Anda di halaman 1dari 19

rabiyatuladawiahsuhardin

Skip to content

 Home
 About
 Contact
 Blog

PERSPEKTIF, RUANG LINGKUP, TREND


DAN ISU KEPERAWATAN JIWA
June 27, 2016 | rabiyatuladawiahsuhardin

MAKALAH PERSPEKTIF, RUANG LINGKUP, TREND DAN ISU KEPERAWATAN


JIWA
SEMESTER II A

DosenPembimbing : Ns. AntoniEkaFajarMaulana, M.Kep

DisusunOleh :Kelompok V

1. RabiyatulAdawiah
2. I Made DwiWidianaJuwita
3. Ni Made FebriSuariantini
4. Ni KadekDewiAyuPratiwi
5. DheviAlvionita
6. Ni NyomanJanriasPurmaDewi
7. KadekDwiPartiwi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM 2016

KATA PENGANTAR
Pujisyukurkehadirat Allah swt, yang memberikannikmat-Nya sehingga kami
dapatmenyusundanmenyelesaikanmakalahPerspektif, ruanglingkup,
trendanisukeperawatanjiwaini. ShalawatsertasalamtaklupakitakhaturkankepadaNabi Muhammad
saw, karenaberkatbeliaulahkitadapatmerasakanpendidikansepertisaatsekarangini.

Dalampenulisandanpenyelesaianmakalahinitidakterlepasdaribantuandandorongandariberbagaipih
akterutamadosenpembimbingyaitu Ns. AntoniEkaFajarMaulana, M.Kep. Olehkarenaitu, Kami
mengucapkanterimakasihkepadabeliaudanterimakasihjuga kami ucapkankepadateman-teman
yang terlibatdalampenyelesaianmakalahini.

Mudah-mudahansegalabantuandandorongan yang diberikanmendapatimbalandari Allah swt.


SemogaMakalahinibermanfaatbagikitasemuadanjugabagipenulis.

Mataram, 6 Mei 2016

Penyusun

KELOMPOK V
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
ii

BAB I PENDAHULUAN

 LatarBelakang………………………………………………………………………………
.1
 Tujuan………………………………………………………………………………………
….. 2
 RumusanMasalah…………………………………………………………………………..
2

BAB II LANDASAN TEORI

 Pengertianperspektifdanfalsafahkeperawatanjiwa……………………………… 3
 Model-model keperawatanjiwa……………………………………………………….. 4
 Ruanglingkupkeperawatanjiwa……………………………………………………….. 6
 Trend danisukeperawatanjiwa…………………………………………………………. 7
 Definisi Trend danIssu…………………………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
… 17
 Saran………………………………………………………………………………………
……. 17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 18

BAB I

PENDAHULUAN
 Latar Belakang

Falsafah ialah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, azas-azas,
hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah keperawatan ialah pandangan
dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam
praktik keperawatan.

Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..


Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-
psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta,
menjunjung cukup tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dlm arti
tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan
status sosial ekonomi. Keperawatan adalah Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih
berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.

Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :Roy memiliki delapan falsafah, empat
berlandaskan falsafah prinsip humanisme dan empat berlandaskan prinsip falsafah
veritivity.falsafah humanism atau kemanusiaan “mengenali manusia & sisi subyektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Falsafah yang
melandasi keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan secara
umum yaitu manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan
yang menjunjung cukup tinggi nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusunlah
paradigma keperawatan komunitas yg tersusun 4 komponen dasar manusia, kesehatan,
lingkungan, keperawatan.

Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing
masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model
keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas atau keperawatan (
kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga ialah unit
perawatan, dan masyarakat ialah konteks, sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai
klien dan melihat keluarga sebagai subunit. Zerwekh (1991) Model Keluarga sebagai pemberi
perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang mendukung
untuk menyediakan perawatan keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan Model kesehatan
masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan perawatan bagi
keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan keluarga sebagai bagian
dari masyarakat klien.
 Rumusan Masalah

2. Apa yang dimaksud dengan perspektif dan falsafah keperawatan jiwa ?


3. Apa saja model-model keperawatan jiwa ?
4. Apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa ?
5. Apa saja isu dan tren keperawatan jiwa ?

