Adolescence di Pekanbaru
Oswati Hasanaha Misrawatia
a
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
E-mail: unni_08@yahoo.com; misra_wati@yahoo.com
Abstract: The purpose of this study was to obtain reproductive health in adolescent girls in Pekanbaru . The
design used was a simple descriptive with cross-sectional approach. 189 respondents were selected by random
cluster sampling technique. The result showed that majority of respondents are in the early adolescence age
(79.9 % ) and most of them are Minangese (47.6 %). Based on the analysis related to breast health, the majority
of respondents felt there is lump in their breast (80.4 %), but only 1.1 % of them have ever attempted to enlarge
the breasts. Most respondents (63 %) have good habits in clothing, but more than a half have physiological
vaginal discharge (55.6 %), almost all respondents have unhealthy habits in toiletting (97 %) and ever tried to
overcome the flour albus (94.7 %) with a variety of herbs using traditional ingredients (79 %). It can be
concluded in general the respondents still have a good reproductive health, but still required a sustained effort
to maintain and improve the reproductive health status of adolescents in Pekanbaru.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesehatan reproduksi pada remaja perempuan di
Pekanbaru. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan data
secara cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 189 responden yang dipilih dengan
teknik cluster random sampling. Dari hasil analisa didapatkan data sebagian besar responden berada pada usia
early adolescence (79,9%) dan sebagian besar bersuku minang (47,6%). Berdasarkan analisa terkait kesehatan
payudara, sebagian besar responden merasakan ada benjolan pada payudara (80,4%), namun hanya 1,1% remaja
yang pernah berupaya untuk memperbesar payudara. Sebagian besar responden (63%) memiliki kebiasaan baik
dalam memilih pakaian, namun lebih dari separuhnya mengalami keputihan (55,6%) yang umumnya bersifat
fisiologis, hampir seluruh responden memiliki kebiasaan cebok yang tidak sehat (97%) dan pernah berusaha
mengatasi keputihan (94,7%) dengan aneka jamu dengan menggunakan ramuan tradisional (79%). Dapat
disimpulkan secara umum responden masih memiliki kesehatan reproduksi yang baik, namun masih diperlukan
upaya yang berkelanjutan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja
di Pekanbaru.
1
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 1-9
2
Oswati dkk, Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan....
3
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 1-9
4
Oswati dkk, Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan....
lebih meningkat pada remaja usia late untuk membersihkan organ genitalia.
adolescence. Teknik membersihkan organ genitalia
Terkait kesehatan organ genitalia, yang paling aman setelah selesai buang air
mayoritas responden (63%) memiliki adalah dengan menyiram air/cebok dari
kebiasaan baik dalam pemilihan penggunaan depan ke belakang. Namun sebagian besar
pakaian. Hanya 37% responden yang responden melakukan sebaliknya.
memiliki kebiasaan penggunaan celana yang Penyiraman dari arah dubur akan ikut
ketat. Mode berpakaian dan fashion membawa kuman patogen dari dubur ke
merupakan hal yang penting bagi remaja organ genitalia. Jika remaja juga memiliki
untuk membentuk citra tubuh dan dianggap kebiasaan yang buruk degan membiarkan
dapat mempengaruhi pergaulan. Perasaan organ tersebut dalam keadaan lembab,
diterima oleh teman sebaya akan baik karena kebiasaan menggunakan
menimbulkan perasaan bangga dan pakaian yang ketat, penggunaan pembalut
merupakan aspek penting di usia pubertas kewanitaan yang salah, maupun tidak
(Santrock, 2007), namun kebiasaan mengeringkan area tersebut setelah cebok,
menggunakan celana yang ketat dalam area tersebut akan menjadi area yang
waktu lama juga dapat menimbulkan kondusif untuk perkembangan biakan
dampak negatif yang sering tidak disadari bakteri dan jamur. Analisa menunjukkan
oleh remaja. sebagian besar remaja sudah memiliki
Beberapa dampak yang dapat kebiasaan untuk mengeringkan area
ditimbulkan oleh kebiasaan menggunakan genitalia setelah buang air (63%) dan tidak
celana yang terlalu antara lain infeksi saluran menggunakan pembalut/pentiliner saat
kemih (ISK) baik oleh bakteri ataupun tidak menstruasi (85,7%), ini merupakan
jamur. Kondisi ini dapat bermanifestasi kebiasaan yang baik.
dengan adanya keluhan nyeri saat berkemih, Pada usia remaja awal sudah mulai
bahkan juga keputihan. Keputihan yang terbentuk prilaku mandiri untuk
berasifat patologis dan infeksi dapat meningkatkan kesehatan diri (health
menimbulkan rasa gatal, jika digaruk seeking behaviour), kesadaran ini mulai
maupun tergaruk akan menimbulkan muncul, seiring dengan perkembangan
luka/lecet. Area yang luka dan lecet ini aspek kognitif pada remaja (Santrock,
kemudian dapat menjadi sumber infeksi 2007). Hanya saja upaya ini perlu
skunder di sekitar alat kelamin. Dari hasil mendapat dukungan dan pantauan dari
analisa ditemukan hanya sebagian kecil support sistem yang ada, misalnya dari
responden saja yang mengalami luka/lecet orang tua, keluarga dan guru, agar perilaku
pada alat kelamin (4,2%), maupun yang dapat mengarah pada kebiasaan yang baik.
