Anda di halaman 1dari 30

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

KANKER SERVIKS

A. Pengertian Virus Corona...............................................................5


B. Sejarah Virus Corona....................................................................6
C. Karakteristik Virus Corona............................................................9
D. Patogenesis dan Patofisiologis.....................................................9
E. Jenis-Jenis Virus Corona..............................................................13
F. Perbedaan Virus Corona dengan Virus Influensa.........................17
G. Penyebaran Virus Corona.............................................................19
H. Tanda dan Gejala Terjangkit Virus Corona...................................20
I. Diagnosis Virus Corona................................................................24
J. Pencegahan Virus Corona............................................................27
K. Terapi............................................................................................36

BAB III PENUTUP........................................................................................45

A. Kesimpulan ..................................................................................45
B. Saran............................................................................................46

Daftar Pustaka.............................................................................................. 47

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada
zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel
sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian
terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang.
Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap
tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan
penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama
penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi
terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini
merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga
sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati
urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara
berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus
berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik
merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun
secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear
oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum
lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti
mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang
efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi
masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi
dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih
berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang
lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring
dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan
prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.
Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit
melalui sistem stadium.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa
sajakah klasifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari
kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari
kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker
serviks ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kanker Serviks ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Kanker Serviks dan klasifikasi dan gejala
klinis dari kanker serviks ?
2. Untuk Mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari
kanker serviks ?
3. Untuk Mengetahui gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Untuk Mengetahui patologi, penyebaran, dan diagnosis dari
kanker serviks ?
5. Untuk Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan kanker
serviks ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Serviks


Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah
kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan
menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses
perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca
invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker
serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses
terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS),
kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari
displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun,
sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20
tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada
leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa
menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita
B. Klasifikasi Kanker Serviks
Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya
adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi
and Obstetrics) yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya
diketahui secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke
panggul, telah mengenai dinding vagina tapi tidak
melebihi 2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian
bawah vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

C. Gejala Klinis Kanker Serviks


Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos
dengan sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan
pervagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa
perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus
yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda
yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang
keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat
infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause. Pada fase
invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.

Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.


1. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila
ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa
juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
2. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan
poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab
terbanyak. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan
sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat
nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-
laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret
genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan
servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan
bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan
segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini,
pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti
vitamin E atau beta karoten setiap hari.

2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko
terjangkit kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah
pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu
kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko
terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan
belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada
lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi tidak pada
kelompok usia lebih tua.
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko
terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah
dikontrol dengan infeksi HPV.

c. Merokok
Beberapa penelitian menunukan hubungan yang kuat
antara merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol
dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan
serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan
bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive
terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian
4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral.
Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk
menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding
yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker
serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan
hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan
kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola
kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.
Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan
pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in
situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan
kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena
adanya bias dan faktor confounding.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat
gizi tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat,
berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia
ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi
bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan
hubungan yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan
tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen
pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah.
Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga
dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks
mulai menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan
kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan
genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi
pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang
lain.
E. Epidemiologi Kanker Serviks
a. Epidemiologi terkait frekuensi penyakit
1. Tingkat dunia
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
angka kematian terbesar di dunia dan bisa menyerang siapa saja,
baik laki-laki maupun perempuan. Namun, terdapat beberapa jenis
kanker yang berisiko lebih tinggi dialami oleh perempuan, yakni
kanker payudara dan serviks.

Kedua jenis kanker ini merupakan salah satu pembunuh


utama bagi perempuan di seluruh dunia. Di banyak negara,
termasuk Indonesia, kanker serviks bersama kanker payudara
menempati peringkat teratas penyebab kematian pada
perempuan.

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, secara


global diperkirakan pada tahun 2018 terdapat pertumbuhan 627
ribu perempuan yang baru mengidap kanker payudara.
Sedangkan kanker serviks, menurut WHO, merupakan jenis
kanker nomor empat yang paling sering menyerang perempuan.
dengan perkiraan terdapat 570 ribu kasus baru pada 2018 yang
mewakili 6,6 persen dari semua jenis kanker yang menyerang
perempuan. Tercatat, sekitar 90 persen kematian akibat kanker
serviks terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

2. Tingkat Asia
Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan kanker
nomor dua yang paling banyak diderita oleh perempuan di seluruh
dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
paling utama, khususnya bagi perempuan di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2000 diperkirakan terdapat 370.000
kasus dari sekitar 470.600 kasus baru kanker serviks dari seluruh
dunia yang diderita oleh perempuan di negara-negara
berkembang. Dari jumlah tersebut lebih dari separuh berasal dari
negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Kanker serviks juga
menjadi penyebab kematian dari 233.400 perempuan di dunia
setiap tahunnya.

Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di


negara-negara berkembang adalah karena tidak adanya program
screening / pemeriksaan yang efektif yang ditujukan untuk
mendeteksi secara dini kanker serviks. Jika dibandingkan dengan
wanita di negara-negara maju, amat sedikit jumlah perempuan di
negara berkembang yang mempunyai akses pada pelayanan
deteksi dini kanker serviks. Diperkirakan hanya lima persen
perempuan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia,
yang pernah menjalani pemeriksaan untuk deteksi dini kanker
serviks selama lima tahun terakhir. Di Finlandia dan Islandia,
suatu program screening nasional untuk deteksi dini kanker
serviks telah dilaksanakan sejak tahun 1960 dan mencakup
hampir seluruh perempuan di negara tersebut. Program ini dapat
menurunkan angka kematian sebagai akibat kanker serviks
sebanyak 80 persen setelah kurun waktu 20 tahun. Di Amerika
Serikat yang cakupannya masih kurang menyeluruh, angka
kematian sebagai akibat kanker serviks dapat menurun sebanyak
hampir 70 persen dalam waktu 50 tahun semenjak program
tersebut dimulai.

3. Tingkat Indonesia
Data GLOBOCAN 2018 menunjukkan, kasus baru kanker
serviks di Indonesia mencapai 32.469, atau 17,2% dari kanker
perempuan di Indonesia.

Angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per


tahun. Itu berarti ada 50 perempuan Indonesia meninggal dunia
setiap hari akibat kanker serviks.

Angka ini meningkat drastis dari data GLOBOCAN 2012,


yang menyatakan 26 perempuan Indonesia meninggal dunia
setiap hari akibat kanker serviks.

Menurut Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), data terbaru


GLOBOCAN selaras dengan penelitian di Indonesia, yang
menemukan insiden kanker serviks 1 dari 1.000 perempuan.

“Sekitar 80% pasien datang dalam stadium lanjut, dan 94%


pasien stadium lanjut, meninggal dalam waktu dua tahun. Kalau
dirata-rata, sekitar 40-60 perempuan meninggal dalam sehari,”
tutur Prof. Andri, Ketua HOGI (Himpunan Ginekologi Onkologi
Indonesia) saat diskusi media dengan tema 'Insiden Kanker
Serviks Terus Meningkat, Take Action Now' di Penang Bistro
Kebon Sirih, Rabu (13/2/2019).

Ia menjelaskan, pencegahan primer dan sekunder harus


dilakukan. Pencegahan primer dengan melakukan vaksinasi.
Sementara sekunder dengan melakukan skrining atau deteksi dini.

Sayangnya kedua pencegahan itu masih kurang dilakukan di


Indonesia.cakupan skrining di Indonesia baru 11%, dengan Pap
smear sekitar 7% dan IVA (inspeksi asam asetat) sekitar 4%.salah
satu penyebab rendahnya skrining di yakni rasa malas atau
enggan untuk melakukan skrining rutin.

Ini sangat berbeda dengan pengalaman Prof. Andri di


Belanda. Di negara tersebut, setiap perempuan usia produktif
ditelepon setiap tahun untuk skrining rutin.

