Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATERNITAS

KANKER SERVIKS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. CATUR BEKTI SUSILO

2. DIAN MUSLIMAH

3. HAFIF

4. IWAN SUGIANTO

5. KUSMIYATI

6. TR MARTIAN A

7. YULIANI

KELAS B19 ALIH JENJANG

PRODI SI KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

2021
DAFTAR ISI

BAB I      PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
1.2     Tujuan
a.  Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA
2.1  DefInisi
2.2  Etiologi
2.3  Tanda dan gejala
2.4  Pemeriksaan Diagnostik
2.5 Klasifikasi Klinis
2.6 Komplikasi
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Pencegahan
BAB III    PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak menelan korban
pada wanita di seluruh penjuru dunia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya
dilaporkan ada 15.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya yang terjadi di Indonesia.
Deteksi dini seperti tes pap smear rutin masih belum menjadi perhatian umum. Apalagi
kanker serviks ini juga tidak akan menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul
saat kanker sudah mulai menyebar dan memasuki tahap stadium lanjut.
Setelah kanker payudara, kanker serviks menduduki posisi kedua sebagai penyakit
kanker yang menyumbang angka kematian paling tinggi di dunia. Sayangnya, penyakit
kanker yang hanya menyerang wanita ini tidak bisa diobati, tetapi pencegahan dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak dan komplikasi terburuk yang mungkin terjadi. 
Mulanya, kanker serviks berisiko terjadi pada wanita berusia sekitar 45 tahun ke atas.
Sayangnya, kini penyakit mematikan satu ini lebih mudah terjadi pada remaja wanita, bahkan
ditemukan kasus kanker serviks pada remaja perempuan usia 21 hingga 22 tahun. Di kawasan
Asia Tenggara, Indonesia menduduki posisi teratas dengan jumlah pengidap kanker serviks
paling banyak. Setidaknya, setiap tahun ada 26 perempuan yang kehilangan nyawa karena
penyakit ini.

Sebagian besar kasus kanker serviks tidak terdeteksi karena tidak menunjukkan gejala
yang spesifik. Ini yang membuat penyakit satu ini selalu mengalami keterlambatan
penanganan, karena gejala yang turut terlambat terdiagnosis. Gejala yang umum terjadi
adalah keluarnya bercak darah ketika berhubungan intim atau cairan dengan bau yang
menyengat. Rasa sakit pada panggul pun tidak terlalu teridentifikasi. 

Apabila pemeriksaan kesehatan dilakukan sejak dini dan terdiagnosis muncul gejala
kanker serviks, pengobatan yang dilakukan dapat membantu penyembuhannya. Namun, jika
kanker serviks sudah berkembang lebih buruk, bahkan hingga stadium 3 atau 4, efektivitas
pengobatannya juga semakin rendah. 

1.2   Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas maternitas tentang
konsep keganasan pada sistem reproduksi wanita mengenai penyakit kanker serviks.
b. Tujuan khusus
Memahami konsep keganasan yang terjadi pada penyakit kanker serviks, antara lain:
1. Mendefinisikan dan menjelaskan penyebab, tanda-tanda dan gejala kanker
serviks.
2. Mengidentifikasi pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis, klasifikasi
klinis dan komplikasi yang ditimbulkan.
3. Mendiskusikan penatalaksanaan yang tepat  pada kanker serviks dan
pencegahannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ
reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual,
mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina. Kanker ini terjadi saat ada sel-sel di leher
rahim/ serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali. Sel-sel
abnormal ini dapat berkembang dengan cepat, sehingga mengakibatkan tumbuhnya tumor
pada serviks. Tumor yang ganas ini kemudian akan berkembang dan menjadi penyebab
kanker serviks.

