Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Konseptual Keperawatan Kesehatan Jiwa


2.1.1 Pengertian
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan menyokong integritas fungsi. Yang dimaksud
klien meliputi individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat. (Zulkarnaen,
1991 dalam Suliswaty, 2004)
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,
mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara
terapeutik untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien
dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. (Brockopp,
1999 dalam Potter, 2009)
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi
dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang
terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp,
1999 dalam Potter, 2009).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang
tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif
untuk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54 dalam Yosef, 2009).

2.1.2 Konsep Dasar Kesehatan Jiwa


Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Setiap manusia memiliki jiwa, tetapi ketika
ditanya “mana jiwamu?” hanya sebagian kecil yang dapat menunjukkan tempat
jiwanya. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem
perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan barbagai pengaruh lingkugan
social. ( Ah. Yusuf dkk, 2015)
Manifestasi jiwa antara lain tampak pada kesadaran, emosi, psikomotor, proses
berfikir, persepsi, dan sifat kepribadian. Kesadaran dalam hal ini bersifat kualitatif,
diukur dengan memperhatikan perbedaan stimulus (stressor) dan respons (perilaku
yang ditampilkan) dan tidak diukur dengan Glasgow coma scale. ( Ah. Yusuf dkk,
2015)
2.1.3 Kesehatan Jiwa
Jiwa yang sehat sulit dijelaskan dengan tepat. Tetapi, ada beberapa indicator untuk
menilai kesehatan jiwa. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah
orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta
berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. Michael Kirk Patrick
mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan
psikis serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. ( Ah. Yusuf dkk,
2015)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang
yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut :
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima
5. Berhubungan dengan orang lain secara olong menolong dan saling memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih saying yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

2.2 6 (Enam) Model Konseptual Keperawatan Kesehatan Jiwa


Model konseptual keperawatan kesehatan jiwa terdiri atas 6 model yang dikemukakan oleh
beberapa ahli terkemuka yang berbeda. 6 konseptual model keperawatan kesehatan jiwa
tersebut yaitu :
1. Psikoanalisa model
2. Interpersonal model
3. Social model
4. Existensial model
5. Supportive therapy model
6. Medical model

2.2.1 Sosial Model


1. Definisi
Model ini berfokus pada lingkungan social yang mempengaruhi individu dan
pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku, kondisi
social bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap
normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah
yang lain. Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri
dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan/dirawat.
Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu
tersebut harus mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang
diharapkan masyarakatnya.
Menurut Caplan, Szasz social model adalah gangguan jiwa/penyimpangan
perilaku karena banyaknya faktor social dan faktor lingkunngan yang memicu
munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada di lingkungan
(bising, macet, iklim sanngat dingin/panas, dll) mencetuskan stress pada individu.
Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalnya
: anak nakal, atasan galak, istri cerewet, dll).

2. Pandangan tentang penyimpangan perilaku


Szasz, Caplan memandang bahwa faktor social dan lingkungan menciptakan
stress, yang menyebabkan ansietas, menyebabkan timbulnya gejala. Perilaku yang
tidak dapat diterima (menyimpang) diartikan secara social dan memenuhi
kebutuhan sistem social. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
3. Proses terapeutik
Szazs, Caplan menyebutkan bahwa dalam proses terapi pasien dibantu untuk
mengatasi sistem social. Mungkin digunakan intervensi krisis. Manipulasi
lingkungan social juga dapat diterapkan. Dukungan dari kelompok sebaya
dianjurkan. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
Contoh tindakan terapi yang dapat dilakukan yakni : Environment manipulation
and social support, yaitu modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal
: rumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan
perabot yang teratur.
4. Peran pasien dan terapis
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan
teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, dikantor, disekolah,
dimasyarakat atau tempat kerja. (Anna, 2004)
Pasien secara aktif menyampaikan masalahnya kepada terapis dan bekerja sama
dengan terapis untuk menyelesaikan masalahnya. Menggunakan sumber yang ada
dimasyarakat. Pasien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri (Stuart, Gail
Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)

2.2.2 Eksistensial Model


1. Definisi
Menurut (Ellis, Roger), teori model eksistensial gangguan jiwa atau gangguan
perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya,
individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam body imagenya. Seringkali individu merasa asing dan
bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya
(eksistensinya) menjadi kabur. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
Menurut pandangan eksistensial, regresi ke cara invantil, bukan saja merupakan
gejala gangguan, tetapi sekaligus juga merupakan usaha mencari suatu permulaan
baru. Bila kemampuan tidak cukup dan harapan anak tidak terpenuhi dalam proses
pematangannya melalui saling berhubungan dengan orang lain, maka kecemasan
ekstensial dan rasa salah akan menyertainya sampai dewasa. Akan tetapi, pada
setiap perkembangan manusia, daya penyembuh unsur kasih sayang yang ada pada
dirinya akan dapat megatasi kecemasan egosentrisitas yang defensif itu (Stuart, Gail
Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
2. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Pandangan tentang penyimpangan perilaku yang dikemukakan oleh Perls,
Glasser, Ellis, Rogers, dan Frankl mengenai eksistensial model yakni, hidup ini
akan sangat berarti apabila seseorang dapat mengalami dan menerima self (diri)
sepenuhnya. Penyimpangan perilaku terjadi jika individu gagal dalam upayanya
untuk menemukan dan menerima diri. Menjadi diri sendiri bisa dialami melalui
hubungan murni dengan orang lain. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen,
1998)
3. Proses terapeutik
Perls, Glasser, Ellis, Rogers, dan Frankl dalam melakukan proses terapeutik
individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi sering dilakukan
dalam kelompok. Pasien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri dan dibantu
untuk mengendalikan perilakunya. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen,
1998).
Beberapa proses terapi yang akan dilakukan yaitu :
a. Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bisa
menjadi panutan
b. Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
c. Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan
d. Encourage to accept self and control behavior
Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain
4. Peran pasien dan terapis
Perls, Glasser, Ellis, Rogers, dan Frankl menyebutkan dalam eksistensial model,
pasien bertanggungjawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang diri sebenarnya. (Stuart, Gail
Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
Terapi membantu pasien untuk mengenal nilai diri. Terapis mengklarifikasi
realitas dari suatu situasi dan mengenalkan pasien tentang perasaan tulus dan
memperluas kesadaran dirinya. (Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
Dalam terapi ini klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang
berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Perawat berusaha memperluas
kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment.
(Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen, 1998)
Sumber :

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Anna, budi. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Potter, Patricia dkk. (2009). Fundamental Keperawatan (Fundamental Of Nursing). Jakarta;

Salemba Medika

Stuart, Gail Wiscartz & Sandra J. Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 3. Alih
bahasa : Achiar Yani S. hamid; editor dalam bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.

Suliswati, Dkk. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai