Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Jurnal Terkait Teori


End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan kenyamanan
seseorang yang mendekati hidup. End of life akan membantu pasien meninggal dengan
bermartabat serta pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya menginginkan perawatan
yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien tersebut.
Isu End of Life yang diangkat kelompok untuk keperawatan kritis saat ini adalah isu
tentang penundaan dan penghentian bantuan hidup atau sering disebut dengan withholding
and withdrawing life support karna isu ini merupakan salah satu isu yang sering muncul pada
perawatan kritis. Di dalam jurnal ini menjelaskan bahwa dalam kalangan medis ataupun
orang awam masih belum sepenuhnya memahami masalah ini sehingga perlu pembahasan
menyeluruh untuk menyangkut aspek medik, bioetik dan legalnya dalam penundaan dan
penghentian bantuan hidup pasien.
Dilihat dari segi aspek bioetiknya dalam jurnal dijelaskan bahwa withholding life support
artinya menunda pemberian terapi bantuan hidup baru atau lanjutan tanpa mengentikan terapi
bantuan hidup yang sedang berjalan sedangkan withdrawing life support artinya yaitu
mengentikan sebagian atau semua terapi bantuan hidup yang sudah diberikan pada pasien.
Dalam aspek bioetik ini ada dijelaskan beberapa pedoman pertanyaan umum yang dibuat
oleh The American Medical Association untuk meningkatkan pemahaman terkait withholding
and withdrawing life support salah satu di antaranya yaitu pertanyaan tentang Apakah dokter
“membunuh” pasien jika melepas ventilator? Jawabannya Tidak, jika tujuan pelepasan
ventilator adalah untuk kenyamanan pasien (atau karena pemasangan ventilator tidak
memberi manfaat lagi) bukan kematian dan ini termasuk kedalam teori The Peaceful End of
Life yang dimana masuk kedalam kriteria utama dalam perawatan end of life menurut Ruland
Moore salah satunya “merasa nyaman” serta juga termasuk kedalam prinsip-prinsip End of
Life menurut Aligood yang tertera pada point pertama yaitu menghargai kehidupan dan
perawatan dalam kematian dimana dijelaskan bahwa tujuan utama dari perawatan adalah
mempertahankan kehidupan namun ketika hidup tidak dapat dipertahankan maka tugas dari
perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan mertabat kepada pasien yang sekarat
dan untuk mendukung orang lain dalam melakukannya.
Menurut Soenarjo (2013) mati klinis ditandai dengan henti nafas dan jantung (sirkulasi)
serta berhentinya aktivitas otak tetapi tidak irreversibel dalam arti masih dapat dilakukan
resusitasi jantung paru dan kemudian dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi. Mati
biologis merupakan kelanjutan mati klinis apabila pada saat mati klinis tidak dilakukan
resusitasi jantung paru. Mati biologis berarti tiap organ tubuh secara biologis akan mati
dengan urutan : otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan hati. Dimana pada jurnal dilihat dari segi
medikolegal perburukan kondisi pasien terburuk yaitu berakhir dengan kematian. Penentuan
kematian seseorang berdasarkan Permenkes nomor 37 tahun 2014 dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria diagnosis kematian klinis/konvensional atau kriteria diagnosis
kematian mati batang otak. Berdasarkan Permenkes nomor 37 tahun 2014 pasal 8-13 yaitu
Kriteria diagnosa kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
didasarkan pada telah berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi dan system pernafasan
terbukti secara permanen. Berdasarkan pasal 13, setelah seseorang ditetapkan mati batang
otak, maka semua terapi bantuan hidup harus segera dihentikan.
Pada teori Bantuan Hidup Dasar (BHD) meliputi penilaian terhadap gejala dan tanda
Henti Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Arrest), serangan jantung, Stroke, dan Sumbatan
jalan napas oleh benda asing; Resusitasi jantung paru (RJP); dan defibrilasi dengan
menggunakan automated external defibrilator (AED). RJP dengan melakukan kompresi dan
bantuan pernapasan harus dilakukan pada korban tersebut. Pada jurnal dilihat dari segi
medikolegal terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang
bersifat terapeutik dan atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary) yaitu Rawat
di Intensive Care Unit, Resusitasi Jantung Paru, Pengendalian disritmia, Intubasi trakeal,
Ventilasi mekanis, Obat vasoaktif, Nutrisi parenteral, Organ artifisial, Transplantasi,
Transfusi darah, Monitoring invasive, dan pemberian Antibiotik serta Tindakan lain yang
ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran. Terapi bantuan hidup yang tidak dapat
dihentikan atau ditunda meliputi oksigen, nutrisi enteral dan cairan kristaloid.

Anda mungkin juga menyukai