4. Tingkat Sulawesi Selatan


Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menyebutkan bahwa
kanker yang paling banyak menyerang masyarakat saat ini salah
satunya adalah kanker leher rahim (serviks) yakni sebanyak 151
penderita pada tahun 2009. (Dinas Kesehatan Sul-Sel). Data yang
diperoleh dari pencatatan rekam medik di beberapa Rumah Sakit
di Makassar seperti RSUD Labuang baji Makassar tahun 2009
jumlah penderita kanker rahim sebanyak 220. Untuk penderita
kanker serviks sebanyak 97, kanker endometrium sebanyak 61
orang, dan penderita kanker ovarium sebanyak 52 baik kasus
yang rawat inap maupun rawat jalan. Rumah Sakit Plamonia Tk.II
Makassar terdapat 80 penderita yang terdiagnosa positif kanker
serviks, semua pasien penah dirawat inap diperawatan kebidanan
dan kandungan (Obgyn) ( Asriani, 2010). RSUP.Dr.Wahidin
Sudirohusodo yang tergabung dalam rekam medik menujukkan
bahwa jumlah penderita kanker serviks masih sangat banyak
terjadi, dimana pada tahun menunjukkan bahwa jumlah penderita
kanker serviks yang datang berobat cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dimana pada tahun 2001 terdapat 50 kasus, tahun
2002 sebanyak 116 kasus, tahun 2003 sebanyak 131 kasus, dan
tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 117 kasus. Tahun
2006 rawat jalan 550, rawat inap 193 kemudian tahun 2007 kasus
rawat jalan menjadi 575, tahun 2008 rawat jalan 220 kasus,
meninggal 9 orang dan tahun 2009 rawat jalan 193 kasus dan
rawat inap sebanyak 169 kasus (rekam medik RSUP.Dr.Wahididn
Sudirohusodo, 2010).
b. Epidemiologi terkait frekuensi penyakit
1. Distribusi Menurut Umur
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai
dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi
Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal
juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru
menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1
untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3
untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah
hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan
seks pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk
jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-
rata adalah 12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun
dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7 tahun. NIS akan
berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS
pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif
meningkat 2 kali.
Kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69
tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan
untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-
49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok
umur 60-69 tahun.
2. Distribusi Menurut Tempat
Frekuensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-
negara berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh,
Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika
Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit
keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan yang ada
lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society
(2000) membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada
kelompok wanita minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan
wanita India. Hal ini berkaitan dengan anggapan mereka bahwa
wanita yang tidak melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas)
tidak perlu melakukan Pap smear.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-
1994 insidens kanker leher rahim mencapai 100/100.000
penduduk pertahun, sedangkan proporsi kanker leher rahim dari
semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi anatomi pada
tahun 2000, seperti Surabaya ditemukan sebesar 24,3%,
Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%, Surakarta sebesar
28,2% dan Medan sebesar 16,9%.
3. Distribusi Menurut waktu
Proporsi kasus kanker serviks menurut tahun diagnois
berdasarkan data sementara (periode koleksi data September
2016 – September 2018). 8,8% (893) kasus pada data sementara
kasus kanker dengan diagnosis tahun 2008-2014 yang sudah
terkumpul pada database registrasi kanker adalah kasus kanker
serviks. Pada pengelompokan menurut usia, terlihat bahwa kasus
kanker ini juga umumnya terjadi pada pasien usia dewasa (34,5%
pada kelompok usia 41-50 tahun, 36,3% pada kelompok usia 51-
60 tahun, 13,0% pada kelompok usia 61-70 tahun, diikuti 11,2%
pada kelompok usia 31-40 tahun). Pasien kanker serviks
umumnya ditemukan pada stadium 2A (19,4%), 3B (16,5%), dan
2B (15,6%). Hasil pemeriksaan jaringan pada pasien mayoritas
menunjukkan kanker memiliki diferensiasi buruk (31,9%) dan
moderat (20,2%).

F. Patologi Kanker Serviks


Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut
skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak
diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis
serviks.
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai
massa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis.
2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks
dan cenderung infitratif membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur
jaringan pelvis dengan melibatkan fornices vagina untuk
menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami
mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis
epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio
yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali
berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui
tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.

1. Penyebaran Kanker Serviks


Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah
bening menuju 3 arah :
a) ke arah fornices dan dinding vagina,
b) ke arah korpus uterus, dan
c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan
kiri sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak
dalam (hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh darah
(bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya
terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi
immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro
invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman
invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh
limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari
membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam
pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor
mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara
klinis belum tampak sebagai karsinoma.
Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat
IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara
limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara
perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus,
rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal
stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa
regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,
hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis
dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia
di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan
karena perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal
menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat
ureter masuk ke dalam kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu
perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar
kandung kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama
paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di
pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena
dan baru terjadi penyebaran hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. Fornices dan dinding vagina
2. Korpus uteri
3. Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi
septum rektovagina dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar
kelenjar limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka,
obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke
trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru,
hati, ginjal, tulang serta otak.
G. Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya
sudah lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan
skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi,
eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan
kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat akan dapat
menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering
ditemukan, berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma
serviks. Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh
darah, yang makin lama makin sering terjadi diluar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat
metastase jauh.
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam
menegakkan diagnosa kanker serviks adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes
Pap sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini.
Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks dan
endoserviks.
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
kolposkop, yaitu suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah
dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear
yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan
pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat.
Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks,
tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan
pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa
histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah
dilakukan kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai,
sampel diambil secara konisasi.
H. Pengobatan untuk Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada
lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum
penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki
anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan
untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur
ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.
Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan
masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati
kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-
sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi, yaitu :
 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran
biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6
minggu.
 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah
kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu
penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
 Iritasi rektum dan vagina
 Kerusakan kandung kemih dan rektum
 Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang
dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi
digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat
anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu
periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu
seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki
sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis
dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang
bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
I. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks
Pengendalian kanker serviks dengan pencegahan dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier Strategi kesehatan masyarakat
dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah
dengan pencegahan primer dan pencegaan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari
faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker
serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan
perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari
faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda
dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat
dilakukan dengan imuisasi HPV pada kelompok masyarakat.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan
deteksi dini dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk
menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni
sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.
Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang
lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar
10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan
metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa
pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra
invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%.
Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan
pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah
dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap
smear terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat
kanker serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun
(WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan
penanganan kanker serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Diagnosis dini, misalnya screening
Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pe
mberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat k
emoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker
dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan ke
moterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didia
g nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang d
apat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan ke
moterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberik
an untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengob
atan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan
untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama w
alaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas d
an dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif u
ntuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase
karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memb
erikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digu
nakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclopho
pamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomyc
in) dan lain –lain (Prayetni, 1997)

2) Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi
yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan
yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan.
Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat
uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada
pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan
penanganan kanker umumnya ialah secara pendekatan
multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi
radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar
untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi
penderita yang masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua
bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan
pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita
kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda
lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran,
buah dan sereal untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat
mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan
penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko
terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat
muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid
terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat
terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur.
Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan
di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya
yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk
deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal
dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan
sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita
dari kotoran dan penyakit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses
perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca
invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun. Ada
beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah
yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and
Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala klinis
kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam
bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak
kanker serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan
sebagai penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola
hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi
gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok
umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium
IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada
kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan
pada kelompok umur 60-69 tahun. Frekwensi kanker rahim
terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di
Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang
disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ
terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, di dalam
kanalis serviks. Penyebaran kanker serviks pada umumnya secara
limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke arah
fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke
arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi
septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker serviks
tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah
kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan
pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu :
Pembedahan, Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis.
Sedangkan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencegah kanker serviks, yaitu : miliki
pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, hindari merokok,
hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim
atau dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks
dengan banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear
secara teratur, dan sebagainya.
B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik
mencegah dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi
seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit
bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai. 2011. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher


Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2010-2011. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderit
a_Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_P
usat_Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Ayu Izza. 2013. Epidemiologi Kanker Serviks.
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-
serviks/). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Kumpulan info sehat. 2012. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-
kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html).
https://kumparan.com/kumparanstyle/kanker-payudara-and-serviks-
pembunuh-utama-perempuan-di-seluruh-dunia-1549258510441686698
https://mobile.unala.net/2018/09/23/mengenal-kanker-serviks/
https://canreg.fk.ugm.ac.id/kegiatan/

Anda mungkin juga menyukai