Anda di halaman 1dari 7

Nama : Khairul Anwar

Tingkat : IIC/Smt IV

A. Model konseptual Keperawatan Jiwa


1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian
ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka
peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan
tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan
yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan
jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa


Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa model yaitu :
a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal)
tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super
ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan transfer untuk
membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa
ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari.
Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik.
konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi
gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol
mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist
menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

b. Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu merupakan
bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial. Kecemasan
disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh
lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk
keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya
kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian diri
terhadap nila-nilai budayaseperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan
mengalami sakit mental.

c. Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi
lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor
predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga
dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan
mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami
perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat
dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

d. Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.
e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik verbal
maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi mengakibatkan
kecemasan dan frustasi.

f. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua perilaku itu dipelajari.
Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada
tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan
pada kognitif dan afektif.

g. Model medical
Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor yang kompleks
meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan teknik
interpersonal.

h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep ini
berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : biopsiko-
sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak,
menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.

B. Model konseptual Sosial


1. Pengertian
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi
lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor
predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga
dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak mampuan
mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang akan
memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create stress, which
cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi stress yaitu : a. Pengaruh
genetic
b. Pengaruh masa lalu
c. Pengaruh konflik lain
Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. kondisi
sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Prilaku yang dianggap normal pada
suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain. Individu yang
sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka
perilaku tersebut memerlukan perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial
dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus:
a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
b. Kurang mampu mengatasi stress.
c. Kurang support system

2. Faktor - faktor perubahan prilaku


Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor
terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu. a. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat bencana
yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi disini
lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan
normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada
masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang
tersebut.
b. Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti ketakutan,
trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa atau
insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu. c. Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan seperti
kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat
musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat memicu
ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih
mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan kebersamaan
untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya
kesenjangan di dalam masyarakat.
e. spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan deskriminasi
terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di masyarakat terjadinya
konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.

3. Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system sosial
klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

a. peran klien :
1) Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah yang dialaminya dan
aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu menganalisa
faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa, selain itu klien juga dapat
membina hubungan baik antara perawat sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.
2) Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung sosial disini
adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan berperannya anggota keluarga lain
yang dapat membantu karena klien akan lebih mudah mengerti tujuan utama yang diharapkan
oleh terapis jika yang menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses
sosialisasi juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita sehingga klien
lebih mudah untuk mengerti.
3) Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang kurang baik
menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal yang terkecil seperti
mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

b. peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang
dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat menolong
pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan
masalahnya dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai
hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti yang mungkin
dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk
dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi
yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan
pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart
& Laraia, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC

Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai