Anda di halaman 1dari 22

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

MODEL EKSISTENSIAL

KELOMPOK 4

BENEDICTUS HENRI S (22032018)

DIANA CONNY (22032015)

DIANTI (22032016)

IVANNY FITRIANA (22032017)

MARLINA CIPTA SARI (22032019)

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan kasih-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami buat untuk membahas tentang model konseptual
keperawatan jiwa model eksistensial. Sehingga dengan makalah ini akan
menambah referensi dalam konsep model eksistensial.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Pekanbaru, 27 Oktober 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. TUJUAN ............................................................................................. 1
C. METODE PENULISAN ..................................................................... 2
D. RUANG LINGKUP ............................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 3
A. KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN ..................................... 3
B. KONSEP MODEL EKSISTENSI ....................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17
A. KESIMPULAN ................................................................................... 18
B. SARAN ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah salah satu ilmu yang membahas bagaimana
cara memberikan keperawatan pada orang sehat, masalah psikososial
maupun orang yang telah mengalami gangguan jiwa.Terdapat beberapa
model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan untuk menangani masalah
yang dihadapi klien sesuai kondisi klien tersebut. Salah satu model
keperawatan jiwa yaitu model keperawatan jiwa eksistensial. Model
keperawatan jiwa ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini
model ini merupakan perilaku atau gangguan jiwa yang terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.Pada saat ini banyak
sekali masalah-masalah model eksistensial terjadi dalam hidup ini. Disinlah
peran perawat dalam mengatasi permasalahan pada individu yang
mengalami gangguan prilaku atau gangguan jiwa yang terjadi pada individu
tersebut.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih
banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga
fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan Oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengangkat materi model keperawatan jiwa eksistensial
dalam penulisan makalah ilmiah.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami secara umum
pengertian konseptual model keperawatan jiwa dan berbagai macam
konseptual model keperawatan jiwa.

1
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian
konseptual model keperawatan jiwa eksistensial.
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami proses terapi pada
konseptual model keperawatan jiwa eksistensial

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu
melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan sumber-
sumber lainya untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan
dengan permasalahan dalam laporan ini.

D. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membatasi penulisan tentang
konsep dasar konseptual model keperawatan jiwa eksistensial

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konseptual Model Keperawatan


1. Pengertian

Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang


kompleks. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual,
sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global
tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap
suatu ilmu dan perkembangannya.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang
terjadi dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan
seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual
keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang
positif unutk mengatasi stresor ini.

2. Peran Perawat Dalam Keperawatan Jiwa

Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa


mulai muncul pada tahun 1950 an. Weiss (1947) menggambarkan beda
perawatan jiwa dengan perawatan umumnya yaitu adanya terapi.
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang
meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan menyokong
integritas fungsi. Yang dimaksud klien meliputi individu, kelompok,
keluarga, organisasi atau masyarakat. Menurut American Nurses
Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa, mendefinisikan
perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek

3
keperawatan yang menggunakan ilmu prilaku manusia dan diri sendiri
secara terpeutik unutk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan jiwa klien dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat
dimana klien berada.

3. Macam-macam Konsep Model Keperawatan jiwa


Berikut ini akan di jelaskan berbagai macam model konseptual yang di
kembangkan oleh beberapa ahli di antaranya :
a. Psycoanalytical ( Freund, Ericson)
Merupakan model yang dikemukakan oleh singmung freund.
Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.
Menurut model psycoanalytical gangguan jiwa dikarenakan ego
tidak berfungsi dalam mengontrol diri sehingga mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (Deviantion of Behavioral) dan
konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di
capai gejala merupakan simbol dari konflik. Proses terapi
psikoanalisa memakan waktu yang lama. Proses terapi pada model
ini menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi
transferen, bertujuan untuk memperbaiki trauma masa lalu. Contoh
proses terapi pada model ini adalah klien dibuat dalam keadaan
tidur yang sangat dalam. Dalam keadaan tidak berdaya terapis akan
menggali alam bawah sadar klien dengan berbagai pertanyaan-
pertanyaan tentang pengalaman traumatic masa lalu. Dengan cara
demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan
mimpinya, sedangkan terapis berupaya untuk menginterpretasi.
Peran perawat dalam model psycoanalytical. Melakukan
pengkajian keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
mermakna pada masa lalu misalnya ( menjadi korban perilaku

4
kekerasan fisik, sosial, emosional maupun seksual) dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.
b. Interpersonal (Sullivan)
Model ini di kembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard
peplau. Teori interpersonal meyakini bahwa perilaku
perkembangan dari hubungan interpersonal. Sullivan menekankan
besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap
kesehatan jiwa individu. Menurut konsep model ini, kelainan jiwa
seseorang di sebabkan karena adanya ancaman yang dapat
menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas yang di alami
seseorang timbul akibat konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal), di karenakan adanya ketakutan dan penolakan
atau tidak di terima oleh orang sekitar. Lebih lanjut, sullivan
mengatakan individu memandang orang lain sesuai dengan yang
adapada dirinya. Sullivan mengatakan dalam individu terhadap dua
dorongan yaitu:
1) Dengan untuk kepuasan, berhubungn dengan kepuasaan dasar
seperti: lapar, kesepian, dan nafsu
2) Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan
budaya seperti penyesuain norna sosial, nilai suatu kelompok
tertentu Proses terapi Proses terapi terbagi atas dua kompenen,
yaitu Build feeling Security (berupaya membangun rasa aman
pada klien) dan Trusting Relationship and Interpesonal
Statisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) Prinsip
dari terapi ini adalah mengoreksi pengalaman itrpersonal dengan
menjalin hubungan yang sehat. Dengan redukasi, di harapkan
klien belajar membina hubungan interpersonal yang
memusakan, mengembangkan huungan saling percaya. Dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehinga
klien merasa berharga dan dihormati.

5
Peran perawat dalam terapi adalah
a) Anxieties (berbaigai pengalaman mengenai apa-apa yang di
rasan klien dan apa yang menyebabka kecemasan klien
dalam berhubungan dengan orang lain)
b) Therapist use empathy and relantionship ( empati dan turut
merasakan apa-apa yang di rasakan oleh klien). Perawat
memberikan respn verbal yang mendorong rasa aman kilen
dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Social (kaplan,Szasz)
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang
dapat menimbulkan stress dan mencetuskan gangguan jiwa
Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab terhadap
perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan dan perilaku
sesuai dengan nilai atau budaya yang diharapkan masyarakat,
meyakini bahwa, konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier
sangat penting untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa. Situasi
sosial yang dapat menimbulkan gangguan jiwa adalah kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya support sistem dan
mekanisme koping yang maladaptif. Proses terapi, Prinsip proses
terapi yang sangat penting dalam modifikasi lingkungan dan
adanya support system. Proses terapi dilakukan dengan menggali
support system yang dimiliki klien seperti: suami/isteri, keluarga
atau teman sejawat.selain itu terapis berupaya menggali system
sosial klien seperti suasana dirumah, kantor, sekolah, masyarakat
atau tempat kerja.
d. Existtensial (Ellis, Rogers)
Model existensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi apabila gangguan individu gagal menemukan
jati dirinya dan tujuan hidupnya.Individu tidak memiliki
kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam body-image-nya. Prinsip terapinya pada model ini

6
adalah mengupayakan individu agar memiliki pengalaman
berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses
dengan memahami riwayat hidup orang tsb, memperluas kesadaran
diri dengan cara intropeksi diri (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (condukted in group),serta
mendorong untuk menerima dirinya sendiri dan menerima kritik
atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to
accept self and control behavior).terapi dilakukan melaui kegiatan
terapi aktivitas kelompok.
e. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)
Wermond dan rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa
adalah faktor penyebab biopsikososial dan respos maladaptif saat
ini. Contoh aspek biologis yaitu sering sakit maag, migraine, batuk-
batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti:
cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah.
Aspek social seperti susah bergaul, menarik diri, tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaa, dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidak mampuan dalam
beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak
ada kaitannya dengan masa lalu. Prinsip proses terapi pada model
supportif adalah menguatkan respon koping adaptif. Terapis
membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengenal kekuatan
atau kemampuan serta koping yang dimiliki klien, mengevaluasi
kemampuan mana yang dapat digunakan untuk alternatif
pemecahan masalah. Terapis berupaya untuk menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan klien untuk membantu klien
menemukan koping klien yang adaptif.
f. Medical (Mayer, Kraeplin
Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifaktor
yang kompleks, yaitu:askep fisik, genetik, lingkungan dan faktor

7
sosial. Model medical meyakini bahwa penyimpangan perilaku
merupakan manifestasi gangguan sistem syaraf pusat (SSP).
Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia dipengaruhi oleh
transmisi impuls neural, serta gangguan synaptic. Sehingga fokus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik,
terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal. Peran
perawat dalam model medikal ini adalah melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi
jangka panjang, terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan
mengenai dampak terapi, menentukan diagnosis, dan menentukan
jenis pendekatan terapi yang digunakan. Model medical terus
mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
g. Model Komunikasi Model perilaku mengatakan bahwa,
penyimpangan perilaku terjadi jika pesan yang disampaikan tidak
jelas. Penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan non
verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara.
Proses terapi dalam model ini meliputi
1) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
2) untuk komunikasi yang tidak efektif. d. Melakukan analisis
proses interaksi.
h. Model perilaku Dikembangkan oleh H.J.Eysenck, J. Wilpe dan
B.F. Skinner. Terapi modifikasi perilaku dikembangkan dari teori
belajar (learning theory). Belajar terjadi jika ada stimulus dan
timbul respon, serta respon dikuatkan (reinforcement). Proses
terapi : Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara :
1) Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan
teknik ini diharapkan tingkat kecemasan klien menurun
nyata tanpa menyinggung perasaan orang
2) Positive training. Mendorong dan menguatkan prilaku positive
yang baru dipelajari berdasarkan pengalaman yang
menyenangkan untuk digunakan pada prilaku yang akan datang

8
3) Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama melatih serangkaian standar perilaku yang
harus dicapai oleh klien. Selanjutnya klien diminta untuk
melakukan self observasi dan self evaluasi terhadap perilaku
yang ditampilkan. Langkah terakhir adalah klien diminta untuk
mremberikan reinforcement (penguatan terhadap diri sendiri)
atas perilaku yang sesuai
i. Model Stress
Adaptasi Roy Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu
tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik
keperawatan (Roy, 1983). Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat
bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam
meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap
kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal
yang mempengaruhi adaptasi. Jika ada stressor dan individu tidak
dapat menggunakan koping secara efektif, maka individu tersebut
memerlukan perawatan. Tujuan keperawatan adalah
meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga
adapasi dalam setiap aspek semakin meningkat. Komponen-
komponen adaptasi mencangkup fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan saling ketergantungan. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi
menggambarkan proses koping terhadap stressor dan produk
akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistik
bertujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif yang
pada akhirnya akan meningkatkan intergritas. Proses adaptasi
termasuk didalamnya proses interaksi manusia dengan lingkungan

9
yang terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan tersebut
dalam model adaptasi Roy digambarkan sebagai stressor atau
stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-faktor konstektual dan
residual. Stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut
stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang dirangsang
untuk menghasilkan respon adaptif dan efektif. Produk adaptasi
adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi:
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan
yang disebut intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan
dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru di
pengaruhi oleh adaptasi yang lain, sehingga dinamika equilibrium
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar
dari stimulus dapat di sepakati dengan suksesnya manusia sebagai
sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-
tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
Adaptasi kemudia disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang
masuk dan tingkatan adaptasi.
j. Model Keperawatan Pendekatan
Model keperawatan adalah model konsep yang digunakan dalam
dan memberikan asuhan keperawatandengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, secara holistik, bio-psiko-sosio-
spiritual. Fokus penanganan pada model keperawatan adalah
penyimpangan perilaku, asuhan keperawatan berfokus pada
respon individu terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial, dengan berfokus pada : rentang sehat sakit berdasarkan
teori dasar keperawatan dengan intervensi tindakan keperawatan
spesifik dan melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan.

10
Model ini mengadopsi berbagai teori antara lain teori sistem, teori
perkembangan dan teori interaksi.

B. Konsep Model Eksistensi

Martin heidegger (1889/1976) dianggap sebagai bapak pemikiran


eksistensial sekarang ini. Konsepnya “ada-di-dunia” (teing-in-the-word)
mencakup polaritas yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan dunia
dalam “situasi kini-dan-di-sini” (here-and-now-situation). “ada-di-situ”
menimbulkan keperihatinan tentang konsep yang mencakup kecemasan dan
kasih sayang. Komponen kecemasan itu berasal dari ketakutan terhadap
tidak-ada. Khusus ketakutan terhadap kematian dilihat oleh heidegger
sebagai “keaslian ada-di-situ” (authenticity of being-there) dalam
penyelesaian umtuk menerima nasibnya, menerima kematian sebagai suatu
kemungkinan yang selalu saja ada. Paul tillich (1886/1965) menerangkan
keaslian sebagai “keberanian untuk ada” (courage to be), meskipun terhadap
ancaman kemungkinan tag-ada (not to be). Tokoh: Perls, Glasser, Ellis,
Rogers, Frankl.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis)
beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat
didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan
nilai pikiran sehat.
Edmund husserl (1859/1938), seorang fenomenolog pernah
menganjurkan agar semua sarjana pada waktunya melepaskan dirinya dari
semua anggapannya, mengesampingkan segala ide yang terbentuk
sebelumnya untuk mendapatkan perspektif baru tentang fenomena yang
sedang diamatinya.
Seorang psikiater akan mendesakkan suatu pandangan hidup kepada
pasiennya melalui khotbah atau persuasi halus, akan tetapi secara pasti akan
memancarkan pandangan hidupnya yang dipraktikannya sendiri. Terapis

11
akan berusaha agar kecemasan dan rasa salah yang tersembunyi pada pasien
yang dihadapinya secara nyata. Pasien itu akan merasakan kembali
kesedihan yang mendalam mengenai permusuhan dalam suatu
pemberontakan terhadap nasibnya.dengan perlahan-lahan ia akan menjadi
yakin bahwa ia dapat bertahan terhadap kegagalan (prustasi) yang dahulu
sewaktu dia masih kanak-kanak dirasakan terlalu besar. Melalui keinsyafan
tentang keadaan yang lalu dan yang sekarang dia dibebaskan kecemasan
sehingga ia dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab serta dapat
menghadapi masa depannya.

1. Pengertian
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan
disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku,
penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan
dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat
terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu. Individu
merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan
penerimaan diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada
hubungan dengan orang lain.
Menurut pandangan eksistensialis, regresi ke cara invantil,
bukan saja merupakan gejala gangguan, tetapi sekaligus juga
merupakan usaha mencari suatu permulaan baru. Bila kemampuan tidak
cukup dan harapan anak tidak terpenuhi dalam proses pematangannya
melalui saling berhubungan dengan orang lain, maka kecemasan
ekstensial dan rasa salah akan menyertainya sampai dewasa, dan
mengurungnya dalam suatu “tempurung autistik” (autistic shell) yang
dikelilingi oleh kengerian tak-ada. Akan tetapi, pada setiap
perkembangan manusia, daya penyembuh unsur kasih sayang yang ada
pada dirinya akan dapat mengatasi kecemasan egosentrisitas yang
defensif itu.

12
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya
dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam
Bodi-image-nya.
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan
tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-
nya.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk
berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk
memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau
reward & punishment.

2. Proses Terapi
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu
agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat
hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang
perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control
behavior).
Proses terapi: Orang dibantu untuk mengalami hubungan yang
murni. Terapi seringkali dilakukan dalam kelompok. Pasien didorong
untuk menerima diri dan mengambil kendali perilaku. Terapis berusaha
menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan

13
keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap
rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional,
setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari
pemikiran irasional, maka terapis menunjukkan pemikiran klien yang
irasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi
rasional, terapis berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide
irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide
tersebut dengan proses penyalahan dan perusakkan diri, proses terakhir
terapis adalah terapis berusaha menantang klien untuk mengembangkan
filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang
irrasional dan fiktif.
Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk
sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa
terjadi akibat kegagalan mengembangkan diri sendiri sepenuhnya
sebagai manusia. Ahli terapi harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-
tutupi ketika berhubungan dengan klien. Ahli terapis harus bersikap
aktif dan mengekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara
langsung dan jujur. Perilaku klien berubah kea rah fungsi diri yang
positif bila ahli terapinya mau menerima, menghargai dan secara tulus
berempati terhadap klien.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk
berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
mempelajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk
memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau
reward & punishment.

14
a. Rasional Emotif Therapy

Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap


perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana
adanya bukan karena apa yang akan dilakukan.
Rasional Emotif Therapy Konfrontasi digunakan untuk
bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk
menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan
dilakukan. Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis
adalah sebagai berikut:
1) Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan
emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak,
bersumber dari pemikiran itu.
2) Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat
terbebas dari gangguan emosional.
3) Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat
pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
4) Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
5) Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol
bahasa.
6) Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu
mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
7) Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada
pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak
logis itu merusak dan merendahkan diri melalui emosionalnya.
Ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan
psikosis. Sebuah contoh ide irasional adalah “seorang yang
hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara
kompeten dan adekuat, agar ia dapat mencapai kehidupan yang
layak dan berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain adalah

15
“sifat jahat, kejam, dan lain-lain harus dipersalahkan dan
dihukum”.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap,
persepsi, cara berpikir keyakinan serta pandangan klien yang
irasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan
diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci,
takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai akibat berpikir
yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat
menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan
membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan
diri.

b. Terapi Logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated
therapy). Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti
berarti tidak eksis. Tujuan: agar individu sadar akan tanggung
jawabnya. Atau klien akan dapat menemukan makna dari
penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien
akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
Terapi logo masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan
tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya
digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang bermakna
dari klien, amat penting.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong


orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping
yang positif unutk mengatasi stresor ini. Macam-macam Konsep Model
Keperawatan jiwa yaitu Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Model
Sosial, Model Eksistensi, Model Komunikasi, Model Prilaku, Model
Medikal.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis)
beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat
didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan
nilai pikiran sehat.
Model keperawatan jiwa eksistensial yaitu teori berfokus pada
pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi
terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu
putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Terdapat dua proses pada
model keperawatan jiwa eksistensial yaitu Rasional Emotif Therapy dan
terapi logo.

17
B. Saran
1. Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam
model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
2. Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami
gangguan psikososial maupun gangguan jiwa
3. Mahasiswa
Diharapkan dapat mempelajari berbagai macan model keperawatan jiwa
sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nantinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Willy F.2009.Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya:Airlangga


Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditma.
27 Juli 2012 http://swerkudara.blogspot.com/2010/07/konseptual-model-
keperawatan-jiwa.html

Isnin 14 Maret 2011 http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/konseptual-


model- keperawatan-kesehatan.html

19

Anda mungkin juga menyukai