KANKER SERVIKS
A. Kesimpulan ..................................................................................45
B. Saran............................................................................................46
Daftar Pustaka.............................................................................................. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada
zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel
sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian
terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang.
Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap
tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan
penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama
penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi
terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini
merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga
sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati
urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara
berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus
berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik
merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun
secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear
oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum
lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti
mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang
efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi
masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi
dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih
berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang
lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring
dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan
prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.
Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit
melalui sistem stadium.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa
sajakah klasifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari
kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari
kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker
serviks ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kanker Serviks ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Kanker Serviks dan klasifikasi dan gejala
klinis dari kanker serviks ?
2. Untuk Mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari
kanker serviks ?
3. Untuk Mengetahui gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Untuk Mengetahui patologi, penyebaran, dan diagnosis dari
kanker serviks ?
5. Untuk Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan kanker
serviks ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko
terjangkit kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah
pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu
kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko
terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan
belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada
lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi tidak pada
kelompok usia lebih tua.
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko
terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah
dikontrol dengan infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa penelitian menunukan hubungan yang kuat
antara merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol
dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan
serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan
bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive
terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian
4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral.
Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk
menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding
yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker
serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan
hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan
kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola
kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.
Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan
pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in
situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan
kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena
adanya bias dan faktor confounding.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat
gizi tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat,
berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia
ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi
bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan
hubungan yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan
tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen
pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah.
Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga
dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks
mulai menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan
kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan
genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi
pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang
lain.
E. Epidemiologi Kanker Serviks
a. Epidemiologi terkait frekuensi penyakit
1. Tingkat dunia
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
angka kematian terbesar di dunia dan bisa menyerang siapa saja,
baik laki-laki maupun perempuan. Namun, terdapat beberapa jenis
kanker yang berisiko lebih tinggi dialami oleh perempuan, yakni
kanker payudara dan serviks.
2. Tingkat Asia
Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan kanker
nomor dua yang paling banyak diderita oleh perempuan di seluruh
dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
paling utama, khususnya bagi perempuan di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2000 diperkirakan terdapat 370.000
kasus dari sekitar 470.600 kasus baru kanker serviks dari seluruh
dunia yang diderita oleh perempuan di negara-negara
berkembang. Dari jumlah tersebut lebih dari separuh berasal dari
negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Kanker serviks juga
menjadi penyebab kematian dari 233.400 perempuan di dunia
setiap tahunnya.
3. Tingkat Indonesia
Data GLOBOCAN 2018 menunjukkan, kasus baru kanker
serviks di Indonesia mencapai 32.469, atau 17,2% dari kanker
perempuan di Indonesia.
2) Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi
yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan
yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan.
Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat
uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada
pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
A. Kesimpulan
1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses
perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca
invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun. Ada
beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah
yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and
Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala klinis
kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam
bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak
kanker serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan
sebagai penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola
hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi
gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok
umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium
IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada
kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan
pada kelompok umur 60-69 tahun. Frekwensi kanker rahim
terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di
Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang
disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ
terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, di dalam
kanalis serviks. Penyebaran kanker serviks pada umumnya secara
limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke arah
fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke
arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi
septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker serviks
tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah
kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan
pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu :
Pembedahan, Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis.
Sedangkan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencegah kanker serviks, yaitu : miliki
pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, hindari merokok,
hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim
atau dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks
dengan banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear
secara teratur, dan sebagainya.
B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik
mencegah dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi
seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit
bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA