalami keadaan
tersebut tentu mengalami gangguan psikologi seperti,
kecemasan,trauma bahkan ketakutan karena masalah
yang ia alami.
Karena padangan buruk atau stigma yang diberikan
kepada wanita. Karena masyarakat pada umumya
ketika mendengar tentang penyakit HIV/AIDS tentu saja
mereka tetap akan mengaitkan dengan wanita ini
adalah seorang pekerja sex, perokok, dan lain-lain yang
bersifat negative.

8
c. Sosial
Faktor Sosial adalah dimana seseorang keadaan
duka atau konflik yang berkepanjangan, seperti
kehilangan orangtua, kehilangan sahabat, kehilangan
pacar, kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal,
dan kehilangan harta akibat musibah yang melanda
individu tersebut. Jika hal ini terjadi dan tidak ada
pelayanan dari berbagai pihak yang harusnya
bertanggung jawab maka akan memicu ketidakpuasaan
dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
Semakin berkembangnya idelisme dalam masyarakat,
manusia cenderung lebih mementingkan diri masing-
masing, yang seharusnya budaya lebih memntikan
kebersamaan untuk menciptakan sebuah masyarakat
yang lebih sejahtera, aman, dan nyaman dalam sebuah
lingkungan masyarakat. Hal ini yang membut sehingga
bisa terjadi kesenjangan di dalam masyarakat.
e. Spiritual
Nilai-nilai agama mayoritas yang terlalu kuat didalam
masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap
agama minoritas. Hal ini yang dapat berkembang di
masyarakat dan dapt menimbulkan konflik dan berbagai
macam masalah yang tidak dapt terselesaikan secara
baik.

C. Proses Terapis

9
Dalam proses terapi yang dilakukan oleh perawat
sebagai terapis untuk pasien dengan masalah gangguan
jiwa ada empat proses terapis yaitu:

1. Pendekatan Primer
Adalah pendekatan yang dilakukan oleh perawat
dengan pasien secara pribadi dengan tujuan agar
pasien bisa mendapat terapi agar masalah yang dialami
bisa segara diatasi.
2. Krisis Intervensi
Krisis Intervensi merupakan suatu intervensi jangka
pendek yang terfokus pada upaya memobilisasi
kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien untuk
mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki tingkat
penanggulangan, kepercayaan, dan pemecahan
masalah yang dialami oleh pasien dengan gangguan
mental.
3. Manipulasi Lingkungan
Manipulasi lingkungan adalah menciptakan kondisi
lingkungan yang akan dikenakan pada partisipan.
Misalnya membuat ruang yang longgar untuk di lakukan
terapi.

D. Model Terapi
Peran seorang perawat dalam memberikan terapi
menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan
masalah menggunakan sumber yang ada pada
masyarakat, yang melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya
menggali sisitem sosial klien seperti suasan rumah, suasan

10
lingkungan rumah, suasan tempat kerja, maupun suasana
sekolah.
a. Peran Klien
1. Klien diharapkan bekerjasama dengan perawat dengan
menceritakan seluruh masalah yang dialaminya dan
aktif terlibat dalam proses pemulihan. Tujuannya adalah
agar perawat dapat menganalisa faktor utama yang
menyebabkan sehingga klien mengalami gannguan
jiwa, selain itu diharapkan klien bisa membangun
hubungan yang baik dengan perawat, sehingga lebih
mudah proses pemulihan.
2. Menggunakan sistim pendukung sosial, yang
dimaksudkan sistim pendukung sosial adalah selain
terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan
berperannya anggota keluarga lain yang dapat
membantu, karena pada umumnya klien akan lebih
memahami atau mudah mengerti tujuan utama yang
diharapkan terapis, jika yang menyampaikan adalah
orang terdekat klien. Selain itu dalm proses sosialisasi
juga dibutuhkan berbagai alat bantu pendukung seprti
gambar, buku cerita, sehingga klien lebih mudah
mengerti.
3. Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat, pada tahap
ini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk
memulihkan perilaku yang semula tidak baik menjadi
lebih baik, dan juga klien dapt mengerjakn sesuatu yang
dimulai dari hari paling kecil, seperti rajin mencuci
tangan yang dilakukan secara mandiri.
b. Peran Terapis

11
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan
pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di
masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah
penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling

Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat)


adalah terapi akan dapat menolong pasien hanya apabila
pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis
untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk
dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga
mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang
diberikan.

Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan


perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-
sama dengan pasien meningkatkan perubahan. Perubahan
tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti
yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk
dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika
pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan
oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk
didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial
terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan
dalam Stuart & Laraia, 2014).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam
indikator kesejahteraan manusia. Dalam model konseptual
sosial diharapakan perawat melakukan pelayanan
kesehatan jiwa secara holistic. Model sosial merupakan
salah satu contoh model konseptual khususnya
dikeperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
Fokus model ini adalah focus penanganan khususnya
melalui lingkungan sosial yang dapat berpengaruh
terhadap individu dan pengalaman hidupnya.

B. Saran
Didalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kesehatan kepada pasien dengan gangguan jiwa
diharapakan perawat dapat memberikan pelayanan secara
holistic serta menerapkan semua model konsptual
kesehatan jiwa. Sehingga pasien dengan masalah
gangguan kesehatan jiwa dapat bisa mengurangi rasa
cemas,ketakutan bahkan trauma.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/62

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25743738

https://www.academia.edu/36593017/Buku_Ajar_Keperawatan_K
esehatan_Jiwa_Teori_dan_Aplikasi_Praktik_Klinik

https://www.researchgate.net/publication/311784310_Intervensi_
Psikologi_di_Layanan_Kesehatan_Primer

14

Anda mungkin juga menyukai