2.2  ETIOLOGI

Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma
Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV  ditularkan
melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah  (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi
Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18)
mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Infeksi virus ini cenderung meningkat pada orang yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak pasangan. Perilaku seksual yang berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom
atau berbagi mainan seks (sex toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu membuat seseorang
rentan mengidap kanker serviks. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin
(imunisasi) HPV jelas memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab
kanker serviks.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang wanita terkena kanker
serviks, antara lain:
1. Faktor keturunan/genetik
2. Usia, terutama wanita yang berusia 40 tahun ke atas.
3. Merokok.
4. Kurangnya konsumsi buah dan sayur.
5. Berat badan berlebih (obesitas).
6. Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang.
7. Frekuensi hamil dan melahirkan.
8. Hamil atau melahirkan di usia sangat muda.
9. Kondisi medis tertentu, seperti infeksi klamidia.
10. Konsumsi obat-obatan tertentu.

2.3  TANDA DAN GEJALA


Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis kanker yang terjadi di sel-sel
leher rahim yang disebabkan oleh human papilloma virus atau HPV. Meskipun gejala kanker
serviks baru muncul saat kanker sudah berkembang, namun ada beberapa hal yang bisa
menjadi ciri-ciri kanker serviks. Berikut ini tanda/gejala kanker serviks yang perlu
diwaspadai:

 Pendarahan pada Miss V


Gejala umum dari kanker serviks adalah pendarahan pada Miss V, baik dalam jumlah
banyak maupun hanya berupa flek. Pendarahan ini dapat terjadi setelah berhubungan
seksual (contact bleeding), di luar periode menstruasi atau setelah menopause.
 Flek atau Keputihan Berbau
Keputihan yang tidak normal merupakan salah satu ciri kanker serviks. Perlu
diwaspadai bila muncul keputihan yang lendirnya mengalami perubahan warna
(berwarna merah muda atau kecokelatan), berbau tidak sedap, serta teksturnya
berubah.
 Perubahan Siklus Menstruasi
Gejala lainnya adalah perubahan siklus menstruasi, yaitu menstruasi bertambah
panjang (lebih dari 1 minggu dalam 3 bulan atau lebih) atau jumlah darah yang
dikeluarkan bertambah banyak dibanding biasanya.
 Munculnya Rasa Nyeri
Nyeri dapat terjadi pada perut bagian bawah atau panggul, biasanya muncul setiap
kali berhubungan seksual. Nyeri juga dapat muncul pada punggung dan pinggang
yang menandakan adanya komplikasi berupa pembengkakan pada ginjal, serta nyeri
pada tulang akibat sel-sel kanker yang sudah menyebar ke bagian tersebut.
 Perubahan Kebiasaan Buang Air Kecil
Kanker serviks terkadang bisa mengubah kebiasaan buang air kecil menjadi lebih
sering dari biasanya. Tidak hanya itu, penyumbatan ginjal juga bisa terjadi akibat
kanker serviks. Penyumbatan ginjal bisa menyebabkan rasa tidak nyaman atau
terkadang sulit buang air kecil / perubahan frekuensi buang air kecil serta munculnya
darah dalam urine (hematuria).
 Penurunan Berat Badan
Berat badan turun secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya, gejala
ini juga disertai dengan menurunnya nafsu makan. Hal ini karena sel kanker yang
sudah menyebar bisa menyebabkan metabolism tubuh berubah, sehingga bisa
mempengaruhi nafsu makan.
 Pembengkakan pada Salah Satu Kaki
Gejala kanker serviks yang satu ini akan terjadi jika kanker serviks yang sudah
memasuki stadium lanjut biasanya bisa menyebabkan berbagai komplikasi. Kondisi
ini terjadi ketika sel kanker menekan pembuluh darah di panggul, sehingga
menghambat aliran darah ke kaki. Akibatnya, terjadi penumpukan cairan yang
menyebabkan kaki menjadi bengkak.
 Kelelahan
Kelelahan juga bisa menjadi gejala yang dialami pengidap kanker serviks. Perdarahan
tidak normal dari vagina yang dialami pengidap lama kelamaan bisa membuat
tubuhnya kekurangan sel darah merah atau anemia sehingga akhirnya menyebabkan
kelelahan.