1.3. Tujuan

1. Untuk bisa mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
2. Untuk bisa mengetahui apa saja model-model keperawatan jiwa
3. Untuk bisa mengetahui apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa
4. Untuk bisa mengetahui bagaimana tren dan isu keperawatan jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

 Perspektif dan Falsafah Keperawatan Jiwa

1. Falsafah Keperawatan Jiwa


Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu dihargai. Tujuan
individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing individu tersebut
berpotensi untuk berubah, oleh kita tahu bahwa manusia ialah mahkluk holistik yang mempunyai
kebutuhan dasar yang sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut
meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.

2. Pengertian Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi
praktik keperawatan yg menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).

Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana perawat
membantu individu / kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif , meningkatkan
pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif di masyarakat.”

Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental ialah “ proses interpersonal dalam meningkatkan
dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut bisa
individu, keluarga,kelompok,organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental
yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”

 Model-Model Keperawatan Jiwa

1. Model Psikoanalisa

1) Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak.

2) Proses terapi

1. a) Memakan waktu yang lama


2. b) Memanfaatkan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”

3) Peran pasien dan terapis

1. a) Pasien
2. b) Terapis
3. Model Interpersonal

1) Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau mengembangkan
teori interpersonal keperawatan. Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :

1. a) Orientasi
2. b) Identivikasi
3. c) Eksplorasi
4. d) Resolusi

2) Proses terapi

1. a) Mengeksplorasi proses perkembangan


2. b) mengoreksi pengalaman interpersonal
3. c) reduksi
4. d) mengembangkan hubungan saling percaya

3) peran pasien dengan terapis

1. a) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan


2. b) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan memanfaatkan empati

1. Model Eksistensi

1) Konsep

Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan
dengan dirinya dan lingkungannya.

2) Proses terapi

1. a) Rational emotive therapy


2. b) Terapi logo
3. c) Terapi realitas

3) Peran pasien perawat


1. a) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
2. b) Terapis :

 Membantu pasien untuk mengenali diri


 Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
 Mengenali pasien tentangperasaan tulus
 Memperluas kesadaran diri pasien

1. Model Komunikasi

1) Konsep

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan
dengan jelas.

2) Proses terapi

1. a) Memberi umpan balik dan klarifikasi kasus


2. b) Memberi penguatan untuk komunikasi yg efektif
3. c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yg tidak efektif
4. d) Melakukan analisa proses interaksi

3) Peran pasien terapis

1. a) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk


mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
2. b) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan
prinsip komunikasi yang baik.
3. Model Keperawatan

1) Konsep

Teori ini mempunyai pandangan bahwa asuhan keperawatan berfokus pada respon individu
terhadap kasus kesehatan yang actual dan potensial denagan model pendekatan berlandaskan
teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik & teori keperawatan.
Fokus pada :

1. a) Rentang sehat sakit


2. b) Teori dasar keperawatan
3. c) Tindakan keperawatan
4. d) Hasil tindakan

2) Proses terapi

1. a) Proses keperawatan
2. b) Terapi keperawatan : terapi modalitas

3) Peran pasien & terapis

1. a) Pasien : mengemukakan kasus


2. b) Terapis : memfasilitasi & membantu menyelesaikan

2.3. Ruang Lingkup Keperawatan Jiwa

Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini meliputi
intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sukunder, dan tersier.

1. Pencegahan primer

pencegahan primer ialah intervensi biologi, social, psikologis yang bertujuan meningkatkan
kesehatan dan kesejahtraan, menurunkan insiden penyakit dimasyarakat dengan mengubah
factor-faktor penyebab sebelum membahayakan. Pengkajian kebutuhan mau tindakan
keperawatan preventif termasuk identifikasi :

1) Faktor resiko yang apabila ada pada diri seseorang membuatnya lebih cendrung mengalami
gangguan

2) Faktor pelindung yang meningkatkan respos individu terhadap stress

3) Populasi target individu yang rentan meengalami gangguan jiwa yang mumgkin
menunjukkan respon koping maladaptive terhadap stressor spesifik atau factor resiko.

1. Pencegahan sukunder

Pencegahan sukunder termasuk menurunkan prevalensi gangguan. Aktiviras pencegahan


sukunder meliputi penemuan kasus dini, skrining, dan pengobatan efektif yang cepat. Intervebsi
krisis ialah suatu modalitas yang terapi pencegahan sukunder yang penting.

1. Pencegahan Tersier

Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan dan disabilitas yang
berkaitan.

1. Rehabilitasi
Ialah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ketingkat fungsi setinggi
mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang dari kebutuhan untuk menciptakan kesempatan
bagi individu yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa berat, agar bisa hidup, belajar
dan bekerja dilingkungan masyarakat yang mereka pilih. Rehabilitasi mengajukan bahwa
penderita gangguan jiwa harus dianggap sama seperti individu yang mengalami
disabilatasi. Sama seperti disabilitasi yang mengalami gangguan fisik, individu yang
mengalami disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam rentang yang luas, sering kali
dalam waktu yang lama. Rehabilitasi jiwa memanfaatkan pendekatan berpusat pada
individu, manusia ke manusia yang berbeda dengan model pelayanan medis tradisioanal.

 Trend dan Isu Keperawatan Jiwa

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan


pelayanan kesehatan jiwa lewat advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan teknologi digital
membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari aneka belahan dunia mampu di akses
dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi
sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berlandaskan isu diatas
maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan
penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa manusia mengalami goncangan
dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi
tuhan maka mau banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial,
tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme
seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar
dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri.

Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa dianggap ancaman atau tantangan yang mau
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Secara
umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya
ialah sebagai berikut :

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6. Kecenderungan penyakit jiwa
7. Meningkatnya post traumatik sindrom
8. Meningkatnya kasus psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Kasus AIDS & NAPZA
11. Pattern of parenting
12. Perspektif life span history
13. Kekerasan
14. Kasus ekonomi & kemiskinan




 Definisi Trend dan Issu

1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sanat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambar ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masayarakat.

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

Beberpa contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :

 Penggunaan Narkoba bagi generasi muda

Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan, mengurangi
stres, mengurangi kecemasan, agar bebas dari murung, mengurangi keletihan, dan mengatasi
masalah pribadi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, remaja memakai narkoba karena narkoba
membuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada awal pemakaian. Alasan remaja memakai
narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan menilai
dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
2. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi
ketegangan, \cemas, dan depresi akibat stresor psikososial.
3. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba merupakan
gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai, sehingga dapat
diterima.
Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan, atau keyakinan keliru yang tumbuh
di masyarakat. Maka tidak mau memahami atau tidak mau menerima kenyataan dan fakta yang
dapat dibuktikan secara ilmiah dan sah menurut hukum.

Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?

1. Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)

Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk mengubah suasana hati, sehingga
pemakaian jenis narkoba diterima dengan tangan terbuka. Contoh : rokok, alkohol, dan juga obat
penghilang rasa nyeri yang mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau akhir pekandilalui dengan
minuman beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula faktor kemudahan untuk
memperolehnya.

Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya penyalahgunaan narkoba pada
remajabersifat hedonistik, yakni bertujuan mencari kesenangan. Alasan yang sering
dikemukakan adalah ingin tahu dan ingin mencari kesenangan atau kenikmatan.

1. Kepribadian Remaja

Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu berada sekitar ekspoitasi
masa remaja yang mengandung resiko. Contoh : berselancar, ngebut, dan mencoba narkoba.
Remaja berada diantara masa kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis maupun
psikologis. Di satu pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain pihak belum
memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan


seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar

daripada orang dewasa. Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan. Narkoba memperlemah


kemauan, mendorong pemuasan keinginan segera, dan melemahkan daya pikir ke depan.

Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan kemampuan untuk berpartisipasi


terhadap bahaya dan kemampuan untuk menangkal kenikmatan sesaat. Remaja yang terlalu
dikendalikan dengan orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang dewasa,
sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mendiri. Berlainan dengan
penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan terhadap tekanan kelompok sebaya. Mereka akan
menyerahkan diri terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari kebebasan semu dan
kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi orang tua.

1. Tekanan Kelompok Sebaya


Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Semua orang pasti merasan cemas jika ditolak oleh lingkungan sehingga berusaha mencari
persetujuan kelompoknya. Konflik orang tua dan remaja sebenarnya adalah konflik loyalitas,
yaitu loyalitas terhadap orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.

Remaja sangat peka terhadap nilai – nilai kelompok sebaya dalam penampilan, perilaku, dan
sikap. Jarang seorang remaja yang memiliki kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari nilai –
nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar berasal dari perjuangan terus –
menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan dengan
kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba digunakan untuk maksud
rekreasi atau bersenang – senang sebagai kegiatan sosial yang diterima remaja. Karena itu,
remaja rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.

