Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Teori dengan Kasus


Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Sudoyo, 2010). Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah
(modifiable) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi,
dan pola tingkah laku.
Dari kasus yang telah kelompok kaji Tn. E menderita stemi anterior. Tn. E
mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu dan nyeri dada sebelah kiri dengan skala
nyeri 4, nyeri saat beraktivitas dengan durasi nyeri 1 menit. Didalam teori dijelaskan
bahwa gambaran klinis dari stemi, pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap
bagaimana kriteria nyeri dada yang dialami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI
merupakan nyeri dada tipikal (angina). Pada pemeriksaan fisik didapati pasien tidak bisa
beristirahat. Sering kali ektremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri
substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Pada analisa data
Tn. E mengatakan sesak, nyeri dada sebelah kiri dan nyeri terasa saat beraktivitas dengan
skala nyeri 4, TD: 110/81 mmHg, RR: 33 x/menit, HR: 125 x/menit, SpO2: 86 %, akral
dingin dan CRT < 3 detik, Tn. E menggunakan oksigen masker NRM 12 L/menit
menggunakan otot bantu nafas, dan suara nafas ronki +/+. Takikardi Troponin I: 20468, 6
mg dan EKG: ST V1-V4. Dari kasus kelompok mengangkat diagnosa pertama penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai dengan perubahan
EKG dan takikardi. Tn. E mengatakan nafas sesak, nyeri saat beraktivitas dan sesak
berkurang dengan duduk posisi 45o dengan TD: 110/80 mmHg, RR: 30 x/menit, HR: 106
x/menit, EKG: ST elevasi V1 dan V4 dengan skala nyeri 3. Dan diagnosa kedua intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan dyspnea setelah beraktivitas dan perubahan EKG.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Sudoyo, 2010). Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri
koroner yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko modifiable dapat dikontrol dengan
mengubah gaya hidup dan kebiasaan pribadi, sedangkan faktor risiko yang nonmodifiable
merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat dikontrol (smeltzer, 2008). Menurut
Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) yaitu merokok,
tekanan darah tinggi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi, dan pola tingkah laku.
Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada
yang dialami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada tipikal
(angina). Pada pemeriksaan fisik didapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali
ektremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri substernal > 30 menit dan
banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Tanda fisik lain pada disfungsi ventricular
adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split paradoksikal
bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apical yang
bersifat sementara (Sudoyo, 2010).

5.2 Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan
dalam mempelajari stemi dan dapat memberikan manfaat sebagai calon perawat
profesional.

Anda mungkin juga menyukai