Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

DIETETIKA PENYAKIT TIDAK MENULAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Nama:
Dika Febriansari (PO.71.31.1.17.008)
Dyah Aulia Hapsari (PO.71.31.1.17.009)
Nova Marisa (PO.71.31.1.17.020)
Ocy Khourunisa (PO.71.31.1.17.021)
Zulaika Putri PO.71.31.1.17.032)

Jurusan: D4 Gizi

Dosen Pembimbing:
Susyani, S.SiT, M.Kes
Muzakar, SST, MPH
Eliza, S.Gz, M.Si
Devy Kartika Sari, SST, SKM

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM DIETETIKA PENYAKIT TIDAK MENULAR
(PENYAKIT KANKER SERVIKS)

I. Judul : Penyakit Kanker Serviks

II. Praktikum ke :

III. Prinsip :

1. Meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan dengan memberikan nutrisi yang


dibutuhkan tubuh.
2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat lebih baik melawan penyakit
lainnya.
3. Membantu mengatasi gejala dan komplikasi Penyakit Kanker Serviks.
4. Meningkatkan efektifitas pengobatan dan mengatasi efek sampingnya.

IV. Tujuan :

 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan Asuhan Gizi pada Penyakit
Kanker Serviks
 Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui bagaimana cara Assesment Gizi pada Penyakit Kanker
Serviks
b. Untuk mengetahui bagaimana cara Diagnosa Gizi pada Penyakit Kanker
Serviks
c. Untuk mengetahui bagaimana cara Intervensi Gizi pada Penyakit Kanker
Serviks
d. Untuk mengetahui bagaimana cara Monitoring dan Evaluasi Gizi pada
Penyakit Kanker Serviks

V. Tinjauan Pustaka

1. Penyakit Kanker Serviks

Kanker serviks merujuk pada berbagai jenis keganasan pada jaringan serviks atau mulut
rahim dengan tipe terbanyak yaitu karsinoma sel skuamosa. Kanker serviks merupakan
kanker terbanyak kedua pada wanita yang menyebabkan angka mortalitas yang tinggi.
Kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan
18 yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kanker serviks merupakan kanker yang
dapat dicegah dengan melakukan skrining secara rutin dan melakukan vaksinasi HPV.
Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker serviks, di
antaranya faktor genetik, perilaku seksual, dan riwayat infeksi menular seksual. Data WHO
pada tahun 2012 menyebutkan bahwa sekitar 270.000 wanita meninggal karena penyakit ini.
Pemeriksaan penunjang seperti Pap Smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dapat
membantu menegakkan diagnosis.
Pemilihan penatalaksanaan dilakukan berdasar stadium kanker serviks. Modalitas tatalaksana
di antaranya adalah operatif, kemoterapi, dan radioterapi.