1. Keterasingan Remaja

Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang tua dan masyarakat secara
cita – cita , tradisi, dan kerohanian. Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi spiritual,
karena meliputi penolakan terhadap nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi atau memimpin
sesorang melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen emosional pada
keterasingan. Remaja yang terasing adalah remaja yang marah, yang secara tidak sadar
meluapkan perasaan dikhianati karena merasa nilai – nilainya ditolak. Dengan perkataan lain,
remaja yang terasing adalah remaja yang diabaikan atau tidak dipedulikan oleh keluarga atau
masyarakat. Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba – coba berteman dengan
narkoba.

1. Sters

Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri merupakan interaksi faktor
luar sebagai penyebab stres (disebut stresor) dan faktor dalam yang disebut keterampilan
mengatasi masalah (coping skills). Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti kehilangan,
penyakit, dan trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang yang kurang
terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat stres’ dibandingkan orang lain yang
lebih terampil mengatasi masalah. Gejala stres termasuk gelisah dan cemas, mudah tersinggung
dan teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit berkonsentrasi, mengalami
gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.

Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak berfungsi baik dan kejadian –
kejadian yang membuat stres, berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada
sejumlah siswa penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat stres yang
tinggi, penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai ‘penuh permusuhan dan
kebencian’, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan terlalu banyak menuntut.

Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak berfungsi baik. Namun,
faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan. Umumnya remaja memakai narkoba guna
menghilangkan stres, sebagai cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan
keluarga.
1. Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah

Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, penilaian diri
rendah mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba. Proses yang menyebabkan seseorang
memiliki penilaian diri rendah adalah dinamika yang dibangun sejak usia dini. Penilaian diri
dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan memenangkan tantangan dalam
kehidupannya. Seperti halnya individuasi, motivasi terbentuknya penilaian diri berasal dari
dalam. Orang tua berperang penting dalam membangun penilaian diri. Bimbingan, intruksi, dan
bantuan orang tua yang efektif dan melibatkan diri dalam kehidupan anak, akan mendukunga
terbentuknya penilaian diri.

 Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi yang mengakibatkan peningkatan


masalah kesehatan jiwa .

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di
propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga
tersentuh gangguan psikotik dan depresif..Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi
lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak
mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah
kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan
remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan
kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,
gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis
menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar
menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak
dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk
musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat,
disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat
mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.Terjadinya perang, konflik, lilitan
krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi,
dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization
(WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah
yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur
WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah
mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data
Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak
264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.

2. Definisi Issu
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada
masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hokum, pembanguanan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian ataupun tentang krisis.

Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya atau
buktinya.

Beberapa contoh issu dalam keperawatan jiwa di antaranya, yaitu :

 Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan pelayanan
kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi digital
membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di
akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa,
berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah
awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia
pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan
dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi
tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial,
tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme
seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar
dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh :
“agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya
harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan
melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan”. Kejaran dari
debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.

 Pemasungan penderita gangguan jiwa .

Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan
jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok
kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan salah satu
perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang
memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia. Di Indonesia, kata
pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-
orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap berbahaya
(Broch, 2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik terhadap individu dengan
gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.

Alasan seseorang malkukan pemasungan, yaitu :


1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang
(Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi
biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa
konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan
biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).

Dampak dari pemasungan, yaitu :

Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang
dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa. Pasung
merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan atau kaki seseorang, diikat
atau dirantai lalu diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan

1. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita hingga
menambah beban mental dan penderitaannya.Tindakan tersebut mengakibatkan orang
yang terpasung tidak dapat
2. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat menggerakkan
anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi atrofi.Tindakan ini sering dilakukan
pada seseorang dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi
lingkungannya atau dirinya sendiri (Maramis, 2006).
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan issue keperawatan jiwa
yang semakin berkembang di masyarakat maka seperti penyakit HIV,NAPZA,dan masalah
ekonomi dan rumah tangga dan di sinilah tugas perawat mencegah terjadinya seperti bunuh
diri,stress,maka perawat perlu member pendidikan kesehatan dan pengarahan lainnya.

3.2 SARAN

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika Aditama.

Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi 2).Jakarta: EGC.

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta: EGC.


Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n Thomson
Learning, Inc.

Advertisements
Report this ad
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Leave a Reply

Advertisements
Report this ad

Post navigation
«
Create a free website or blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai