PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Congestive heart failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas
saat beraktifitas atau saat tidur terlentang tanpa bantal.Congestive Heart Failure
(CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang
paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa
(31%) dari 58 juta angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung
(WHO, 2016).
Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat
kematian penyakit jantung dengan jumlah 712,1 ribu jiwa. Sedangkan di Asia
Tenggara yaitu Filipina menduduki peringkat pertama akibat kematian penyakit
jantung dengan jumlah penderita 376,9 ribu jiwa. Indonesia menduduki peringkat
kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 371,0 ribu jiwa (WHO, 2014).
Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015
diperkirakan kematian akibat penyakit jantung meningkat menjadi 20 juta jiwa.
Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta jiwa
penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung (WHO, 2015).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan hasil terdiagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,13 %, dan yang terdiagnosis dokter sudah terdapat gejala sebesar 0,3%
persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI
Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan JawaTengah (0,18%).
Penyakit jantung dan pembuluh darah berperan atas totalkasus kematian di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 66,51%(806.208 kasus) dari total
1.212.167 kasus kematian yang ada (Rikesdas,2013).
Faktor penyebab terjadinya rehospitalisasi pada penderita penyakit jantung
adalah diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, dan minum-minuman
yang beralkohol dalam jangka waktu panjang. Dari beberapa faktor tersebut dapat
1
menyebabkan tekanan darah tinggi, gula darah meningkat, kadar lemak pada
darah juga tinggi dan obesitas. Jika semua faktor tersebut tidak dapat dicegah
maka akan menyebabkan berbagai penyakit jantung diantaranya adalah serangan
jantung berulang, gagal jantung, dan penyakit komplikasi lainnya (WHO, 2016).
Pada penderita gagal jantung kongestif akan terjadi gangguan
yaitumenurunnya kontraktilitas miokard, karena suplai oksigen berkurang yang
berakibat pada perubahan status hemodinamik. Jantung yang
mengalamiketidakmampuan untuk memompa darah secara adekuat dalam
memenuhikebutuhan oksigen dan nutrisi bagi jaringan tubuh maka akan
menimbulkansensasi yang subyektif berupa nafas pendek, berat, dan rasa tidak
nyaman(Guyton & Hall, 2007).
Akibat dari ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
secaraadekuat ke seluruh tubuh akan menyebabkan penurunan kapasitas
fungsionalpada pasien CHF. Aktivitas sehari-hari dari pasien akan terganggu
denganmemburuknya gejala. Pasien-pasien CHF sering kembali ke rumah sakit
akibatadanya kekambuhan.Sebagian besar kekambuhan diakibatkan karena
pasientidak memenuhi terapi yang dianjurkan, misalnya tidak mampu
melaksanakanterapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak
mematuhitindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, dan
tidak dapatmengenali gejala kekambuhan dari CHF (Smeltzer & Bare, 2001).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan gawat darurat secara
langsung pada pasien congestive heart failure (CHF) di ruangan CVCU
RSUD Arifin Ahmad.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui defenisi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.2 Mengetahui anatomi dari congestive heart failure (CHF)
2
1.2.2.3 Mengetahui etiologi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.4 Mengetahui klasifikasi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.5 Mengetahui patofisiologi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.6 Mengetahui manifestasi klinis dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.7 Mengetahui komplikasi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.8 Mengetahui penatalaksanaan dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien congestive heart
failure (CHF) di ruanngan CVCU RSUD Arifin Ahmad
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
Berdasarkan gambar di atas, secara anatomi terdapat beberapa bagian
jantung antara lain:
1. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar
dari ventrikel sinistra .
2. Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin.
3. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru
melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke
ventrikel kiri .
4. Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium
kanan dan memompanya ke paru melalui arteri pulmonari.
5. Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot,
menerima darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan
memompanya ke dalam system sirkulasi melalui aorta.
6. Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra
menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darh dari ventrikel
dekstra ke paru-paru (pulmo)
7. Katup trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup,
8. Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
9. Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium
dekstra.
2.3 Etiologi
5
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung.
e. Gangguan sirkulasi:Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang
melalui respon mekanis.
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme
yang meningkat.
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan.
2.4 Klasifikasi
6
4. Stadium D yaitu penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal
jantung yang sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat
terapi medis maksimal. Contohnya seperti pasien dengan gejala refractory
terhadap pengobatan tetapi toleransi pada farmakoterapi maksimal. Pasien
membutuhkan hospitalisasi dan intervensi khusus.
2.5 Patofisiologi
7
kadarkalsium.Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh tekanan arteri. Pada gagal jantung kongestif, jika satu atau lebih dari ketiga
faktor tersebut terganggu, hasilnnya curah jantung berkurang (Smletzer, 2001).
Peningkatan kerja jantung yang berlebih akan mengakibatkan mekanisme
perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling yang dapat menyebabkan
perubahan struktur (massa otot, dilatasi camber) dan fungsi (gangguan fungsi
sistolik dan diastolik) (Herman, 2011).
8
18. Efusi pleura
2.7 Komplikasi
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik
Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah jantung dan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak).
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
9
5. Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena
kejantung menuju tomponade jantung(Wijaya & Putri, 2013).
2.8 Penatalaksanaan
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
a. Terapi nonfarmakologi
1. Istirahat untuk mengurangi beban kerjajantung.
2. Oksigenasi.
3. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkanedema.
b. Terapifarmakologi
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan berupa
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah
dan peningkatan diurisi dan mengurangi edema.
2. Terapi diuretic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunanaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasolidator, obat-obat fisoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikeldan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
10
BAB III
GAMBARAN KASUS
Keluhan Utama :
Pasien mengatakan merasakan sesak dibagian dadanya.
B. PENGKAJIAN PRIMER
Airway (A)
Pasien batuk berdahak
Breting (B)
Paien sesak nafas, RR 24 x/menit, dan terpasang nasal kanul.
Circulation (C)
TD : 130/74 mmHg, SPo2 : 100%, HR : 107 x/menit, RR : 24x/menit,
perdarahan (-).
11
Disability (D)
GCS :E:4M:6V:5
Kesadaran : Composmentis
Kekuatan otot : Tangan kiri 4, tangan kanan 4, kaki kiri 1 dan kaki kanan 1
Pupil : Size 2/2 (Mengecil saat diberikan refleks cahaya)
Expousure (E)
Tampak bekas luka cimino CDL di dada kanan atas da cimino di tangan kiri
pasien.
12
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
jantung, akan tetapi ada keluarga pasien yang menderita penyakit ginjal yaitu
kakek pasien.
E. PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1. Kulit
Inspeksi :
Kulit pasien berwarna coklat, terlihat bersih, terdapat cimino ditangan
sebelah kiri, kuku terlihat bersih.
Palpasi :
Kulit teraba kering/kasar, turgor kulit baik, terdapat nyeri tekan ditangan
sebelah kanan, terpasang IVID dikaki kanan, CRT <3 detik.
2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala
Inspeksi :
Kepala tampak simetris, distribusi rambut rata, rambut berwarna hitam,
tampak kotor, tidak tampak adanya benjolan dikepala.
Palpasi :
Rambut pasien berminyak, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya
massa.
13
b. Mata
Inspeksi :
Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera ikterik, pupil
pasien isokor dan berwarna hitam.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi :
Bentuk telinga dan posisi telinga simetris, tidak memakai alat bantu
dengar, tidak terdapat lesi dan benjolan.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi :
Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, hidung terlihat bersih, pasien
menggunakan alat bantu pernafasan (nasal kanul).
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
14
e. Mulut
Inspeksi :
Mulut pasien simetris, mukosa mulut dan bibir kering, mulut
pasientampak bersih, gigi pasien tampak kuning, tidak ada lesi dan
stomatitis, gigi lengkap, langit-langit utuh.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3. Leher
Inspeksi :
Warna kulit tampak coklat dan merata, tidak terdapat luka, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tiak ada nyeri pada saat menelan, tidak ada
pembesaran getah bening.
4. Dada
Inspeksi :
Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, bentuk
dada pasien barrel chest, pasien terpasang elektroda, terdapat luka vacus CDL
3 titik sebelah kanan atas.
15
Paru-Paru
Inspeksi :Ekspansi paru, pasien tampak sesak
Perkusi : Pekak
Auskultasi :
Suara nafas pasien vesikuler dan tidak ada suara tambahan seperti wheezing
dan krekels.
Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Terdapat nyeri tekan di dada sebelah kiri
Perkusi :
Auskultasi :
Bunyi S1 & S2 lup dup melemah, S3 gallop dan S4 murmur karena adanya
efusi pleura pada pasien.
16
5. Payudara & Aksila
Inspeksi :
Integritas kulit baik, payudara tampak simetris, nipple menonjol kiri dan
kanan, kulit tampak berwarna coklat.
6. Tangan
Inspeksi :
Tangan kiri dan tangan kanan tampak simetris, warna merata, terdapat 3
benjolan ditangan sebelah kiri akibat hemodialisa, pasien terpasang saturasi
dijari telunjuk sebelah kanan, jari tangan simetris.
Palpasi :
Terdapat nyeri tekan ditangan sebelah kanan. CRT < 3 detik
7. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada benjolan atau pembengkakan.
17
Palpasi :Tidak terkaji dikarenakan tidak mendapatkan izin dari pasien.
10. Kaki
Inspeksi :
Kaki pasien fraktur dikedua panggul, terpasang infus dipergelangan kaki
sebelah kanan.
11. Punggung
Inspeksi :
Tidak terkaji dikarenakan pasien tidak dapat menggerakkan badannya akibat
fraktur panggul.
18
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
19
c. Hematologi
1) Hb : LL 6,6
2) l : H 14,54
3) T : 200
4) E : L 2,23
5) H : 1,2
d. Kimia Darah
1) Albumin : 2,5 Normal : 2,8-5,0
2) Asam urat : 2,3 mg/dl Normal : 3,7 (Lk) dan 2,4-
5,7 (Pr)
3) SGOT : 29 u/l Normal : <38 (Lk) dan 32
(Pr)
4) SGPT : 19 u/l Normal : <41 (Lk) dan
<31 (Pr)
2. Radiologi
a. Foto Thorax
Cot : Jantung membesar kekanan dan kekiri dengan gambaran
water, battle dan pulmo.
Pulmo :
- Tampak perihiler hattiness 2 lapang paru
- Sinus costophrenicus kanan tajam, kiri tertutup perselubungan
- Diafragma kanan normal, kiri tertutup terselubung
- Trakea di tengah
- Sistema tulang baik
Kesimpulan :
20
3. Hasil EKG terbaru :
EKG :
21
kantong empedu.
c. Obat ini tidak
disarankan untuk
bayi yang baru
lahir.
22
penggunaan
bersama
dengan diuretik
23
k. distiroidisme
24
pada saat menggerakkan ↓
ekstremitas Forward failuer
3. Pasien mengatakan ↓
mengalami frkatur Penurunan curah
akibat pengeroposan jantung
tulang ↓
Do : Suplai darah
1. TD : 130/74 mmHg kejaringan
2. HR : 107x/i menurun
3. RR : 24x/i ↓
4. EKG : ST Nutrisi dan O2 sel
5. Pergerakan pasien menurun
tampak terbatas ↓
Metabolisme
menurun
↓
Hambatan
mobilitas fisik
25
1. Penurunan Setelah 1x24 jam dilakukan a. Perawatan jantung akut
curah jantung tindakan keperawatan, 1. Evaluasi nyeri dada
berhubungan diharapkan pasien : 2. Monitor EKG sebagai
dengan 1. Ketidakefektifan mana mestinya,
perubahan pompa jantung apakah terdapat
irama jantung a. Dyspnea dengan perubahan segmen ST
ditandai dengan aktivitas ringan 3. Monitor irama
perubahan EKG (2-4) jantung
dan takikardi b. Berdenyut nadi 4. Auskultasi suara
perifer (2-4) jantung
c. Urine output (2- 5. Monitor efektivitas
4) terapi oksigen sebagai
d. Angina (2-4) mana mestinya
6. Monitor cairan masuk
2. Status pernafasan dan keluar, urine
a. Frekeunsi output, timbang berat
pernafsan (2-4) badan harian
b. Kedalaman 7. Monitor penentuan
inspirasi (2-4) pengantaran oksigen
c. Saturasi oksigen (P4o2, kadar Hb dan
(2-4) curah jantung)
d. Penggunaan otot
bantu nafas (2-4) b. Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan,
3. Status sirkulasi irama, kedalaman
a. PaCo2 (tekanan dan kesulitan
parsial karbon bernafas
dioksida dalam 2. Catat pergerakan
26
darah arteri) (2- dada, catat ketidak
4) simetrisan,
b. PaO2 (tekanan penggunaan otot-otot
parsial oksigen bantu nafas, dan
dalam darah retraksi pada otot
arteri (2-4) supraclaviculas dan
interkosta
3. Monitor pola nafas
4. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi
5. Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat
6. Monitor keluhan
sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkat atau
memperburuk sesak
nafas tersebut
7. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer).
2. Hambatan Setelah 1x24 jam dilakukan a. Perawatan tirah baring
mobilitas fisik tindakan keperawatan, 1. Jelaskan alasan
berhubungan diharapkan pasien : diperlukannya tirah
27
dengan 1. Toleransi terhadap baring
kerusakan aktifitas 2. Posisikan sesai body
integritas a. Saturasi oksigen alignment yang tepat.
struktur tulang, ketika beraktifitas ( 3. Monitor komplikasi
gangguan 2 ke 3) dari tirah baring.
metabolisme, b. Frekuensi nadi 4. Hindari
fisik tidak ketika beraktfitas (2 menggunakan kain
bugas, ke 3) linen kasur yang
intoleransi c. Frekuensi teksturnya kasar.
aktifitas pernafasan ketika 5. Jaga kain linen kasur
ditandai dengan beraktifitas (2 ke 3) tetap bersih, kering
dispea setalah d. Kemudahan dan bebas kerutan.
beraktifitas, bernafas ketika 6. Gunakan alat
penurunan beraktifitas (2 ke 3) ditempat tidur yang
kemampuan e. Temuan/hasil EKG melindungi pasien.
melakukan (2 ke 3) 7. Aplikasikan alat
keterampilan untuk mencegah
motorik kasar. Status jantung paru terjadinya footdrop.
a. Tekanan darah sistol 8. Tinggikan teralis
( 2 ke 3) tempat tidur dengan
b. Tekanan darah cara yang tepat.
diastol ( 2 ke 3) 9. Letakkan alat yang
c. Tingkat pernafasan ( memposisikan tempat
2 ke 3) tidur dalam
d. Irama pernafasan ( 2 jangkauan yang
ke 3) mudah.
e. Saturasi oksigen ( 2 10. Letakkan lampu
ke 3) panggilan berada
28
f. Intoleransi aktivitas dalam jangkauan
(1 ke 3 (pasien)
11. Letakkan meja
disamping tempat
tidur berada dalam
jangkauan pasien
12. Balikkan (pasien)
sesuai dengan kondisi
kulit.
13. Balikkan pasien yang
tidak dapat mobilisasi
paling tidak setiap 2
jam sesuai dengan
jadwal spesifik.
14. Monitor kondisi kulit
pasien.
15. Ajarkan ditempat
tidur dengan cara
yang tepat
16. Bantu menjaga
kebersihan
b. Peningkatan mekanika
tubuh.
1. Kaji komitmen pasien
untuk belajar dan
menggunakan postur
(tubuh) yang benar.
29
2. Kaji kesadaran pasien
tentang abnormalitas
muskoloskeletalnya
dan efek yang mungkin
timbul pada jaringan
otot atau postur.
3. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
latihan postur yang
sesuai
4. Berikan informasi
tentang kemungkinan
posisi
5. Bantu untuk
mendemonstrasikan
posisi tidur yang tepat
6. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan
peningkatan mekanika
tubuh, sesuai indikasi
30
ahli terapis fisik
mengenai rencana
ambulasi, sesuai
kebetuhan
3. Terapkan/sediakan alat
bantu untuk ambulasi,
jika dibutuhkan
4. Dorong pasien untuk
“bangkit sebanyak dan
sesering yang
diinginkan: (up ad lib),
jika sesuai
5. Beri pasien pakaian
yang tidak mengekang.
d. Terapi latihan :
Mobilitas (pergerakan)
sendi
1. Tentukan batasan
pergerakan sendi
dan efeknya
terhadap fungsi
sendi
2. Monitor lokasi dan
kecenderungan
adanya nyeri dan
ketidaknyamanan
selama pergerakan
31
/aktivitas.
3. Tentukan level
motivasi pasien
untuk
meningkatkan atau
memelihara
pergerakan sendi.
4. Inisiasi pengukuran
control nyeri
seelum memulai
latihan sendi.
5. Jelaskan pada
pasien dan keluarga
manfaat dan tujuan
melakukan latihan
sendi.
6. Pakaikan baju yang
tidak menghambat
pergerakan pasien
7. Lindungi pasien
dari trauma selama
latihan
8. Bantu pasien
mendapatkan posisi
tubuh yang optimal
untuk pergerakan
sendi pasif maupun
aktif.
32
9. Dukung latihann
ROM aktif
10. Dukung latihann
ROM pasif.atau
ROM dnegan
bantuan
11. Instruksikan
pasien/keluarga
cara melakukan
latihan ROM aktif,
bantuan maupun
ROM pasief.
12. Bantu untuk
melakukan
pergerakan sendi
yanh ritmis dan
teratur sesuai kadar
nyeri yang bisa
ditoleransi,
ketahanan dan
pergerakan sendi
13. Tentukan
perkembangan
terhadap
pencapaian tujua.
14. Sediakan dukungan
positif dalam
melakukan latihan
33
sendi.
Tanda
Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi SOAP tangan
Keperawatan
perawat
Selasa Penurunan 1. Melakukan S : pasien mengatakan
22 Juli 2019 curah jantung monitor sesak
TTV/jam
2. Melakukan O:
monitor 1. Kesadaran :
efektivitas komposmentis
terapi oksigen 2. O2 : nasal
3. Melakukan kanul
monitor cairan 3. Infus : NaC;
masuk dan 0,9 % +
keluar, urine cordaron 900
output mg/24 jam
4. Monitor irama 4. HR : 107
jantung x/menit
5. Memonitor 5. RR : 24
suara nafas x/menit
6. Pasien post
HD
A : masalah belum
teratasi
34
P:
1. Monitor TTV
tiap jam
2. Monitor EKG
3. Evaluasi nyeri
dada
4. Monitor irama
jantung
5. Auskultasi
suara jantung
6. Monitor
efektivitas
terapi oksigen
7. Kolaborasi
terapi obat
lanjutan
Rabu/ Penurunan 1. Monitor TTV S : pasien mengatakan
23 Juli 2019 curah jantung 2. Monitor EKG sesak berkurang,
3. Mengauskultasi pasien mengatakan
suara jantung tidak bisa
4. Memonitor menggerakkan kaki
efektivitas bagian panggul dan
terapi oksigen paha
5. Memonitor pola
nafas O:
1. Kesadaran :
komposmentis
35
2. O2 : nasal
kanul
3. Infus : NaC;
0,9 % +
cordaron 900
mg/24 jam
4. HR : 97
x/menit
5. RR : 23
x/menit
6. Pasien post
HD
A : masalah belum
teratasi
P:
1. Monitor TTV
tiap jam
2. Monitor EKG
3. Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas.
4. Catat
pergerakan
36
dada,
penggunaan
otot bantu
nafas dan
retraksi
dinding dada.
5. Monitor pola
nafas
6. Auskultasi
suara nafas
tambahan
7. Monitor
keluhan sesak
nafas pasien
8. Berikan
bantuan terapi
nafas
(nebulizer)
6. Melakukan
ROM
aktif/pasif
7. Anjurkan
aktivitas fisik
sesuai dengan
kemampuan
pasien
9. Berikan terapi
obat lanjutan.
37
Kamis Penurunan 1. Monitor TTV S : pasien mengatakan
25 Juli 2019 curah jantung 2. Memonitor pola sesak berkurang,
nafas pasien mengatakan
3. Memonitor masih merasakan sakit
keluhan sesak pada kaki pagian paha
nafas pasien dan panggul,
4. Memonitor
EKG O:
5. Memonitor 1. Kesadaran :
efektivitas komposmentis
terapi oksigen 2. O2 : nasal
6. Monitor kanul
pernafasan 3. Infus : NaC;
7. Memberikan 0,9 % +
terapi obat cordaron 900
mg/24 jam
4. HR : 95
x/menit
5. RR : 24
x/menit
6. Pasien post
HD
A : masalah sudah
teratasi sebagian
P:
Pasien diperbolehkan
38
pulang
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus yang telah kelompok kaji, Tn. Y yang menderita CHF, susp efusi
pericard, CKD mengalami keluhan utama merasakan sesak dibagian dada dan nyeri
dada sebelah kiri, letargi dan kelelahan dan perut tampak membuncit.Didalam teori
dijelaskan bahwa gambaran klinis dari Gagal jantung kiri adalah Sesak napas saat
berbaring & beraktivitas, letargi dan kelelahan dan perut tampak membuncitTekanan
darah (tinggi, rendah, atau normal), denyut nadi (volume normal atau rendah) :
alternans/takikardia/aritmia. Pada pemeriksaan fisik didapati kesadaran pasien
composmentis, pasien terpasang monitor , EKG : ST, SPo2 : 100%,TD : 13074
mmHg, HR : 107x/menit, EKG : ST, SPo2 : 100%, RR : 24x/menit, pasien batuk
40
berdahak, Pasien sesak nafas, terpasang nasal kanul, pasien tidak terpasang
cateter.Pasien memilik riwayat hipertensi dan gagal ginjal, pasien juga mengalami
fraktur 2 tahun yang lalu dibagian panggul. Dan hasil Foto Thorax menunjukan
Jantung membesar kekanan dan kekiri dengan gambaran water, battle dan pulmo
dengan kesimpulan, Cardiomegali dengan edema pulmonum, SUSP pericardial
effusion, Efusi pleura kiri.
Teori menjelaskan bahwa komplikasi edema paru akut terjadi akibat gagal
jantung kiri, Efusi perikardial dan tamponade jantung yaitu masuknya cairan
kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal.Dari kasus kelompok mengangkat diagnosa pertamaPenurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai dengan perubahan
EKG dan takikardi dengan intervensi keperawatan pearwatan jantung dan monitor
pernafasan, dan diagnose kedua Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, imobilitas ditandai dengan
dispnea setelah beraktifitas, perubahan EKG, respon frekuensi jantung abnormal
terhadap aktifitas, respon teknan darah abnormal terhadap aktifitas dengan intervensi
keperawatan manajemen energy.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013).Congestive Heart Failure
(CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan Tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.(Marulam, 2014).Frekuensi jantung dipengaruhi
fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung.Tetapi pada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan searabut otot jantung, volume sekuncup
berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.Volume
sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor yaitu: preload, contactility, afterload. Pada kasus kelompok Tn. Y
mengalami masalah CHF, susp efusi pericard, CKD mengalami tanda dan gejala
sesuai berdsarkan teori dimana keluhan utama pasien merasakan nyeri dada
sebelah kiri dan mengeluhkan sesak nafas, serta hasil pemeriksaan jantung yang
tidak normal dan intervensi yang diberikan kepada Tn. Y mengacu berdasarkan
dengan teori di atas.
5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang penyakit Gagal Jantung Kongestif (CHF), dan hendaknya
menerapkan pola hidup yang sehat seperti hindari merokok, minum-minuman
keras, narkoba dan lain-lain. Menjaga kesehatan jantung diharapkan agar
terhindar dari penyakit Gagal Jantung Kongestif, dengan menghindari penyebab
42
dari penyakit ini dengan cara menjaga gaya hidup tetap sehat terutama pada
makanan-makanan yang dikonsumsi dan tidak melihat sekedar untuk
mengenyangkan perut saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung
dalam makanan tersebut.
43
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.Jakarta:
EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RIKESDAS. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Marulam, M., P., dkk. (2014). Penyakit Jantung Hipertensi (Vol II). Jakarta : Interna
Publishing. Hal 1777-1778
Schilling, J.D. (2014). Evaluation of acute heart failure. In: Cuculich PS, KatesAM,
editors. Cardiology subspecialty consult (3rd ed). Philadelphia:Wolters
Kluwer; p. 71-2.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2001). “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta
WHO. (2014). The atlas Heart Disease and Stroke. Volume 84.WHO. New York.
WHO. (2015). World Health Statistic. http://www.who.int/research/en/
WHO. (2016). Prevention of Cardiovascular Disease. WHO Epidemologi Sub
Region AFRD and AFRE.Genewa.
44