2. PATOFISIOLOGI

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area mulut rahim. Serviks merupakan
bagian terbawah dan ujung dari rahim atau uterus. Serviks menghubungkan antara uterus dan
liang vagina. Serviks memiliki dua bagian yaitu ektoserviks yang merupakan bagian luar
serviks dan endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks.
Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa yang pipih dan tipis. Sedangkan bagian
endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks, ditempati oleh sel kolumnar. Area tempat
dimana ektoserviks bertemu dengan endoserviks dinamakan area transformasi (T-zone). Area
transformasi ini merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel abnormal atau
lesi pra kanker di serviks. Kanker serviks memiliki dua tipe histopatologi yaitu karsinoma sel
skuamosa (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma (adenocarcinoma). Jenis kanker
serviks yang terbanyak adalah tipe karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu
sekitar 80-90% dari semua kasus kanker serviks.
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus Human papiloma Virus (HPV) tipe tertentu
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dua tipe virus HPV yaitu tipe 16 dan 18
merupakan tipe terbanyak yang menyebabkan lesi pra kanker dan kanker serviks.[2] Virus
HPV 16/18 menyebabkan 70% kasus kanker serviks di dunia dengan rincian 41% - 67%
menyebabkan lesi kanker high-grade dan 16 – 32% menyebabkan lesi kanker low-grade.
Selain virus HPV tipe 16/18, tipe virus HPV lain yang menyebabkan kanker serviks di dunia
diantaranya virus HPV 31, 33, 35, 45, 52 dan 58. Keenam tipe virus HPV ini menjadi
penyebab 20% kasus kanker serviks di dunia.
Infeksi virus HPV dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang aktif secara seksual.
Tetapi biasanya sekitar 90% infeksi virus HPV dapat hilang dengan sendirinya dalam
beberapa bulan sampai 2 tahun. Rata-rata sekitar 5% infeksi virus HPV yang persisten dapat
berkembang menjadi lesi pra kanker yang ditandai dengan perubahan histopatologi yaitu lesi
CIN (cervical intraepithelial neoplasia) derajat 2 dan 3 dalam waktu 3 tahun setelah infeksi.
Hanya 20% dari lesi CIN 3 yang berkembang menjadi kanker serviks dalam waktu 5 tahun
dan hanya 40% dari lesi CIN 3 yang berkembang menjadi kanker serviks dalam waktu 30
tahun.

3. ETIOLOGI

Etiologi kanker serviks terbanyak adalah infeksi virus HPV terutama tipe 16 dan 18.
Tetapi, tidak semua wanita yang menderita infeksi virus HPV berkembang menjadi kanker
serviks. Beberapa faktor risiko lain mempengaruhi perkembangan infeksi virus HPV ini
menjadi kanker serviks.

4. FAKTOR RISIKO

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe
onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks
antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner,
merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV
negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.

5. Epidemiologis

Data epidemiologi menunjukkan kanker serviks merupakan salah satu kanker


terbanyak yang menyerang wanita di dunia, terutama di negara berkembang dan dapat
menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi

Global
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang menyebabkan kematian wanita
terbanyak di dunia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada wanita di negara
berkembang. Diperkirakan 445.000 kasus baru ditemukan di seluruh dunia pada tahun 2012.
Sebagian besar kasus kanker serviks adalah tipe karsinoma sel skuamousa (squamous cell
carcinoma) dan sisanya adalah adenokarsinoma (adenocarcinoma).
Di negara maju, termasuk di Amerika Serikat, terdapat penurunan kasus penderita kanker
serviks dan kematian yang disebabkan oleh kanker serviks tersebut dalam waktu 40 tahun
terakhir. Data yang dikeluarkan oleh CDC (centers for disease control and prevention) pada
tahun 2014 menunjukkan 12.578 wanita di Amerika Serikat didiagnosis menderita kanker
serviks. Penurunan insidens penderita kanker serviks ini disebabkan oleh banyak wanita di
negara maju rutin melakukan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan pap smear tersebut dapat
menemukan lesi pra kanker sehingga dapat segera diterapi dan tidak berubah menjadi kanker.

Indonesia

Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia yang menyerang wanita
dengan usia 15 – 44 tahun. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 20.928 kasus kanker
serviks baru di Indonesia.

Mortalitas

Berdasarkan data WHO tahun 2012, diperkirakan sekitar 270.000 wanita meninggal
akibat kanker serviks. Lebih dari 85% kematian ini terjadi di negara berkembang yang
memiliki pendapatan sedang dan rendah.
Di Indonesia sendiri, kanker serviks merupakan penyebab kematian kanker wanita
terbanyak kedua dan diperkirakan terdapat 9.498 kematian yang disebabkan oleh kanker
serviks setiap tahunnya.[8] Hal ini disebabkan oleh  keterbatasan skrining di negara
berkembang sehingga kanker serviks sering tidak terdeteksi pada stadium awal ataupun pada
stadium lesi pre kanker. Biasanya penderita baru terdiagnosis kanker serviks setelah
mengalami gejala kanker pada stadium lanjut. Selain itu, terapi pada kanker serviks stadium
akhir masih tidak baik, sehingga menyebabkan angka kematian pada penderita kanker serviks
cukup tinggi.
Di negara maju, termasuk di Amerika Serikat, angka kematian akibat kanker serviks
dapat ditekan sampai 52% dengan melakukan program skrining kanker serviks secara rutin
dan melakukan terapi pada lesi pra kanker atau kanker serviks stadium awal. Berdasarkan
data CDC pada tahun 2014, terdapat 4.115 wanita yang meninggal akibat menderita kanker
serviks di Amerika Serikat.

6. Ciri – ciri

Pada tahap awal, wanita dengan kanker serviks awal dan pre-kanker tidak akan
mengalami gejala. Pasalnya, kanker leher rahim tidak menunjukkan gejala awal hingga tumor
terbentuk.

Tumor kemudian bisa mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Gejala
kanker serviks bisa ditandai dengan ciri-ciri berikut ini.

 Perdarahan yang tidak wajar dari vagina. Misalnya perdarahan padahal Anda tidak
sedang haid, menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat berhubungan
seks, setelah menopause, setelah buang air besar, atau setelah pemeriksaan panggul.
 Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
 Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
 Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
 Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
 Badan lemas dan mudah lelah.
 Berat badan menurun padahal tidak sedang diet.
 Kehilangan nafsu makan.
 Cairan vagina yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
 Salah satu kaki membengkak.

Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri
kanker serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter
untuk memeriksakannya.

7. Pemeriksaan dan Diagnosis

Dokter biasanya menggunakan tes pap smear untuk mendiagnosis kanker serviks.


Dokter dapat melakukan tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks
jika tes pap smear menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti biopsi.

Dokter dapat merujuk Anda pada ginekolog (dokter spesialis kandungan, yaitu ahli kesehatan
sistem reproduksi wanita) jika hasil tes menunjukkan kelainan, atau jika dokter melihat
adanya pertumbuhan dalam serviks atau jika Anda memiliki perdarahan abnormal.

Penting diketahui bahwa perdarahan dari wanita tidak selalu berarti kanker leher rahim.
Klamidia adalah salah satu alasan mengapa wanita mengalami perdarahan vagina yang tidak
biasa. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes terlebih dahulu sebelum
dirujuk.

Tes untuk mendeteksi kanker serviks

Beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi jika Anda memiliki kanker
serviks adalah sebagai berikut.

 Kolposkopi. Prosedur dilakukan dengan mikroskop kecil dengan sumber cahaya di


ujung digunakan untuk memeriksa serviks Anda.
 Cone biopsy. Prosedur kecil ini dilakukan di bawah obat bius. Bagian kecil berbentuk
kerucut pada serviks akan diangkat untuk diperiksa. Setelah itu, Anda mungkin
mengalami perdarahan vagina selama hingga empat minggu setelah prosedur. Anda
juga dapat mengalami nyeri seperti haid.

Apabila dokter yakin Anda memiliki gejala kanker leher rahim, dokter kemudian akan
memeriksa seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di
bawah ini.

 Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini
dilakukan dengan obat bius.
 Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
 Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan teknologi Computerised tomography (CT)
scan, Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission
tomography (PET) scan. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi tumor kanker dan
apabila sel kanker telah menyebar (metastasis)

8. Dukungan Nutrisi

Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia kanker, sehingga
perlu mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari skrining gizi, dan apabila hasil skrining
abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan dengan diagnosis serta tatalaksana nutrisi umum
dan khusus.

Tatalaksana nutrisi umum mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk penentuan jalur
pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi operatif (lihat lampiran).
Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa diare, konstipasi,
atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan serta kemo- dan atau radio-terapi. Pada
kondisi-kondisi tersebut, dokter SpGK perlu memberikan terapi nutrisi khusus, meliputi
edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa, sesuai dengan masalah dan kondisi gizi pada
pasien.

Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan yang sehat,
tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan alkohol dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan secara teratur dan
menghindari gaya hidup sedenter (Rekomendasi tingkat A).

Terapi nutrisi pada pasien kanker serviks perlu dilakukan secara individual sesuai dengan
kondisi pasien.

1. Kebutuhan nutrisi umum:

a. Kebutuhan energy

Idealnya, kebutuhan energi ditentukan dengan kalorimetri indirek, namun apabila tidak
tersedia, dapat dihitung dengan formula standar, misalnya rumus Harris Benedict yang
ditambahkan dengan faktor stres dan aktivitas, tergantung dari kondisi dan terapi yang
diperoleh pasien saat itu. Penghitungan kebutuhan energi pada pasien kanker juga dapat
dilakukan dengan rumus rule of thumb:

 Pasien ambulatory : 30 - 35 kkal/kg BB/hari


 Pasien bedridden : 20 - 25 kkal/kg BB/hari
 Pasien obesitas : menggunakan berat badan ideal

Pemenuhan energi dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan toleransi pasien.

 Kebutuhan protein: 1.2 - 2,0 g/kg BB/hari pemberian protein perlu disesuaikan
dengan fungsi ginjal dan hati.
 Kebutuhan lemak: 25 - 30% dari energi total untuk pasien kanker secara umum
(rekomendasi tingkat A).
35 - 50% dari energi total untuk pasien kanker stadium lanjut dengan penurunan BB
(rekomendasi tingkat A).

 Kebutuhan karbohidrat (KH) : sisa dari perhitungan protein dan lemak

b. Mikronutrien
Direkomendasikan pemberian vitamin dan mineral sebesar satu kali angka
kecukupan gizi (AKG) (Rekomendasi tingkat A)

c. Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar :
 Usia kurang dari 55 tahun : 30 - 40 mL/kg BB/hari
 Usia 55−65 tahun : 30 mL/kg BB/hari
 Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kg BB/hari

Pasien kanker yang menjalani radio- dan atau kemo-terapi rentan mengalami
dehidrasi, sehingga kebutuhan cairan dapat berubah, sesuai dengan kondisi klinis
pasien.

VI. Hasil dan Pembahasan

Kasus Kanker Serviks

Ny. Lisda, seorang Ibu rumah tangga berumur 46 tahun merupakan Ibu dari 5 orang anak,
dirawat di RS dalam rangka pengobatan Ca. Servixprogresif Post SS II. Beliau sudah
menjalani operasi kanker rahim, saat ini sedang menjalani program radiasi dan datang ke RS
untuk SS ke III. Ny. Lisda sering merasa mual, mulut terasa kering, merasa haus, tidak ada
nafsu makan, jika makan terasa ingin muntah. Berat badan Ny. Lisda sebelum sakit 45 Kg,
BB sekarang 35 Kg, TB 154 cm dan LILA 18,5 cm. Hasil Lab: BUN: 27 mg/dl, Hb: 10,8
g/dl, ALB: 3,3 g/dl.

Buat rencana asuhan gizi untuk Ny. Lisda!

Penyelesaian:

BB Sebelum sakit: 45 kg

BB Sekarang: 35 kg

TB: 154 cm

BBI = (TB - 100) – (TB-100) 10%


= (154-100) – ( 154-100) 10%

= 54-5,4

= 48,6 kg

BB
IMT =
(TB) ²

35
= 1,54 ²

= 14,76 ( Sangat Kurus )

LILA : 18,5 cm (KEK)

 Kebutuhan Energi

E = 35 kkal x BBI

E = 35 kkal x 35 kg

E = 1225 Kkal

Karena pasien sangat kurus (KEK) maka dilakukan penambahan energi:

Energi total = 1225 kkal + 250 kkal

= 1475 kkal

 Kebutuhan protein
P = 1 g/ Kg BBI
= 1 g X 48,6 kg
= 48,6 gr
= 48,6 gr X 4
= 194,4 Kkal

 Kebutuhan Lemak
L = 20% X Energi Total
= 20% X 1475 Kkal
= 295 Kkal
= 295 Kkal : 9
= 32,7 gr
 Kebutuhan Karbohidrat
Kh = E - (P + L)

Kh = 1475 - (194,4 + 295)

Kh = 1475 kkal – 489,4 kkal

Kh = 985,6 Kkal : 4

Kh = 246,4 gram

 Kebutuhan Fe

Fe = BB aktual/ BB AKG x Fe AKG

Fe = 35/ 55 x 26

Fe = 16,54

 Kebutuhan Vitamin C

Vit.C = BB aktual/ BB AKG x Vit.C AKG

Vit.C = 35/ 55 x 75

Vit.C = 47,72

 Karena pasien mengalami mual, ingin muntah dan tidak nafsu makan, maka
kebutuhan energi diberikan 3/4 dari kebutuhan energi total, yaitu:

*Energi = 3/4 x 1475 = 1106,25 kkal

*Protein = 3/4 x 48,6 = 36,45 gram

*Lemak = 3/4 x 32,7 = 24,52 gram

*KH = 3/4 x 246,4 = 184,8 gram

A. PENGKAJIAN GIZI
CH 1. DATA PERSONAL :

Nama : Ny. Lisda


Usia : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Diagnosa Medis : Ca. Servixprogresif

CH 2. RIWAYAT MEDIS :

Keluhan utama : sering merasa mual, mulut terasa kering,merasa haus, tidak ada
nafsu makan, jika makan terasa ingin muntah

Riwayat penyakit terdahulu : -

Riwayat penyakit sekarang : Ca. Servixprogresif

CH.3 RIWAYAT SOSIAL

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

AD. ANTROPOMETRI

BB : 35 KG
TB : 154 CM
IMT : 14,76

PERUBAHAN BERAT BADAN :


Sebelum sakit BB 45 kg dan BB sekarang 35 kg

STATUS GIZI : Sangat Kurus

BBI = (TB - 100) – (TB-100) 10%

= (154-100) – ( 154-100) 10%

= 54-5,4

= 48,6 kg
BB
IMT =
(TB) ²

35
= 1,54 ²

= 14,76 ( Sangat Kurus )

LILA : 18,5 cm (KEK)

BD. DATA BIOKIMIA

DATA BIOKIMIA : NILAI NILAI NORMAL INTERPRETASI

BUN 27 mg/dl 6 – 24 mg/dl Tinggi/Uremia

Hb 10,8 gr/dl 12 – 14 gr/dl Rendah/Anemia

Albumin 3,3 gr/dl 4 – 5,3 gr/dl Hipoalbumin

FIFIK KLINIS NILAI NORMAL INTERPRETASI

1. LLA 18,5 cm 23,5 cm KEK

2.

A. DIAGNOSIS GIZI

DOMAIIN INTAKE
1. Asupan makanan atau minuman secara oral inadekuat berkaitan dengan trauma
makanan akibat factor fisiologis yang ditandai dengan mual, muntah, dan tidak nafsu
makan (NI. 2.1)

2 NI-5.1
Peningkatan kebutuhan zat gizi spesifik (Protein, Fe, Vit.C) berkaitan dengan
perubahan metabolisme protein ditandai dengan Hb= 10,8 g/dl (Anemia).

DOMAIN KLINIS
1. NC-1.4
Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan terapi radiasi ditandai dengan mual
dan jika ingin makan terasa ingin muntah.

2. NC-2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus (Protein) berrkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal ditandai dengan ketidaknormalan kadar BUN yakni 27 mg/dl.

3. NC-3.1
Berat badan kurang berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi ditandai dengan
IMT=14,75 (Sangat Kurus) dan LILA=18,5 cm (KEK).

C. INTERVESI GIZI

A. PERENCANAAN

TUJUAN DIET

1. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya
terima pasien.

2. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.

3. Mengurangi rasa mual dan muntah.

4. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien
dan keluarganya.

EDUKASI GIZI
1. Topik : pemberian informasi status gizi dan diet pasca bedah
2. Sasaran : Px dan keluarga
3. Waktu : ±30 menit
4. Metode: ceramah, diskusi, tanya jawab
5. Alat peraga : leaftlet, food model
6. Materi :
1.menjelaskan tentang pola makan yang sehat
2.menjelaskan tentang gaya hidup sehat
3.memberikan informais bahan makanan yang tidak boleh di konsumsi
4.menjelaskan tentang diet ETPT
5. kualitas dan kuantitas bahan makanan serta bentuk makanan
Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring :
 Antropometri : IMT
 Biokimia : Mengontrol kadar Hb, BUN dan Albumin
 Dietry : Pegaturan Pola makanan

Evaluasi :

1. Pengaturan pola makan


2. Mengontrol Hb, BUN, ALB
3. Mencapai IMT Normal
4. Mengontrol keluhan utama

- Antropometri : BB, LILA

- Biokimia : BUN, Hb, Albumin

- Klinis :-

- Dietary : E, P, L, KH, Fe, Vit.C

B. IMPLEMENTASI

1. Terapi diet

Diet : Diet Kanker ETPT


Cara pemberian : oral
Bentuk makanan : Cair Kental

2. Syarat diet

1. Energi tinggi, yaitu 35 kkal/kg BB adalah 1475 kkal.


2.Protein tinggi, yaitu 1 g/kg BB adalah 48,6 gram.

3. Lemak sedang , yaitu 20% dari kebutuhan total adalah 32,7 gram.

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total adalah 246,4 gram.

5. Vitamin dan Mineral cukup terutama Vit.A, B.Komp, C , mineral Fe dan Zink

6. Rendah Iodium karena sedang menjalani terapi radiasi.

7. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring :

1. Mengontrol dan memonitor pola makan dan kebiasaan makan


2. Keluhan utama berkurang atau tidak ada lagi keluhan
3. Nilai Lab Normal
4. BB naik mencapai IMT normal dan LILA menjadi normal
Evaluasi :

Bila diet berhasil maka akan diterapkan diet selanjutnya sesuai kondisi pasien. Bila diet tidak
berhasil maka akan dilakukakn re assesment.

V. Kesimpulan :

Penyakit Kanker Serviks adalah Kanker serviks merujuk pada berbagai jenis keganasan
pada jaringan serviks atau mulut rahim dengan tipe terbanyak yaitu karsinoma sel skuamosa.
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada wanita yang menyebabkan angka
mortalitas yang tinggi. Kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV)
terutama tipe 16 dan 18 yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kanker serviks
merupakan kanker yang dapat dicegah dengan melakukan skrining secara rutin dan
melakukan vaksinasi HPV.

VI. Saran :

Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Daftar Pustaka
Levani, Yelvi, 2019. Kanker Serviks. https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-
ginekologi/kanker-serviks (Diakses pada tanggal 5 januari 2020)

 Anindyaputri.Irene.2019.KankerServiks. https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kanker-
serviks-kanker-leher-rahim/ (Diakses pada tanggal 5 Januari 2020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER


SERVIKS.2011 hal 1, 10, 21 http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf

Penanggung Jawab Laporan

Palembang, Januari 2020

Dyah Aulia Hapsari

PO.71.31.1.17.009
Lampiran Resep

 07:00
 Sup Kentang
Bahan-bahan :
50 gr kentang
20 gr Ikan segar
20 gr tahu
10 gr seledri
40 ml Telur ayam
5 gr bawang merah
5 gr bawang putih

Cara Membuat:
1. Rebus kentang tahu hingga matang, kemudian cincang halus. Sisihkan.
2. Rebus ikan gabus hingga matang lalu ambil kaldu ikan.
3. Tumis bawang putih dan bawang merah dengan mentega hingga wangi.
Kemudian masukan tahu, kentang, ikan dan telur ayam lalu tumis kembali
4. Tuang air sambil terus diaduk masukkan garam, lada, dan gula hingga matang.
5. Setelang semua matang, dinginkan lalu blender hingga halus
6. Hidangan siap disajikan

 09:00
 Jus Alpukat
Bahan-bahan :
100 gr alpukat matang
150 ml air
10 gr gula pasir

Cara Membuat:
1. Ambil dan belah buah alpukat menjadi dua bagian.
2. Buang biji alpukat dan ambil dagingnya. Caranya yaitu dengan dikerok dengan
sendok.
3. Lalu masukkan alpukat kedalam blender.
4. Setelah itu tambahkan air dan gula pasir.
5. Blender buah alpukat tadi hingga halus.
6. Tuang jus alpukat kedalam gelas.
7. Jika sudah selesai, jus alpukat siap untuk dinikmati.

 12:00
 Puree labu kuning
Bahan-bahan:
60 gr labu kuning
30 gr ikan segar
30 gr tempe
20 gr wortel

Cara Membuat:
1. Cuci bersih labu kuning, kupas, potong, lalu kukus.
2. Kukus wortel parut dan tempe
3. Ikan gabus dimasak hingga matang.
4. Kemudian saring tempe dan wortel.
5. Hancurkan labu kuning dan ikan gabus hingga lembut.
6. Tambahkan sedikit air dan siap disajikan

 16:00
 Jus Jeruk
Bahan-bahan :
40 gr Jeruk manis
10 gr gula pasir
40 gr papaya
60 gr Mangga
10 gr gula pasir
200 ml air

Cara Membuat:
1. Kupas jeruk lalu jeruk di peras, di ambil sarinya saja
2. Kupas Pepaya dan mangga, lalu potong kecil
3. Lalu masukkan air jeruk, pepayadan mangga ke dalam blender.
4. Tambahkan gula dan air.
5. Blender hingga rata.
6. Tuang jus ke dalam gelas.

 18:00
 Sup Krim Jagung
Bahan-Bahan:
80 gr jagung kuning pipil, haluskan
20 gr dada ayam
25 gr tahu
20 gr Wortel
2 sdm Maizena dilarutkan
1 sdm margarin
1/2 sdt lada putih bubuk
1/2 sdt garam
1 sdm gula pasir
5 gr daun bawang potong
1 sdm bawang bombay
Air secukupnya

Cara Membuat:

1. Didihkan air, rebus ayam hingga lunak, angkat, potong dadu kecil.
2. Rebus tahu dan kupas wortel lalu wortel di cincang halus
3. Panaskan margarin, tumis bawang Bombay hingga layu, lalu masukkan kedalam
kaldu ayam.
4. Masukkan ayam, jagung, tahu, wortel, kecuali daun bawang dimasukkan sesaat
sebelum diangkat.
5. Aduk rata lalu kentalkan dengan larutan maizena.
6. Angkat sup hingga dingin.lalu blender bahan hingga halus
7. Sajikan hangat

 20:00
 Smoothie tempe
Bahan-bahan :
30 gr tempe
75 gr Susu skim cair
30 gr Strawberry
30 gr Buah Naga merah
10 gr Gula pasir
100 ml air

Cara Membuat:
1. Kupas buah naga merah dan strawberry, dicuci bersih kemudian potong dadu
2. Tempe direbus selama 5 menit
3. Lalu masukkan buah dan tempe kedalam blender.
4. Setelah itu tambahkan susu skim cair, gula pasir dan air
5. Blender semua bahan tadi hingga halus.
6. Tuang jus kedalam gelas.
7. Jika sudah selesai, jus siap untuk dinikmati.

Anda mungkin juga menyukai