2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Diagnosis kanker serviks ditegakkan dengan tes pap smear. Dokter dapat melakukan
tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks jika tes pap smear
menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti kolposkopi dan biopsi. Jika dokter
menemukan adanya potensi kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah
kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini:

 Pemeriksaan kondisi rahim, vagina , rektum, dan kemih apabila terdapat kanker.
 Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ kewanitaan, seperti tulang, darah
dan ginjal.
 Tes pemindaian, yaitu dengan teknologi computerised
tomography (CT) scan, Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X,
dan Positive emission tomography (PET) scan. Tujuan dari tes adalah
mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah menyebar (metastasis).
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi sel-sel yang berpotensi menjadi kanker.
Namun, tes ini bukanlah tes untuk kanker, melainkan untuk memeriksa kesehatan sel-sel pada
leher rahim (serviks). Bagi wanita yang pernah berhubungan seksual dan berusia 25–49
tahun, disarankan untuk rutin melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Sedangkan bagi
wanita yang berusia 50–64 tahun, disarankan untuk rutin melakukan pap smear setiap lima
tahun sekali.

Melakukan pemeriksaan secara rutin membuat sel kanker pada serviks terdeteksi lebih
awal, sehingga persentase kesembuhan menjadi lebih besar. Perlu diketahui, pemeriksaan
rutin tersebut wajib dilakukan mengingat kanker serviks tidak menimbulkan tanda dan gejala
di awal kemunculannya. Hal tersebut yang membuat banyak wanita yang tidak menyadari
bahwa dirinya sudah terinfeksi HPV.

2.5 KLASIFIKASI KLINIS

Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih
jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana
penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor
kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
 Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT)
Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
disekitar serviks.
 Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan
alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
 Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini
kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
 Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
  Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
  Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
  Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh,
seperti paru-paru, hati, atau tulang.
2.6. KOMPLIKASI
Penyebaran kanker serviks bisa meluas ke beberapa bagian tubuh. Ini disebabkan
karena sel-sel kanker memisahkan diri dari jaringan inti dan menyerang jaringan normal di
dekatnya. Daya perlekatan sel kanker yang kurang juga membuat sel kanker dapat dengan
mudah menyebar bila terjadi penekanan pada bagian yang terkena kanker sehingga sel-sel
kanker tersebut dapat dengan mudah menyusup ke jaringan normal, antara lain:

1. Panggul
Di sinilah awalnya perkembangbiakan sel kanker hingga bisa menyebar ke bagian-
bagian tubuh lainnya. Mulai dari bagian kandung kemih sampai ke hati. Untuk daerah
panggul misalnya, biasanya penyebaran kanker serviks yang mencapai daerah
panggul artinya seseorang tersebut sudah menginjak kanker stadium tiga. Tanda-tanda
penyebaran kanker serviks di bagian panggul ditandai dengan nyeri pada panggul dan
penurunan berat badan yang signifikan.
2. Ginjal
Kanker serviks yang tidak segera diatasi dapat sebabkan gangguan pada ginjal.
Dilansir dari National Health Service UK, pada kasus kanker serviks yang sudah
dalam tahap stadium lanjut, sel kanker menyebabkan penumpukan urine dalam ginjal.
Kondisi ini menyebabkan setengah fungsi ginjal hilang bahkan paling parah
menyebabkan kerusakan fungsi ginjal secara menyeluruh. Ada beberapa pengobatan
yang bisa dilakukan oleh pengidap gagal ginjal yang terkait dengan kanker serviks,
seperti cuci darah.
3. Tulang
Kanker serviks dapat menyebar hingga ke tulang. Dilansir dari Cancer Research UK,
ketika kanker serviks telah menyebar ke tulang ada beberapa gejala yang dialami oleh
pengidap kanker serviks, seperti rasa nyeri pada tulang. Tidak hanya itu, kanker
serviks yang menyebar pada tulang nyatanya dapat menyebabkan tulang lebih rawan
dan mudah patah.
4. Organ Terdekat
Kanker serviks dapat menyebar pada beberapa organ yang berada dekat dengan
bagian tubuh yang mengalami penyakit kanker. Penyebaran pada beberapa organ di
sekitar sudah menandakan kanker serviks berada pada stadium yang cukup parah.
2.7 PENATALAKSANAAN

 Kanker noninvasive, terbatas


Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk :
1. Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil
selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
2. Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser
untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
3. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan
lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau
bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
4. Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker.
5. Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker
dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus
yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.

 Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada
serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan.
Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium
kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien
sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari
1. Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan
hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm)
ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian
vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana
terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya
tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium
dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat
pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy
termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2. Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy)
dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan
di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks
stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi
merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat
dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum
operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel
kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis
termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan
vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita
premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.

3. Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren
yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan
calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan
telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada
beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan
hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi
ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien
kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti.
Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker
serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate,
vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl
melamine.  Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker
serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan
bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute
Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan
kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun
secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa
obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada
wanita premenopause.
4. Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan
hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker
serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari
pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan
bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak
bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin
mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43%     ( harapan hidup 2
tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini,
cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan
kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian
metastasis jauh.

2.8 PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV.
HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya
dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat
mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker
serviks yaitu :
 Menghindari hubungan sex pada umur muda.
 Memiliki partner seks tunggal
  Menghindari merokok

Vaksniasi HPV. 

Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang
paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimana pula pada
wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali.
Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga
disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas. Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak
dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu
membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin
untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.

Pemeriksaan Pap Rutin. 


Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif untuk mendeteksi
kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin sebagai berikut :
 Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama
atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
  Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2
tahun sekali.
 Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
  Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah
dapat dihentikan.
BAB III
PENUTUP

1. Kanker serviks merupakan penyakit mematikan, paling umum disebabkan oleh virus
yang dikenal sebagai Human Papilloma Virus (HPV). Hampir 99% pengidap kanker
serviks disebabkan oleh serangan virus tersebut. Strain virus yang paling umum
adalah HPV 16 dan HPV 18. Keduanya menyebabkan di hampir 70% kasus penyakit
ini. Biasanya virus ini ada pada organ vital pria, akan tetapi virus tersebut tidak
menyerang mereka dan malah menyerang pasangan lawan jenisnya. Penyakit ini pun
bukan disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau substansi tertentu. Seseorang
dapat terinfeksi virus HPV jika tertular oleh orang lain melalui hubungan intim,
penggunaan barang pribadi milik orang lain yang terinfeksi HPV, atau lewat kontak
tidak langsung.
2. Pertumbuhan dan penyebaran kanker serviks dapat dipicu oleh beragam hal. Beberapa
faktor yang berkaitan dengan riwayat aktivitas seksual yang tidak aman juga bisa
meningkatkan risiko kanker serviks. Seks yang tidak aman bisa memperbesar risiko
paparan HPV. Mereka yang harus waspada adalah wanita yang sudah aktif secara
seksual pada usia muda; memiliki banyak pasangan seksual; dan memiliki satu
pasangan yang dianggap berisiko tinggi. 
3. Kanker Serviks Dapat Dicegah, meski tidak 100% mencegah, tetapi pemberian vaksin
sejak usia 10 tahun ke atas dapat menekan pertumbuhan virus HPV. Untuk usia 10
hingga 13 tahun, pemberian vaksin cukup membutuhkan 2 dosis. Sementara usia 16
hingga 18 tahun atau remaja akhir, vaksin diberikan dalam 3 dosis dengan jarak 1
hingga 6 bulan antara masing-masing dosis penyuntikan.
DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Halodoc. (2019). https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-serviks. Diakses pada


tanggal 25 Mei 2021.

Puspita, I. (2014) MATERI PENYULUHAN KESEHATAN SERVIKS.


https://www.academia.edu/9726697/MATERI_PENYULUHAN_KESEHATAN_KANKER_
SERVIK_MATERI. Diakses pada tanggal 27 Mei 2021.

Nurjanah, R. (2014). LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MATERNITAS.


https://www.slideshare.net/robynurjanah/landasan-teori-29878316. Diakses pada tanggal 27
Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai