Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Stroke atau gangguan peredaran darah keotak merupakan penyakit
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan terjadinya ganggian peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicaram
proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.
Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian. Penyakit jantung dan stroke
sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang
penyakitpenyakit tersebut di derita oleh orang tua terutama yang berusia 60
tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena
penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga
diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh,
negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang
dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi
makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah
raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan.
Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab
penyakit jantung dan stroke.

1
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dari konsep stroke dan asuhan keperawatan
keluarga dengan rentan/ resiko dewasa dengan stroke.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1.Untuk mengetahui definisi stroke
1.2.2.2.Untuk mengetahui etiologi stroke
1.2.2.3.Untuk mengetahui tanda dan gejala stroke
1.2.2.4.Untuk mengetahui gambaran klinis stroke
1.2.2.5.Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
1.2.2.6.Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke
1.2.2.7.Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan
stroke

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Stroke


Stroke adalah syndrom klinis awal timbulnya mendadak, progresi
berupa defisit neurologi, fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan
perdaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000).
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologi dan pembuluh darah( Price, 2000). Stroke adalah Infark dari
sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak.( Junaidi, 2004)..
Stroke adalah serangkaian kejadian neurologist yang terjadi bila aliran
darah arteri terganggu ke otak atau di otak terganggu.(Engram. 1998). Cedera
cerebrovaskuler atau stroke adalah awitan deficit neurologis yang
berhubungan dengan penurunan aliran darah cerebral yang di sebabkan oleh
oklusi atau stenosis pembuluh darah embolisme atau hemorargik, yang
menyebabkan iskhemik otak (Tucker, 1998). Dari pengertian di atas penulis
menyimpulkan bahwa stroke/cerebrovaskuler adalah defisit neurologis yang
berakibat pada hilangnya fungsi otak yang imbul secara mendadak karena
adanya gangguan suplai darah ke bagian otak.

2.2 Etiologi Stroke


Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan
dari salah satu tempat kejadian, yaitu:
a. Trombosis ( Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
b. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
c. Isiansia (Penurunan aliran darh ke arah otak).
d. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan
ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah

3
gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir,
memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.

Sedangkan faktor resiko pada stroke menurut Baughman, C Diane.dkk


(2000):
a. Hipertensi merupakan faktor resiko utama
b. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari
jantung).
c. Kadar hematokrit normal tinggi(yang berhubungan dengan infark
cerebral).
d. Kontrasepsi oral, peni gkat n oleh hiper ensi yang menyertai usia di atas 35
tahun dan kadar esterogen yang tinggi.
e. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang
dapat menyebabkan iskhemia serebral umum.
f. Penyalahgunaan obat tertentu. pada remaja dan dewasa muda.
g. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan
darah, merokok kretek dan obesitas.
h. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.

2.3 Tanda dan gejala Stroke


Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) tanda dan gejala dari stoke
adalah:
a. Kehilangan motorik.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia(paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis(kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau
afasia (kehilangan berbicara).
c. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif, (terjdi pada sisi yang berlawanan).

4
Disfungsi kandung kemih: Meliputi inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin(mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang
berlanjut. (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

2.4 Gambaran Klinis


Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau sroke merupakan
sirkulasi serebral yang dapat disebabkan karena trombus, embolus dan
perdarahan serebral. Embolus dapat merupakan akibat bekuan darah plek aorta
matosa fragmen, lemak dan udara. embolus pada otak kebanyakan berasal dari
jantung, sekunder terhadapinfark miokard atau fibrilasi atrium, Jika etiologi
stroke adalah hemorargi maka faktor pencetusnya biasanya adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler seperti Malformasi Arteri Venera (MAV) dan
aneurisma serbral lebih rentan terhadap ruptur dan menyebabkan hemorargia
pada hipertensi.
Pada stroke trombosis atau embolik bagian otak yang mengalami iskhemik
atau infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas setelah
serangan pertama dapat terjadi edema serebral dan peningkatan intra krania
l(PTIK) herniasai dan kematian setelah trombolitik terjadi pada area yang
luasnya saat serangan, karena strok trombolitik banyak terjadi karena
arterosklerosis, maka ada resiko terjadi stroke untuk masa mendatang.
Pada pasien yang sudah pernah mengalami stroke embolitik pasien juga
mengalami atau mempunyai kasus untuk mengalami stroke jika penyebabnya
tidak ditangani. Jika luas jaringan otak yang rusak akibat stroke hemorargik
tidak besar dan bukan pada tempat yang vital, maka pasien dapat pulih dengan
defisit minimal. Jika hemorargik luas terjadi pada daerah yang vital, pasien
mungkin tidak dapat pulih (Price, 2000).

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Doenges (1999) pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. CT.scan, memperlihatkan adanya cidera, hematoma, iskhemia infark.
b. Angiografi cerebral, membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti: perdarahan, obstruksi, arteri adanya ruptur.

5
c. Fungsi lumbal, menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis embolis serebral dan tekanan intrakranial(TIK). Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
haemoragik subarachnoid, perdarahan intra kranial.
d. Magnetik Resonance imaging (MRI), Menunjukan ada yang mengalami
infark.
e. Ultrasonografi dopler, mengidentifikasi penyakit artemovena.
f. Elektroencefalogr m(EEG), Mengid ntifikasi m s lah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak:menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis cerebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarachnoid.

2.6 Penatalaksanaan Medis dan keperawatan


Menurut Engram (1998) penetalaksanaan medis umum dari cidera
cerebrovaskuler atau stroke adalah:
a. Farmakoterapi : Agen antihipertensi, antikoagulan (untuk stroke yang
disebabkan thrombus), kortikosteroid untuk mengurangi edema cerebral,
asma aminokaproik (Amicar) untuk perdarahan subarachnoid.
b. Pembedahan endarterektomi : eksisi tunika intima arteri yang menebal dan
atero matosa (untuk sumbatan karotis yang di sebabkan oleh
arterosklerosis).

2.7 Asuhan Keperawatan Keluarga Dewasa Dengan Rentan/Resiko Penyakit


Stroke
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan
intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga
(Effendy, 1998).

6
1. Pengkajian keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan
keluarga ke dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan
riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga
dan koping keluarga.
1) Data umum keluarga
A. Mengidentifikasi Data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan
keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan
kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998). Pengumpulan
data pada keluarga dengan stroke difokuskan pada komponen-
komponen yang berkaitan dengan stroke
a) Identitas keluarga
Identitas keluarga membantu mengidentifikasi faktor
keturunan terhadap penyakit tertentu. Price (1995), menyatakan
bahwa determinan genetic biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas penderita stroke Pengaruh ekonomi pada stroke
jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya
pendapatan disamping komplikasi. Jenis pekerjaan penderita
stroke sewaktu dulu sangat mempengaruhi gaya hidup yang
dapat menimbulkan stroke (Noer, 1996).
b) Latar belakang atau kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Pola makan keluarga telah bergeser dari pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat
dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang
terlalu berlemak. Pola makan inilah yang beresiko
terjadinya penyakit stroke (Noer, 1996).
b. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting
dalam pengelolaan pasien dengan stroke. Effendy (1998),

7
menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terjangkau
memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan
pengobatan pada keluarga yang anggota keluarganya
menderita stroke. Bila keluarga mau memanfaatkan fasilitas
kesehatan, maka dengan rajin mereka akan melakukan
control dan memeriksakan dirinya secara teratur apabila
ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan, maka keluarga hanya memeriksa
kesehatannya apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan
adanya gejalagejala yang terkait dengan stroke.
c) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Pendidikan keluarga akan mempengaruhi keluarga dalam
memberikan pengelolaan anggota keluarga yang menderita
stroke . Pendidikan keluarga yang rendah adalah hambatan
paling besar yang dihadapi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga termasuk keluarga
dengan masalah stroke (Effendy, 1998).
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga
dalam melakukan dan pengobatan pada anggota yang
menderita stroke. Salah satu penyebab ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan
perawatan adalah tidak seimbanngnya sumber-sumber yang
ada dalam keluarga, misalnya keuangan (Effendy, 1998).
c. Aktivitas
Penderita hipertensi yang rutin memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan dan rajin meminum obatnya secara
teratur akan meminimalkan resiko terjadinya stroke. Oleh
karena itu aktifitas yang berlebihan, termasuk olahraga
yang berat dapat mengakibatkan stroke.

8
2) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga dimulai dari konsepsi, kehamilan, kelahiran,
sampai saat ini termasuk dalam riwayat perkembangan dan
kejadiankejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik
yang berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga dapat memicu tingkat perkembangan seseorang (Friedman,
1998). Kondisi ini dapat mempengaruhi penyakit yang sedang diderita
oleh salah satu anggota keluarga.

3) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah dan lingkungan
Lingkungan rumah yang lembab, sinar matahari yang kurang
dapat menyebabkan keadaan kurang sehat. Keadaaan rumah
meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,luas rumah
dibandingkan jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
terjadinya penyebaran penyakit. Adanya sanitasi lingkungan yang
baik meminimalkan terjadinya penyebaran penyakit terhadap
anggota keluarga yang lain (Effendy, 1998).
b. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Hubungan baik, hubunggan timbal balik yang saling
menguntungkan antar warga sekitar dapat mempengauhi kehidupan
keluarga dan peran anggota keluarga dalam persepsi kesehatan
anggota keluarga (Effendy, 1998).
c. Pola komunikasi. Interaksi antar anggota keluarga yang positif
akan menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga (Effendy, 1998).
d. truktur kekuasaan. Pada masyarakat Indonesia kebanyakan
pemegang kekuasaan yang lebih dominan adalah partial yaitu
pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah.
e. Struktur peran. Friedman (1998), menyatakan bahwa peran atau
status seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi

9
gaya hidupnya. Peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai
suami, ayah, ibu, anak, kaka, adik, cucu dan lain-lain.
f. Nilai-nilai Dalam Keluarga. Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku
dalam keluarga adalah yang bertentangan dengan masalah Stroke
seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas kesehatan
(Effendy, 1998).

4) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memperhatikan keluarga yang menderita Stroke akan
menimbulkan komplikasi leih lanjut (Noer, 1996)
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga yangmemberikan kebebasan kepada anggota keluarga
yang menderita Stroke untuk berinteraksi dengan lingkungan akan
mengurangi stress keluarga. Biasanya penderita Stroke akan
kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan
yang berlaku seumur hidup.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang ppenyakit dan penanganan masalah
Stroke:
1. Mengenal Masalah Kesehatan keluarga. Ketidaksanggupan
keluarga dalam mengenal masalah paada. Strokes ialah satu
faktor penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang
stroke (Effendy, 1998). Apabila keluarga tidaak mampu
meengenal masalah stroke, penyebab penyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
2. Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam melakukan .tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang

10
dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit stroke
yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi
3. Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Ketidakmampuan
ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak
mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998).
4. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
kesehatan. Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang
mempunyai masalah stroke. Agar penderita stroke dapat
memeriksakan kesehatannya secara rutim dann sebagai tempat
jika ada keluhan (Effendy, 1998).

5) Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjaddi
stress pada anggota keluarga yang menderita stroke. Karena salah satu
cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur
dan mengurangi stress.

2. Diagnosa keperawatan
Untuk perumusan masalah keperawatan keluarga berpedoman pada
Modul Panduan Dokumentasi Askep Komunitas (Individu, Keluarga
Kelompok/Komunitas) Dengan Pendekatan NANDA, ICPN, NOC, NIC
(PPNI, Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia 2015). Diagnosa
keperawatan yang dapat terjadi pada keluarga dengan penderita Stroke
yaitu:
a. Kurang efektifnya koping keluarga
b. Kurang efektifnya pengelolaan kesehatan dalam keluarga
c. Resiko ketegangan peran pelaku rawat (care giver)

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Gambaran Kasus


Tn. R. Usia 25 tahun, pendidikan terakhir tamat SMP. Pekerjaan buruh,
alamat mendungan RT 01/ RW 04. Ny. O. Umur 23 tahun, pendidikan
terakhir SD, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Tipe keluarga Tn. R adalah
keluarga inti karena dalam satu rumah ada suami, istri dan anak. Pada
keluarga Tn. R yang sedang sakit adalah Ny. O yaitu sakit stroke non
hemorargi. Ny. O mengetahui bahwa dia sakit stroke sudah 2 tahun yang lalu,
hal ini diketetahui saat Ny. O sakit oleh keluarga di bawa ke klinik Abu
salman, dan Ny. O menderita stroke. Ny. O dan keluarga mengatakan Ny. O
sudah pernah di opname di rumah sakit dan itu sudah satu tahun yang lalu.
Saat ini pasien mengatakan merasakan pusing, sulit tidur, dan ini sering
kambuh apabila pasien banyak pikiran. Keluarga juga mengatakan hanya
mengetahui kalau Ny. O hanya sakit stroke saja, tetapi keluarga pasien tidak
mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala,pencegahan dan
komplikasi dari stroke jika segera tidak di tangani.

3.2 Pengkajian
A. DATA DASAR KELUARGA
1. Nama KK : Tn. R
2. Umur : 25 tahun
3. Alamat : Ds. Astana Blok pekauman RT 01/RW 01 kecamatan Gn.
Jati Kabupaten Cirebon
4. Pekerjaan KK : Buruh
5. Pendidikan : SMP
6. Agama : Islam
7. Suku bangsa : Jawa

12
8. Komposisi Keluarga

No Nama Umur JK Hub.Dgn Pendidika Imunisasi Ket.


KK n

1 Tn. R 25 thn L Suami SMP -

2 Ny. O 23 thn P Istri SD -

3 An. A 4 thn P Anak 1 - lengkap

9. Genogram

Ny. O (29 th)


Tn. R (25th)

An.A ( 4 th)

Keterangan :

Laki-laki Laki-laki Meninggal

Perempuan Perempuan Meniingal

13
10. Tipe Keluarga: keluarga inti yaitu keluarga yang terddiri dari ayah,ibu,dan
anak yang diperoleh dari keturunannya.
11. Suku Bangsa: Ny. O mengatakan: Ny. O berasal dari suku jawa, setelah
menikah Ny. O menetap di Astana dan bahasa yang digunakan bahasa
jawa dengan campuran bahasa indonesia. Keyakinan yang berhubungan
dengan kesehatan keluarga Ibu S adalah membiarkan dahulu dan
mengobati semampunya dengan bantuan obat-obat yang dapat dibeli di
warung, jika tidak sembuh dapat pergi ke rumah sakit terdekat.
12. Agama: Ny. O mengatakan: kepercayaan yang dianut keluarga Ny. O
adalah Islam. Menurut ibu S, ibu S biasanya melaksanakan ibadah di
rumah dan kadang- kadang melakukanya di masjid didekat rumahnya.
13. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Ny. O mengatakan ia bekerja sebagai
pedagang keliling kampung, penghasilan yang diperoleh per bulan
Rp.300.000,-. Penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya sehingga Ibu S mencari tambahan dengan
menerima jahitan dirumahnya, menurut Ny. O.
14. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ny. O mengatakan: biasanya Ny. O
mengajak An.A jalan-jalan ke alun-alun tetapi hal ini jarang dilakukan
hanya ketika Ny. A mempunyai uang.

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: keluarga berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak meninggalkan keluarga.
2. Tugas perkembangan yang ditempuh keluarga adalah:
a. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). Ny. O
mengatakan: orang tua Ny. O sudah meninggal tetapi Ny. O masih
menjalin hubungan yang baik dengan bibinya yang tinggal di
depan rumahnya. Ny. O setiap hari bermain dan menonton tv
dirumah bibinya. Dilingkungan sekitarnya ada tetangga yang baik
ada juga tetangga yang kurang baik. Ny. O menyikapinya dengan
sabar. Kadang ketika Ny. O mempunyai makanan Ny. O juga

14
sering membagikan ke tetangganya begitu juga sebaliknya,
menurut Ny. O.
b. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
Ny. O mengatakan: setiap pagi sebelum dia berangkat kerja dia
menyempatkan untuk memasak makanan buat anaknya setelah itu
dia memandikan An. A sebelum Ny. O berangkat kerja. Ketika ibu
S terlambat pulang kerumah biasanya Ibu S menitipkan anaknya ke
bibinya yang tinggal didepan rumahnya atau brgantian dengan Tn.
R untuk menjaga An. A.
c. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Anak Ny. O masih berusia 4 tahun sehingga dalam anggota
keluarga ibu S tidak ada pembagian tanggung jawab. Setiap pagi
ibu S memandikan anak E kemudian Ny. O menyuapi anak A. Dan
terkadang setiap sore Tn. R mengajak An. A pegi jalan-jalan ke
alun-alun.
d. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
Ny. O mengatakan: setiap hari An. A pergi bermain ditaman
kanak- kanak yang letaknya dekat dengan rumahnya.
3. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Dari pengkajian
yang didapatkan ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi,
adanya masalah yang kompleks pada keluarga Tn. R. Ny. O
mangatakan: Ny. O masih tidur dengan An. A sehingga belum ada
privasi bagi Ny. O karena Ny. O mengungkapkan bahwa An. A belum
berani tidur sendiri. Ny. A belum mampu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal privasi dan rasa
aman.
4. Riwayat keluarga inti: Ny. O mengatakan: Ny. O sudah lama menetap
di Astana sejak menikah. Ny. O sekarang tinggal di Astana dengan
An. A.
5. Riwayat keluarga sebelumnya: Ny. O mengatakan: kedua orang tua
suaminya sudah meninggal dan keluarga yang lainnya tinggal di
Kediri sedangkan kedua orang tua Ny. O berada dijember dan ayahnya

15
sudah meninggal dan kakaknya juga tinggal disana.

C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
1) Status : Milik Pribadi
2) Bentuk Bangunan : Permanen
3) Lantai : Keramik, Lantai cukup bersih
4) Atap : Atap rumah ditutup eternit, dan tinggi atap
+ 4,5 meter.
5) Jumlah Ruangan : Terdiri dari 6 ruangan yaitu 1 buah ruangan
tamu, 2 buah kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 gudang
6) Letak : Ds. Astana Blok pekauman RT 01/RW 01
kecamatan Gn. Jati Kabupaten Cirebon
7) Kondisi Kesehatan : Kebersihan rumah cukup bersih, ruang
tamu, Rumah tertata rapi, kondisi halaman sempit karena jarak
yang terlalu dekat antara rumah.
8) Ventilasi dan Penerangan: Sirkulasi udara cukup, penerangan
cukup baik cahaya matahari masuk ke dalam rumah.
9) Persediaan Air Bersih : sumber ari berasal dari PDAM dan sumber
air tersebut bisa digunakan untuk minum, mencuci dan mandi.
10) Pembuangan Sampah : Untuk pembuangan sampah keluarga Tn.
R selalu membuang sampah ke sungai
11) Jamban / WC : Keluarga memiliki WC didalam rumah,
keadaan bersih, WC tipe WC Jongkok.
12) Denah Rumah
Keterangan
5 6
1. Ruang Tamu
4 2. Kamar Tidur
3. Kamar Tidur
3 4. Dapur
1
5. Gudang
2
6. Kamar Mandi

16
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas : Ny. O bertempat tinggal di
perkampungan dengan jarak rumah antar tetangga yang cukup dekat.
c. Mobilitas Geografis Keluarga: Ny. O dan anaknya setiap hari berjalan
kaki untuk bekerja. Tidak ada kendaraan lain yang dimiliki keluarga ibu
S. Setiap hari Ny. O menuju tempat bekerjanya hingga pukul 10 siang.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: Ny. O
mengatakan bahwa setiap hari berkumpul dengan An. A setelah pulang
kerja. Dan Ny. O memiliki perkumpulan pengajian yang diikuti secara
rutin. Ny. O mengungkapkan bahwa tetangganya ada yang menyukai
dan tidak menyukai Ny. O.
e. Sistem Pendukung Keluarga: keluarga Ibu S. mendapatkan dukungan
dari suaminya, pamannya dan bibinya yang tempat tinggalnya
berdekatan dengan ibu S. ibu S juga mengatakan bahwa jarang
memiliki permasalahan serius sehingga harus melibatkan keluarga.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga : Ny. O menyampaikan bahwa anak E
senang bercerita tentang teman sebayanya dan Ny. O menanggapinya
dengan senang. Namun kadang kala Ny. O pernah marah mana kala
anaknya nakal, rewel, atau minta sesuatu yang menurut Ny. O tidak
bisa memenuhinya. Dan Tn. R sering bercerita tentang pekerjaanya
selama menjadi buruh.
2. Struktur Kekuasaan Keluarga: Tn. R pemegang keputusan terakhir
dalam keluarga.
3. Struktur Peran :
a. Tn. R berperan sebagai ayah sekaligus kepala rumah tangga dan
pencari nafkah.
b. Ny. O berperan sebagai ibu sebagai, ibu rumah tangga,
pembimbing anak-anak, dan pengatur rumah tangga.
c. Anak A berperan sebagai anak tunggal dalam keluarga, penghibur
keluarga dengan gerak-geriknya serta ucapannya yang lucu.
4. Nilai dan Norma Budaya

17
Norma yang dianut yaitu : sopan santun, menghargai orang lain,
menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya. An. A kadang kala
mendapat cubitan dan jeweran bila tidak mau segera pulang saat
bermain dengan teman-temannya.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afeksi : Tn R mengatakan bahwa An. A pernah
mengungkapkan perasaannya pada saat meminta sesuatu padanya
misalnya dengan merengek-rengek saat minta dibelikan susu, minta
jalan-jalan ke alun-alun (dari penuturan Ny. O).
2. Fungsi Sosialisasi : Ny. O memperbolehkan bermain dengan teman
sebaya dan An. A juga sering bermain di rumah tetangga, ke sungai
kecil bersama teman- temannya kecuali pada malam hari hanya
bermain ke rumah kakeknya (paman Ny. O) (hasil pengamatan dan
penuturan Ny.O).
3. Fungsi perawatan keluarga: keluarga Tn. R mengatakan bahwa
keadaan kesehatannya sudah mulai membaik namun masih perlu
pengobatan secara rutin. Menu makanan tiap hari berbeda-beda,
sayuran diambil dari halaman belakang atau berbelanja, lauk pauknya
kadang telur, tahu tempe, atau hanya sambal saja. Ketika terjadi
gangguan kesehatan, Ny. O langsung dibawa ke rumah sakit.
4. Fungsi reproduksi : Ny. O mengatakan dari dulu tidak punya kelainan
reproduksi. An. A juga dilahirkan secara normal. Ny. O tidak pernah
mengalami keguguran.
5. Fungsi Ekonomi : Tn. R mengatakan: gaji yang diperoleh belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,istri dan anaknya. Untuk
menambah penghasilannya Ny.O menjual sayuran dan telur hasil
ternak, (penuturan Tn. R).

F. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek : Tn. R mengatakan kadang anak A merengek
atau bahkan menangis minta dibelikan susu, baju baru, ataupun jalan-

18
jalan ke alun-alun. Namun oleh ibu S dibiarkan saja dengan alasan itu
hanya keinginan sesaat anak E dan lebih baik uangnya dipakai untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2. Stressor jangka panjang : keadaan perekonomian yang sulit Tn. R dan
Ny. O harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ibu S mengatakan gaji yang didapat sebagai seorang penjahit hanyalah
Rp. 300.000/bulan dan itu sangat kurang. Penyakit Stroke yang sudah
lama dideritanya dianggap biasa olehnya sudah jarang kambuh.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : Tn. R sangat
mampu dan sabar dalam menghadapi masalah yang muncul di dalam
keluarganya. Tn. R mengatakan bahwa manusia hidup pasti ada
masalah. Namun kita harus menghadapi itu dengan penuh kesabaran.
Apalagi masalah ekonomi yang sangat minimal sekali. Tn. R jarang
mengeluh saat kesulitan keuangan dan tidak pernah bersikap kasar
terhadap anak A karena masalah yang dipikirkannya.
4. Strategi koping yang digunakan : menurut Tn. R koping yang
digunakan untuk membantu meringankan masalah ekonomi adalah
Ny. O menjual sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Selain itu
menjual ayam dan telurnya serta menerima jahitan di rumah.
5. Strategi adaptasi disfungsional : Tn R mengatakan tidak ada perilaku
yang menyimpang dalam menghadapi masalahnya. Semua masalah
yang ada dihadapi dengan sabar.

G. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN


KESEHATAN KELUARGA
1. Persepsi terhadap masalah: Tn. R mengatakan bahwa dalam kehidupan
pasti ada masalah dan harus diatasi dengan sabar.
2. Harapan terhadap masalah: harapan Tn. R kedepannya yaitu
membahagiakan anak

19
H. PEMERIKSAN FISIK
No Aspek Tn. S Ny. O
1 Penampilan Sehat Sehat
2 Kesadaran Composmentis Composmentis
3 Tanda Vital
- TD 120/80 mmHg 130/80 mmHg
- Nadi 82x/ menit 88 x / menit
- Suhu 36 0C 36 0C

20x/menit 22 x / menit
- Respirasi
4 Kepala
- Rambut Hitam Hitam
- Kulit kepala Kotor Bersih
- Massa nyeri Tidak ada Tidak ada
5 Mata
- Konjungtiva An Anemis An Anemis
- Sklera An Ikteik An Inkterik
- Lensa Keruh Jernih
- Pupil Isokor Isokor
- Penglihatan Baik, dibuktikan bisa
Baik, dibuktikan bisa
membaca papan
membaca papan nama
nama dengan jarak +
dengan jarak+ 6 meter
6 meter
6 Hidung
- Bentuk Simetris Simetris
- Keadaan Tampak bersih Tampak bersih
Dapat membedakan Dapat membedakan
- Fungsi bau kayu putih dan bau kayu putih dan
kopi kopi
7 Mulut
- Keadaan Bersih Bersih

20
Bisa mengunyah Bisa mengunyah tanpa
- Fungsi
tanpa gangguan gangguan
8 Telinga
Dapat mendengar Dapat mendengar
- Fungsi
dengan baik dengan baik
Bersih, tidak Bersih, tidak terdapat
- Keadaan
terdapat serumen serumen
9 Leher
Tidak teraba, tidak Tidak teraba, tidak
- JVP
terjadi peningkatan terjadi peningkatan
- KGB Tidak teraba Tidak teraba
11 Abdomen
- Bentuk Datar Datar
- Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Ektremitas Atas
12

Tangan bagian kanan


- Keadaan Baik bisa digerakkan tidak ada rasa atau
mati rasa.

Ekstremitas
Bawah
- Terdapat lesi sedikit
- Keadaan
di bagian kanan Ny.
O mengatakan karna
tergores di pintu.
- Kaki bagian kanan
juga mati rasa.

21
3.3 ANALISA DATA
Interprestasi Masalah
No Data Fokus
Masalah Keperawatan
1. Ketidakmampuan Gangguan
Data Subjektif keluarga mobilitas fisik
Pasien dan keluarga mengatakan mengenal
tidak mengetahui tentang pengertian, masalah
penyebab, tanda dan gejala serta kesehatan
pencegahan penyakit stroke.

Data Objektif :
- Pasien tampak bigung saat
ditanya tentang stroke.

2. Data subjektif :
Ketidakmampuan
Sering kambuh tetapi tidak cepat
keluarga
ditangani tenaga kesehatan
mengambil
Do : Ny. O tidak segera ditangani
keputusan.
tenaga kesehatan
3. Ketidakmampuan
Ds : Tn R meengatakan tau bahwa
Ny. O menderita penyakit stroke keluarga

tetapi tidak mengetahui cara merawat anggota

merawatnya keluarga yang

Do : - sakit.

4. Ketidakmampuan
keluarga
Ds : Kedokter biayanya mahal
memanfaatkan
Do :- fasilitas
kesehatan.

22
3.4 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn. R khususnya Ny.O dengan


kurangnya pengetahuan keluarga Tn.R tentang penyakit Stroke

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1= Ny. O menyadari keadaan


- Aktual 3 1 kesehatannya sekarang ini dapat
- Resiko 2 mengakibatkan An. A terlantar
- Potensial 1 sedangkan An. A masih
memerlukan kasih sayang Ny. O.

2. Kemungkinan 2 ½ x 2= 1 Keadaan kesehatan Ny. O yang


masalah dapat menderita Stroke nonhemorargi
dirubah : ini dapat diubah dengan cara
- Mudah 2 melakukan pengobatan ke klinik
- Sebagian 1 Abu Salman.
- Tidak dapat o

3. Potensi pencegahan 1 2/3 x 1= Proses pengobatan secara tidak


masalah : 1/3 berkala dan teratur serta interaksi
- Tinggi yang diperhatikan tidak dapat
- Cukup 3 meminimalkan kekambuha
- Rendah 2
1

23
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1= Masalah sangat dirasakan ada
masalah : 1 tetapi tidak memerlukan
-Segera ditangani 2 penanganan untuk menghindari
- Masalah yang tidak dampak lainnya.
perlu segera
ditangani 1
- Masalah tidak
dirasakan
0
Jumlah 3 1/3

24
3.5 INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Evaluasi


No
keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Setelah Keluarga dapat menyebutkan:

fisik pada keluarga selama 3 x kunjungan dilakukan kunjungan rumah a. Pengertian Stroke

Tn. R khususnya rumah diharapkan selama 1 x 60 menit keluarga b. Menyebutkan penyebab-

Ny.O dengan keluarga dapat dapat penyebab Stroke

kurangnya mengetahui penyakit TUK 1 c. Menyebutkan tanda gejala

pengetahuan keluarga yang diderita oleh Ny. Mengenal masalah kesehatan Stroke

Tn.R tentang O f. Menyebutkan pengertian d. Menyebutkan komplikasi

penyakit Stroke Stroke Respon Stroke


g. Menyebutkan penyebab verbal
Stroke
h. Menyebutkan tandan dan
gejala Stroke
i. Menyebutkan komplikasi
dan akibat lanjutan dari
Stroke
TUK 2
Merawat keluarga yang sakit Respon a. Keluarga dapat menyediakan
j. Memberikan diit yang verbal dan menu makanan untuk
tepat untuk penderita motorik penderita Stroke
Stroke b. Keluarga mampu menjaga

25
k. Menjaga aktivitas dan aktifitas dan istirahat bagi
istirahat klien klien
TUK 3
Keluarga dapat mengambil
keputusan
a. Mengontrol diri secara rutin Keluarga mampu mengontrol
ke puskesmas. kesehatan ke puskesmas.

TUK 4
Keluarga mampu memodifikasi a. Keluarga mampu mendengar aktif
lingkungan b. Keluarga mampu mediasi konflik
a. Komunikasi
b. Proses Informasi

TUK 5
Keluarga mampu memanfaatkan a. Keluarga mampu berkonsultasi
fasilitas pelayanan kesehatan dengan pelayanan kesehatan.
a. Pengetahuan tentang b. Jika di puskesmas tidak dapat
sumber-sumber kesehatan. ditangani keluarga mampu merujuk
b. Perilaku mencari pelayanan Ny.O ke rumah sakit
kesehatan. c. Keluarga mampu mengunjungu
fasilitas kesehatan secara rutin.

26
3.6 PEMBAHASAN
Dari kasus yang kelompok ambil yaitu pasien mengalami stroke non
hemoragi, yang mengakibatkan pasien pusing, sulit tidur, dan ini sering kambuh
apabila pasien banyak pikiran. Dalam keluarga Ny.O tipe keluarganya yaitu
keluarga inti yaitu keluarga yang terddiri dari ayah,ibu,dan anak yang diperoleh
dari keturunannya. Di dalam teori dijelaskan dipengkajian keluarga bahwa
pemanfaatan fasilitas keluarga dimana merupakan faktor penting dalam
pengelolaan pasien dengan stroke. Sedangkan dikasus kelompok menemukan
bahwa keluarga pasien bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan dijelaskan bahwa
pasien pernah dibawa kerumah sakit sebelumnya untuk berobat.
Di teori juga dibahas tentang pendidikan keluarga sangat berperan penting
dalam pengolahan pengobatan keluargaa yang sakit, sedangkan dikasus juga
dijelaskan bahwasan nya suami Ny.O yaitu Tn. R hanya tamatan SMP, maka dari
itu pengetahuan Tn.R beserta keluarga mengatakan tidak mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,pencegahan dan komplikasi dari stroke jika segera
tidak di tangani. Sedangkan untuk penghasilan keluarga Ny. O tidak mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari, maka dari itu untuk memeriksakan diri pelayanan
kesehatan sangat jarang. Fungsi afektif keluarga seandainya Ny. O menginginkan
sesuatu ia merengek-rengek dahulu. Dan untuk fungsi social dalam keluarga Ny.
O tidak ada masalah dikasus dijelaskan bahwa Ny. O di izinkan untuk
berinteraksi dengan masyarakat sekitar, tidak ada larangan sama sekali. Dan
untuk peran perawatan kesehatan dikasus keluarga tidak mengenali tentang
penyakit yang dialami oleh Ny.O.

27
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Stroke adalah syndrom klinis awal timbulnya mendadak, progresi berupa defisit
neurologi, fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan perdaran darah otak non
traumatik.
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau sroke merupakan sirkulasi
serebral yang dapat disebabkan karena trombus, embolus dan perdarahan serebral.
Embolus dapat merupakan akibat bekuan darah plek aorta matosa fragmen, lemak
dan udara. embolus pada otak kebanyakan berasal dari jantung, sekunder
terhadapinfark miokard atau fibrilasi atrium, Jika etiologi stroke adalah hemorargi
maka faktor pencetusnya biasanya adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler seperti
Malformasi Arteri Venera (MAV) dan aneurisma serbral lebih rentan terhadap
ruptur dan menyebabkan hemorargia pada hipertensi.

4.2 Saran
Untuk tenaga kesehatan haruslah lebih memperhatikan masalah kesehatan ini
karena akibat yang ditimbulkan sangat mengganggu penderita stroke ini. Dan untuk
keluarga atau masyarakat sebaiknya lebih rajin mencari atau mendatangi pelayanan
kesehatan untuk mengontrol kesehatannya dan harusnya lebih meningkatkan
kesadaran terhadap kesehatannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, C diane,dkk, (2000). Buku saku medical bedah brunner suddart.


Jakarta:EGC.

Doenges,Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC.

Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah. Vol.2.


Jakarta:EGC.

Junaidi, iskandar. (2004). Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke,


Edisi;2. Jakarta: Gramedia

Mansjoer,A,(2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi:3. Jakarta: Media Ausculapius,


FKUI,.

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S, A, (2000). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (terjemahan),


Edisi ;4 Jakarta, EGC.

29
30

Anda mungkin juga menyukai