CA SERVIKS
Oleh :
DITA YANUAR EKAPUSPITASARI (1912050)
AANG FERID HERMAWAN (1912051)
oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita
yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks
dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh
dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti
1
Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium
lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal
tersebut membuat penderita sangat khawatir dan cemas dengan keadaannya.
serviks
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
b. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Lesi pra kanker servik pada wanita dengan usia pertama kali
berhubungan seksual <20 tahun ini tentunya berhubungan dengan
belum matangnya organ reproduksi seorang wanita pada usia <20
tahun secara biologis. Infeksi pertama serviks oleh HPV sering terjadi
setelah terjadinya hubungan seksual pertama karena usia <20 tahun
serviks rentan terhadap rangsangan dari luar berupa bahan-bahan
karsinogen seperti virus HPV atau zat-zat kimia yang dibawa oleh
sperma.25 Proses terjadinya lesi pra kanker pada usia pertama kali
berhubungan seksual <20 tahun ini erat kaitannya dengan proses
metaplasia pada lapisan endoserviks menjadi epitel skuamosa pada
daerah transformasi. Ketika virus HPV masuk, maka virus tersebut
akan langsung melekat pada sel yang berada pada pada lapisan basal
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-partner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4
Beberapa mekanisme molekuler telah diyakini bahwa merokok dapat
berkontribusi pada karsinogenesis pada serviks yang melibatkan
langsung paparan terhadap DNA dalam sel-sel epitel serviks.11 Asap
5
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa
berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
6
c. Stadium karsinoma mokroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
d. Stadium lanjut
7
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
8
T2a1 IIA1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.
9
dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh
darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
10
WOC Kanker Serviks
Berhubungan sexs usia < 17 th Proses metaplasti Dysplasia Serviks Ca. Serviks
Higene seks yg kurang
Virus HIV
Sering melahirkan dengan persalinan bermasalah
Berganti-ganti pasangan Tahap Lanjut Terapi
Tahap Awal
Herediter
Nyeri Akut
Defisit Perawatan Diri
Perdarahan
Kelelahan
Anemia Resiko Kekurangan
Volume Cairan
Pembentukan Asam
Laktat
Hb Turun Imunitas menurun
Metabolisme Anaerob
Suplai O2 Turun Resiko Infeksi
11
Terapi
Ansietas
Intoleransi Citra Tubuh
Alopecia
Anoreksia
Kerusakan Integritas Kulit
Resiko Infeksi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang1d2ari
kebutuhan tubuh
6. Tanda dan gejala kanker serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker
serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan
karena terjadi kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman
1
atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
dan harus dirawat karena kekurangan volume cairan, kadang sampai
terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang
mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang banyak
untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan
yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).
b. Sistem imun dan sistem hematologi
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem
pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ
penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya adalah
sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat
darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah
1
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah,
apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
1
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
2. Koloskopi
kali.
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6. Pemeriksaan lainnya
1
STADIUMPENATALAKSANAAN
0Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IaBiopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, IIaHisterektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pas
IIb, III, IVHisterektomi transvaginal IVa, IVbRadioterapi
Radiasi paliatif Kemoterapi
disebut salpingo-ooforektomi.
1
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
1
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi
diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi. Radiasi pada
perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
1
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati
rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan
keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui
pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record
(MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti tpendarahan intra servikal dan disertai
keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada
2
tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda,
2008).
5. Riwayat obstetri
2
8. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Kepala
• Rambut: bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok
2
3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
agen pencedera fisiologis keperawatan, pasien Obervasi
mampu mengontrol nyeri dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Defenisi : pengalaman sensori atau kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
emosional yang a. Tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan kerusakan jaringan 1. Mengenali kapan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
aktual atau fungsional, dengan onset terjadi 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
mendadak atau lambat dan 2. Menggambarkan faktor memperingan nyeri.
berintensitas ringan hingga berat yang penyebab 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
berlangsung kurang dari 3 bulan. 3. Melaporkan perubahan nyeri.
terhadap gejala 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Gejala dan tanda mayor: nyeri pada profesional nyeri.
Subjektif: mengeluh nyeri kesehatan 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Objektif: 4. Mengenali apa yang 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
1. Tampak meringis terkait dengan gejala yang sudah diberikan.
2. Bersikap protektif (mis. waspada, nyeri 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
posisi menghindari nyeri). 5. Melaporkan nyeri yang Terapeutik
24
Pemberian Analgesik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
2
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frukuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri.
Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
Monitor efektifitas analgesik.
Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu.
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum.
Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien.
Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan.
26
Edukasi
10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi.
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis keperawatan, nafsu Observasi
makan pasien baik dengan 1. Identifikasi status nutrisi
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
untuk memenuhi kebutuhan a. Status nutrisi : asupan 3. Identifikasi makanan yang disukai.
metabolisme. makanan dan cairan. 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
1. Asupan makanan secara 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
Gejala dan tanda mayor: oral adekuat nasogastrik.
Subjektif: (tidak tersedia) 2. Asupan cairan secara oral 6. Monitor asupan makanan.
Objektif: adekuat 7. Monitor berat badan.
1. Berat badan menurun minimal 3. Asupan cairan IV adekuat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
10% di bawah rentang ideal. 4. Asupan nutrisi parenteral Terapeutik
adekuat 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
Gejala dan tanda minor: 5. Tidak ada mual dan perlu.
2
Subjektif: muntah 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
1. Cepat kenyang setelah makan piramida makanan).
2. Kram/nyeri abdomen b. Nafsu makan 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
3. Nafsu makan menurun 1. Peningkatan keinginan yang sesuai.
Objektif: untuk makan 12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
1. Bising usus hiperaktif 2. Peningkatan rangsangan konstipasi.
2. Otot pengunyah lemah untuk makan 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
3. Otot menelan lemah 3. Intake makanan adekuat protein.
4. Membran mukosa pucat 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
5. Sariawan 15. Hentikan pemberian makan melalui selang
6. Serum albumin turun nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
7. Rambut rontok berlebihan Edukasi
8. Diare 16. Anjurkan makan dalam posisi duduk, jika
mampu.
17. Ajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu.
28
2
2. Fungsi/struktur tubuh 4. Mengidentifikasi cara-cara 7. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi
berubah/hilang. untuk beradaptasi dengan citra tubuh (mis. luka, penyakit, pembedahan).
perubahan hidup. 8. Diskusikan cara mengembangkan harapan
Gejala dan tanda minor: citra tubuh secara realistis.
Subjektif: 9. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
1. Tidak mau mengungkapkan tentang perubahan citra tubuh.
kecacatan/kehilangan bagian Edukasi
tubuh. 10. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
30
3
BAB III
CONTOH KASUS
2.1 Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS (GINEKOLOGI)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
3
Riwayat menstruasi:
3
Menarche usia: 15 tahun
Banyaknya: pada saat menggunakan KB, darah menstruasi menjadi lebih banyak.
Dismenorea: Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi dan pada
He a d t o to e
m a h , t a m p ak lesu
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD: 100/50 mmHg ; nadi: 100x/mnt; suhu badan: 37˚C; RR: 22x/mnt
CRT: < 2 detik; akral: hangat
Lain – lain:
- Status gizi:
TB = 155 cm
BB = 35 kg
IMT = 16,6 kg/m²
r
BB Ideal : (155-100)x(15% x (155-100)) = 46,75 kg
eRambut :
h
leel
n Penglihatan (mata)
da
laal Pupil : isokor ukuran: 3 mm
a
p
eRefleks cahaya (ka/ki): + / +
K
Diameter (ka/ki) : 3 mm / 3 mm
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
Penglihatan : normal
3
Pendengaran (telinga): bersih
3
Gangguan pendengaran: tidak
Penciuman (Hidung) : tidak bermasalah
Bentuk : normal
Lain – lain :-
Masalah: -
Irama jantung : reguler S1/S2 tunggal : ya
Bunyi jantung : normal
Nyeri dada : tidak
Irama nafas : teratur
a
d Suara nafas :
a
d
) Sesak nafas : tidak
ax
r
oPayudara : simetris
h
T(
Aerola : warna gelap
Papila : menonjol keluar di atas permukaan aerola
Nyeri : tidak
Lain – lain :-
Masalah : -
Inspeksi : tidak ada asites, tidak ada benjolan
n
e
mAuskultasi
o
: peristaltik usus 24 x/mnt
d
bPerkusi : bunyi timpani
A
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah.
Masalah: -
3
Miksi : pasien terpasang catheter, saat pengkajian urin yang tertampung di urin bag
terdapat 150 cc berwarna kuning.
iaial Defekasi : saat pengkajian pasien sudah B.A.B dengan konsistensi lunak berwarna
atat
n kuning kecoklatan.
e
e
G
Lain – lain: pasien mengalami perdarahan pervagina dalam satu waktu 3 jam ganti satu
softex nifas
Masalah : -
Kemampuan pergerakan : bebas
Kekuatan otot : 5 5
i
k 5 5
ka
n
a
d
n Refleks : patella (+) biseps (+) trisep (+)
a
g
n Babinsky (-) brudzinsky (+) kernig (+)
a
T
Edema : tidak ada edema pada ekstrimitas
Varises : tidak ada
Masalah :
Orang yang paling dekat : suami
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : sangat baik
Kegiatan ibadah : pasien menganut agama Islam, pasien selalu mejalankan ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.
Konsep diri : Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien. Pasien
terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya
(kelompok)
3
bulan
DO:
P : adanya ca serviks
3
5 5
selamadirumah sakit
total
pasientergantung
danhanyaberbaringdi
tempat tidur
KU : lemah
Tonus otot
Nadi = 100 x/mnt
semenjak sakitpasien
hanya diam.
menangis dan
DO :
- Pasien tampak tegang,
-Saat pengkajian saat
ditanyatentangsakitnya
pasien menangis,
-Pasienjarang
menatap
diajak
perawat ketika
bicara,
-Pasienjarang menjawab
4
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
4. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif
4
2.4 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan, 2x24 jam Obervasi
dengan infiltrasi pasien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
tumor mampu mengontrol nyeri intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
- Pasien mampu mengenali 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
40
4
kriteria: aktivitas.
- Mempertahankan posisi Terapeutik
fungsional 4. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif.
- Meningkatnya Edukasi
kekuatan/fungsi yang 5. Anjurkan tirah baring
sakit. 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
- Menunjukkan teknis 7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
yang memampukan kelelahan tidak berkurang.
melakukan aktivitas.. Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
dengan penyakit jam diharapkan ansietas bisa 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
kronis progresif berkurang dengan kriteria waktu, stresor).
hasil 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
- Pasien rileks Terapeutik
- Pasien dapat menerima 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
keadaan perubahan kepercayaan.
42
4
44
Ringkasan jurnal
NOJUDUL PENULIS, METODE HASIL PENELITIAN SUMBER JURNAL
45
BAB V
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
2.2 Saran
Bagi perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita
kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan
spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita
maupun keluarga.
46
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja