Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Congestive heart failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas
saat beraktifitas atau saat tidur terlentang tanpa bantal.Congestive Heart Failure
(CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang
paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa
(31%) dari 58 juta angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung
(WHO, 2016).
Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat
kematian penyakit jantung dengan jumlah 712,1 ribu jiwa. Sedangkan di Asia
Tenggara yaitu Filipina menduduki peringkat pertama akibat kematian penyakit
jantung dengan jumlah penderita 376,9 ribu jiwa. Indonesia menduduki peringkat
kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 371,0 ribu jiwa (WHO, 2014).
Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015
diperkirakan kematian akibat penyakit jantung meningkat menjadi 20 juta jiwa.
Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta jiwa
penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung (WHO, 2015).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan hasil terdiagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,13 %, dan yang terdiagnosis dokter sudah terdapat gejala sebesar 0,3%
persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI
Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan JawaTengah (0,18%).
Penyakit jantung dan pembuluh darah berperan atas totalkasus kematian di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 66,51%(806.208 kasus) dari total
1.212.167 kasus kematian yang ada (Rikesdas,2013).
Faktor penyebab terjadinya rehospitalisasi pada penderita penyakit jantung
adalah diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, dan minum-minuman
yang beralkohol dalam jangka waktu panjang. Dari beberapa faktor tersebut dapat

1
menyebabkan tekanan darah tinggi, gula darah meningkat, kadar lemak pada
darah juga tinggi dan obesitas. Jika semua faktor tersebut tidak dapat dicegah
maka akan menyebabkan berbagai penyakit jantung diantaranya adalah serangan
jantung berulang, gagal jantung, dan penyakit komplikasi lainnya (WHO, 2016).
Pada penderita gagal jantung kongestif akan terjadi gangguan
yaitumenurunnya kontraktilitas miokard, karena suplai oksigen berkurang yang
berakibat pada perubahan status hemodinamik. Jantung yang
mengalamiketidakmampuan untuk memompa darah secara adekuat dalam
memenuhikebutuhan oksigen dan nutrisi bagi jaringan tubuh maka akan
menimbulkansensasi yang subyektif berupa nafas pendek, berat, dan rasa tidak
nyaman(Guyton & Hall, 2007).
Akibat dari ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
secaraadekuat ke seluruh tubuh akan menyebabkan penurunan kapasitas
fungsionalpada pasien CHF. Aktivitas sehari-hari dari pasien akan terganggu
denganmemburuknya gejala. Pasien-pasien CHF sering kembali ke rumah sakit
akibatadanya kekambuhan.Sebagian besar kekambuhan diakibatkan karena
pasientidak memenuhi terapi yang dianjurkan, misalnya tidak mampu
melaksanakanterapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak
mematuhitindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, dan
tidak dapatmengenali gejala kekambuhan dari CHF (Smeltzer & Bare, 2001).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan gawat darurat secara
langsung pada pasien congestive heart failure (CHF) di ruangan CVCU
RSUD Arifin Ahmad.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui defenisi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.2 Mengetahui anatomi dari congestive heart failure (CHF)

2
1.2.2.3 Mengetahui etiologi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.4 Mengetahui klasifikasi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.5 Mengetahui patofisiologi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.6 Mengetahui manifestasi klinis dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.7 Mengetahui komplikasi dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.8 Mengetahui penatalaksanaan dari congestive heart failure (CHF)
1.2.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien congestive heart
failure (CHF) di ruanngan CVCU RSUD Arifin Ahmad

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan dimana jantung


sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
tubuh, gagalnya aktivitas jantung terhadap pemenuhan kebutuhan tubuh, fungsi
pompa jantung secara keseluruhan tidak berjalan normal. CHF merupakan
kondisi yang sangat berbahaya, meski demikian bukan berarti jantung tidak bisa
bekerja sama sekali, hanya saja jantung tidak berdetak sebagaimana mestinya.
(Susanto, 2010).

Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk


memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013).Congestive Heart Failure
(CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan Tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.(Marulam, 2014).

2.2 Anatomi Jantung

4
Berdasarkan gambar di atas, secara anatomi terdapat beberapa bagian
jantung antara lain:

1. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar
dari ventrikel sinistra .
2. Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin.
3. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru
melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke
ventrikel kiri .
4. Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium
kanan dan memompanya ke paru melalui arteri pulmonari.
5. Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot,
menerima darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan
memompanya ke dalam system sirkulasi melalui aorta.
6. Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra
menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darh dari ventrikel
dekstra ke paru-paru (pulmo)
7. Katup trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup,
8. Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
9. Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium
dekstra.

2.3 Etiologi

Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)yaitu :

a. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel.


b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik.
c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati.

5
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung.
e. Gangguan sirkulasi:Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang
melalui respon mekanis.
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme
yang meningkat.
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan.

2.4 Klasifikasi

Congestive Heart Failure dapat diklasifikasikan berdasarkan abnormalitas


struktural jantung berdasarkan American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association :

1. Stadium A yaitu Memiliki risiko tinggi berkembang menjadi gagal


jantung. Tidak terdapat ganguan struktural atau fungsional jantung, tidak
terdapat tanda atau gejala. Contohnya seperti hipertensi, coronary artery
disease, diabetes.
2. Stadium B yaitu telah terbentuk penyakit struktur jantung yang
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung. Tidak terdapat tanda
atau gejala. Contohnya seperti riwayat MI, Left Ventricular Hypertrophy,
Left Ventricular Systolic dysfunction asimptomatik.
3. Stadium C yaitu gagal jantung asimptomatis yang berhubungan dengan
penyakit struktural jantung yang mendasari. Contohnya Left Ventricular
systolic dysfunction dan sesak nafas, kelelahan, retensi cairan, atau gejala
HF lain. Stage C termasuk pasien dengan asimptomatik yang pernah
menerima pengobatan gejala HF.

6
4. Stadium D yaitu penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal
jantung yang sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat
terapi medis maksimal. Contohnya seperti pasien dengan gejala refractory
terhadap pengobatan tetapi toleransi pada farmakoterapi maksimal. Pasien
membutuhkan hospitalisasi dan intervensi khusus.

2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan


kontraktilitas jantung, menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV,
dimana curah jantung (CO: cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR:
heart rate) x volume sekuncup (SV: stroke volume) (Smletzer, 2001).

Frekuensi jantung dipengaruhi fungsi sistem saraf otonom. Bila curah


jantung berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung.Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan
kekakuan searabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung
normal masih dapat dipertahankan.Volume sekuncup, jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu: preload,
contactility, afterload (Smletzer, 2001).

Preload sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan


bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan
yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.Contactility
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

7
kadarkalsium.Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh tekanan arteri. Pada gagal jantung kongestif, jika satu atau lebih dari ketiga
faktor tersebut terganggu, hasilnnya curah jantung berkurang (Smletzer, 2001).
Peningkatan kerja jantung yang berlebih akan mengakibatkan mekanisme
perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling yang dapat menyebabkan
perubahan struktur (massa otot, dilatasi camber) dan fungsi (gangguan fungsi
sistolik dan diastolik) (Herman, 2011).

2.6 Manifestasi Klinis

a. Gagal jantung kiri :


1. Sesak napas saat berbaring & beraktivitas
2. Batuk
3. Mudah lelah
4. Bengkak pada kaki
5. Perut membuncit
6. Kegelisahan atau kecemasan
7. Penurunan kapasitas aktifitas
8. Dispnea
9. Batuk (hemoptisis)
10. Letargi dankelelahan
11. Penurunan nafsu makan dan beratbadan
12. Kulit lembab
13. Tekanan darah (tinggi, rendah, atau normal)
14. Denyut nadi (volume normal atau rendah) : alternans/takikardia/aritmia
15. Pergeseranapeks
16. Regurgitasi mitralfungsional
17. Krepitasiparu

8
18. Efusi pleura

b. Gagal jantung kanan


1. Hepatomegali atau pembesaran padahati
2. Sering kencing di malamhari
3. Kelemahan
4. Tidak nafsu makan dan mual
5. Pembengkakan pergelangankaki
6. Dispnea
7. Penurunan kapasitasaktivitas
8. Nyeridada
9. Denyut nadi (aritmia takikardia)
10. PeningkatanJVP
11. Edema
12. Hepatomegali danasites
13. Gerakan bergelombangparasternal
14. S3 atau S4RV
15. Efusi pleura

2.7 Komplikasi
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik
Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah jantung dan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak).
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung

9
5. Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena
kejantung menuju tomponade jantung(Wijaya & Putri, 2013).

2.8 Penatalaksanaan
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
a. Terapi nonfarmakologi
1. Istirahat untuk mengurangi beban kerjajantung.
2. Oksigenasi.
3. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkanedema.
b. Terapifarmakologi
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan berupa
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah
dan peningkatan diurisi dan mengurangi edema.
2. Terapi diuretic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunanaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasolidator, obat-obat fisoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikeldan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

10
BAB III
GAMBARAN KASUS

3.1 Hasil Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik, Laboratorium & Diagnostik


A. INFORMASI UMUM
Nama : Tn. Y
Tanggal Lahir : 26 Juni 1981
Suku Bangsa : Minang
Tangga Pengkajian : 22 Juli 2019
Diagnosa Medik : CHF, susp efusi pericard, CKD,
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 20 Juli 2019
Dari/Rujukan : ICU RSUD Siak
No. MR : 01-02-02-06

Keluhan Utama :
Pasien mengatakan merasakan sesak dibagian dadanya.

B. PENGKAJIAN PRIMER
Airway (A)
Pasien batuk berdahak

Breting (B)
Paien sesak nafas, RR 24 x/menit, dan terpasang nasal kanul.

Circulation (C)
TD : 130/74 mmHg, SPo2 : 100%, HR : 107 x/menit, RR : 24x/menit,
perdarahan (-).

11
Disability (D)
GCS :E:4M:6V:5
Kesadaran : Composmentis
Kekuatan otot : Tangan kiri 4, tangan kanan 4, kaki kiri 1 dan kaki kanan 1
Pupil : Size 2/2 (Mengecil saat diberikan refleks cahaya)

Expousure (E)
Tampak bekas luka cimino CDL di dada kanan atas da cimino di tangan kiri
pasien.

Foley Cateter (F)


Lama Pemakaian : Pasien tidak terpasang cateter
Ukuran :-

Gastric Tube (G)


Lama Pemakaian : Pasien tidak terpasang NGT
Ukuran :-

Heart Monitor (H)


Pasien terpasang monitor. TD : 130/74 mmHg, HR : 107x/menit, EKG : ST,
SPo2 : 100%, RR : 24x/menit

C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Pasien memilik riwayat hipertensi dan gagal ginjal, pasien juga mengalami
fraktur 2 tahun yang lalu dibagian panggul.

12
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
jantung, akan tetapi ada keluarga pasien yang menderita penyakit ginjal yaitu
kakek pasien.

E. PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1. Kulit
Inspeksi :
Kulit pasien berwarna coklat, terlihat bersih, terdapat cimino ditangan
sebelah kiri, kuku terlihat bersih.

Palpasi :
Kulit teraba kering/kasar, turgor kulit baik, terdapat nyeri tekan ditangan
sebelah kanan, terpasang IVID dikaki kanan, CRT <3 detik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala
Inspeksi :
Kepala tampak simetris, distribusi rambut rata, rambut berwarna hitam,
tampak kotor, tidak tampak adanya benjolan dikepala.

Palpasi :
Rambut pasien berminyak, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya
massa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13
b. Mata
Inspeksi :
Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera ikterik, pupil
pasien isokor dan berwarna hitam.

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Telinga
Inspeksi :
Bentuk telinga dan posisi telinga simetris, tidak memakai alat bantu
dengar, tidak terdapat lesi dan benjolan.

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Hidung
Inspeksi :
Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, hidung terlihat bersih, pasien
menggunakan alat bantu pernafasan (nasal kanul).

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan :Tidak ada nasalah keperawatan

14
e. Mulut
Inspeksi :
Mulut pasien simetris, mukosa mulut dan bibir kering, mulut
pasientampak bersih, gigi pasien tampak kuning, tidak ada lesi dan
stomatitis, gigi lengkap, langit-langit utuh.

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Leher
Inspeksi :
Warna kulit tampak coklat dan merata, tidak terdapat luka, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tiak ada nyeri pada saat menelan, tidak ada
pembesaran getah bening.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Dada
Inspeksi :
Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, bentuk
dada pasien barrel chest, pasien terpasang elektroda, terdapat luka vacus CDL
3 titik sebelah kanan atas.

15
Paru-Paru
Inspeksi :Ekspansi paru, pasien tampak sesak

Palpasi :Pasien terdapat nyeri tekan

Perkusi : Pekak

Auskultasi :
Suara nafas pasien vesikuler dan tidak ada suara tambahan seperti wheezing
dan krekels.

Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif

Jantung
Inspeksi :

Palpasi :
Terdapat nyeri tekan di dada sebelah kiri

Perkusi :

Auskultasi :
Bunyi S1 & S2 lup dup melemah, S3 gallop dan S4 murmur karena adanya
efusi pleura pada pasien.

Masalah Keperawatan : Penurunan curah jantung

16
5. Payudara & Aksila
Inspeksi :
Integritas kulit baik, payudara tampak simetris, nipple menonjol kiri dan
kanan, kulit tampak berwarna coklat.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Tangan
Inspeksi :
Tangan kiri dan tangan kanan tampak simetris, warna merata, terdapat 3
benjolan ditangan sebelah kiri akibat hemodialisa, pasien terpasang saturasi
dijari telunjuk sebelah kanan, jari tangan simetris.

Palpasi :
Terdapat nyeri tekan ditangan sebelah kanan. CRT < 3 detik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada benjolan atau pembengkakan.

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Genitalia dan Perkemihan


Inspeksi :Pasien tidak menggunakan kateter

17
Palpasi :Tidak terkaji dikarenakan tidak mendapatkan izin dari pasien.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Rektum dan Anus


Inspeksi :Tidak terkaji dikarenakan tidak mendapatkan izin dari pasien.

Palpasi : Tidak terkaji dikarenakan tidak mendapatkan izin dari pasien.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Kaki
Inspeksi :
Kaki pasien fraktur dikedua panggul, terpasang infus dipergelangan kaki
sebelah kanan.

Palpasi :Terdapat edema, nyeri (+) dibagian panggul dan paha.

Masalah keperawatan : Nyeri akut

11. Punggung
Inspeksi :
Tidak terkaji dikarenakan pasien tidak dapat menggerakkan badannya akibat
fraktur panggul.

Palpasi : Tidak terkaji dikarenakan pasien tidak dapat menggerakkan


badannya akibat fraktur panggul.

18
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas

F. AKTIVITAS ISTIRAHAT DAN KENYAMANAN


Pasien mengatakan aktivitas terganggu selama pasien sakit, aktivitas pasien
dibantu penuh oleh karena pasien mengalami fraktur dibagian kedua panggu kanan
dan kiri,pasien juga mengalami kesulitan untuk tidur karena pasien sesak.

G. NUTRISI, CAIRAN DAN ELIMINASI


1. Intake Oral Enteral :
a. Makan : 3x1 ml/hari
b. Minum : 300 ml/hari

2. Parenteral : 500 ml/hari


3. Eliminasi :
a. Urin : spontan
b. BAB : Selama dirawat di Rumah Sakit pasien belum pernah BAB

H. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Hasil Labor :
a. AGDA
1) PH : 7,37
2) PO2 : Low 58 TCO2
3) PCO2 : 37
4) HCO3 : Low 21
b. Elektrolit
1) Na + : 135
2) Kt : Low 3,2
3) Calsium : LL 0,31

19
c. Hematologi
1) Hb : LL 6,6
2) l : H 14,54
3) T : 200
4) E : L 2,23
5) H : 1,2
d. Kimia Darah
1) Albumin : 2,5 Normal : 2,8-5,0
2) Asam urat : 2,3 mg/dl Normal : 3,7 (Lk) dan 2,4-
5,7 (Pr)
3) SGOT : 29 u/l Normal : <38 (Lk) dan 32
(Pr)
4) SGPT : 19 u/l Normal : <41 (Lk) dan
<31 (Pr)
2. Radiologi
a. Foto Thorax
Cot : Jantung membesar kekanan dan kekiri dengan gambaran
water, battle dan pulmo.
Pulmo :
- Tampak perihiler hattiness 2 lapang paru
- Sinus costophrenicus kanan tajam, kiri tertutup perselubungan
- Diafragma kanan normal, kiri tertutup terselubung
- Trakea di tengah
- Sistema tulang baik

Kesimpulan :

1) Cardiomegali dengan edema pulmonum


2) SUSP pericardial effusion
3) Efusi pleura kiri

20
3. Hasil EKG terbaru :
EKG :

I. MEDIKASI/OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN SAAT INI


No Rute Pemberian Dosis Indikasi Kontra Indikasi
Obat (Nama Obat)
1. Injeksi, Lasix 3x2 ampul a. Mengobati retensi a. Jangan gunakan
diretik cairan (edema) untuk pasien riwayat
dan alergi lasix
pembengkakan b. Dikontraindikasikan
b. Meningkatkan untuk pasien dengan
aliran urine anura
c. Untuk hipertensi

2. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr a. Untuk mengobati a. Orang yang alergi


berbagai macam terhadap obat atau
infeksi bakteri.. bahan tertentu,
b. Pasien dengan terutama obat yang
kondisi jantung mengandung
tertentu ceftriaxone.
(misalnya katup b. Hindari bagi
jantung buatan) penderita penyakit
untuk mencegah liver, ginjal,
infeksi serius di gangguan
jantung (bacterial pencernaan
endocarditis). (seperti colitis),
serta penyakit

21
kantong empedu.
c. Obat ini tidak
disarankan untuk
bayi yang baru
lahir.

3. Digoxin tab 1x1/2 Mengobati aritmia a. Gunakan dengan


dan gagal jantung hati-hati pada
pasien perikarditis,
bradikardia,
penyakit paru berat,
takikardia
ventrikular,
gangguan elektrolit,
kontraksi
ventrikular
prematur, Sindrom
Wolff-Parkinson-
White, hipoksia,
hipotiroidisme atau
hipertiroidisme,
dan penyakit ginjal.
b. Hindari penggunaan
digoxin pada
pasien miokarditis
dan serangan
jantung.
c. Hati-hati

22
penggunaan
bersama
dengan diuretik

4. PCT tab 3x1 Meredakan rasa sakit a. Hindari dari


dan demam penderita gangguan
ginjal, gangguan
hati, malanutrisi,
dehidrasi, dan bagi
orang yang sering
mengonsumsi
minuman keras
(alkohol) dalam
jangka lama.

5. Cordaron 3x1 Gangguan a. sinus bradikardi


ritme/irama atrium, b. blok SA
nodal maupun c. blok AV
ventrikel, gangguan d. hamil
ritme/irama yang e. laktasi
berhubungan dengan f. gangguan sinus
sindroma Wolf- g. intoleransi yodium
Parkinson-White h. hipotensi atrial
berat
i. kolaps KV
j. insufisiensi jantung
akut

23
k. distiroidisme

3.2 Analisa Data


MASALAH
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. Ds : Disfungsi miokard Penurunan curah
1. Pasien mengatakan ↓ jantung
nafas sesak Kontraktilitas
2. Pasien mengataka nyeri ↓
dibagian dada Beban jantung
menurun
Do : ↓
1. Hr : 105x/i Gagal jantung
2. Rr : 24x/i ↓
3. Nyeri dada (+) Gagal pompa
4. Terpasang nassal canul ventrikel kiri
5. Terpasang infus NaCl ↓
6. Pasien post HD Forward failure
7. Pasien terlihat sesak saat ↓
berbicara Supai O2 otak
menurun

Penurunan curah
jantung
2. Ds : CHF Hambatan mobilitas
1. Pasien mengatakan ↓ fisik
sesak Gagal pompa
2. Pasien mengatakan sakit ventrikel

24
pada saat menggerakkan ↓
ekstremitas Forward failuer
3. Pasien mengatakan ↓
mengalami frkatur Penurunan curah
akibat pengeroposan jantung
tulang ↓
Do : Suplai darah
1. TD : 130/74 mmHg kejaringan
2. HR : 107x/i menurun
3. RR : 24x/i ↓
4. EKG : ST Nutrisi dan O2 sel
5. Pergerakan pasien menurun
tampak terbatas ↓
Metabolisme
menurun

Hambatan
mobilitas fisik

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung
2. Hambaatan mobilitas fisik

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

25
1. Penurunan Setelah 1x24 jam dilakukan a. Perawatan jantung akut
curah jantung tindakan keperawatan, 1. Evaluasi nyeri dada
berhubungan diharapkan pasien : 2. Monitor EKG sebagai
dengan 1. Ketidakefektifan mana mestinya,
perubahan pompa jantung apakah terdapat
irama jantung a. Dyspnea dengan perubahan segmen ST
ditandai dengan aktivitas ringan 3. Monitor irama
perubahan EKG (2-4) jantung
dan takikardi b. Berdenyut nadi 4. Auskultasi suara
perifer (2-4) jantung
c. Urine output (2- 5. Monitor efektivitas
4) terapi oksigen sebagai
d. Angina (2-4) mana mestinya
6. Monitor cairan masuk
2. Status pernafasan dan keluar, urine
a. Frekeunsi output, timbang berat
pernafsan (2-4) badan harian
b. Kedalaman 7. Monitor penentuan
inspirasi (2-4) pengantaran oksigen
c. Saturasi oksigen (P4o2, kadar Hb dan
(2-4) curah jantung)
d. Penggunaan otot
bantu nafas (2-4) b. Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan,
3. Status sirkulasi irama, kedalaman
a. PaCo2 (tekanan dan kesulitan
parsial karbon bernafas
dioksida dalam 2. Catat pergerakan

26
darah arteri) (2- dada, catat ketidak
4) simetrisan,
b. PaO2 (tekanan penggunaan otot-otot
parsial oksigen bantu nafas, dan
dalam darah retraksi pada otot
arteri (2-4) supraclaviculas dan
interkosta
3. Monitor pola nafas
4. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi
5. Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat
6. Monitor keluhan
sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkat atau
memperburuk sesak
nafas tersebut
7. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer).
2. Hambatan Setelah 1x24 jam dilakukan a. Perawatan tirah baring
mobilitas fisik tindakan keperawatan, 1. Jelaskan alasan
berhubungan diharapkan pasien : diperlukannya tirah

27
dengan 1. Toleransi terhadap baring
kerusakan aktifitas 2. Posisikan sesai body
integritas a. Saturasi oksigen alignment yang tepat.
struktur tulang, ketika beraktifitas ( 3. Monitor komplikasi
gangguan 2 ke 3) dari tirah baring.
metabolisme, b. Frekuensi nadi 4. Hindari
fisik tidak ketika beraktfitas (2 menggunakan kain
bugas, ke 3) linen kasur yang
intoleransi c. Frekuensi teksturnya kasar.
aktifitas pernafasan ketika 5. Jaga kain linen kasur
ditandai dengan beraktifitas (2 ke 3) tetap bersih, kering
dispea setalah d. Kemudahan dan bebas kerutan.
beraktifitas, bernafas ketika 6. Gunakan alat
penurunan beraktifitas (2 ke 3) ditempat tidur yang
kemampuan e. Temuan/hasil EKG melindungi pasien.
melakukan (2 ke 3) 7. Aplikasikan alat
keterampilan untuk mencegah
motorik kasar. Status jantung paru terjadinya footdrop.
a. Tekanan darah sistol 8. Tinggikan teralis
( 2 ke 3) tempat tidur dengan
b. Tekanan darah cara yang tepat.
diastol ( 2 ke 3) 9. Letakkan alat yang
c. Tingkat pernafasan ( memposisikan tempat
2 ke 3) tidur dalam
d. Irama pernafasan ( 2 jangkauan yang
ke 3) mudah.
e. Saturasi oksigen ( 2 10. Letakkan lampu
ke 3) panggilan berada

28
f. Intoleransi aktivitas dalam jangkauan
(1 ke 3 (pasien)
11. Letakkan meja
disamping tempat
tidur berada dalam
jangkauan pasien
12. Balikkan (pasien)
sesuai dengan kondisi
kulit.
13. Balikkan pasien yang
tidak dapat mobilisasi
paling tidak setiap 2
jam sesuai dengan
jadwal spesifik.
14. Monitor kondisi kulit
pasien.
15. Ajarkan ditempat
tidur dengan cara
yang tepat
16. Bantu menjaga
kebersihan

b. Peningkatan mekanika
tubuh.
1. Kaji komitmen pasien
untuk belajar dan
menggunakan postur
(tubuh) yang benar.

29
2. Kaji kesadaran pasien
tentang abnormalitas
muskoloskeletalnya
dan efek yang mungkin
timbul pada jaringan
otot atau postur.
3. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
latihan postur yang
sesuai
4. Berikan informasi
tentang kemungkinan
posisi
5. Bantu untuk
mendemonstrasikan
posisi tidur yang tepat
6. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan
peningkatan mekanika
tubuh, sesuai indikasi

c. Terapi latihan : Ambulasi


1. Tempatkan saklar
posisi tempat tidur
ditempat yang mudah
dijangkau
2. Konsultasikan pada

30
ahli terapis fisik
mengenai rencana
ambulasi, sesuai
kebetuhan
3. Terapkan/sediakan alat
bantu untuk ambulasi,
jika dibutuhkan
4. Dorong pasien untuk
“bangkit sebanyak dan
sesering yang
diinginkan: (up ad lib),
jika sesuai
5. Beri pasien pakaian
yang tidak mengekang.

d. Terapi latihan :
Mobilitas (pergerakan)
sendi
1. Tentukan batasan
pergerakan sendi
dan efeknya
terhadap fungsi
sendi
2. Monitor lokasi dan
kecenderungan
adanya nyeri dan
ketidaknyamanan
selama pergerakan

31
/aktivitas.
3. Tentukan level
motivasi pasien
untuk
meningkatkan atau
memelihara
pergerakan sendi.
4. Inisiasi pengukuran
control nyeri
seelum memulai
latihan sendi.
5. Jelaskan pada
pasien dan keluarga
manfaat dan tujuan
melakukan latihan
sendi.
6. Pakaikan baju yang
tidak menghambat
pergerakan pasien
7. Lindungi pasien
dari trauma selama
latihan
8. Bantu pasien
mendapatkan posisi
tubuh yang optimal
untuk pergerakan
sendi pasif maupun
aktif.

32
9. Dukung latihann
ROM aktif
10. Dukung latihann
ROM pasif.atau
ROM dnegan
bantuan
11. Instruksikan
pasien/keluarga
cara melakukan
latihan ROM aktif,
bantuan maupun
ROM pasief.
12. Bantu untuk
melakukan
pergerakan sendi
yanh ritmis dan
teratur sesuai kadar
nyeri yang bisa
ditoleransi,
ketahanan dan
pergerakan sendi
13. Tentukan
perkembangan
terhadap
pencapaian tujua.
14. Sediakan dukungan
positif dalam
melakukan latihan

33
sendi.

3.5 Implementasi Keperawatan

Tanda
Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi SOAP tangan
Keperawatan
perawat
Selasa Penurunan 1. Melakukan S : pasien mengatakan
22 Juli 2019 curah jantung monitor sesak
TTV/jam
2. Melakukan O:
monitor 1. Kesadaran :
efektivitas komposmentis
terapi oksigen 2. O2 : nasal
3. Melakukan kanul
monitor cairan 3. Infus : NaC;
masuk dan 0,9 % +
keluar, urine cordaron 900
output mg/24 jam
4. Monitor irama 4. HR : 107
jantung x/menit
5. Memonitor 5. RR : 24
suara nafas x/menit
6. Pasien post
HD

A : masalah belum
teratasi

34
P:
1. Monitor TTV
tiap jam
2. Monitor EKG
3. Evaluasi nyeri
dada
4. Monitor irama
jantung
5. Auskultasi
suara jantung
6. Monitor
efektivitas
terapi oksigen
7. Kolaborasi
terapi obat
lanjutan
Rabu/ Penurunan 1. Monitor TTV S : pasien mengatakan
23 Juli 2019 curah jantung 2. Monitor EKG sesak berkurang,
3. Mengauskultasi pasien mengatakan
suara jantung tidak bisa
4. Memonitor menggerakkan kaki
efektivitas bagian panggul dan
terapi oksigen paha
5. Memonitor pola
nafas O:
1. Kesadaran :
komposmentis

35
2. O2 : nasal
kanul
3. Infus : NaC;
0,9 % +
cordaron 900
mg/24 jam
4. HR : 97
x/menit
5. RR : 23
x/menit
6. Pasien post
HD

A : masalah belum
teratasi

P:
1. Monitor TTV
tiap jam
2. Monitor EKG
3. Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas.
4. Catat
pergerakan

36
dada,
penggunaan
otot bantu
nafas dan
retraksi
dinding dada.
5. Monitor pola
nafas
6. Auskultasi
suara nafas
tambahan
7. Monitor
keluhan sesak
nafas pasien
8. Berikan
bantuan terapi
nafas
(nebulizer)
6. Melakukan
ROM
aktif/pasif
7. Anjurkan
aktivitas fisik
sesuai dengan
kemampuan
pasien
9. Berikan terapi
obat lanjutan.

37
Kamis Penurunan 1. Monitor TTV S : pasien mengatakan
25 Juli 2019 curah jantung 2. Memonitor pola sesak berkurang,
nafas pasien mengatakan
3. Memonitor masih merasakan sakit
keluhan sesak pada kaki pagian paha
nafas pasien dan panggul,
4. Memonitor
EKG O:
5. Memonitor 1. Kesadaran :
efektivitas komposmentis
terapi oksigen 2. O2 : nasal
6. Monitor kanul
pernafasan 3. Infus : NaC;
7. Memberikan 0,9 % +
terapi obat cordaron 900
mg/24 jam
4. HR : 95
x/menit
5. RR : 24
x/menit
6. Pasien post
HD

A : masalah sudah
teratasi sebagian

P:
Pasien diperbolehkan

38
pulang

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Teori menjelaskan bahwa Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu


keadaan dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah
untuk metabolisme tubuh, gagalnya aktivitas jantung terhadap pemenuhan kebutuhan
tubuh, fungsi pompa jantung secara keseluruhan tidak berjalan normal. CHF
merupakan kondisi yang sangat berbahaya, meski demikian bukan berarti jantung
tidak bisa bekerja sama sekali, hanya saja jantung tidak berdetak sebagaimana
mestinya. (Susanto, 2010).Pendapat lain mengatakan Congestive Heart Failure
(CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan Tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.(Marulam, 2014). Mekanisme yang mendasari gagal
jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari normal. Diteori juga dijelaskan bahwa penyebab gagal
jantung yaitu meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel,
meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik, menurunkan
kontraktilitas ventrikel : ima, kardiomiopati, gangguan pengisian ventrikel : stenosis
katup antrioventrikuler, pericarditif konstriktif, tamponade jantung.

Kasus yang telah kelompok kaji, Tn. Y yang menderita CHF, susp efusi
pericard, CKD mengalami keluhan utama merasakan sesak dibagian dada dan nyeri
dada sebelah kiri, letargi dan kelelahan dan perut tampak membuncit.Didalam teori
dijelaskan bahwa gambaran klinis dari Gagal jantung kiri adalah Sesak napas saat
berbaring & beraktivitas, letargi dan kelelahan dan perut tampak membuncitTekanan
darah (tinggi, rendah, atau normal), denyut nadi (volume normal atau rendah) :
alternans/takikardia/aritmia. Pada pemeriksaan fisik didapati kesadaran pasien
composmentis, pasien terpasang monitor , EKG : ST, SPo2 : 100%,TD : 13074
mmHg, HR : 107x/menit, EKG : ST, SPo2 : 100%, RR : 24x/menit, pasien batuk

40
berdahak, Pasien sesak nafas, terpasang nasal kanul, pasien tidak terpasang
cateter.Pasien memilik riwayat hipertensi dan gagal ginjal, pasien juga mengalami
fraktur 2 tahun yang lalu dibagian panggul. Dan hasil Foto Thorax menunjukan
Jantung membesar kekanan dan kekiri dengan gambaran water, battle dan pulmo
dengan kesimpulan, Cardiomegali dengan edema pulmonum, SUSP pericardial
effusion, Efusi pleura kiri.

Teori menjelaskan bahwa komplikasi edema paru akut terjadi akibat gagal
jantung kiri, Efusi perikardial dan tamponade jantung yaitu masuknya cairan
kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal.Dari kasus kelompok mengangkat diagnosa pertamaPenurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai dengan perubahan
EKG dan takikardi dengan intervensi keperawatan pearwatan jantung dan monitor
pernafasan, dan diagnose kedua Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, imobilitas ditandai dengan
dispnea setelah beraktifitas, perubahan EKG, respon frekuensi jantung abnormal
terhadap aktifitas, respon teknan darah abnormal terhadap aktifitas dengan intervensi
keperawatan manajemen energy.

41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013).Congestive Heart Failure
(CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan Tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.(Marulam, 2014).Frekuensi jantung dipengaruhi
fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung.Tetapi pada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan searabut otot jantung, volume sekuncup
berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.Volume
sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor yaitu: preload, contactility, afterload. Pada kasus kelompok Tn. Y
mengalami masalah CHF, susp efusi pericard, CKD mengalami tanda dan gejala
sesuai berdsarkan teori dimana keluhan utama pasien merasakan nyeri dada
sebelah kiri dan mengeluhkan sesak nafas, serta hasil pemeriksaan jantung yang
tidak normal dan intervensi yang diberikan kepada Tn. Y mengacu berdasarkan
dengan teori di atas.
5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang penyakit Gagal Jantung Kongestif (CHF), dan hendaknya
menerapkan pola hidup yang sehat seperti hindari merokok, minum-minuman
keras, narkoba dan lain-lain. Menjaga kesehatan jantung diharapkan agar
terhindar dari penyakit Gagal Jantung Kongestif, dengan menghindari penyebab

42
dari penyakit ini dengan cara menjaga gaya hidup tetap sehat terutama pada
makanan-makanan yang dikonsumsi dan tidak melihat sekedar untuk
mengenyangkan perut saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung
dalam makanan tersebut.

43
DAFTAR PUSTAKA

Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.Jakarta:
EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RIKESDAS. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Marulam, M., P., dkk. (2014). Penyakit Jantung Hipertensi (Vol II). Jakarta : Interna
Publishing. Hal 1777-1778
Schilling, J.D. (2014). Evaluation of acute heart failure. In: Cuculich PS, KatesAM,
editors. Cardiology subspecialty consult (3rd ed). Philadelphia:Wolters
Kluwer; p. 71-2.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2001). “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta
WHO. (2014). The atlas Heart Disease and Stroke. Volume 84.WHO. New York.
WHO. (2015). World Health Statistic. http://www.who.int/research/en/
WHO. (2016). Prevention of Cardiovascular Disease. WHO Epidemologi Sub
Region AFRD and AFRE.Genewa.

44

Anda mungkin juga menyukai