Anda di halaman 1dari 5

Menghadapi kasus infeksius dalam jumlah besar akan membuat tenaga medis berada

dalam tekanan fisik dan mental. Terdapat kecenderungan bagi tenaga medis untuk
mengecilkan risiko tertular terhadap dirinya, menolak untuk beristirahat, dan menolak dikatakan
membutuhkan bantuan psikologis. Besaran dampak psikologis yang dialami akan sangat
berkaitan dengan faktor budaya.

Beban yang secara langsung dihadapi oleh tenaga medis adalah perasaan cemas
terinfeksi dan meninggal, berpisah dengan keluarga terkait tuntutan bekerja, menyaksikan
pemandangan traumatik termasuk pasiennya yang dalam kondisi kritis atau meninggal, bekerja
dalam setting overburdened yang kronik, mengalami putus asa akibat kehilangan nyawa pasien
dalam jumlah besar walaupun telah berupaya maksimal,
kekurangan reinforcements dan replacements, serta kelelahan atau burnout. Beberapa
kekhawatiran lainnya termasuk khawatir membuat keluarga khawatir, khawatir membawa
pulang virus ke rumah, khawatir kekurangan alat perlindungan diri/APD, atau khawatir
ketidakmampuan mengatasi pasien.
Beban dan kekhawatiran yang tinggi ini tentu akan meningkatkan tingkat stres, seperti
depresi, ansietas, perilaku permusuhan, dan gejala somatik. Kondisi ini pun dapat terjadi
bahkan setelah 1 tahun pandemik berlalu, sehingga dapat disimpulkan dapat bersifat akut
maupun kronik.

https://www.alomedika.com/kesehatan-mental-dalam-kondisi-pandemik-virus-corona
Dalam laporan Kementerian Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) Bambang Wibowo mengungkap, kebutuhan APD sangat tinggi di
tengah pandemi tapi stok terbatas.
Kebutuhan APD sangat tinggi, sementara persediaannya terbatas. Pada saat pandemi
seperti sekarang, APD ternyata tak hanya digunakan tenaga medis, tetapi pasien dan
masyarakat umum pun menggunakannya," kata Bambang beberapa waktu lalu. Keterbatasan
APD ini menjadi ancaman serius para garda terdepan ini. Mereka yang bertemu langsung
dengan pasien COVID-19 dihadapkan pada realita miris yang harus mereka terima. Lagi-lagi,
semua demi menjalankan sumpah profesi yang tak boleh mereka abaikan.
APD sangat dibutuhkan karena atribut itu berfungsi sebagai penghalang bahan infeksius
seperti virus dan bakteri yang bisa saja menempel di kulit, mulut, hidung, atau selaput lendir
mata para tenaga kesehatan.
Masalah lain yang dihadapi petugas medis di Indonesia dalam menangani kasus
COVID-19 ini adalah sifat tidak jujur pasien. Ya, ini juga menjadi fakta yang mesti dijadikan
pembelajaran bagi siapapun. Ternyata, masih banyak pasien tidak mau menjelaskan secara
jujur kondisi kesehatan maupun riwayat hidupnya.
Kejadian ini terjadi di Purwodadi, Jawa Tengah. Petugas medis dan pegawai rumah
sakit terkena imbas karena pasien dengan gejala COVID-19 tak bercerita jujur mengenai
kondisinya. Si pasien tidak mengaku bahwa dirinya tak habis bepergian dari luar negeri maupun
daerah zona merah COVID-19. Karena pernyataan tersebut, pasien tak ditempatkan di ruang
isolasi melainkan di bangsal biasa dengan pasien non-COVID-19.
Setelah perawatan beberapa hari, ditemukan gejala pneumonia. Setelah itu baru pasien
mengaku jujur bahwa dirinya habis bepergian ke luar negeri. Pernyataan tersebut lantas
membuat seluruh petugas medis yang menangani pasien wajib melalukan rapid test. Ceroboh
sekali.
Nasib petugas medis yang tak langsung bertemu dengan pasien COVID-19 pun kini
semakin mengkhawatirkan. Sebab, WHO belum lama ini mengeluarkan pernyataan bahwa virus
corona COVID-19 bukan hanya menular lewat droplet, melainkan airborne atau menular lewat
udara.

https://www.okezone.com/tren/read/2020/04/12/620/2197924/inilah-penyebab-banyak-tenaga-
medis-di-indonesia-meninggal-terkena-corona-covid-19?page=2
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyayangkan peristiwa penolakan
pemakaman jenazah yang meninggal akibat virus corona di sejumlah daerah. PBNU
mengingatkan umat Islam menerapkan syariat penguburan pada jenazah beragama Islam.
Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siroj menekankan syariat Islam mewajibkan umat Islam
menghormati jenazah, khususnya sesama umat Islam. Sehingga, jenazah yang beragama
Islam harus diperlakukan dengan baik. "Dimandikan yang bersih dan suci, dikafani dengan
syarat-syarat tertentu kemudian dikubur dengan penuh penghormatan, dengan penuh
menghargai. Tidak boleh diremehkan atau mendapatkan penghinaan. PBNU punya panduan
untuk jenazah yang telah kena penyakit menular seperti corona. Pertama, pihak rumah sakit
harus menanganinya dengan betul-betul aman, seperti dibungkus plastik. Kemudian diantar ke
keluarganya.
"Keluarga tidak usah membukannya, sesuai aturan medis. Kemudian kita shalati dan kita antar
ke kuburan (dan dimakamkan) dengan penuh penghargaan sesuai janazah muslim umumnya,"
“ . Jika sudah menaati panduan tersebut, PBNU merasa tak ada alasan menolak jenazah
pengidap corona. Jenazah beragama Islam berhak dikuburkan sesuai syariat Islam.
"Jangan menolak pemakaman jenazah yang meninggal akibat Covid-19, dengan syarat pihak
rumah sakit yang menangani sudah betul-betul menjalankan keamanan sesuai aturan medis,"
ujar Said Agil.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad juga mengimbau masyarakat agar tidak
menolak pemakaman jenazah pasien corona atau Covid-19. Alasannya , pengurusan
dan pemakaman jenazah akan dilakukan sesuai protokol medis yang aman.
"Sepanjang protokol pengurusan jenazah corona ini dilakukan dengan baik, sehingga
tidak mengkhawatirkan untuk penyebaran virus, masyarakat jangan menolak. Karena
yang menguburkan juga tim medis. Pemakamannya juga dari kejauhan. Jadi Insya Allah
pengelolaannya sesuai SOP penanganan Covid-19," ujarnya pada Republika, Rabu
(1/4).
Dadang meminta agar masyarakat segera menghubungi puskesmas atau fasilitas
kesehatan lainnya bila ada warga positif Covid-19 yang meninggal. Hal tersebut perlu
dilakukan agar jenazah segera mendapat penanganan khusus. Di sisi lain, pemerintah
juga harus tanggap dalam menangani pasien Covid-19. Jangan sampai masyarakat
yang tidak tahu-menahu malah langsung mengelola pemakaman jenazah tersebut tanpa
prosedur medis.

https://republika.co.id/berita/q83zsk409/jangan-tolak-pemakaman-jenazah-pasien-
covid19

Anda mungkin juga menyukai