Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Psikososial


Psikososial istilah digunakan untuk menekankan hubungan yang erat antara aspek
psikologis dari pengalaman manusia dan pengalaman sosial yang lebih luas. Efek psikologis
adalah mereka yang mempengaruhi berbagai tingkat fungsi termasuk kognitif (persepsi dan
memori sebagai dasar untuk pengalaman dan pembelajaran), afektif (Emosi), dan
perilaku. Dampak sosial keprihatinan hubungan, keluarga dan jaringan komunitas, tradisi
budaya dan status ekonomi, termasuk tugas-tugas kehidupan seperti sebagai sekolah atau
bekerja.

2.2 Pasien Kritis


2.2.1 Definisi Pasien Kritis
Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan
sebagai pasien yang berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang
mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi
sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan
keperawatan yang teliti (Nurhadi, 2014).

2.3 Masalah Psikososial


1. Kecemasan
a) Pengertian Cemas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang
dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas. Kecemasan adalah perasaan tidak
senang dan tidak nyaman serta sebagian besar orang berusaha untuk menghindarinya
(Stuart, 2009).
b) Penyebab Kecemasan
Teori penyebab kecemasan (Stuart, 2009) :
Teori Perilaku (Behaviour) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan
periodik frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan. Pada teori ini menyatakan bahwa kecemasan akan
meningkat melalui konflik yang terjadi ketika seseorang mendapatkan pengalaman
mengenai dua hal yang bersaing dan harus memilih salah satu di antaranya. Dengan
demikian terdapat hubungan yang muncul antara kecemasan dengan konflik. Konflik
akan menyebabkan kecemasan dan kecemasan akan meciptakan persepsi terhadap
konflik dengan memproduksi rasa tidak berdaya (Stuart, 2009).

c) Tanda dan Gejala Kecemasan Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau
dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan
yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari, 2008). Keluhan yang sering
dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut
Hawari (2008), antara lain sebagai berikut:
1. Gejala psikologis: pernyataan cemas atau khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,
mudah terkejut.
2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
3. Gangguan konsentrasi daya ingat.
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan: sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat
buruk.
6. Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih,terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik atau fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemerutuk dan suara tidak stabil.
8. Gejala somatik atau fisik (sensorik): tinitus (telinga berdenging), penglihatan
kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi, berdebar-debar,
nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan dan detak
jantung menghilang atau berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik,
sering menarik nafas pendek atau sesak.
11. Gejala gastroentinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri
sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung,
mual, muntah, sukar BAB dan kehilangan berat badan.
12. Gejala urogenital: sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak
datang bulan (menstruasi), masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek,
haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan
impotensi.
13. Gejala autoimun: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing,
kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku atau sikap: gelisah tidak tenang, jari gemetar, kening atau dahi
berkerut, wajah tegang atau mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah merah.

2.4 Upaya Mengatasi Masalah Psikososial (Suryani, 2012)


2.4.1 Modifikasi Lingkungan
Pertama adalah merubah lingkungan ruangan. Lingkungan ruangan sebaiknya senantiasa
dimodifikasi supaya lebih fleksibel walaupun menggunakan banyak sekali peralatan dengan
teknologi canggih yang terpasang dipasien, serta meningkatkan lingkungan yang lebih
mendukung kepada proses recovery (penyembuhan pasien). Konsep pelayanan yang berfokus
pada pasien memungkinkan untuk mempromosikan the universal room. Ketersediaan alat
yang portable dan lebih kecil meningkatkan keinginan untuk mendekatkan pelayanan pada
pasien dari pada pasien yg datang ke tempat pelayanan. Kemungkinan untuk membuat work
statiun kecil (decentralization of nursing activities) untuk tiap pasien akan mengurangi stress
bagi pasien. Pengurangan cahaya di malam hari juga akan mengurangi stressor bagi pasien.

2.4.2 Terapi Musik


Cara lain untuk menurunkan stress pada pasien kritis adalah terapi musik. Tujuan therapy
musik adalah menurunkan stress, nyeri, kecemasan dan isolasi. Beberapa penelitian telah
meneliti efek musik pada physiology pasien yang sedang dirawat dan menemukan bahwa
terapi musik dapat menurunkan heart rate, komplikasi jantung dan meningkatkan suhu ferifer
pada pasien AMI. Juga ditemukan bahwa terapi musik dapat menurunkan stress pasien.
Musik yang digunakan bisa berupa suara air, suara hujan, suara angin atau suara alam.
Masing-masing pasien diberikan headset untuk mendengarkannya.

2.4.3 Melibatkan Keluarga


Lingkungan harus mampu mengakomodasi kebutuhan pasien dan keluarganya. Pasien
tentunya sangat mengharapkan dukungan emosional dari keluarganya. Oleh sebab itu,
keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien kritis sangat diperlukan.
2.4.4 Komunikasi Terapeutik
Penelitian lain oleh McCabe (2002) di Ireland dengan pendekatan phenomenology juga
menunjukkan hal yang sama. Akan tetapi, perawat bisa melakukan komunikasi yang baik dan
efektif dengan pasien ketika perawat menggunakan pendekatan person-centered care.
Person-centred care adalah istilah yang digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk
menggambarkan pendekatan pilosofis untuk a particular mode of care (model tertentu dalam
keperawatan). Konsep utama dari person-centred care adalah sebuah komitmen untuk
menemukan kebutuhan pelayanan keperawatan individu dalam konteks pengalaman sakit,
kepercayaan pribadi, budaya, situasi keluarga, gaya hidup dan kemampuan untuk memahami
apa yang sedang dirasakan oleh pasien. Pendekatan ini membutuhkan perawat untuk pindah
dari sekedar hanya memenuhi kebutuhan kesehatan pasien kepada kemampuan untuk
memahami dan responsif terhadap the inner world of the individual – their personal world of
experiences and what this means to them

Daftar Pustaka :
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Nurhadi. (2014). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan
Penerapan dalam KBK. Malang: UM Press.
Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis.
Stuart, G. W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby.
hhtp://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/13-Aspek-Psikososila-dalam-
merawat-pasien-kritis.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2019, puku 19.53 WIB.

Anda mungkin juga menyukai