Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEPTUAL MODEL SOSIAL DALAM KEPERAWATAN JIWA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa 1 dengan
dosen pengampu Heni Purnamasari,MNS

Oleh Kelompok 3 :

1. Ahmad Syalim Effendi (219047)


2. Dina Herliana (219058)
3. Firda Yunisa (219061)
4. Musopi Nuriyah (219070)
5. Novi Rahma Ningrum (219072)
6. Nurazizah Hanifah (219076)
7. Riska Aditia (219080)
8. Risma Anggraeni (219081)
9. Siti Nurbaeti Hasanah (219084)
10. Syafira Nurlaili (219086)
11. Wineu Aini Wulandari (219090)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Jiwa 1 ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami
berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Tugas Keperawatan Jiwa 1 ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Invaginasi, kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami harap adanya
kritik dan saran demi perbaikan di masa depan yang akan datang, meningat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan masa depan .

Bandung, 1 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................2


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................2
1.4 Sistematis Penulisan ..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................3
2.1 Model Konseptuan Keperawatan Jiwa .......................................3
2.2 Model Konseptual Sosial ...........................................................6
2.3 Faktor Perubahan Perilaku .........................................................7
2.4 Model Terapi ..............................................................................8
BAB III PENUTUP ..............................................................................9
3.1 Kesimpulan .................................................................................9
3.2 Saran ..........................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk
berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu sendiri
harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan dan support
system dalam beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor yang berasal dari
lingkungan luar maupun dalam lingkup individu itu sendiri. Seiring dengan semakin
tingginya stressor yang dihadapi individu dalam masyarakat, seperti tuntutan
pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, berdampak pada tingkat
stress individu. Kondisi tersebut beresiko tinggi menyebabkan gangguan fisik dan
jiwa, sehingga dapat diprediksi angka kesakitan semakin meningkat khususnya
gangguan jiwa. Disinilah konsep – konsep keperawatan jiwa akan disampaikan
khususnya pada konsep modal sosial.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan
perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model
konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat
untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck,
2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam
hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat
berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan memastikan masa depan
pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial
individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor
lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana  tindakan isolasi sosial ini akan
membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih

4
kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh individu tersebut terhadap
lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-
masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual keperawatan jiwa
secara lebih mendalam khususnya tentang model sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan model konsepstual social ?
2. Apasajakah faktor-faktor perubahan perilaku social ?
3. Bagaimana proses terapis yang dilakukan perawat kepada pasien ?
4. Bagaimana penerapan model terapi yang diberikan kepada klien ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menjelaskan model konseptual social
2. Menjelaskan faktor-faktor perubahan perilaku social
3. Menjelaskan proses terapis yang dilakukan perawat kepada pasien
4. Menjelaskan penerapan model terapi yang diberikan kepada klien

1.4 Sistematis Penulisan


Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I       :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
makalah dan sistematika penulisan.
BAB II      : Pembahasan yang terdiri dari konsep dasar kesehatan jiwa, pengertian
konsep model sosial
BAB III    : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model konseptual Keperawatan Jiwa


2.1.1  Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model
konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi
dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang
terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 :
73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk
mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2.1.2 Macam –macam  model konseptual keperawatan jiwa


Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat
dikelompokkan menjadi beberapa model yaitu :
1.   Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego )
untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich),
akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).

6
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi
dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association :
mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan
mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian
dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan
konflik. konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus
diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis yang
menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa
dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist
menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

2.  Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap
perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain
atau lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau
tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh lingkungan. Perilaku
timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk
keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri
disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian.
Keamanan berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai
budayaseperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan
terganggu maka dia akan mengalami sakit mental. 

3. Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa
perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa
situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan
mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang
rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan
mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.

7
Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa
menyebabkan klien mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini
dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien
mengalami penyimpangan perilaku.

4. Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami ganguan dalam body image – nya.
5. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap
perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak
mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi.

6. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua
perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari
lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran
atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan pada kognitif
dan afektif.

7. Model medical
Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor
yang kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan teknik interpersonal.
8. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan
Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan
teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat

8
mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan
hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.

2.2 Model konseptual Sosial


2.2.1 Pengertian
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa
perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa
situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental,
seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah.
Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak mampuan mengkoping
stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan
jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and
environmental factor create stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa
factor predisposisi stress yaitu :
a. Pengaruh genetic
b. Pengaruh masa lalu
c. Pengaruh konflik lain
Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman
hidupnya. kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku.
Prilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai
penyimpangan pada daerah yang lain. Individu yang sudah dilabel atau dicap
jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku
tersebut memerlukan perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi
sosial dapat

mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi
pencetus:
a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.

9
b.  Kurang mampu mengatasi stress.
c. Kurang support system

2.3 Faktor - Faktor Perubahan Prilaku


Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor
terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.
1.   Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh
akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap
kondisi fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan
memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya.
Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada
masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR
pada sesorang tersebut.
2. Psikologi
  Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu
seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di
karenakan kondisi suatu peristiwa atau insiden yang terjadi di lingkungan pada
masa lalu.
3.  Sosial
 Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik
berkepanjangan seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan
pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat musibah yang melanda.
Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat memicu
ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
4. Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita
menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya
lebih mementingkan kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih
nyaman. Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya kesenjangan di dalam
masyarakat.

10
5. Spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat
menimbulkan deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang
dapat berkembang di masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang
tidak dapat terselesaikan.

2.4 Model Terapi


Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan
teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja
2.4.1 Peran Klien
1. Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah  yang
dialaminya dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu
perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa, selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara
perawat  sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.
2. Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung
sosial disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan
berperannya anggota keluarga lain yang dapat membantu karena klien akan lebih
mudah mengerti tujuan utama yang diharapkan oleh terapis jika yang
menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses sosialisasi
juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita sehingga
klien lebih mudah untuk mengerti.
3. Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang
kurang baik menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal
yang terkecil seperti mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

11
2.4.2 Peran Terapis
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan
untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien
di masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap
kelompok masyarakat dan konseling.
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan
dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien
datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu
menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi
terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien
meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat
rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan terhadap
tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang
dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya
perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di
lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia, 2005).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam indikator kesejahteraan
manusia. Dalam model konseptualsosial diharapakan perawat melakukan
pelayanan kesehatan jiwa secara holistic. Model sosial merupakan salah satu
contoh model konseptual khususnya dikeperawatan jiwa yang dapat diterapkan
kepada pasien. Fokus model ini adalah focus penanganan khususnya melalui
lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap individu dan pengalaman
hidupnya.

3.2 Saran
Didalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan gangguan jiwa diharapakan perawat dapat memberikan pelayanan
secara holistic serta menerapkan semua model konsptual kesehatan jiwa.
Sehingga pasien dengan masalah gangguan kesehatan jiwa dapat bisa
mengurangi rasa cemas, ketaukan bahkan trauma

13
DAFTAR PUSTAKA

Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC 


Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

14
KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan jiwa


dosen pengampu oleh ibu Heni purnama, s.kep., m.kep., msn

Kelompok 4 :

Ade Achmad Saufi 219048


Aditya Rizky nurfadillah 219049
Annisa Putri 219052
Arviansyah Wiguna 219054
Della Marsela 219056
Dini Inayah 219059
Fitri Ramalia 219062
Muhammad Syadam 219071
Novianti Latifah 219074
Novita Anggie 219075
Zaki arif sholeh 219094

15
Definisi Interpersonal Caring

Menurut model konsep ini adalah kelainan jiwa seseorang yang bisa
muncul akibat adanya suatu ancaman yang dimana ancaman tersebut
menimbulkan kecemasan (anxiety), yang timbul akibat adanya masalah saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Atau dapat diartikan
ketakutan seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima
oleh orang sekitarnya.

Peran Perawat dalam Interpersonal Caring (IC) menurut Peplau

6 peranan berbeda dilihat pada bermacam-macam fase hubungan


perawat-pasien :
1. Peranan orang asing (Stranger)

Perawat dan pasien disini adalah sebagai orang asing/tidak


mengenal satu sama lain. Perawat harus bersikap ramah dan emosi yang
wajar, tidak mendikte pasien tapi dapat menerima keadaan pasien apa
adanya.

2. Peranan sebagai narasumber (Resource Person)

Perawat harus mengemukakan jawaban yang spesifik, khususnya


yang berkenaan dengan informasi kesehatan dan interpretasi (penilaian)
pasien terhadap rencana perawatan dan pengobatan.

3. Peranan sebagai pendidik (Teaching Role)

Peplau memisahkan Taching Role ini ke dalam dua kategori:

1). Instruksial: pemberian informasi dan penjelasan dalam ruang


lingkup pendidikan.
2). Experensial: Menggunakan pengalaman sebagai dasar dari
kemajuan hasil pengarahan.
4. Peranan sebagai pemimpin (LeadershipRole)

16
Melibatkan proses demokratis dimana perawat membantu pasien
menghadapi masalahnya dengan cara bekerjasama dan partisipasi aktif.
5. Peranan sebagai pengganti (Surrogate Role)

Pasien berperan seperti perawat. Sikap dan perilaku perawat


menciptakan perasaan tertentu bagi pasien dan ini akan direspon dalam
hubungan perawat-pasien.
6. Pernana sebagai konseling (Conseling Role)

Perawat memberi respon bagi pasien yang memerlukan.


Bimbingan untuk menolong pasien mengingat dan memahami secara
utuh apa yang terjadi.
Proses Interpersonal Caring (IC)

Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan klien ini


menggambarkan metode transformasi energi atau ansietas klien oleh
perawat yang terdiri dari 4 fase yaitu:
1. Fase Orientasi

Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan


bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat, ditandai dimana
perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan
terjadi pengumpulan data.
2. Fase Identifikasi

Memilih bantuan profesional yang tepat sesuai dengan respon


pasien
3. Fase eksploitasi

Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai


hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Penggunaan
bantuan profesional sehingga pasien mendapat informasi untuk
pemecahan masalahnya.
4. Fase resolusi

17
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat sehingga pasien
tidak merasa bergantungan dengan perawat.

Aplikasi Pendekatan Model Interpersonal Caring Perawat


Dalam mengaplikasikan pendekatan model ini dalam asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien dengan gangguan jiwa,
perawat menjalankan peran yang penting, seperti yang dijelaskan oleh
Peplau dalam teorinya bahwa perawat memiliki 6 peran utama dalam
interpersonal caring. Semua peranan perawat tersebut, harus mampu
perawat jalankan dalam setiap fase proses interpersonal caring perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa
khususnya pada pasien yang mengalami masalah harga diri rendah, dimana
pada pasien tersebut mengalami perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuannya, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan dan penurunan fungsi sosialnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B. (2004). Fundamentals of Nursing: concepts, process and


practice.

New Jersey: Pearson Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai