DI
OLEH
KELOMPOK 2
RIZKA TAZURA
NANDA RAHAYU
MISRINA
MUNITA
MAHRUL
M. HANIF ASYIFA
ARIF FADILLAH
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan masalah...................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
Kesimpulan ......................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif
sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas
pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas
terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena
masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan
perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap
penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau
untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan
pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya
penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui
secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul,
telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian
proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka
sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-
tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam
bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
4
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
1. Faktor Penyebab
2. Faktor Resiko
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko
5
terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel
konfounding sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain
mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok
bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan
kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah
kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk
tahun 1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden
kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker
serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali
lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian
serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks,
menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut
mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan
factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko
kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan
smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih
frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam
menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral
dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.
6
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi
tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna
dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang..
Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi
tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan
yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi
yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan
bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan
dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang
frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker
serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko
yang lain.
7
menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk
displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk displasia
berat dan karsinoma in-situ.
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda
setelah hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan
seks pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak
hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah 12,2
tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3
rata-rata 11,7 tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B
(1975) menyebutkan bahwa NIS akan berkembang sesuai dengan
pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit
dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.
Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-
69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering
ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB
dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV
sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate
/ ASR) penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981
menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4.
Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit
berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-1987
adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan
angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun
1997-1998 ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok
umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada kelompok
umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk dibeberapa
Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa penderita
kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50 tahun yaitu
17,4%.
8
2. Distribusi Menurut Tempat
kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
9
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif
(metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik (diplatik-
diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses keganasan akan
berjalan terus.
10
Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks
11
G. Penyebaran Kanker Serviks
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam
tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.
kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh
limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis,
atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka
akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang
menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan
rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat
seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan
vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
12
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena
kencing.
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran hematogen
(hepar, tulang).
2. korpus uteri
13
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks.
Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama
makin sering terjadi diluar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.
14
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
15
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara
konisasi.
16
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)
1. Pembedahan
2. Terapi penyinaran
17
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker
invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus,
artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
18
J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan sekunder
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko
terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
20
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker
serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga
terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan
penyakit.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker
serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker
serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap
lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa
cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang kaya
dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan
tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat
muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau
dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan
banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan
sebagainya.
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita
_Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pus
at_Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-
serviks/). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-
kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5
Februari 2011.
24