merasakan nyeri saat buang air kecil (4,2%). Health seeking behaviour pada responden
Meskipun lebih dari separuh responden dalam penelitian ini ditunjukkan dengan
(55,6%) mengalami keputihan namun hanya upaya remaja untuk mengatasi keputihan,
sebagian kecil responden yang mengalami dimana hampir seluruh responden (94,7%)
ciri keputihan yang bersifat patologis dengan pernah meminum jamu untuk mengatasi
manifesasi gatal (16,4%) dan berbau tidak keputihan. Pada penelitian ini tidak
sedap (25,9%). Sebagian besar responden ditanyakan jenis jamu maupun pengobatan
mengalami keputihan yang bersifat yang menjadi alternatif pilihan remaja.
fisiologis. Sebagian besar remaja tergambar lebih
Masalah pada organ genitalia pada memilih penggunaan ramuan tradisional
sebagian kecil responden dapat juga untuk membersihkan organ genitalia
disebabkan karena faktor lain, misalnya (79%) dengan menggunakan rebusan
higiene yang kurang baik. Ini dapat terlihat daun sirih.
dari data sebagian besar responden (97%) Pilihan penggunaan obat-obatan
terbiasa menggunakan cara yang salah tradisional untuk mengatasi masalah pada
5
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 1-9
alat genitalia juga dapat dipengaruhi oleh teman sebayanya, maka remaja usia ini
faktor kebiasaan yang ditiru dalam masih berpotensi untuk mengalami
keluarga dan ketersedian ramuan tersebut kesehatan reproduksi yang buruk di masa
secara luas di sekitar tempat tinggalnya. mendatang. Untuk menghindari kemungkian
Kemungkinan responden terpapar oleh tersebut dan untuk mempertahankan status
promosi media massa untuk meningkatkan kesehatan reproduksi yang baik pada remaja
kesehatan organ reproduksi mungkin dapat ini dibutuhkan perhatian dari semua support
digambarkan oleh data yang menunjukkan sistem, baik dari sekolah, guru, orang tua,
sebagian kecil remaja (22,2%) pernah masyarakat, maupun pelayanan kesehatan.
memakai obat pembersih organ
kewanitaan yang dijual secara komersil Pihak sekolah diharapkan dapat
dan tersedia di warung-warung yang memfasilitasi siswa/siswi untuk dapat
gampang diakses oleh remaja. Penggunaan memperoleh informasi tentang kesehatan
bahan kimia pada organ genitalia dalam reproduksi melalui berbagai sumber belajar
waktu lama dan dengan cara yang salah yang sehat dan terpercaya. Para guru dapat
dapat membahayakan kesehatan organ menyisipkan informasi tentang kesehatan
reproduksi remaja, oleh karena itu penting organ reproduksi pada mata pelajaran yang
bagi remaja untuk mendapatkan arahan berkaitan maupun pada kegiatan
yang tepat dari berbagai support sistem ekstrakurikuler. Pelayanan kesehatan baik
yang ada. rumah sakit maupun puskesmas diharapkan
Banyak perubahan yang terjadi pada dapat mengembangkan program terpadu
remaja pada masa pubertas, baik secara yang bersifat adolescence friendly
fisik maupun psikologis. Perubahan yang khususnya terkait kesehatan reproduksi.
berlangsung pada masa pubertas ini Kegiatan penelitian lanjutan dapat diarahkan
awalnya merupakan peristiwa yang untuk menggali lebih dalam aspek-aspek
membingungkan bagi remaja kesehatan reproduksi remaja yang terkait
(Barker,2007). Meskipun pada akhirnya dengan berbagai budaya di Indonesia.
remaja dapat mengatasinya, perubahan ini
pada awalnya menimbulkan keragu- DAFTAR PUSTAKA
raguan, ketakutan dan kecemasan secara Barker, G. (2007) Adolescents, social
terus menerus (Santrock, 2007). Oleh support and help-seeking behaviour,
karenanya di usia remaja awal dan an international literature review and
pertengan, remaja masih berpotensi untuk programme consultation with
mendapatkan pengaruh negatif dari recommendations for action. Geneva:
lingkungannya terkait kesehatan WHO Library Cataloguing-in-
reproduksinya. Untuk menghindari hal Publication Data.
tersebut, remaja memerlukan Hockenberry, M. J. & Wilson D. (2009).
pendampingan dan pengawasan dari Wong’s essentials of pediatric nursing,
sekolah, guru, keluarga dan masyarakat eighth edition. St Louis, Missouri:
agar mereka apat mempertahankan status Mosby.
kesehatan reproduksinya hingga usia Papalia, D. E., Old, S. W. & Feldman, R.
dewasa nantinya. D. (2008). Human development.
Jakarta: Kencana Prenada Gramedia
KESIMPULAN DAN SARAN. Group.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Pillitteri, A. (1999). Child health nursing.
bahwa sebagian besar responden memiliki care of the child and family.
kesehatan reproduksi yang baik. Namun Philadelphia : Lippincott.
demikian karena remaja usia ini masih Santrock, J. W. (2007). Remaja, edisi 11,
perada pada tahap perkembangan yang labil jilid 1. Jakarta: Erlangga.
dan mudah terpengaruh oleh lingkungan dan