Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

KANKER SERVIKS

Dosen pengampu :
Ns.Tina Mawardika,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun oleh:

Sutejo (017222022)
Ratna Hapsari (017222023)
Hendriyanto (017222024)
Sandi Bagastian (017222025)
Mahendra Krishna K (017222026)
Anto (017222027)

SI KEPERAWATAN TRANSFER RPL


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker.

Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian 8,2 juta orang. Kanker

paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar

kematian akibat kanker setiap tahunnya(Kemenkes, 2015).

Penyakit kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi

pada serviks uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita

yangmerupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim

(uterus)denganliangsenggama(vagina)(Purwoastuti, 2015).

Kanker serviks merupakan kanker yang yang paling sering terjadi pada

wanita, sebesar 7,5% dari semua kematian disebabkan oleh kanker serviks.

Diperkirakan lebih dari 270.000 kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap

tahunnya, dan lebih dari 85% terjadi di negara berkembang (WHO,2014).

Berdasarkan data dari International Agency for Research on

Cancer(IARC),85%kasus kankerbanyakterjadipadanegaraberkembang,Indonesia

pun tercatat sebagai salah satu negara berkembang dan menempatiurutan nomor

2 penderita kanker serviks terbanyak setelah Cina(Savitri,2015).

Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di

Indonesia tahun 2013 sebesar 1.4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.

Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di

Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk kanker payudara memiliki prevalensi

sebesar 0,5%(Kemenkes, 2018).


Agar kanker serviks dapat ditemukan pada stadium dini serta

mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat untuk memberikan kesembuhan

dan harapan hidup yang lebih lama, maka perlu adanya tindakan pencegahan

dan deteksi dini kanker serviks yang meliputi pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA) dan Pap smear. Karena pada umumnya kanker serviks baru

menunjukkan gejala setelah tahap kronis dan sulit untuk disembuhkan.

Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker

serviks antara lain infeksi virus human papilloma virus (HPV), merokok,

hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dibawah 18tahun, berganti-ganti

pasangan seksual, pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk

mencegah keguguran, gangguan sistem kekebalan, pemakaian pil KB, infeksi

herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun, dan golongan ekonomi lemah

(Nurarif, 2016). Menurut Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia tahun 2017,

diagnosa keperawatan aktual yang mungkin muncul pada pasien kanker serviks

adalah nyeri kronis, defisit nutrisi, disfungsi seksual dan hipertermia (PPNI,

2017).

Mengingat bahwa seorang perawat kesehatan harus bertanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional, maka dalam

memberikan pelayanan atau asuhannya harus selalu memperhatikan manusia

sebagai makhluk yang holistik, yaitu makhluk yang utuh atau menyeluruh yang

terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat juga

harus menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang komprehensif melalui

proses keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Asuhan

keperawatan pada pasien kanker serviks juga meliputi pemberian edukasi dan

informasi kepada pasien guna untuk meningkatkan pengetahuan klien dapat


mengurangi kecemasan sertaketakutan klien.

Perawat perlu mengkaji bagaimana pasien dengan pasangannya

memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang

berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita masalah

harga diri dan citra tubuh sering muncul saat mereka tidak bisa mempunyai

anaklagi. Intervensi keperawatan berfokus dalam upaya membantu pasien dan

pasangannya untuk menerima perubahan fisik dan psikologi dan menemukan

kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat dihargai. Selain itu perawat

juga berperan dalam membantu pasien mengekspresikan rasa takut, dukungan

spriritual dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder,

2013).

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit kanker cerviks.


2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada kanker cerviks.
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

A. KonsepKankerServiks
1. PengertianKankerServiks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada
puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering
terjadipada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik
menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut
Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan
karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai
terjadi padasel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi
paling seringpada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada
usia dini yaitu18 tahun.

Gambar2.1 Kanker Serviks


2. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai
berikut:
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang
berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum
usia16tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah
usia20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
5. Statussosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS
merusaksistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat
menjelaskanpeningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan
AIDS. Parailmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah
penting dalammenghancurkan sel-sel kanker dan memper lambat
pertumbuhan serta penyebaran. PadaperempuanHIV, kanker praserviks
bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari
biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua keanaknya.

3. Klasifikasipertumbuhanselkankerserviks
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai
berikut :
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnarn dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikro invasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari
membrana basalis,biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bungakol,tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
kedalam vagina,bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik:biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubahbentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
4. Klasifikasi Stadium KankerServiks
Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (TumorNodeMetastases)
dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology andobstetrics)
sebagai berikut.
KlasifikasiStadiumKankerServiks
Klasifikasi Klasifikasi Keterangan
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumorprimer
Tisb Carsinoma insitu (karsinomaprainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensisamapai kekorpustidak dihiraukan)
T1ac IA Karsino mayang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar≤7.0mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak
Mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤3.0mm dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam >3.0 mm tetapi ≤5.0
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik >T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secarak linis ≤4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis >4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA Lesi tampak secara klinis ≤4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis >4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan kedinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga kedinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau
rektum(terbuktimelalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.

5. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel
skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan
skuamokolumnar atauzona transformasi). Pada zona transformasi serviks
memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikalinvasif. Displasia servikal dan karsinoma insitu
(HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi
bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat
danterlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal
invasifdapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinaledan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastase kebagian tubuhyang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul
pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya
tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum
(Price&Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury punakan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa
positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian
(Aspiani,2017).

Skrining & Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

Pemeriksaan untuk menemukan sedini mungkin segala kelainan pada leher rahim,
mulai perubahan awal sel (displasia/tahapan pra kanker) maupun yang sudah
menjadi kanker invasif.

Pemeriksaannya dapat dengan cara :

IVA, PAP Smear, DNA-HPV, BIOPSI, dan lain lain


Apa itu IVA?

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan
dengan cara mengoleskan secara langsung Asam Asetat/cuka dapur encer
(konsentrasi 3-5%) pada leher rahim,

Setelah ditunggu kurang lebih satu menit, jika terdapat sel-sel displasia (tahapan
pra kanker) akan terlihat bercak putih.

Jika hasil tes IVA negatif, maka akan diulang 3 tahun kemudian.
6. WOCKankerServiks
Penekan Kankerserviks
MK:Nyeriakut
padaselsar
af
Penatalaksanaan

Pembedahan Radiasi Kemoterapi

Sistempencernaan Sistemreproduksi
SistemhematologidanSistemImun Sistemintegumen

Peasaml Kejangototperut Rusaknyafolikelrambut Terjadi


PenurunanHb Gangguansumsumtulang Pedanpeleukosit
ambung Kekeringancaira
nvagina
Nyeridiperut PenurunanTrombosit Pekekebalantubuh Kerontokanrambut
Mualmuntah Anemia
MK: Perubahanf
Terganggu DisfungsiS ungsitubuh
Lemasdanmudahlelah Mudahterkenainfeksi MK:
Diare prosespengumpalan eksual
Nafsumakan Gangguancit
darah
ratubuh MK:Ansietas
MK:RisikoInfeksi
MK: Ketidakseimbangan Dehidrasiberat MK:Hambatan Pendarahan, ruam,
nutrisikurangdarikebutuhantu mobilitasfisik danbercakpadakulit
infeksi
buh
MK:
Kekuranganvol
MK:Rsikopendarahan MK:Hipertermi
umecairan Pesuhutubuh

Skema2.1WOCKankerServiks
(Price&Wilson,2012;Smeltzer,2015;Ariani,2015)
7. Tanda dan gejala kanker serviks
Skrining & Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Pemeriksaan untuk menemukan sedini mungkin segala kelainan pada leher
rahim, mulai perubahan awal sel (displasia/tahapan pra kanker) maupun yang
sudah menjadi kanker invasif.
Pemeriksaannya dapat dengan cara :
IVA, PAP Smear, DNA-HPV, BIOPSI, dan lain lain
Apa itu IVA?
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Pemeriksaan IVA adalah
pemeriksaan dengan cara mengoleskan secara langsung Asam Asetat/cuka
dapur encer (konsentrasi 3-5%) pada leher rahim,
Setelah ditunggu kurang lebih satu menit, jika terdapat sel-sel displasia
(tahapan pra kanker) akan terlihat bercak putih.
Jika hasil tes IVA negatif, maka akan diulang 3 tahun kemudian.

Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015)pada tahap awal , kanker


serviksstadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan
penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium
lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah:
a. Ada bercak atau pendaran setelahberhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahandi luarmasahaid,
c. Ada bercak atau pendarahanpadamasamenopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah:
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contactbleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidaknormal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Sistem pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah
berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena
peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan
sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat menyebabkan diare
karna terjadi kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman
atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
dan harus dirawat karna kekurangan volume cairan, kadang sampai
terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang
mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang hilang
untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB: makan-makanan
yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).

b. Sistem Imun dan Sistem hematologi

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem


pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ
penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya adalah
sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat
darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa . Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-
zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit (Potter&Perry,2005).

Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan


pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah seldarah merah
menurun, yang paling sering adalah penurunan sel darah putih
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test
darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah
sel darah dapat menyebabkan:
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah
sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga
beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan
leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjadi peningkatan suhu tubuh.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah,
apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
ruam, dan bercak merah padakulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel
darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan
lemah, mudah lelah, tampak pucat.
c. Sistem integumen
Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua sel
yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut adalah
struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut. Folikel
adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat dalam tubuh.
Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk menghancurkan sel
kanker, prosedur ini juga akan menghancurkansel-sel rambut.
Kerontokan rambut bersifat sementara,. Dapat juga menyebabkan
rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah
kemoterap i(Ariani, 2015).
d. Sistem reproduksi
Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang
diberikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani,2015).

9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan kanker serviks sebagai berikut:
1. Schillen test
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma

yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
denganlampudan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpo mikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai
200kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringanyang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang
jelas.
6. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit,
LED,golongandarah, masaperedarandan masapembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.
10. Penatalaksanaan Kanker Serviks
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:

Penatalaksanaanmedisberdasarkanstadiumkankerserviks
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi trans
vaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi
transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
Ib,Iia dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb,III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa,Ivb Radiasi
paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang


bisa dilakukan adalah pembedahan, terapiradiasi (radioterapi),
kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (RadicalTrachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening dipanggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
denga tumorkecil yang ingin mencoba untuk hamil dikemudian
hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leherrahim, beberapa jaringan disekitar leher
rahim,rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.

e. Kelenjar getah bening


Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leherrahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah
bening,itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke
bagian lain dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang
menderita kanker serviks dengan stadium berapapun. Perempuan
dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah
tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-bagian
selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi. Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel
didaerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini:
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada
panggulatau jaringan lain di mana kanker telah menyebar.
Pengobatan biasanya diberikan di rumahsakit. Penderita
mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama
beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu
beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.
Suatuzat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut.
Penderita mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara
sumber radio aktif masih berada di tempatnya (samapai3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagianmana yang diterapi. Radiasi pada perut
dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi
merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak
tahun1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil
ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk
membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi tapi kadang jugat idak. Kemoterapi ini biasanya
diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian
ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.
Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-
obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh
sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan
sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah
memar atau berdarah,dan merasa sangat lemahdan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut
penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan
mengalami perubahan warnadan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan
muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:

1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal

Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi

dengan N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser.

Metode tersebut ditujukan untuk destruksi lokal lapisan epitel

serviks dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian pada

fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel

skuamosa yang baru.

a. Krioterapi

Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan


metode pembekuan atau freezing hingga sekurang-

kurangnya -20oC selama 6 menit (teknik Freeze-thaw-freeze)

dengan menggunakan gas N2O atau CO2. Kerusakan

bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel

mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit

dalam sel terganggu; (3) syok termal dan denaturasi

kompleks lipid protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.

b. Elektrokauter

Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau

radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loop diathermy

terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi.

Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi

anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik


untuk menentukan tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan.

c. Diatermi Elektrokoagulasi

Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih

luas dan efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi

harus dilakukan dengan anestesi umum. Tindakan ini

memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai

kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi,

terutama jika lesi tersebut sangat luas.

d. Laser

Sinar laser (light amplication by stimulation emission of

radiation), suatu muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang


berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan

gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser yang

mempunyai panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis

yang terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua

bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar

dari mukosa serviks menguap karena cairan intraselular

mendidih, sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik

terletak di bawahnya. Volume jaringan yang menguap atau

sebanding dengan kekuatan dan lama penyinaran.

Menurut Reeder dkk(2013),penatalksanaan pada kanker serviks yaitu:


1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas didaerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai keorgan lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan
radioterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan
memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra
tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap
yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.

Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya


untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologi akibat masalah
tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia
dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan
reproduksi tidak terlalu mempengaruhi harga diri dan cintra tubuhnya,
wanita tetap memerlukan penguatan atas peran lainnya yang berharga
sebagai seorang manusia. Wanita yang mengalami nyeri hebat ketika
menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas rutinnya menganggap
penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan masalah.

Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa


hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder,dkk, 2013).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
a.Anamnesis
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intraservikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan,anemia.
b. Riwayatkesehatansekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker daripada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda,2008).
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker
serviksterbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering
partussemakinbesarkemungkinanresikomendapatkankarsinomas
erviks(Aspiani, 2017).
6. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasienyang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain
(Reeder,dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan
pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik,meliputi:
a. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80mmHg).
b. Kepala: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c. Mata: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d. Leher: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak adak elainan
e. Thoraks: Dada: biasanya pada pasien kanker serviks post kemo terapi
tidak ada kelainan
Jantung: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
f. Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
g. Genetalia: Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
h. Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner&suddarth,2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
9. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan hematologi biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16gr/dl).

B. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Menurut SDKI, kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekananselsyaraf)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
4. Gangguan mobilitas fisikberhubungan dengan agen farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

8. Resiko hipovolemia berhubungan dengan efek agen farmakologis


9. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma atau
perdarahan
10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
C. Rencana Keperawatan
Tabel2.2RencanaKeperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Nyeri
cederabiologis (penekanan sel syaraf) mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
a. Keluhan nyeri menurun meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
Defenisi: pengalaman sensori dan b. Meringis menurun frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
emosional tidak menyenangkan yang c. Sikap protektif menurun dan faktor pencetus
muncul akibat kerusakan jaringan aktual d. Gelisah menurun 2) Identifikasi skla nyeri
atau potensial atau yang digambarkan e. Kesulitan tidur menurun 3) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
sebagai kerusakan. ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara efektif
Batasan Karaktreristik : 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
1) Bukti nyeri dengan menggunakan memperingan nyeri
standar periksa nyeri untuk pasien yang 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
tidak mengungkapkannya mengenai nyeri
2) Fokus menyempit 6) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
3) Fokus pada diri sendiri menurunkan atau memperberat nyeri
4) Keluhan tentang intensitas 7) Berikan informasi mengenai nyeri seperti
menggunakan standar skalan yeri penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
5) Laporan tentang perilaku dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
nyeri/perubahan aktivitas prosedur
6) Mengekspresikan perilaku (mis., 8) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
gelisah, merengek, menangis, waspada) 9) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
7) Perubahan selera makan (terapi relaksasi)
8) Putus asa 10) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
9) Sikap melindungi area nyeri nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri
10) Sikap tubuh melindungi dilakukan
11) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri

terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri misal
TENS,hipnotis,akupresure,terapi
musik,terapi pijat,aromaterapi,
tehnik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri mis. Suhu
ruangan,pencahayaan dan
kebisingan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab ,periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik
secra tepat
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangirasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
jikaperlu
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu Manajemen Nutrisi
kurang asupan makanan makan pasien baik dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi status nutrisi
a. Keinginan makan membaik 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk b. Asupan makanan membaik 3) Identifikasi makanan yang disukai
memenuhi kebutuhan metabolik c. Asupan cairan membaik 4) Monitor asupan makanan
d. Energi untuk makan membaik 5) Identifikasi kebutuhan kaloridan jenis nutrient
Batasan Karakteristik : e. Asupan nutrisi membaik
1) Berat badan 20 % atau lebih dari bawah f. Stimulus untuk makan membaik
rentang berat badan ideal g. Rasa lapar membaik MonitorNutrisi
2) Bising usus hiperaktif 1) Timbang berat badan pasien
3) Cepat kenyang setelah makan 2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
4) Diare 3) Monitor turgor kulit
5) Gangguan sensasi rasa 4) Monitor adanya mual muntah
6) Kehilangan rambut berlebihan 5) Identifikasi perubahan nafsu makan
7) Kelemahan otot pengunyah 6) Monitor pucat pada konjungtiva
8) Kelemahan otot untuk menelan 7) Lakukan kemampuan menelan
9) Kerapuhan kapiler Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
10) Kesalahan informasi
11) Kesalahan persepsi
12) Ketidak mampuan memakan makanan Terapeutik
13) Kram abdomen 1. Lakukan oral hygene debelum makan jika perlu
14) Kurangnya minat pada makanan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi
Anjurkan posisi duduk jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan .mis.
Pereda nyeri ,anti emetik,jika diperlukan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Promosi koping
kematian mampu mengontrol kecemasan dengan kriteria 1) Identifikasi kegiatan jangka panjang dan pendek
hasil: sesuai tujuan
Defenisi: perasaan tidak nyaman atau 1. Verbalisasi kebingungan menurun 2) Identifikasi kemampuan yang dimiliki
kekhawatiran yang samar disertai respons 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3) Identifikasi pemahaman tentang penyakit
otonom (sumber sering kali tidak spesifik dihadapi menurun 4) Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan
atau tidak diketahui oleh individu) 3. Perilaku gelisah menurun hubungan
perasaan takut yang disebabkan oleh 4. Perilaku tegang menurun 5) Identifikasi metode penyelesaian masalah
antisipasi 5. Konsentrasi membaik 6) Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat 6. Polatidur membaik dukungan sosial
kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan Terapeutik
memampukan individu untuk tidak 1) Diskusikan perubahan peran yang dialami
menghadapi ancaman 2) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Batasan Karakteristik : 3) Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya diri
1) Agitasi sendiri
2) Gelisah 4) Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang
3) Gerakan ekstra dibutuhkan
4) Insomnia 5) Dampingi saat berduka
5) Kontak mata buruk 6) Motivasi untuk menetukan harapan yang realistis
6) Melihat sepintas
7) Mengekspresikan kekhawatiran Edukasi
karena perubahan dalam peristiwa 1) Anjurkan penggunaan sumber spiritual
hidup 2). Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
8) Penurunan produktivitas 3) Anjurkan agar keluarga terlibat
9) Perilaku mengintai 4) Latih penggunaan tehnik relaksasi
10) Tampak waspada 5) latih mengembangkan penilaian objektif
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Dukungan mobilisasi
dengan agens farmaseutikal mampu mempertahankan keseimbangan secara 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
mandiri dengan kriteria hasil: lainnya
Defenisi : keterbatasan dalam gerakan fisik 1) Pergerakan ekstremitas meningkat 2) Identifikasi intoleransi fisik melakukan
atau satu atau lebih ekstermitas secara 2) Kekuatan otot meningkat pergerakan
mandiri dan terarah. 3) Rentang gerak sendi (ROM) meningkat 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
4) Nyeri menurun sebelum memulai mobilisasi
BatasanKarakteristik: 5) Kaku sendi menurun 4) Monitor kondisi umum sebelum melakukan
1) Ketidaknyamanan 6) Kelemahan fisik menurun mobilisasi
2) Kesulitan membolak-balik posisi
3) Gerakan lambat
Terapeutik
1. Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat
bantu,mis. Pagar tempat tidur
2. Fasilitasi melakukan pergerakan,jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan mis. Duduk,ditempat tidur, duduk disisi
tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi
Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pencegahan infeksi
imunosupresi mampu mengontrol resiko proses infeksi dengan 1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil:
Defenisi : rentan mengalami invasi dan 1) Kebersihan badan meningkat Terapeutik
multiplikasi organisme patogenik yang 2) Kebersihan tangan meningkat 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
dapat mengganggu kesehatan 3) Demam menurun pasien dan lingkungan pasien
4) Nyeri menurun 2. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien beresiko
Batasan Karakteristik : 5) Cairan berbau busuk menurun tinggi
1) Kurang pengetahuan untuk 3. Berikan perawtan pada area edema
menghindari pemajanan
2) malnutrisi
3) gangguan integritas kulit
4) prosedur invasif
5) perubahan pHsekresi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
post operasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurka meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain utk cara
mencuci tangan dengan baik dan benar
2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatakan
asupan makanan
Disfungsi seksual berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status Pengurangan Kecemasan
gangguan struktur tubuh kesehatan baik dengan kriteria hasil: 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
1) Menunjukan pendirian seksual yang jelas meyakinkan
Defenisi : suatu kondisi ketika individu meningkat 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
mengalami suatu perubahan fungsi seksual 2) Integrasi orientasi seksual ke dalam kehidupan pasien
selama fase respons seksual berupa hasrat, sehari-hari meningkat 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
terangsang, dan atau orgasme, yang 3) Menyusun batasan batasan sesuai jenis akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
dipandang tidak memuaskan, tidak kelamin meningkat selama prosedur
bermakna, atau tidaka dekuat 4) Pencarian dukungan sosial meningkat 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
5) Verbalisasi hubungan harmonis meningkat perawatan, dan prognosis
BatasanKarakteristik : 6) Verbalisasi hubungan seksual sehat meningkat 5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
1) Gangguan aktivitas seksual dengan cara yang tepat
2) Gangguan eksitasis seksual 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
3) Gangguan kepuasan seksual 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
4) Merasakan keterbatasan seksual memicu kecemasan
5) Penurunan hasrat seksual
6) Perubahan minat terhadap diri sendiri Peningkatan Peran
7) Perubahan minat terhadap orang lain 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang
8) Perubahan peran seksual biasanya dalam keluarga
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan
peran khusus yangdiperlukan terkait dengan sakit
3) Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran
realistik dari adanya perubahan peran
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
strategi positif unutk memanajemen perubahan-
perubahan peran
5) Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi
peran keluarga untuk dapat mengkompensasi
peran anggota yang sakit

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Bantu pasien untuk penerimaan diri
3) Jangan mengkritisi pasien secara negatif
4) Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi
5) Berikan hadiah atau pujian
6) Fasilitas lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri
7) Monitor tingkat harga diri dari waktu kewaktu
dengan tepat
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien PenguranganKecemasan
dengan program pengobatan mampu beradaptasi terhadap disabilitas fisik 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan kriteria hasil: meyakinkan
Definisi : konfunsi dalam gambaran 1) Menyampaikan secara lisan kemampuan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
mental lantang diri-fisik individu untuk menyesuaikan terhadap disabilitas perilakupasien
2) Menyampaikan secara lisan penyesuaian 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
BatasanKarakteristik :
terhadap disabilitas akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
1) Berfokus pada fungsi masalalu 3) Beradaptasi terhadap keterbatasan secara selama prosedur
2) Berfokus pada penampilan masa lalu fungsional 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
3) Menekankan pencapaian 4) Mengidentifikasi cara-cara untuk perawatan, dan prognosis
4) Personalisasi bagian tubuh Beradaptasi dengan perubahan hidup 5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
dengannama dengan cara yang tepat
5) Personalisasi bagian tubuh yang 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
menghilang 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
6) Menolak menerima perubahan memicu kecemasan
7) Menghindari menyentuh tubuh
8) Menyembunyikan bagian tubuh Peningkatan Citra Tubuh
1) Gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan citra tubuh yang (telah)
diprediksikan
2) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-
perubahan (bagiantubuh) disebabkan adanya
penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk menentukan keberlanjutan
dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh
atautingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan fisik saat ini berkontribusi
pada citra diri pasien
5) Bantu memisahkan penampilan fisik dari perasaan
berharga secara pribadi dengan cara yang tepat

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri
3) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari
orang lain
4) Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri
atau rasa bersalah
5) Fasilitasi lingkungan dana ktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri
6) Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri
pasien dalam mengatasi situasi
Risiko pendarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pencegahan Pendarahan
dengan Koagulopati mampu beradaptasi terhadap respon pengobatan 1) Monitor dengan ketat risiko terjadinya pendarahan
inheren(trombositopenia) dengan kriteria hasil: pada pasien
2) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum
Definisi: rentan mengalami penurunan a. Koagulasidarah dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai
volume yang dapat menggangu kesehatan 1. Haemoglobin normal indikasi
2. Hematokrit normal 3) Monitor tanda dan gejala pendaran menetap
Faktor Risiko: 3. Tidak ada memar 4) Monitor komponen koagulasi darah
Koagulopatiinheren(misal:trombositopenia) (termasukprotrombin time (PT), partial
b. Pengetahuan: kanker thromboplastin time(PTT), fibrinogen, degradasi
1. Mengetahui efek samping obat fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan
2. Mengetahui efek fisik dari pengobatan cara yangcepat
kanker 5) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk
3. Mengetahui efek samping terhadap tekanan darah
seksualitas 6) Beri produk-produk penggantian darah (misalnya:
4. Mengetahui masalah perawatan diri trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan
selama pemulihan cara yang tepat
7) Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi
c. Respon pengobatan aspirin atau obat-obat anti koagulan
1) Pasien mengetahui efek sampingnya 8) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan
2) Tidak ada reaksi alergi yang mengandung vitamin K
3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
Manajemen kemoterapi
1. Memonitor efek samping dan efek toksik dari
pengobatan
2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang efekobat-obatan kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar
melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat beasr dan BAB
berdarah
4. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya
sehubungan dengan mual muntah terkait
kemoterapi
5. Berikanobat-obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya: obat anti
ematik untuk mual dan muntah)
6. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery yang
dapat digunakan sebelum, selama dan sesudah
terapi dengan cara yangtepat
7. Monitor status nutrisi dan beratbadan

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan /atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah (misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Resiko ketidak seimbangan cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Diare
berhubungan dengan trauma atau mampu mempertahankan keseimbangan volume 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek
perdarahan cairan dengan kriteria hasil: samping pada gastrointestinal
1) Tekanan darah normal (120/80mmHg) 2) Ajari pasien cara penggunaan obat anti diare
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, 2) Nadi normal(60-100x/menit) secara tepat
interstisial, dan/atau intraseluler. Ini 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan jam sudah dikomsumsi sebelumnya
saja dan tanpa perubahan kadar natrium. 4) Berat badan stabil 4) Monitor tanda dan gejala diare
5) Turgor kulit lembab 5) Amati turgor kulit secara berkala
Batasan Karakteristik : 6) Kelembaban membran mukosa 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi protein dan
1) Haus 7) Hematokrit normal tinggi kalori sesuai kebutuhan
2) Kelemahan 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai
3) Kulit kering kebutuhan
4) Membran mukosa kering 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi
5) Peningkatan frekuensi nadi
6) Peningkatan hematokrit Manajemen cairan
7) Peningkatan suhu tubuh 1) Jaga intake dan output pasien
8) Penurunan tekanan darah 2) Monitor status hidrasi (misalnya: membran
9) Penurunan nadi mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
10) Penurunan turgor kulit darah orto statistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (misalnya: peningkatan BUN,
penurunan hematokrit dan peningkatan
osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kaloriharian
6) Berikancairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jikaperlu.
8) Persiapan pemberian produkdarah (misalnya: cek
darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit danplasma yang baru)
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidak seimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah
dan diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan pengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dane lektrolit urine
6) Monitor kadar serum albumin dan protein total
7) Monitor kadar serum dan osmolalitas urine
8) Monitor tekanan darah, denyut nadi dan status
pernafsan
9) Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan
irama jantung dengan tepat
10) Monitor menbran mukosa, turgor kulit dan
respon haus
11) Berikan cairan yang tepat
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Perawatan Demam
peningkatan laju metabolisme mampu mempertahankan suhu tubuh dalam 1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
keadaan normal dengan kriteria hasil: 2) Monitor warna kulit dan suhu
Definisi: suhu inti tubuh diatas kisaran a.Termoregulasi 3) Monitor asupan da nkeluaran,s adari perubahan
normal diurnal kegagalan termogulasi. 1) Tingkat pernafasan tidak terganggu kehilangan cairan yang tak dirasakan
2) Melaporkan kenyamanan setelah suhu 4) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik,
BatasanKarakteristik: tubuh turun agen antibakteri dan agenanti menggigil)
1) Gelisah 3) Tidak terjadi perubahan warna kulit 5) Dorong komsumsi cairan
2) Kulit kemerahan 4) Tidak ada dehidrasi 6) Tingkatkan sirkulasi udara
3) Kulit terasa hangat
b. Status kenyamanan fisik Manajemen cairan
1) Suhu tubuhn ormal 1) Jaga intake dan output pasien
2) Tidak terganggu intake makanan 2) Monitor status hidrasi (misalnya: membran
3) Tidak terganggu intake cairan mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
4) Tingkat energi tidak terganggu darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
c. Keparahan infeksi retensi cairan (misalnya: peningkatanBUN,
1) Tidak ada kulit kemerahan penurunan hematokrit dan peningkatan
2) Tidak terjadi demam osmolalitas urine)
3) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu makan 4) Monitor tanda-tandavital
4) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah 5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
putih hitung asupan kalori harian
6) Berikancairan IV
d. Respon pengobatan 7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
4)Pasien mengetahui efek sampingnya jikaperlu.
5) Tidak ada reaksi alergi 8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
6) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan /atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeuti kobat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah (misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang nonterpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu paling tidak setiap 2jam, sesuai
kebutuhan
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna kulit
4) Tingkatkan intak ecairan dann utrisi adekuat
Sumber:DiagnosisKeperawatan,2015-2017,NursingOutcomesClassification(NOC)(2016)&NursingInterventionsclassification(NIC)(2016)
D. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapaitujuan dan hasilyang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter&Perry,2005).
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai
berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
sebelum memulai perawatan.
Perawat menelaah rencana asuhan dan membandingkannya dengan
data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang
dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang
paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah
berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek
dan objek yang dikumpulkan dari pasien, perawatlain, dan keluarga untuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan
yang ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan.
Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan
masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial
dan mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan
apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup
pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan
perawatan kesehatan (Potter &Perry,2005).
DAFTAR PUSTAKA

AminHudaNurarif,andH.K.(2016).AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1.
Yogyakarta:MediAction.

Asmadi.(2008).Konsep DasarKeperawatan.Jakarta:EGC.

Astrid Savitri, D. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim,


danRahim.Yogyakarta: PustakaPerss.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:

TIM.Budiono,dkk.(2015). KonsepDasarKeperawatan. Jakarta:

BumiMedika.

Brunner,andS.(2013).BukuAjarKeperawatanMedikalBedahEdisi8Volume
2.Jakarta:EGC.

Debora,O.
(2012).ProsesKeperawatandanPemeriksaanFisik.Jakarta:SalembaMedi
ka.

Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata

Hati.EndangPurwoastuti,andE.S.M.(2015).IlmuObstetridanGinekologiSosial
BagiKebidanan.Yogyakarta:PUSTAKABARUPRESS.

Hidayat,A.A. (2008).MetodePenelitianKeperawatandanTeknikAnalisaData.
Jakarta:SalembaMedika.

Hutahaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans

Info.Mitayani.(2009). AsuhanKeperawatan Maternitas.

Jakarta:SalembaMedika.

M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta:


AuliaPublishing.

Morita, D. (2016). Kajian Pengobatan Pasien Kanker Serviks di RSUD


AbdulWahabSjahranieSamarinda.InProceedingofMulawarmanPharma
ceuticalsConferences(Vol. 4, pp.330-334).

NANDA.(2015).DiagnosisKeperawatan :Definisi&KlasifikasiEdisi10.
Jakarta:EGC.

Notoatmodjo.(2010).MetodologiPenelitian Kesehatan.Jakarta:RinekaCipta.
Nurlaila, Shoufiah, R., & Hazanah, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Prilaku Melakukan Vaksin Kanker Serviks. Mahakam Midwifery
Journal (Vol. 1).

Kemenkes.
(2015).BuletinJendelaDatadanInformasiKesehatan.SituasiPenyakitKan
ker.

Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia

2017.Padila.(2015).

AsuhanKeperawatanMaternitasII.Yogyakarta:NuhaMedika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


IndikatorDiagnostik,Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.
(2018)StandarIntervensiKeperawatanIndonesia:DefinisidanTindakanKeperawatan,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Prawirohardjo,S.
(2011).IlmuKandunganEdisiKetiga.Jakarta:PT.BinaPustakaSarwon
o Prawirohardjo

Price,andW.(2012).PatofisiologiKonsepKlinisProses-prosesPenyakit,Edisi
6.Jakarta:EGC.

Reeder,D.
(2013).KeperawatanMaternitasKesehatanWanita,Bayi&Keluarga,Edi
si 18 Volume1. Jakarta: EGC.

S.Ariani.(2015).Stop!Kanker.Yogyakarta: IstanaMedika.

Wijaya,D.
(2010).PembunuhGanasItuBernamaKankerServiks.Yogyakarta:SinarKejora.

WHO. (2014). World Health Organization-Cancer Country Profiles.

Who.Int.WHO. (2014). World Health Organization Prevention Cancer

Control.Who.IntWuriningsih.

(2016).PotretAsuhanKeperawatanMaternitasPadaKlienDengan
KankerServiksMelaluiPendekatanKonservasiDanEfikasiDiri.Nurscope.J
urnalKeperawatan danPemikiran IlmiahKeperawatan, 2(2), 49-6

Anda mungkin juga menyukai