Anda di halaman 1dari 4

1

ASUHAN KEPERAWATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL: KEHILANGAN DAN BERDUKA

Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada masalah


psikososial: kehilangan dan berduka.
Referensi:
1. Keliat, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
2. Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
3. RSJ Menur Surabaya. Rencana Keperawatan Jiwa.
4. Stuart. 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA: Elsevier Molby
5. Yosep & Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
6. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Pengertian
Kehilangan merupakan keadaan dimana individu merasa tidak memiliki sesuatu yang
sebelumnya pernah ada. Bentuk kehilangan dapat berupa 3 hal, yaitu: kehilangan orang
bermakna, kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, dan kehilangan miliki pribadi
(barang/objek).
Berduka merupakan respons terhadap kehilangan, suatu proses atau koping dalam
menerima kenyataan kehilangan.

Rentang Respons Emosi


Situasi emosi sebagai respons kehilangan dan berduka seorang individu berada dalam
rentang yang fluktuatif, dari tingkatan yang adaptif sampai dengan maladaptif.

Adaptif Maladaptif
• Menangis, menjerit, menyangkal, • Diam/ tidak menangis
menyalahkan diri sendiri, menawar, • Menyalahkan diri berkepanjangan
bertanya-tanya • Rendah diri
• Membuat rencana untuk yang akan • Mengasingkan diri
datang • Tak berminat hidup
• Berani terbuka tentang kehilangan

Fase Kehilangan dan Berduka


Kehilangan meliputi:
1. Fase akut
Berlangsung selama 4 – 8 minggu setelah peristiwa kehilangan, yang terdiri atas 3
proses, yaitu:
a. Syok dan tidak percaya
b. Perkembangan kesadaran
c. Restitusi
2. Fase jangka panjang
Berlangsung selama > 1 – 2 tahun. Reaksi berduka yang tidak terselesaikan akan
menjadi penyakit yang tersembunyi dan termanifestasi dalam berbagai gejala fisik.

©FAIDA ANNISA
POLTEKKES KERTA CENDEKIA
2

Pada beberapa individu akan berkembang menjadi keinginan bunuh diri, sedangkan
yang lainnya akan mengabaikan diri.

Berduka meliputi:
1. Fase awal
Individu menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak percaya, perasaan dingin, dan
bingung. Selama beberapa hari reaksi tersebut dapat menjadi berduka yang
berlebihan. Perasaan tersebut menjadi konflik dalam diri dan diekspresikan dengan
menangis dan ketakutan. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu.
2. Fase pertengahan
Fase ini dimulai pada beberapa minggu setelah peristiwa kehilangan. Ditandai dengan
adanya perilaku obsesif, yaitu perilaku terus mengulang-ulang peristiwa kehilangan.

3. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu memutuskan untuk
tidak mengenang peristiwa kehilangan dan memilih untuk melanjutkan kehidupan,
seperti kembali beraktifitas dalam kegiatan sosial.

Tahapan Proses Kehilangan


Setiap individu akan melalui tahapan proses kehilangan yang sama, akan tetapi
berbeda dalam durasi waktu di setiap tahapannya, yang bergantung pada koping individu
tersebut dan sistem dukungan sosial yang dimiliki. Tahapan proses kehilangan biasa disebut
dengan DABDA (Denial, Anger, Bargaining, Depression, Acceptance).
1. Denial
Reaksi awal seseorang saat mengalami kehilangan adalah tidak percaya, bingung,
gelisah, mengingkari kenyataan, atau berpura-pura tidak terjadi apapun. Penyangkalan
merupakan pertahanan sementara terhadap rasa cemas. Individu akan bertahap
meninggalkan penyangkalannya, yang secara intelektual dapat lebih mudah untuk
menerima.
2. Anger
Di tahap ini, individu menyadari adanya peristiwa kehilangan yang telah terjadi.
Reaksi individu akan kesadaran ini dapat berupa perasaan atau ekspresi marah ke
objek (diri sendiri, Tuhan, orang lain, atau benda), yang mungkin dapat mengurangi
tekanan atau stres yang dirasa.
3. Bargaining
Tahapan ini adalah individu mencoba mengandaikan peristiwa kehilangan itu tidak
terjadi, sebagai bentuk penyesalan atau rasa bersalah yang biasanya ditujukan kepada
Tuhan.
4. Depression
Tahap ini merupakan tahap diam dalam proses kehilangan. Individu tampak lelah
secara fisik dan masih melibatkan emosi kesedihan. Diam yang efektif dalam tahap
ini adalah saat individu mulai berfokus pada apa yang masih dimiliki dan memikirkan
keadaan setelah peristiwa kehilangan terjadi. Tahap ini penting dalam menuju
penerimaan akan kehilangan.
5. Acceptance
Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus pemikiran yang
dimulai dari tahap depresi terus berlanjut dan diiringi dengan meninggalkan perasaan
akan kehilangan serta lebih menggunakan kognitif dalam penerimaan.

©FAIDA ANNISA
POLTEKKES KERTA CENDEKIA
3

Tahap ini sebagai acuan bahwa individu dapat mengakhiri proses berdukanya dengan
baik. Jika individu teatap berada di satu tahap dalam waktu yang sangat lama dan
tidak mencapai tahap penerimaan, maka akan menjadi awal terjadinya gangguan jiwa.

Pengkajian Keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Keluarga
b. Kesehatan fisik
c. Kesehatan mental
d. Pengalaman kehilangan sebelumnya
2. Faktor presipitasi
Merupakan faktor pencetus kehilangan yang dapat berupa kehilangan kesehatan bio-
psiko-sosial, kehilangan pekerjaan, kematian, kehilangan fungsi seksual, dll.
3. Perilaku
a. Menangis atau bahkan tidak mampu untuk menangis
b. Marah
c. Putus asa
d. Mencoba bunuh diri atau orang lain

Diagnosa Keperawatan
Berduka

Intervensi Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan tindakan:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialaminya
c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya
d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung
Tindakan keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum atau sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan perisitwa kehilangan yang terjadi)
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami:
1) Cara verbal: mengungkapkan perasaan
2) Cara fisik: memberi kesempatan aktivitas fisik
3) Cara sosial: sharing dengan orang lain
4) Cara spiritual: berdoa, berserah diri
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dan dukungan
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan setempat
(puskesmas)
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan tindakan:
a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka

©FAIDA ANNISA
POLTEKKES KERTA CENDEKIA
4

b. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan


c. Keluarga dpaat mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional
d. Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
Tindakan keperawatan:
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan
dampaknya pada pasien
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh pasien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan berduka
disfungsional
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami pasien

Evaluasi Keperawatan
1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
4. Memanfaatkan faktor pendukung
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

©FAIDA ANNISA
POLTEKKES KERTA CENDEKIA

Anda mungkin juga menyukai