Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA


“MODEL SOSIAL”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III
1. MARION SINTA MARITO SIHOMBING (22032011)
2. DAHLIA PESTA D. SILALAHI (22032013)
3. CHRISTIEN DELIMA (22032012)
4. RIKA SAVENTINE GULTOM (22032014)
5. SAGA ADIWENA (22032020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HANGTUAH
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Model Konseptual Keperawatan Jiwa : Model Sosial “.

Didalam pembuatan makalah ini kami menyadari sungguh bahwa kami memiliki banyak kekurangan, dengan itu kami
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan masukan yang bersifat membangun sehingga kedepannya kami dapat
menjadi lebih baik.

Harapan kami semoga,makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para
membaca.

Terimakasih .

Pekanbaru, 23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

COVER ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan ................................................................................................................ 1

C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN MODEL KONSEPTUAL SOSIAL

A. Defenisi ..............................................................................................................2

B. Faktor – Faktor Perubahan Perilaku ............................................................... 2

C. Proses Terapis ............................................................................................... 4

D. Model Terapi ................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 6

B. Saran ................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada
materi. Mahasiswa yang pertama kali mempelajari ilmu
jiwa dan keperawatan jiwa sering mengalami kesulitan dengan hal yang harus dipelajari, karena jiwa bersifat
abstrak dan tidak berwujud benda. Setiap manusia memiliki jiwa, tetapi ketika ditanya, “Mana jiwamu?” hanya
sebagian kecil yang dapat menunjukkan tempat jiwanya.
Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem perilaku, hasil olah
pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah
kejiwaan seseorang.
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang
terintegrasi.
Sementara ANA (American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu
bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaandiri secara terapeutik sebagai kiatnya .
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai bidangnya dengan
menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat
menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien.
Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsep yang saling terkait dan
saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep.

Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa yang dilihat dan
memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan
suatu pemecahan masalah.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan Makala ini adalah untuk menyelasaikan tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa dan untuk
memahami model konseptual keperawatan jiwa .

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model konseptual sosial?

2. Apa saja faktor-faktor perubahan perilaku sosial?

3. Bagaimana proses terapis yang dilakukan perawat kepada pasien?

4. Bagaimana penerapan model terapi yang diberikan kepada klien?


BAB II

PEMBAHASAN MODEL KONSEPTUAL SOSIAL

A. Konsep

Konsep ini di kemukakan oleh Gerard Caplan, Ia menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan budaya. Caplan juga percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi pasien
mengalami gangguan mental, seperti contohnya kemiskinan, masalah keluarga, dan pendidikan yang rendah.
Karena kondisi demikian akhirnya individu mengalami ketidak mampuan menggkoping stres, di tambah dengan
lingkungan yang tidak mendukung.

Individu mengembangkan koping yang patologis.Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami
perubahan perilaku.Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi
sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

Stressor dari lingkungan diperparah oleh hubungan sosial seperti keluarga yang tidak memberikan
dukungan, suami yang tidak bertanggung jawab, anak yang nakal, tetangga yang buruk, atau teman sebaya yang
jahat akan memunculkan berbagai stressor dan membangkitkan kecemasan.

Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial
dan faktor lingkungan yang akan menyebabkan munculnya
stress pada seseorang atau social and environmentalfactor create stress, which cause axiety and
symptom. Adapun juga beberapa faktor yang predisposisi yang mempengaruhi stress yaitu, pengaruh dari
genetic atau keturunan, pengaruh masa lalu, dan pengaruh konfik lain.

Caplan meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa, dengan demikian ada beberapa
situasi yang menjadi faktor pencetus yaitu:

a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil,pendidikan tidak adekuat.


b. Kurang mampu mengatasi steresor
c. Kurang adanya support system dari lingkungan sosial.

B. Faktor-Faktor Perubahan Perilaku Sosial

Didalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang memeiliki beberapa aspek yang menyebabkan
terjadinya gangguan perilaku sosial terhadap setiap individu.

a. Fisik

Kondisi fisik manusia adalah salah satu kondisi terjadinya kehilangan organ tubuh akibat
terjadinya kecelakaan,bencana,atau hal yang tidak di inginkan sehingga manusia memerlukan pelayanan
dalam rangka adaptasi terhadap keadaan fisiknya. Tetapi biasanya lingkungan tidak dapat menerima dan
memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan
manusia tidak mau bersosialisaasi pada masyarakat sekitarnya, dan hal ini merupakan faktor terjadinya HDR
atau Harga Diri Rendah pada orang tersebut.
Contohnya dalam jurnal penelitian yang dilkukan oleh Dian Pitaloka Priasmoro, dengan judul Aplikasi
Model Sosial Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil dengan HIV/AIDS. Didalam jurnalnya
dijelaskan bahwa ibu dengan keadaan hamil dan postif HIV/AIDS mengalami diskriminasi sosial baik
dari keluarga maupun lingkungannya. Hal ini disebabkan karena stigma masyarakat yang diberikan kepada ibu
tersebut.

b. Psikologi

Psikologi ini mencakup tentang berbagai masalah yang dialami oleh individu atau masyarakat
seperti kecemaasan, trauma, ketakutan, maupun kondisi yang lebih kritis. Hal ini disebabkan karena terjadi
insiden atau peristiwa yang membuat sehingga psikologi sesorang mengalami gangguan.
Contohnya dalam jurnal Dian Pitaloka Priasmoro dengan judul Aplikasi Model Sosial Dalam Pelayanan
Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS, dijelaskan bahwa wanita yang mengalami keadaan
tersebut tentu mengalami gangguan psikologi seperti, kecemasan,trauma bahkan ketakutan karena masalah
yang ia alami.
Karena padangan buruk atau stigma yang diberikan kepada wanita. Karena masyarakat pada umumya
ketika mendengar tentang penyakit HIV/AIDS tentu saja mereka tetap akan mengaitkan dengan wanita ini
adalah seorang pekerja sex, perokok, dan lain-lain yang bersifat negatif.

c. Sosial

Faktor Sosial adalah dimana seseorang keadaan duka atau konflik yang berkepanjangan, seperti
kehilangan orangtua, kehilangan sahabat, kehilangan pacar, kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat
tinggal, dan kehilangan harta akibat musibah yang melanda individu tersebut. Jika hal ini terjadi dan tidak ada
pelayanan dari berbagai pihak yang harusnya bertanggung jawab maka akan memicu ketidakpuasaan dalam
kehidupan sosial.

d. Budaya

Semakin berkembangnya idelisme dalam masyarakat, manusia cenderung lebih mementingkan diri
masing- masing, yang seharusnya budaya lebih memntikan kebersamaan untuk menciptakan sebuah
masyarakat yang lebih sejahtera, aman, dan nyaman dalam sebuah lingkungan masyarakat. Hal ini yang
membut sehingga bisa terjadi kesenjangan di dalam masyarakat.

e. Spiritual

Nilai-nilai agama mayoritas yang terlalu kuat didalammasyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap
agama minoritas. Hal ini yang dapat berkembang di masyarakat dan dapt menimbulkan dan berbagai
macam masalah yang tidak dapat terselesaikan secara baik.
C. Proses Terapi

Dalam proses terapi yang dilakukan oleh perawat sebagai terapis untuk pasien dengan masalah
gangguan jiwa ada tiga proses terapis yaitu:

1. Pendekatan Primer
Adalah pendekatan yang dilakukan oleh perawat dengan pasien secara pribadi dengan tujuan agar pasien
bisa mendapat terapi agar masalah yang dialami bisa segara diatasi.
2. Krisis Intervensi

Krisis Intervensi merupakan suatu intervensi jangka pendek yang terfokus pada upaya memobilisasi
kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien untuk mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki
tingkat masalah yang dialami oleh pasien dengan gangguan mental.
3. Manipulasi Lingkungan
Manipulasi lingkungan adalah menciptakan kondisi lingkungan yang akan dikenakan pada partisipan. Misalnya
membuat ruang yang longgar untuk di lakukan

terapi.

D. Model Terapi

Peran seorang perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan
masalah menggunakan sumber yang ada pada masyarakat, yang melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga
atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali sisitem sosial klien seperti suasan rumah, suasana
lingkungan rumah, suasan tempat kerja, maupun suasana sekolah.

a. Peran Klien

1. Klien diharapkan bekerjasama dengan perawat dengan menceritakan seluruh masalah yang dialaminya
dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Tujuannya adalah agar perawat dapat menganalisa faktor
utama yang menyebabkan sehingga klien mengalami gannguan jiwa, selain itu diharapkan klien bisa
membangun hubungan yang baik dengan perawat, sehingga lebih mudah proses pemulihan.
2. Menggunakan sistim pendukung sosial, yang dimaksudkan sistim pendukung sosial adalah
selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan berperannya anggota keluarga lain yang
dapat membantu, karena pada umumnya klien akan lebih memahami atau mudah mengerti tujuan utama
yang diharapkan terapis, jika yang menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalm proses
sosialisasi juga dibutuhkan berbagai alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita, sehingga klien
lebih mudah mengerti.
3. Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat, pada tahap ini klien diharapkan secara bertahap mampu
untuk memulihkan perilaku yang semula tidak baik menjadi lebih baik, dan juga klien dapat
mengerjakan sesuatu yang dimulai dari hari paling kecil, seperti rajin mencuci tangan yang dilakukan
secara mandiri.
b. Peran Terapis
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang
dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling.
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat menolong pasien hanya apabila
pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk
dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang

diberikan.

Terapi akan sukses jika pasien puasa denganperubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama- sama
dengan pasien meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti yang
mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam
paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh
terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku
kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia, 2014).
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam indikator kesejahteraan manusia. Dalam model
konseptual sosial diharapakan perawat melakukan pelayanan kesehatan jiwa secara holistic. Model sosial
merupakan salah satu contoh model konseptual khususnya dikeperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
Fokus model ini adalah focus penanganan khususnya melalui lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap
individu dan pengalaman hidupnya.

B. Saran

Didalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan kepada pasien dengan gangguan jiwa
diharapakan perawat dapat memberikan pelayanan secara holistic serta menerapkan semua model konsptual
kesehatan jiwa. Sehingga pasien dengan masalah gangguan kesehatan jiwa dapat bisa mengurangi rasa
cemas,ketakutan bahkan trauma.
DAFTAR PUSTAKA

https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/62

https://www.academia.edu/36593017/Buku_Ajar_Keperawatan_K

kesehatan_Jiwa_Teori_dan_Aplikasi_Praktik_Klinik

https://www.researchgate.net/publication/311784310_Intervensi_

Psikologi_di_Layanan_Kesehatan_Primer

Anda mungkin juga menyukai