Disusun oleh :
Armia Husni H (219053)
Firda Yunisa (219061)
Fitri Ramalia (219062)
Indri Ramadanti (219067)
Novianti Isnaeni (219073)
Novita Anggie (219075)
Riska Aditia (219080)
Siti Nurbaeti (219084)
Tini Aprilia L (219088)
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang atas segala limpahan karunia-Nya kami (penulis) diberi kesempatan untuk menyusun
karya ilmiah yang berjudul “Laporan Seven Jump”
Adapun tujuan dari penyusunan laporan seven jump ini adalah untuk pemenuhan tugas
Keperawatan Translultural yang diampu oleh Bapak Agus Hendra M.Kep. Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan baik dari segi
penyusunannya ataupun segi materinya oleh karena itu kami mengharapkan saran-saran, kritik,
dan juga masukan-masukan yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini.
Walaupun demikian kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa laporan ini bisa
memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas
wawasan dan juga pengetahuan.
Jawaban :
1) Saya tini izin menjawab pertanyaan firda, Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita.
Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.
2) Indri : Biopsi merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan pada jaringan tubuh dengan
menggunakan mikroskop
3) Saya armia iizn menjawab, mayang pinang yaitu bunga atau biji pinang yang manfaatnya bisa menjadi sumber energi dan selalu
digunakan untuk upacara adat
4) Saya siti nurbaeti izin menjawab pertanyaan novianti Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada sel-sel di leher rahim.
Kanker ini terjadi saat ada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali.
Sel-sel abnormal ini dapat berkembang dengan cepat, sehingga mengakibatkan tumbuhnya tumor pada serviks.
5) Firda yunisa : daun sawang, adalah sejenis daun sakral dipergunakan untuk memercik korban pada saat upacara sakral ataupun
sebagai sarana penolak bala.
6) Novianti Isnaeni : Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker yang
berbahaya bagi tubuh
STEP 2 : Membuat pertanyaan dari kasus
1) Penyebab utama bau vagina adalah infeksi, yang disebut bakteri vaginosis. Sebagian besar wanita menderita infeksi ini. Ini
karena termasuk kondisi yang sangat umum terjadi. Bakteri vaginosis merupakan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang
terjadi secara alami pada vagina. ( Siti Nurbaeti)
2) Perdarahan terjadi karena kanker serviks yang menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih, dapat menyebabkan
perdarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Komplikasi bisa muncul akibat pengobatan, atau karena kanker serviks
yang sudah memasuki tahap akhir. . ( Armia )
3) Beberapa alasan dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim: Kanker rahim, mulut rahim, ataupun indung telur.
Endometriosis (jaringan rahim yang tumbuh di luar rahim) Pendarahan vagina yang tidak normal yang tidak dapat
dikontrol dengan cara pengobatan lain. ( Indri)
STEP 4 MIND MAPPING
STEP 6
A. DEFINISI CA CERVIKS
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang
menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ),
sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan
pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun
sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
B. ETIOLOGI CA CERVIKS
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk
menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual
sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga
dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan- kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya
dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
Poltekkes Kemenkes Padang
F. PATOFISIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan
skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya
berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma
seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke
dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga
endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat Poltekkes Kemenkes Padang
menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling
sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah
nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi
). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi
bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang
dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan
dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat
A. KONSEP ASKEP
Fokus Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn.E
Umur : 57 tahun
Agama : islam
Status : menikah
Pekerjaan : PNS
Alamat : Bandung
No. Register :-
Nama : Ny. K
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bandung
2. Status kesehatan
a. Status kes. Saat ini
1. Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini): Pasien mengeluh mual, kesadaran composmentis, perasaan lelah, nyeri abdomen
atau rectal.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini: Pasien sudah tidak kuat menahan rasa sakit dibagian
abdomennya.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya: Pada pasien dengan keluhan saat ini, pasien tersebut agar bisa mengatasi:
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung serat.
- Menjaga berat badan ideal.
- Berhenti merokok.
- Mengurangi atau menghindari minuman beralkohol.
b. Status kes. Masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami: Pasien mengetahui memiliki riwayat darah tinggi sejak 2015.
2. Pernah dirawat: Tidak pernah.
3. Alergi: Tidak ada alergi obat/penyakit.
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Pernah merokok, kopi.
c. Riwayat kes. Dahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk Rumah Sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya, seperti radang usus.
d. Riwayat kes. Sekarang
Penderita penyakit kanker kolorektal menampakkan gejala nyeri abdomen, cepat lelah, dan nyeri rektal.
e. Riwayat kes. Keluarga
Riwayat adanya penyakit kanker kolorektal pada anggota keluarga yang lain
a. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva subanemis / anemis.
2) Leher : distensi vena jugularis (JVP).
3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah – pecah dan bau yang tidak enak.
4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunn bising usus dan kembung.
5) Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi / malnutrisi).
b. Pengkajian Fungsional Gordon
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman karena
diare, pembatasan aktivitas / kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2) Pernafasan : nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan
frekuensi menurun.
3) Sirkulasi
Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), hopotensi, kulit/membran :
turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah, (dehidrasi/malnutrisi).
4) Integritas Ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress akut/kronis :
misal hubungan dengan keluarga / pekerjaan, pengobatan yang mahal. anda : menolak, perhatian yang menyempit,
depresi.
5) Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak nyaman/tidak puas, deteksi berdarah/
mukosa dengan atau tanpa keluar feses.Tanda : menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik
yang dapat dilihat, oliguria.
6) Makan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diit/sensitif (misal : buah
segar/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buru, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
7) Hygine
Tanda : ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis, menunjukan kekurangan vitamin.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
9) Keamanan
Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif.
10) Muskuloskeletal : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise (diare, dehidrasi, dan malnutrisi).
11) Seksualitas
Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual/ frekuensi menurun.
12) Interaksi Sosial
Gejala : masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam sosial. Gejala : tidak
bisa melakukan hubungan seksual/ frekuensi menurun.
1. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
2. Rencana Keperawatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN NOC NIC
Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Nyeri
cedera biologis (penekanan sel syaraf) mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
a. Tingkat nyeri meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
Defenisi : pengalaman sensori dan 1) Mengenali kapan nyeri terjadi frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
emosional tidak menyenangkan yang 2) Menggambarkan faktor penyebab dan faktor pencetus
muncul akibat kerusakan jaringan aktual 3) Melaporkan perubahan terhadap gejala 2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
atau potensial atau yang digambarkan nyeri pada profesional kesehatan ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
sebagai kerusakan. 4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala dapat berkomunikasi secara efektif
nyeri 3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Batasan Karaktreristik : 5) Melaporkan nyeri yang terkontrol 4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
1) Bukti nyeri dengan menggunakan mengenai nyeri
standar periksa nyeri untuk pasien yang b. Pengetahuan: manajemen nyeri 5) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
tidak mengungkapkannya 1) Mengetahui faktor penyebab menurunkan atau memperberat nyeri
2) Fokus menyempit 2) Mengetahui tanda dan gejala 6) Berikan informasi mengenai nyeri seperti
3) Fokus pada diri sendiri 3) Mengetahi efek samping terapeutik obat penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
4) Keluhan tentang intensitas dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
menggunakan standar skala nyeri c. Respon pengobatan prosedur
5) Laporan tentang perilaku 1) Pasien mengetahui efek sampingnya 7) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
nyeri/perubahan aktivitas 2) Tidak ada reaksi alergi 8) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
6) Mengekspresikan perilaku (mis., 3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan (terapi relaksasi)
gelisah, merengek, menangis, waspada) 9) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri
7) Perubahan selera makan yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan
8) Putus asa 10) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
9) Sikap melindungi area nyeri membantu penurunan nyeri
10) Sikap tubuh melindungi
Pemberian Analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang
sesuai ketika lebih dari satu diberikan
5) Tentukan pilihan obat analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute
pemberian atau perubahan interval dibutuhkan,
buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip
analgesik
7) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-
tanda yang tidak biasanya
8) Berikan analgesik tambahan dan atau pengobatan
jika diperlukan untuk mengingkatkan efek
pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
efek samping analgesik (misalnya: konstipasi dan
iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan analgesik dengan interval
yang teratur pada setiap setelah pemberian
khususnya setelah pemberian pertama kali, juga
observasi adanya tanda dan gejala efek samping
(misalnya: depresi pernafasan, mual dan muntah,
mulut kering dan konstipasi)
11) Dokumentasikan respon terhadap analgesik
dan adanya efek samping
12) Evaluasi dan dokumentasi tingkat sedasi dari
pasien yang menerima opioid
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Manajemen Energi
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan
teman dirumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda
dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu Manajemen Gangguan Makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan makan pasien baik dengan kriteria hasil : 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
kurang asupan makanan a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan mengembangkan rencana perawatan dengan
1) Asupan makanan secara oral adekuat melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk 2) Asupan cairan secara oral adekuat dengan tepat
memenuhi kebutuhan metabolik 3) Asupan cairan IV adekuat 2) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk mengatur
4) Asupan nutrisi parenteral adekuat target pencapaian berat badan jika berat badan
Batasan Karakteristik : 5) Tidak ada mual dan muntah pasien tidak berada dalam rentang normal
1) Berat badan 20 % atau lebih dari bawah 3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan
rentang berat badan ideal b. Nafsu makan asupan kalori harian yang diperlukan
2) Bising usus hiperaktif 1) Peningkatan keinginan untuk makan 4) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan
3) Cepat kenyang setelah makan 2) Peningkatan rangsangan untuk makan yang disukai bersama ahli gizi
4) Diare 3) Intake makanan adekuat 5) Timbang berat badan pasien
5) Gangguan sensasi rasa 6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara
6) Kehilangan rambut berlebihan tepat
7) Kelemahan otot pengunyah 7) Monitor asupan kalori makanan harian
8) Kelemahan otot untuk menelan 8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
9) Kerapuhan kapiler 9) Observasi pasien selama dan setelah pemberian
10) Kesalahan informasi makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa
11) Kesalahan persepsi asupan makanan yang cukup tercapai dan
12) Ketidakmampuan memakan makanan dipertahankan
13) Kram abdomen 10) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi
14) Kurang minat pada makanan 11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara
rutin
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun mampu mengontrol kecemasan dengan kriteria 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
hasil : meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau 1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
kekhawatiran yang samar disertai respons 2) Menggunakan strategi koping yang akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
otonom (sumber sering kali tidak spesifik efektif selama prosedur
atau tidk diketahui oleh individu) perasaan 3) Menggunakan teknik relaksasi 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
takut yang disebabkan oleh antisipasi 4) Mempertahankan hubungan sosial perawatan, dan prognosis
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat 5) Mempertahankan tidur adekuat 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
kewaspadaan yang memperingatkan 6) Mengendalikan respon kecemasan dengan cara yang tepat
individu akan adanya bahaya dan 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
memampukan individu untuk tidak 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
menghadapi ancaman memicu kecemasan
Peningkatan Koping
Batasan Karakteristik : 1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
1) Agitasi jangka pendek dan jangka panjang
2) Gelisah 2) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
3) Gerakan ekstra pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra
4) Insomnia tubuh sesuai dengan indikasi
5) Kontak mata buruk 3) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
6) Melihat sepintas kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
7) Mengekspresikan kekhawatiran 4) Dukung pasien untuk mengidentifikasi deskripsi
karena perubahan dalam peristiwa yang realistik terhadap perubahan dalam peran
hidup 5) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien
8) Penurunan produktivitas terhadap proses penyakit
9) Perilaku mengintai 6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
10) Tampak waspada strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan
kebutuhan gaya hidup maupun perubahan peran
Terapi Relaksasi
1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia
2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di masa
lalu yang sudah memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi
4) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman
5) Minta pasien untuk rileks dan merasakan sensasi
yang terjadi